Anda di halaman 1dari 13

TATA CARA RUQYAH SYARIAH

Oleh:

Kelompok 4

 Jasri Moulina (3022022024)

 Vivi Rafiqa Rusti (3022022056)

 Aulia Ramadhani ( 3022022041)

 Ihda maulidawanti (3022022048)

 Rahma Mutia (3022022053)

Dosen Pengampu :

Siti Zubaidah,S.Sos.I.,M.I.Kom

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Transformasi dan Kontribusi Intelektual Islam Pada Dunia Barat

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Langsa, 01 Desember 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

B. Rumus Masalah ............................................................................................................................. 1

C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 2

A. Pengertian Ruqyah ............................................................................................................. 5

B. Hukum Ruqyah ............................................................................................................................. 6

C. Hukum Meminta diRuqyah ........................................................................................................... 7

D. Bacaan Ruqyah dari Al-Qur'an dan Hadist ................................................................................. 9

E. Cara Meruqyah ............................................................................................................................. 10

F. Jual Beli Air Ruqyah .................................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 11

A. Kesimpulan................................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka................................................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan sejak masa awal sejarah kemanusiaan,
kepercayaan tentang makhluk halus telah ada. Makhluk itu adalah jin dan setan yang dalam
pandangan mereka bermacam-macam.

Setan dan pengikutnya adalah musuh bagi kita umat manusia, terlebihlebih bagi orang yang
beriman. Namun mereka tidak tampak oleh kita, sedangkan mereka bisa melihat kita. Senjata utama
mereka adalah bisikan, ajakan, rayuan,daya-tarik, sihir, kesombongan, tipu daya bagi manusia agar
mengikuti langkahlangkahnya dan jauh dari Allah swt.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ruqyah?

2. Bagaimana hukum Ruqyah?

3. Bagaimana hukum diminta Ruqyah?

4. Bagaimana Ruqyah dari Al-Qur'an dan Hadist?

5. Bagaimana cara meruqyah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ruqyah.

2. . Untuk mengetahui hukum Ruqyah.

3. . Untuk mengetahui hukum diminta Ruqyah.

4. . Untuk mengetahui Ruqyah dari Al-Qur'an dan Hadist.


5. . Untuk mengetahui cara meruqyah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ruqyah

Ruqyah secara bahasa Arab artinya meninggikan dan mengangkat. Secara syar’i, ruqyah adalah
jampi-jampi yang dirapalkan untuk menyembuhkan demam, kejang-kejang, dan penyakit lainnya
(Kitabut Tauhid lil Fauzan, hlm. 48). Bedakan ruqyah dengan rukyah. Adapun rukyah, maksudnya
adalah rukyatul hilal, yaitu melihat hilal untuk menentukan awal dan akhir bulan Hijriyah.

Cara melakukan ruqyah secara umum adalah dengan merapalkan atau membacakan bacaan-
bacaan ruqyah kepada orang yang sakit. Dan ruqyah tidak identik dengan kesurupan, karena ruqyah
biasa digunakan juga untuk menyembuhkan penyakit, baik penyakit badan yang nampak (seperti batuk,
pilek, demam, dan semisalnya) maupun penyakit yang tidak nampak (seperti kesurupan dan penyakit
‘ain).1

B. Hukum Ruqyah

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menjelaskan, “Ruqyah hukumnya boleh jika memenuhi tiga syarat:

Pertama, menggunakan bacaan yang jelas maknanya, tidak ada rapalan mantra-mantra yang samar
atau tidak jelas maknanya.

Kedua, bacaan yang digunakan tidak mengandung perkara yang bertentangan dengan syariat.

Ketiga, hati tidak bergantung kepada ruqyah secara dzatnya, namun meyakini bahwa ruqyah adalah
sekedar sebab untuk mengusahakan kesembuhan, yang terkadang Allah berikan kesembuhan
dengannya dan terkadang tidak.

