Anda di halaman 1dari 14

TATA CARA RUQYAH SYARIAH

Oleh:

Kelompok 4

 Jasri Moulina (3022022024)


 Vivi Rafiqa Rusti (3022022056)
 Aulia Ramadhani ( 3022022041)
 Ihda maulidawanti (3022022048)
 Rahma Mutia (3022022053)
Dosen Pengampu :
Siti Zubaidah,S.Sos.I.,M.I.Kom

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Transformasi dan Kontribusi Intelektual Islam Pada Dunia
Barat

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Langsa, 01 Desember 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
....................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI
................................................................................................................................... 1

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................................
1

A. Latar Belakang
............................................................................................................................. 1

B. Rumus Masalah
............................................................................................................................. 1

C. Tujuan
......................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
...................................................................................................................... 2

A. Pengertian Ruqyah
............................................................................................................. 5

B. Hukum
Ruqyah ............................................................................................................................. 6

C. Hukum Meminta
diRuqyah ........................................................................................................... 7
D. Bacaan Ruqyah dari Al-Qur'an dan
Hadist ................................................................................. 9

E. Cara
Meruqyah ............................................................................................................................. 10

F. Jual Beli Air


Ruqyah .................................................................................................................... 10

BAB III
PENUTUP..............................................................................................................................
11

A.
Kesimpulan...................................................................................................................................
11

Daftar
Pustaka...................................................................................................................................
12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan sejak masa awal sejarah
kemanusiaan, kepercayaan tentang makhluk halus telah ada. Makhluk itu adalah jin dan setan
yang dalam pandangan mereka bermacam-macam.

Setan dan pengikutnya adalah musuh bagi kita umat manusia, terlebihlebih bagi orang
yang beriman. Namun mereka tidak tampak oleh kita, sedangkan mereka bisa melihat kita.
Senjata utama mereka adalah bisikan, ajakan, rayuan,daya-tarik, sihir, kesombongan, tipu daya
bagi manusia agar mengikuti langkahlangkahnya dan jauh dari Allah swt.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ruqyah?

2. Bagaimana hukum Ruqyah?

3. Bagaimana hukum diminta Ruqyah?

4. Bagaimana Ruqyah dari Al-Qur'an dan Hadist?

5. Bagaimana cara meruqyah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ruqyah.

2. . Untuk mengetahui hukum Ruqyah.

3. . Untuk mengetahui hukum diminta Ruqyah.

4. . Untuk mengetahui Ruqyah dari Al-Qur'an dan Hadist.

5. . Untuk mengetahui cara meruqyah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ruqyah
Ruqyah secara bahasa Arab artinya meninggikan dan mengangkat. Secara syar’i, ruqyah
adalah jampi-jampi yang dirapalkan untuk menyembuhkan demam, kejang-kejang, dan penyakit
lainnya (Kitabut Tauhid lil Fauzan, hlm. 48). Bedakan ruqyah dengan rukyah. Adapun rukyah,
maksudnya adalah rukyatul hilal, yaitu melihat hilal untuk menentukan awal dan akhir bulan
Hijriyah.

Cara melakukan ruqyah secara umum adalah dengan merapalkan atau membacakan
bacaan-bacaan ruqyah kepada orang yang sakit. Dan ruqyah tidak identik dengan kesurupan,
karena ruqyah biasa digunakan juga untuk menyembuhkan penyakit, baik penyakit badan yang
nampak (seperti batuk, pilek, demam, dan semisalnya) maupun penyakit yang tidak nampak
(seperti kesurupan dan penyakit ‘ain).1

B. Hukum Ruqyah

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menjelaskan, “Ruqyah hukumnya boleh jika memenuhi tiga
syarat:

Pertama, menggunakan bacaan yang jelas maknanya, tidak ada rapalan mantra-mantra yang
samar atau tidak jelas maknanya.

Kedua, bacaan yang digunakan tidak mengandung perkara yang bertentangan dengan syariat.

