Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ADMINISTRASI DAN MENEJEMEN SEKOLAH

‘’Manajemen Peserta Didik Dan Dampaknya Terhadap Peningktan Hasil Belajar


Peserta Didik Pada Aspek Afektif,Kognitif Dan Psikomotorik’’

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Hikmawati S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

LALU AZIKRI AMRULLAH

NIM: E1Q022041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah saya akhirnya bisa menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Administrasi Dan Menejemen Sekolah yang berjudul “’Manajemen Peserta Didik Dan
Dampaknya Terhadap Peningktan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Aspek
Afektif,Kognitif Dan Psikomotorik” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu saya,
Ibu Hikmawati S.Pd.,M.Pd yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan
yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah perkuliahan ini. Rasa terima kasih
juga hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
perkuliahan ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah perkuliahan ini, namun saya menyadari bahwa di dalam tugas
makalah yang telah tersusun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan.
Sehingga saya mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar
makalah ini bisa menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi kita semua, terima kasih.

Mataram, 27 Maret 2023


2

DAFTAR ISI

COVER
KAT PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Masalah......................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................5
A. Manajemen Peserta Didik.......................................................................5
B. Dampak Manajemen Peserta Didik Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Pada Aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik..............6
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
3

BAB 1
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, peserta didik menjadi tolak ukur kesuksesan
dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu di perlukan adanya management
peserta didik. Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai
dengan mereka lulus sekolah Knezevich 1961 (Dalam Tim UPI ,2013:205)
mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai
suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan
layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan
individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan
sampai ia matang di sekolah.
Secara sosiologis, peserta didik mempunyai banyak kesamaan. Adanya
kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi
kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak
itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem
persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan
diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan
melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang
bersifat individual.
Proses management peserta didik yang dilakukan oleh sekolah tersebut
dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang
berbeda pada sistem schooling tersebut. Maka dari itu di butuhkan management
peserta didik yang baik agar tercapainya hasil yang igin dicapai dalam proses belajar
mengajar.
menurut Bloom (dalam Supriadi 2019) terdapat teori perkembangan dari
tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomor. Kognitif merupakan perilaku yang
menekankan pada intelektualnya, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir.
Afektif lebih menekankan pada aspek perasaan, seperti minat dan sikap. Sedangkan
psikomotor lebih menekankan pada keterampilan motorik.
4

Menurut Bloom (dalam Aunurrahman, 2019) ranah kognitif terdiri dari


enam jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
Ranah psikomotor menurut Simpon (dalam Aunurrahman, 2019) terdiri dari tujuh
perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Sedangkan menurut Bloom
(dalam Supriadi, 2019) domain psikomotor meliputi imitation, manipulation,
precision, articulation, naturalization. Ketiga aspek tersebut perlu dikaji karena
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa maupun tenaga pendidik di dalam
proses belajar mengajar. Peserta didik atau siswa diharapkan mampu mencapai
keberhasilan belajar sesuai dengan jenjang kemampuan di dalam taksonomi
tersebut. Keberhasilan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan keberhasilan
tenaga pendidik di dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Bloom, dkk (dalam
Ruwaida, 2019) mengatakan bahwa tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga
ranah domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin diajukan penulis pada makalah ini yaitu :
1. Apa itu Manajemen Peserta Didik…?
2. Bagaimana Dampak Manajemen Peserta Didik Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Pada Aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik…?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengethui apa itu Manajemen Peserta Didik
2. Untuk mengetahui Bagaimana Dampak Manajemen Peserta Didik Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Pada Aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik…?
5