Jika syarat ini terpenuhi maka ruqyah yang dilakukan tersebut hukumnya boleh menurut pada ulama.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

1
Abu Ayyash Rafa’alhaq,Buku Saku Ruqyah , (t.t: Tsabita Grafika, 2010), h. 5
‫ﺷﺮًﻛﺎ‬
ِ ‫س ﺑﺎﻟُّﺮﻗﻰ ﻣﺎ َﻟﻢ َﺗُﻜﻦ‬
َ ‫ﻻ ﺑﺄ‬

“Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Muslim no.2200)

Dan juga karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri melakukan ruqyah dan beliau pun
pernah di-ruqyah. Demikian juga para sahabat Nabi pun melakukannya. Maka tidak mengapa
melakukan ruqyah jika memenuhi kriteria-kriteria di atas, semisal me-ruqyah menggunakan ayat-
ayat Al-Qur`an, atau menggunakan doa-doa yang dikenal, atau lafadz-lafadz lain yang dipahami
maknanya, dan tidak terdapat pelanggaran syariat di dalamnya.

Adapun jika dalam ruqyah terdapat unsur minta bantuan setan, atau minta bantuan kepada
orang mati, atau tawasul dengan kedudukan orang yang sudah mati, atau terdapat mantra-mantra
dari huruf muqata’ah yang tidak jelas maknanya, maka ini semua ruqyah yang terlarang.” (Syarah
Kitabut Tauhid, rekaman nomor 11)

Sehingga ruqyah itu dibagi menjadi dua:2

Pertama, ruqyah syar’iyyah. Yaitu, ruqyah yang sesuai dengan tuntunan syariat, sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz di atas.

Kedua, ruqyah ghayru syar’iyyah. Yaitu, ruqyah yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Ruqyah
jenis ini dibagi menjadi dua lagi :

[1] ruqyah bid’iyyah, yaitu ruqyah yang mengandung ibadah-ibadah yang tidak pernah dituntunkan oleh
syariat.

[2] ruqyah syirkiyyah, yaitu ruqyah yang mengandung kesyirikan, seperti meminta bantuan dukun,
menggunakan mantra-mantra setan, meminta bantuan kepada jin atau orang mati, menggunakan
jimat, menggunakan sihir dan semisalnya. Inilah yang disebutkan dalam hadis dari ‘Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ٌ ‫ﺷﺮ‬
‫ك‬ ِ ‫ واﻟِّﺘَﻮﻟَﺔ‬،‫ﻢ‬
َ ‫ واﻟَّﺘﻤﺎﺋ‬،‫ن اﻟُّﺮﻗﻰ‬
َّ ‫إ‬

“Sesungguhnya ruqyah (jampi-jampi), jimat, dan pelet adalah kesyirikan.” (HR. Abu Daud no. 3883, di-

2
Abdulllah Bin Muhammad As-Sadhan,Sembuhkanlah Penyakitmu dengan Ruqyah Syar’iyyah , (Jakarta: Darus
Sunnah, 2012), h. 29-30
shahih-kan al-Albani dalam Shahih Abu Daud)

C. Hukum Meminta Di-Ruqyah

Meminta di-ruqyah hukumnya mubah (boleh). Berdasarkan hadis dari Asma bintu Umais
radhiyallahu ’anha, ia berkata:

»‫ﻦ‬
ُ ‫ﺳَﺒَﻘْﺘُﻪ اْﻟَﻌْﻴ‬
َ ،‫ﻖ اْﻟَﻘَﺪَر‬
َ ‫ﺳﺎَﺑ‬
َ ‫ﻲٌء‬
ْ ‫ﺷ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ َﻓَﻠْﻮ َﻛﺎ‬،‫ﻢ‬
ْ ‫« َﻧَﻌ‬:‫ل‬
َ ‫ﻢ َﻗا‬
ْ ‫ﺳَﺘْﺮِﻗﻲ َﻟُﻬ‬
ْ ‫ َﻓَﺄ‬،‫ﻦ‬
ُ ‫ﻢ اْﻟَﻌْﻴ‬
ُ ‫ﺼﻴُﺒُﻬ‬
ِ ‫ﺟْﻌَﻔٍﺮ ُﺗ‬
َ ‫ن َﺑِﻨﻲ‬
َّ ‫ل اﻟَّﻠِﻪ ِإ‬
َ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫َﻳﺎ َر‬