Ketiga, hati tidak bergantung kepada ruqyah secara dzatnya, namun meyakini bahwa ruqyah
adalah sekedar sebab untuk mengusahakan kesembuhan, yang terkadang Allah berikan
kesembuhan dengannya dan terkadang tidak.

Jika syarat ini terpenuhi maka ruqyah yang dilakukan tersebut hukumnya boleh menurut pada
ulama. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫بأس بالرُّ قى ما لَم تَ ُكن ِشر ًكا‬


َ ‫ال‬

“Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Muslim
no.2200)

1
Abu Ayyash Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah, (t.t: Tsabita Grafika, 2010), h. 5
Dan juga karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri melakukan ruqyah dan beliau
pun pernah di-ruqyah. Demikian juga para sahabat Nabi pun melakukannya. Maka tidak
mengapa melakukan ruqyah jika memenuhi kriteria-kriteria di atas, semisal me-ruqyah
menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an, atau menggunakan doa-doa yang dikenal, atau lafadz-lafadz
lain yang dipahami maknanya, dan tidak terdapat pelanggaran syariat di dalamnya.

Adapun jika dalam ruqyah terdapat unsur minta bantuan setan, atau minta bantuan kepada
orang mati, atau tawasul dengan kedudukan orang yang sudah mati, atau terdapat mantra-mantra
dari huruf muqata’ah yang tidak jelas maknanya, maka ini semua ruqyah yang terlarang.”
(Syarah Kitabut Tauhid, rekaman nomor 11)

Sehingga ruqyah itu dibagi menjadi dua:2

Pertama, ruqyah syar’iyyah. Yaitu, ruqyah yang sesuai dengan tuntunan syariat, sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz di atas.

Kedua, ruqyah ghayru syar’iyyah. Yaitu, ruqyah yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat.
Ruqyah jenis ini dibagi menjadi dua lagi :

[1] ruqyah bid’iyyah, yaitu ruqyah yang mengandung ibadah-ibadah yang tidak pernah
dituntunkan oleh syariat.

[2] ruqyah syirkiyyah, yaitu ruqyah yang mengandung kesyirikan, seperti meminta bantuan
dukun, menggunakan mantra-mantra setan, meminta bantuan kepada jin atau orang mati,
menggunakan jimat, menggunakan sihir dan semisalnya. Inilah yang disebutkan dalam hadis dari
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ٌ ‫ والتِّ َولةَ ِشر‬،‫ والتَّمائ َم‬،‫إن الرُّ قى‬


‫ك‬ َّ

“Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), jimat, dan pelet adalah kesyirikan.” (HR. Abu Daud no.
3883, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih Abu Daud)

C. Hukum Meminta Di-Ruqyah

2
Abdulllah Bin Muhammad As-Sadhan, Sembuhkanlah Penyakitmu dengan Ruqyah Syar’iyyah, (Jakarta:
Darus Sunnah, 2012), h. 29-30
Meminta di-ruqyah hukumnya mubah (boleh). Berdasarkan hadis dari Asma bintu Umais
radhiyallahu ’anha, ia berkata:

ُ‫ َسبَقَ ْتهُ ْال َعيْن‬،‫ق ْالقَد ََر‬


َ َ‫ فَلَوْ َكانَ َش ْي ٌء َساب‬،‫ «نَ َع ْم‬:‫ فََأ ْستَرْ قِي لَهُ ْم قَا َل‬، ُ‫صيبُهُ ُم ْال َعيْن‬
ِ ُ‫»يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ َّن بَنِي َج ْعفَ ٍر ت‬

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah?
Nabi menjawab: “Iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain.” “(HR.
Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Juga hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ia berkata:

‫صلَّى هَّللا ُ عليه وسلَّ َم يَْأ ُم ُرنِي َأ ْن َأ ْستَرْ قِ َي ِمنَ ال َعي ِْن‬
َ ِ‫كانَ َرسو ُل هللا‬