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Manajemen Peserta Didik


Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari kata
management (bahasa Inggris) yang terdiri dari kata manage atau to manage yang
berarti menyelenggarakan, membawa, atau mengarah. Kata manage juga bermakna
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau menata (Danim dan Danim,
2010:16).
Beberapa konsep ahli tentang pengertian manajemen adalah sebagai
berikut:
1. Manajemen merupakan proses mendesain dan memelihara lingkungan, di mana
individu bekerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
secara efisien (Koontz dan Weihrich dalam Danim dan Danim, 2010:18).
2. Manajemen adalah aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (Sikula dalam
Nasihin dan Sururi, 2009:204).
3. Manajemen adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih yang didasarkan atas aturan tertentu dalam rangka mencapai
suatu tujuan (Imron, 2016:5).
Dari beberapa definisi tentang manajemen di atas dapat ditarik beberapa hal
pokok antara lain: (1) manajemen menekankan adanya kerjasama antara unsur
dalam organisasi, (2) adanya usaha pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki
organisasi, dan (3) adanya tujuan yang jelas yang akan dicapai.
Manajemen peserta didik, secara sederhana dari kedua istilah tersebut
(manajemen dan peserta didik), secara sederhana dapat diartikan adalah suatu
pengaturan atau penataan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan peserta
didik, mulai dari saat peserta didik masuk sampai pada peserta didik keluar dari
suatu lembaga pendidikan tertentu. Terdapat beberapa ahli mendefini sikan terkait
dengan manajemen peserta didik, diantaranya adalah:
1. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa manajemen peserta didik merupakan
kegiatan pencatatan peserta didik dari proses penerimaan hingga siswa tersebut
lulus dari sekolah (Suharsimi, 2008).
2. Sutjipto dan Mukti menyatakan bahwa manajemen peserta didik merupakan
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan peserta didik disuatu
sekolah mulai dari perencanaan, penerimaan, pembinaan selama peserta didik
berada disekolah, sampai pada peserta didik lulus pendidikan, melalui
6

penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar


mengajar yang efektif (Sutjipto,2009).

Manajemen peserta didik dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan


sebagai seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan secara berkelanjutan terhadap seluruh peserta didik agar
dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien, yang dimulai
dari kegiatan penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu
sekolah.

Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta


didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga
pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut sekolah
dapat berjalan; lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan (Tim Dosen
UPI, 2017:206).

Fungsi manajemen peserta didik (Suwardi dan Daryanto, 2017:99) adalah


sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin,
baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi social, aspirasi,
kebutuhan, dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

B. Dampak Manajemen Peserta Didik Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pada


Aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik
Persoalan pendidikan karakter kini telah memperoleh perhatian luas dari
banyak kalangan praktisi pendidikan di Indonesia, terlebih semenjak ditetapkannya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Keseriusan pemerintah terhadap persoalan ini tercermin
melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter. Upaya penumbuhan budi pekerti untuk penguatan
karakter bangsa secara nasional sebelumnya juga telah dilaksanakan melalui
kebijakan pemerintah dengan memberlakuan Kurikulum Pendidikan Nasional 2013
yang identik dengan istilah Kurikulum Berbasis Karakter semenjak Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Zuchdi menyatakan, dalam rangka penanaman nilai yang bermuara pada
terbentuknya karakter (akhlak) mulia, empat hal yang harus ditekankan yaitu :
pertama, inkulkasi nilai; kedua, keteladanan nilai; ketiga, fasilitasi; dan keempat,
pengembangan keterampilan akademik dan sosial.1 Disamping itu, untuk
ketercapaian program pendidikan nilai atau pembinaan karakter perlu diikuti oleh
adanya evaluasi nilai. Evaluasi harus dilakukan secara akurat dengan pengamatan
yang relatif lama dan secara terus-menerus.
7