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi
menjawab: “Iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain.” “(HR. Tirmidzi no.2059,
Ibnu Majah no. 3510, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Juga hadis dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ia berkata:

ِ ‫ﻦ اﻟَﻌْﻴ‬
‫ﻦ‬ َ ‫ﻲ ِﻣ‬
َ ‫ﺳَﺘْﺮِﻗ‬
ْ ‫ن َأ‬
ْ ‫ﻢ َﻳْﺄُﻣُﺮِﻧﻲ َأ‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳَّﻠ‬
َ ِ ‫لﷲ‬
ُ ‫ن َرﺳﻮ‬
َ ‫ﻛﺎ‬

“Dahulu Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan
‘ain.” (HR. Muslim no.2195)

Namun, jika orang yang meminta di-ruqyah ia bertawakal kepada pe-ruqyah atau kepada ruqyah
-nya, inilah yang dilarang dalam hadits tentang 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan
tanpa adzab, salah satu ciri mereka adalah tidak minta di-ruqyah. Adapun orang yang meminta di-
ruqyah dan tetap bertawakal kepada Allah, hukum asalnya boleh. Namun, meninggalkan perbuatan
meminta di-ruqyah, ini lebih utama.3

Syaikh ‘Abdul ‘Azhim al-Badawi mengatakan, “Meminta di-ruqyah syar’iyyah hukumnya tidak
mengapa. Maksudnya, orang yang sedang sakit tidak mengapa meminta kepada orang yang dianggap
bisa me-ruqyah dengan berkata, “Ruqyah-lah saya, bacakan bacaan-bacaan ruqyah kepada saya“.
Namun, meninggalkannya lebih utama. Karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menyebutkan
70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab di antaranya, yaitu orang yang laa
yastarquun, maksudnya orang yang tidak meminta di-ruqyah. Dalam rangka menyempurnakan tawakal
kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.” (Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/30794).

D. Bacaan Ruqyah Dari Al-Qur’an Dan Hadis

3
Fadlan Abu Yasir,Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah & Do’a , (t.t: t.p, t.th), h.1
Pada dasarnya, semua ayat-ayat Al-Qur`an bisa digunakan untuk ruqyah. Karena Allah Ta’ala
berfirman:

‫ﺴﺎًرا‬
َ ‫ﺧ‬
َ ‫ﻦ ِإَّﻟﺎ‬
َ ‫ﻈاِﻟِﻤﻴ‬
َّ ‫ﻦ َوَﻟﺎ َﻳِﺰﻳُﺪ اﻟ‬
َ ‫ﺣَﻤٌﺔ ِﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻨﻴ‬
ْ ‫ﺷَﻔﺎٌء َوَر‬
ِ ‫ﻫَﻮ‬
ُ ‫ن َﻣﺎ‬
ِ ‫ﻦ اْﻟُﻘْﺮآ‬
َ ‫ل ِﻣ‬
ُ ‫َوُﻧَﻨِّﺰ‬

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang yang
beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al-
Isra` : 82)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

”‫ب اﻟَّﻠِﻪ‬
ِ ‫ﺠﻴَﻬﺎ ِﺑِﻜَﺘﺎ‬
ِ ‫ﻋاِﻟ‬
َ “ :‫ل‬
َ ‫ َﻓَﻘا‬،‫ﺠَﻬﺎ َأْو َﺗْﺮِﻗﻴَﻬﺎ‬
ُ ‫ﻋَﻠْﻴَﻬﺎ َواْﻣَﺮَأٌة ُﺗَﻌاِﻟ‬
َ ‫ﻞ‬
َ ‫ﺧ‬
َ ‫ﻢ َد‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ‬
َ ‫ل اﻟَّﻠِﻪ‬
َ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ن َر‬
َّ ‫َأ‬