“Dahulu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memintaku agar aku diruqyah untuk
menyembuhkan ‘ain.” (HR. Muslim no.2195)

Namun, jika orang yang meminta di-ruqyah ia bertawakal kepada pe-ruqyah atau kepada
ruqyah-nya, inilah yang dilarang dalam hadits tentang 70.000 orang yang masuk surga tanpa
hisab dan tanpa adzab, salah satu ciri mereka adalah tidak minta di-ruqyah. Adapun orang yang
meminta di-ruqyah dan tetap bertawakal kepada Allah, hukum asalnya boleh. Namun,
meninggalkan perbuatan meminta di-ruqyah, ini lebih utama.3

Syaikh ‘Abdul ‘Azhim al-Badawi mengatakan, “Meminta di-ruqyah syar’iyyah hukumnya


tidak mengapa. Maksudnya, orang yang sedang sakit tidak mengapa meminta kepada orang yang
dianggap bisa me-ruqyah dengan berkata, “Ruqyah-lah saya, bacakan bacaan-bacaan ruqyah
kepada saya“. Namun, meninggalkannya lebih utama. Karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
menyebutkan 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab di antaranya, yaitu
orang yang laa yastarquun, maksudnya orang yang tidak meminta di-ruqyah. Dalam rangka
menyempurnakan tawakal kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.” (Sumber:
http://ar.islamway.net/fatwa/30794).

D. Bacaan Ruqyah Dari Al-Qur’an Dan Hadis

Pada dasarnya, semua ayat-ayat Al-Qur`an bisa digunakan untuk ruqyah. Karena Allah
Ta’ala berfirman:
3
Fadlan Abu Yasir, Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah & Do’a, (t.t: t.p, t.th), h.1
‫آن َما ه َُو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا‬
ِ ْ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُر‬

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang
yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`an itu) hanya akan menambah
kerugian.” (QS. Al-Isra` : 82)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

ِ ‫ب هَّللا‬ َ َ‫ فَق‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َعلَ ْيهَا َوا ْم َرَأةٌ تُ َعالِ ُجهَا َأوْ تَرْ قِيهَا‬
ِ ‫ “عَالِ ِجيهَا بِ ِكتَا‬:‫ال‬ َ ِ ‫”َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah masuk ke rumah ‘Aisyah lalu mendapati ada
wanita sedang menyembuhkan atau meruqyah Aisyah. Maka Nabi bersabda: “Sembuhkanlah ia
dengan Al-Qur`an!”” (HR. Ibnu Hibban no.6098, di-shahih-kan al-Albani dalam Silsilah ash-
Shahihah no.1931)

Sehingga boleh membacakan ayat Al-Qur`an apa saja kepada orang yang sakit. Syaikh al-Albani
juga menjelaskan:

‫ أ ّما الكتابة و محو الكتابة بالماء ه––ذا يق––ول ب––ه بعض العلم––اء ولكن لم نج––د ل––ه‬.‫ السنّة ال رقية إاَّل بالتالوة‬.‫ما فيه رقية إاَّل بالتالوة‬
‫أثرا في السنة‬

“Tidak ada metode ruqyah yang disyariatkan kecuali dengan tilawah (membacakan Al-Qur`an).
Yang sesuai sunnah, tidak ada ruqyah, kecuali dengan tilawah. Adapun dengan menuliskan ayat
kemudian dibasahi air, ini memang pendapat sebagian ulama, namun kami tidak menemukan
atsar (hadis) dari as-sunnah.” (Majmu’ Fatawa Syaikh al-Albani, no. 28)

Namun, ada beberapa ayat Al-Qur`an yang dianjurkan oleh para ulama untuk dibacakan
untuk ruqyah. Di antaranya: surat Al-Fatihah, surat An-Nas, surat Al-Falaq, surat Al-Ikhlas, surat
Al-Baqarah ayat 1-5, surat Al-Baqarah ayat 102-103, surat Al-Baqarah ayat 123-124, surat Al-
Baqarah ayat 255, surat Al-Baqarah ayat 285-286, surat Ali-’Imran ayat 18-19, surat Al-A`raf
ayat 54-57, surat Al-A’raf ayat 117-122, surat Yunus ayat 81-82, surat Thaha ayat 69, surat Al-
Mukminun ayat 115-118, surat Ash-Shaffat ayat 1-10, surat Al-Ahqaf ayat 29-32, surat Ar-
Rahman ayat 33-36, surat Al-Hasyr ayat 21-24, dan surat Al-Jin ayat 1-9 (Diringkas dari kitab
Al-Iidhahul Mubin, li Kasyfi Hiyalis Saharah wal Musya’wadzin, karya Syaikh Shadiq Ibnul
Haaj, hlm. 44-53)
Sedangkan bacaan ruqyah dari hadis-hadis Nabi yang shahih lebih banyak lagi. Di
antaranya dalam hadis ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam merasakan sakit, malaikat Jibril me-ruqyah-nya dengan doa:

‫ َو َش ِّر ُكلِّ ِذي َعي ٍْن‬،َ‫ َو ِم ْن َش ِّر َحا ِس ٍد إ َذا َح َسد‬، َ‫ َو ِم ْن ُك ِّل دَا ٍء يَ ْشفِيك‬،‫ك‬
َ ‫باس ِْم هللاِ يُب ِْري‬

/Bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri
kulli dzii ‘ainin/

(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan
dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain). (HR. Muslim
no.2185)

Juga dalam hadis dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa ruqyah:

‫ ال شفا َء إاَّل شفاُؤ كَ شفا ًء ال يغاد ُر َسق ًما‬،‫اشف أنتَ ال َّشافي‬


ِ ِ َّ‫الباس ربَّ الن‬
،‫اس‬ َ ‫ب‬
ِ ‫أذ ِه‬

/adzhibil ba’sa rabbannas, isyfi, antasy syafi, la syifa`a illa syifa`uka syifa`an la yughadiru
saqaman/

(“Wahai Rabb-nya manusia, hilangkanlah musibah ini, sembuhkanlah, Engkau adalah yang
memberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali dari-Mu, berilah kesembuhan yang
sempurna sehingga penyakit tidak kembali lagi).”” (HR. Abu Dawud no. 3883, di-shahih-kan al-
Albani dalam Shahih Abu Daud).4

E. Cara Me-ruqyah

Cara me-ruqyah adalah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur`an kepada orang yang sakit
dengan niat ruqyah, bukan sekedar tilawah. Atau membacakan doa-doa dalam hadis-hadis Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

4
M. Quraish Shihab, Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Al Qur’an, (Jakarta: Lentera

Hati, 2010), h. 1.
Boleh juga dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa dalam hadis di
depan telapak tangan, lalu meniup dengan lembut pada telapak tangan, kemudian mengusapnya
pada bagian tubuh yang sakit. Sebagaimana dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata:

‫ث َعلَ ْي ِه بِ ِه َّن َوَأ ْم َس ُح بِيَ ِد‬


ُ ِ‫ت َأ ْنف‬ ِ ‫ض الَّ ِذي َماتَ فِي ِه بِ ْال ُم َع ِّو َذا‬
ُ ‫ت فَلَ َّما ثَقُ َل ُك ْن‬ ِ ‫ث َعلَى نَ ْف ِس ِه فِي ْال َم َر‬
ُ ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ يَ ْنف‬ َّ ِ‫َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
‫نَ ْف ِس ِه لِبَ َر َكتِهَا‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meniupkan kepada diri beliau sendiri dengan al-mu’awwidzat
(doa-doa perlindungan) ketika beliau sakit menjelang wafatnya. Ketika sakit beliau semakin
parah, akulah yang meniup beliau dengan al-mu’awwidzat dan aku mengusapnya dengan tangan
beliau sendiri karena berkahnya kedua tangan beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5735 dan Muslim
no. 2192)