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah masuk ke rumah ‘Aisyah lalu mendapati ada wanita
sedang menyembuhkan atau meruqyah Aisyah. Maka Nabi bersabda: “Sembuhkanlah ia dengan Al-
Qur`an!”” (HR. Ibnu Hibban no.6098, di-shahih-kan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no.1931)

Sehingga boleh membacakan ayat Al-Qur`an apa saja kepada orang yang sakit. Syaikh al-Albani juga
menjelaskan:

‫أّﻣﺎ اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ و ﻣﺤﻮ اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﺑﺎﻟﻤﺎء ﻫﺬا ﻳﻘﻮل ﺑﻪ ﺑﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء وﻟﻜﻦ‬. ‫اﻟﺴّﻨﺔ ﻻ رﻗﻴﺔ إَّﻟﺎ ﺑﺎﻟﺘﻼوة‬. ‫ﻣﺎ ﻓﻴﻪ رﻗﻴﺔ إَّﻟﺎ ﺑﺎﻟﺘﻼوة‬
‫ﻟﻢ ﻧﺠﺪ ﻟﻪ أﺛﺮا ﻓﻲ اﻟﺴﻨﺔ‬

“Tidak ada metode ruqyah yang disyariatkan kecuali dengan tilawah (membacakan Al-Qur`an). Yang
sesuai sunnah, tidak ada ruqyah, kecuali dengan tilawah. Adapun dengan menuliskan ayat kemudian
dibasahi air, ini memang pendapat sebagian ulama, namun kami tidak menemukan atsar (hadis) dari
as-sunnah.” (Majmu’ Fatawa Syaikh al-Albani, no. 28)

Namun, ada beberapa ayat Al-Qur`an yang dianjurkan oleh para ulama untuk dibacakan untuk
ruqyah. Di antaranya: surat Al-Fatihah, surat An-Nas, surat Al-Falaq, surat Al-Ikhlas, surat Al-
Baqarah ayat 1-5, surat Al-Baqarah ayat 102-103, surat Al-Baqarah ayat 123-124, surat Al-
Baqarah ayat 255, surat Al-Baqarah ayat 285-286, surat Ali-’Imran ayat 18-19, surat Al-A`raf
ayat 54-57, surat Al-A’raf ayat 117-122, surat Yunus ayat 81-82, surat Thaha ayat 69, surat Al-
Mukminun ayat 115-118, surat Ash-Shaffat ayat 1-10, surat Al-Ahqaf ayat 29-32, surat Ar-Rahman
ayat 33-36, surat Al-Hasyr ayat 21-24, dan surat Al-Jin ayat 1-9 (Diringkas dari kitab Al-Iidhahul
Mubin, li Kasyfi Hiyalis Saharah wal Musya’wadzin, karya Syaikh Shadiq Ibnul Haaj, hlm. 44-53)
Sedangkan bacaan ruqyah dari hadis-hadis Nabi yang shahih lebih banyak lagi. Di antaranya
dalam hadis ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
merasakan sakit, malaikat Jibril me-ruqyah-nya dengan doa:

ٍ ‫ﻋْﻴ‬
‫ﻦ‬ َ ‫ﻞ ِذي‬
ِّ ‫ﺷِّﺮ ُﻛ‬
َ ‫ َو‬،‫ﺴَﺪ‬
َ ‫ﺣ‬
َ ‫ﺳٍﺪ إَذا‬
ِ ‫ﺣﺎ‬
َ ‫ﺷِّﺮ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ َوِﻣ‬،‫ﻚ‬
َ ‫ﺸِﻔﻴ‬
ْ ‫ﻞ َداٍء َﻳ‬
ِّ ‫ﻦ ُﻛ‬
ْ ‫ َوِﻣ‬،‫ﻚ‬
َ ‫ﻢ ﷲ ِ ُﻳْﺒِﺮﻳ‬
ِ ‫ﺳ‬
ْ ‫ﺑﺎ‬

/Bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii
‘ainin/

(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari
keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain). (HR. Muslim no.2185)

Juga dalam hadis dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa ruqyah:

‫ﺳﻘًﻤﺎ‬
َ ‫ك ﺷﻔﺎًء ﻻ ﻳﻐﺎدُر‬
َ ‫ ﻻ ﺷﻔﺎَء إَّﻟﺎ ﺷﻔﺎُؤ‬،‫ﺸﺎﻓﻲ‬
َّ ‫ﺖ اﻟ‬
َ ‫ﻒ أﻧ‬
ِ ‫ اﺷ‬،‫س‬
ِ ‫ب اﻟَّﻨﺎ‬
َّ ‫س ر‬
َ ‫ﺐ اﻟﺒﺎ‬
ِ ‫ﻫ‬
ِ ‫أذ‬

/adzhibil ba’sa rabbannas, isyfi, antasy syafi, la syifa`a illa syifa`uka syifa`an la yughadiru saqaman/

(“Wahai Rabb-nya manusia, hilangkanlah musibah ini, sembuhkanlah, Engkau adalah yang memberi
kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali dari-Mu, berilah kesembuhan yang sempurna sehingga
penyakit tidak kembali lagi).”” (HR. Abu Dawud no. 3883, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih Abu
Daud).4

E. Cara Me-ruqyah

Cara me-ruqyah adalah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur`an kepada orang yang sakit
dengan niat ruqyah, bukan sekedar tilawah. Atau membacakan doa-doa dalam hadis-hadis Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Boleh juga dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa dalam hadis di depan
telapak tangan, lalu meniup dengan lembut pada telapak tangan, kemudian mengusapnya pada

4
M. Quraish Shihab,Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Al Qur’an , (Jakarta: Lentera

Hati, 2010), h. 1.
bagian tubuh yang sakit. Sebagaimana dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata:

‫ﻋَﻠْﻴِﻪ‬
َ ‫ﺚ‬
ُ ‫ﺖ َأْﻧِﻔ‬
ُ ‫ﻞ ُﻛْﻨ‬
َ ‫ت َﻓَﻠَّﻤﺎ َﺛُﻘ‬
ِ ‫ت ِﻓﻴِﻪ ِﺑاْﻟُﻤَﻌِّﻮَذا‬
َ ‫ض اَّﻟِﺬي َﻣﺎ‬
ِ ‫ﺴِﻪ ِﻓﻲ اْﻟَﻤَﺮ‬
ِ ‫ﻋَﻠﻰ َﻧْﻔ‬
َ ‫ﺚ‬
ُ ‫ن َﻳْﻨُﻔ‬
َ ‫ﻢ َﻛﺎ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ‬
َ ‫ﻲ‬
َّ ‫ن اﻟَّﻨِﺒ‬
َّ ‫َأ‬
‫ﺴِﻪ ِﻟَﺒَﺮَﻛِﺘَﻬﺎ‬
ِ ‫ﺢ ِﺑَﻴِﺪ َﻧْﻔ‬
ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﻦ َوَأْﻣ‬
َّ ‫ِﺑِﻬ‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meniupkan kepada diri beliau sendiri dengan al-mu’awwidzat (doa-
doa perlindungan) ketika beliau sakit menjelang wafatnya. Ketika sakit beliau semakin parah, akulah
yang meniup beliau dengan al-mu’awwidzat dan aku mengusapnya dengan tangan beliau sendiri karena
berkahnya kedua tangan beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5735 dan Muslim no. 2192)