Boleh juga dengan membacakan ayat Al-Qur`an atau doa-doa dalam hadis di depan air
minum, kemudian air tersebut diminumkan kepada orang yang sakit. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baz menjelaskan, “Malaikat Jibril pernah me-ruqyah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau sakit, dengan menggunakan air yang dibacakan: /bismillah arqika min kulli syai’in
yu’dzika wa min syarri kulli nafsin aw ‘ainin hasidin allahu yasyfika bismillahi arqika/ sebanyak
3 kali. Ini adalah metode ruqyah yang disyariatkan dan ada manfaatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga pernah membacakan (ayat Al-Qur`an dan doa-doa yang ma`tsur, ed.) pada air
untuk Tsabit bin Qais radhiyallahu ’anhu lalu memerintahkan ia untuk memercikkan air tersebut
pada dirinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Ath-Thib dengan sanad
yang hasan.” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/1899).

Adapun cara ruqyah dengan mencelupkan ayat Al-Qur`an atau doa pada air, lalu
meminumnya, ini adalah pendapat sebagian ulama, namun sebaiknya ditinggalkan karena tidak
terdapat dalil shahih yang mendasarinya, sebagaimana telah dijelaskan Syaikh al-Albani di atas.

Dan ruqyah itu pada hakekatnya adalah doa. Sebagaimana kita berdoa kepada Allah
dianjurkan sesering mungkin, maka demikian juga ruqyah hendaknya dilakukan dengan sering
dan konsisten. Dan ruqyah itu tidak harus dilakukan oleh seorang ustadz atau ulama. Bahkan
setiap orang dapat meruqyah dirinya sendiri.5

5
Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah, h. 11
F. Jual-Beli Air Ruqyah

Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin rahimahullah pernah ditanya tentang jual-beli air ruqyah yang
konon sudah dibacakan ayat Al-Qur`an dan doa-doa, apakah praktek seperti ini dibolehkan.
Beliau menjawab, “Realitanya, orang-orang yang biasa menjual air atau hal lain yang ditiupkan
bacaan-bacaan semacam ini hanya sedikit sekali faidah dan manfaatnya. Karena ruqyah yang
semacam ini, orang yang membacakan (ayat-ayat dan doa-doa) pada air atau yang lainnya
tersebut tidaklah memaksudkannya kecuali untuk perkara duniawi dan maslahat pribadi. Orang
yang menggunakannya tidak mendapatkan bahaya juga tidak mendapatkan manfaat.

Oleh karena itu kami nasehatkan untuk mencukupkan diri pada metode ruqyah yang biasa
(bukan yang diperjual-belikan), yang diniatkankan untuk memberi manfaat bagi saudaranya
sesama muslim dan menghilangkan gangguan darinya. Dan tidak perlu mengambil upah dari
aktifitas ruqyah tersebut kecuali sekedar untuk biaya ganti air atau hal lain yang dibacakan ayat-
ayat dan doa.” (Sumber:
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cara me-ruqyah adalah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur`an kepada orang yang sakit
dengan niat ruqyah, bukan sekedar tilawah. Atau membacakan doa-doa dalam hadis-hadis Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Boleh juga dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa dalam hadis di
depan telapak tangan, lalu meniup dengan lembut pada telapak tangan, kemudian mengusapnya
pada bagian tubuh yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ayyash Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah, t.t: Tsabita Grafika, 2010
Abdulllah Bin Muhammad As-Sadhan, Sembuhkanlah Penyakitmu dengan Ruqyah Syar’iyyah,
Jakarta: Darus Sunnah, 2012

Fadlan Abu Yasir, Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah & Do’a, t.t: t.p, t.th

1M. Quraish Shihab, Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Al Qur’an, Jakarta: Lentera Hati,
2010

Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah

Anda mungkin juga menyukai