Boleh juga dengan membacakan ayat Al-Qur`an atau doa-doa dalam hadis di depan air minum,
kemudian air tersebut diminumkan kepada orang yang sakit. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menjelaskan,
“Malaikat Jibril pernah me-ruqyah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit, dengan
menggunakan air yang dibacakan: /bismillah arqika min kulli syai’in yu’dzika wa min syarri kulli nafsin
aw ‘ainin hasidin allahu yasyfika bismillahi arqika/ sebanyak 3 kali. Ini adalah metode ruqyah yang
disyariatkan dan ada manfaatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah membacakan (ayat
Al-Qur`an dan doa-doa yang ma`tsur, ed.) pada air untuk Tsabit bin Qais radhiyallahu ’anhu lalu
memerintahkan ia untuk memercikkan air tersebut pada dirinya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Daud dalam kitab Ath-Thib dengan sanad yang hasan.” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/1899).

Adapun cara ruqyah dengan mencelupkan ayat Al-Qur`an atau doa pada air, lalu meminumnya,
ini adalah pendapat sebagian ulama, namun sebaiknya ditinggalkan karena tidak terdapat dalil
shahih yang mendasarinya, sebagaimana telah dijelaskan Syaikh al-Albani di atas.

Dan ruqyah itu pada hakekatnya adalah doa. Sebagaimana kita berdoa kepada Allah
dianjurkan sesering mungkin, maka demikian juga ruqyah hendaknya dilakukan dengan sering dan
konsisten. Dan ruqyah itu tidak harus dilakukan oleh seorang ustadz atau ulama. Bahkan setiap
orang dapat meruqyah dirinya sendiri.5

F. Jual-Beli Air Ruqyah

Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin rahimahullah pernah ditanya tentang jual-beli air ruqyah yang
konon sudah dibacakan ayat Al-Qur`an dan doa-doa, apakah praktek seperti ini dibolehkan. Beliau
menjawab, “Realitanya, orang-orang yang biasa menjual air atau hal lain yang ditiupkan bacaan-
5
Rafa’alhaq,Buku Saku Ruqyah , h. 11
bacaan semacam ini hanya sedikit sekali faidah dan manfaatnya. Karena ruqyah yang semacam ini,
orang yang membacakan (ayat-ayat dan doa-doa) pada air atau yang lainnya tersebut tidaklah
memaksudkannya kecuali untuk perkara duniawi dan maslahat pribadi. Orang yang menggunakannya
tidak mendapatkan bahaya juga tidak mendapatkan manfaat.

Oleh karena itu kami nasehatkan untuk mencukupkan diri pada metode ruqyah yang biasa
(bukan yang diperjual-belikan), yang diniatkankan untuk memberi manfaat bagi saudaranya sesama
muslim dan menghilangkan gangguan darinya. Dan tidak perlu mengambil upah dari aktifitas ruqyah
tersebut kecuali sekedar untuk biaya ganti air atau hal lain yang dibacakan ayat-ayat dan doa.”
(Sumber:
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cara me-ruqyah adalah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur`an kepada orang yang sakit
dengan niat ruqyah, bukan sekedar tilawah. Atau membacakan doa-doa dalam hadis-hadis Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Boleh juga dengan cara membacakan ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa dalam hadis di depan
telapak tangan, lalu meniup dengan lembut pada telapak tangan, kemudian mengusapnya pada
bagian tubuh yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ayyash Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah, t.t: Tsabita Grafika, 2010

Abdulllah Bin Muhammad As-Sadhan, Sembuhkanlah Penyakitmu dengan Ruqyah Syar’iyyah, Jakarta:
Darus Sunnah, 2012

Fadlan Abu Yasir, Terapi Gangguan Jin dengan Ruqyah & Do’a, t.t: t.p, t.th

1M. Quraish Shihab, Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Al Qur’an, Jakarta: Lentera Hati,
2010

Rafa’alhaq, Buku Saku Ruqyah

Anda mungkin juga menyukai