Tujuan pembelajaran pada diri peserta didik sebagaimana diketahui adalah


meliputi tiga domain, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek inilah
yang kemudian harus menjadi sasaran / objek evaluasi seorang pendidik terhadap
peserta didik. 2 Aspek kognitif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan
kecerdasan peserta didik, seperti kemampuan menjelaskan suatu pengetahuan atau
kemampauan melakukan pemecahan masalah. Adapun aspek afektif adalah hasil
belajar terkait sikap dan norma yang dimiliki peserta didik misalnya harga diri,
tanggungjawab, dan sikap dalam belajar. Sedangkan aspek psikomotorik
merupakan keterampilan dalam menggerakan otot kecil maupun otot besar seperti
keterampilan mengetik di komputer atau keterampilan mengarahkan secara tepat
dalam shooting bola basket.
Meskipun semua pendidik tahu bahwa ranah pembelajaran yang harus
dikembangkan secara utuh adalah meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
(perilaku), namun pada praktiknya penilaian ranah afektif dan psikomotor belumlah
mendapat porsi perhatian yang memadai. Lebih khusus lagi ranah afektif, selama
ini dianggap yang tersulit pengembangannya, termasuk cara mengevaluasinya.
Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Anderson (1981, 2) dengan mengutip
pernyataan Binet dan Simon (yang terkenal sebagai Bapak Tes IQ), bahwa dalam
hidup ini masalah yang timbul karena kecerdasan intelektual tidaklah sebanyak
masalah yang diakibatkan oleh kepribadian yang tidak terpuji. Pernyataan ini
mengandung makna bahwa pencapaian kompetensi ranah afektif dan juga
penilaiannya demikian urgen.
McCormack menyatakan bahwa penilaian melalui tes pada aspek kognitif
semata, belum dapat menggambarkan fungsi penilaian yang dapat dijadikan
sebagai suatu pendekatan untuk mendorong peserta didik belajar.3 Hal ini sejalan
dengan pendapat Popham (1995:183), bahwa ketercapaian tujuan pembelajaran
ranah afektif amat menentukan keberhasilan seseorang.4 Orang yang tidak
memiliki kemampuan afektif yang baik, sulit mencapai keberhasilan studi yang
optimal. Hasil belajar kognitif dan psikomotorik akan tercapai optimal jika peserta
didik mempunyai kemampuan afektif tinggi.
Tokoh lainnya Denton & McKinney menyatakan bahwa domain afektif
dapat digunakan untuk mendukung internalisasi konten kognitif dan menumbuhkan
pengembangan kurikulum dan juga industri. 5 Domain afektif berhubungan dengan
perhatian/minat, sikap, nilai dan praktik. Selanjutnya Stiggins (2005, 199-200)
menekankan pentingnya peran ranah afektif dengan menyatakan bahwa: motivasi
dan minat/keinginan merupakan dasar pembelajaran. Jika siswa tidak berkeinginan
untuk belajar, maka tidak akan ada pembelajaran. Keinginan dan motivasi bukanlah
ciri prestasi akademik, melainkan adalah karakteristik afektif.
Popham (2011, 233) lebih jauh menjelaskan pentingnya ranah afektif
dengan menghubungkan kepada perilaku masa depan.6 Dia menyatakan, variabel
afektif seperti sikap, minat, dan nilai-nilai dalam diri siswa adalah variabel penting
yang mempengaruhi perilaku di masa depan. Siswa yang memiliki sikap positif
8

terhadap pembelajaran saat ini akan cenderung mengejar belajar di masa depan.
Dengan kata lain status afektif siswa memungkinkan guru untuk melihat bagaimana
siswa cenderung berperilaku selanjutnya di masa mendatang. Berikutnya Wu, C.
H., Huang, & Hwang (2016) menyatakan, hasil belajar ranah afektif secara
signifikan dapat mempengaruhi pendidikan / pembelajaran. Memahami afektif
peserta didik dalam menjalani seluruh proses belajar sangat penting untuk
memahami motivasi mereka. Oleh karena itu sebagai hasil belajar yang diperoleh
dalam kurun waktu tertentu, terhadap ketercapaian aspek ranah afektif pada diri
peserta didik ini seharusnyalah dilakukan pengukuran dan juga penilaian secara
memadai sebagaimana aspek kognitif dan psikomotorik.
Sementara itu Saxon (et al, 2008) menyatakan bahwa kurangnya informasi
tentang penilaian karakteristik afektif siswa merupakan kelemahan yang serius
dalam proses penilaian, konsultasi, dan penempatan peserta didik. Para profesional
(guru) yang berperan mengembangkan siswa jarang mengukur karakteristik ini dan
jarang menggunakannya dalam proses pemberian saran dan melakukan
penempatan. Hal ini antara lain dikarenakan banyak instrumen berbasis kertas dan
pensil (paper and pencil based test) digunakan untuk menilai keterampilan afektif
siswa yang membutuhkan tanggapan atas ratusan pertanyaan sehingga
menghabiskan banyak waktu dan juga biaya yang cukup mahal. Akibatnya institusi
sekolah enggan meningkatkan biaya yang diperlukan dalam penilaian. Selain itu
juga, banyak instrumen penilaian afektif yang sudah tersedia tidak bersifat reliabel
dan valid sebagaimana halnya instrumen penilaian kognitif, oleh karena itu
akibatnya pembuat kebijakan mungkin enggan menggunakannya.
Kurang memadainya porsi perhatian terhadap masalah penilaian ranah
afektif juga diantaranya disebabkan oleh karena merancang pencapaian tujuan
pembelajaran afektif oleh kebanyakan guru dirasakan tidak semudah pembelajaran
kognitif. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zuchdi berdasarkan hasil
penelitian, bahwa praktik penilaian hasil belajar di sekolah, sarat dengan penilaian
kognitif semata. Penghargaan pada siswa ditunjukkan guru melalui pemberian
ranking dan nilai ujian.7 Kodisi ini terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan
pendidik untuk mendeskripsikan indikator capaian ranah afektif sehingga penilaian
yang dilakukan kepada peserta didik selama ini tidak menggambarkan kemampuan
peserta didik secara menyeluruh. Akibatnya pendidik tidak mampu melakukan
pembinaan aspek afektif yang meliputi kecerdasan emosional, sosial dan spiritual.
menurut Bloom (dalam Supriadi 2019) terdapat teori perkembangan dari
tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomor. Kognitif merupakan perilaku
yang menekankan pada intelektualnya, seperti pengetahuan dan keterampilan
berpikir. Afektif lebih menekankan pada aspek perasaan, seperti minat dan sikap.
Sedangkan psikomotor lebih menekankan pada keterampilan motorik.
Menurut Bloom (dalam Aunurrahman, 2019) ranah kognitif terdiri dari
enam jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku yaitu penerimaan,
9

partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola


hidup. Ranah psikomotor menurut Simpon (dalam Aunurrahman, 2019) terdiri dari
tujuh perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Sedangkan menurut
Bloom (dalam Supriadi, 2019) domain psikomotor meliputi imitation,
manipulation, precision, articulation, naturalization. Ketiga aspek tersebut perlu
dikaji karena untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa maupun tenaga pendidik
di dalam proses belajar mengajar. Peserta didik atau siswa diharapkan mampu
mencapai keberhasilan belajar sesuai dengan jenjang kemampuan di dalam
taksonomi tersebut. Keberhasilan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan
keberhasilan tenaga pendidik di dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut
Bloom, dkk (dalam Ruwaida, 2019) mengatakan bahwa tujuan pendidikan harus
mengacu kepada tiga ranah domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
10

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis kata manajemen merupakan terjemahan dari kata
management (bahasa Inggris) yang terdiri dari kata manage atau to manage yang
berarti menyelenggarakan, membawa, atau mengarah. Kata manage juga bermakna
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola atau menata.
Manajemen peserta didik, secara sederhana dari kedua istilah (manajemen
dan peserta didik), secara sederhana dapat diartikan adalah suatu pengaturan atau
penataan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan peserta didik, mulai dari saat
peserta didik masuk sampai pada peserta didik keluar dari suatu lembaga pendidikan
tertentu.
Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta
didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga
pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut sekolah
dapat berjalan; lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik
untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-
segi individualitasnya, segi social, aspirasi, kebutuhan, dan segi-segi potensi
peserta didik lainnya.

menurut Bloom (dalam Supriadi 2019) terdapat teori perkembangan dari


tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomor. Kognitif merupakan perilaku yang
menekankan pada intelektualnya, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir.
Afektif lebih menekankan pada aspek perasaan, seperti minat dan sikap. Sedangkan
psikomotor lebih menekankan pada keterampilan motorik.
B. Saran
Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa
membaca buku atau artikel yang memuat tentang Pembelajaran manajemen peserta
didik. Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang saya peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya sebagai penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
11

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pendidikan, cet. 3. Yogyakarta: Aditya Madia, 2008


Danim, S, dan Danim, Y. (2010). Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas.
Bandung: Pustaka Setia
Darodjat, dkk. Model Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah
(MTs). Jurnal Penenlitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(1), (11-26).
Imron, A. (2016). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Ionita, F. (2020). Pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah materi pencemaran lingkungan siswa sma negeri 13
medan. JURNAL BIOLOKUS, 3 (1), 245-251.
Jahari, J., Khoiruddin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta Didik. Jurnal
Isema: Islamic Educational Management, 3(2), 170-180.
Magdalena, Ina dkk. (2020). Tiga Ranah Taksonomi Bloom dalam Pendidikan. Jurnal
STITPN,2(1). Tersedia: http://ejournal.stitpn.ac.id. (04 Juli 2021)
Meilani,Leni dkk. (2021). Dampak pembelajaran jarak jauh terhadap aspek
kognitif,afektif, dan psikomotor bagi siswa sekolah menengah atas (sma).
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,1(2),282.
Nyoto,Suseno dkk.(2021). Model pembelajaran perpaduan sistem daring dan praktikum
untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor. Jpf (jurnal
pendidikan fisika) fkip um metro,9(1),42-54.
Putra,R.A dkk.(2017). Penerapan Metode Pembelajaran Mandiri Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, I (1),23.
Rahman, L. L., Rusyana, A & Yulisma, L. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery learning Berbasis LKS Tipe Word square terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa. J-KIP (Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan), 2 (1), 33-
38.
Ruwaida, Hikmatu. (2019). Proses Kognitif Dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis
Kemampuan Mencipta (C6) Pada Pembelajaran Fikih Di Mi Miftahul Anwar
Desa Banua Lawas: AlMadrasah:Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah, 4(1), 5.
Sari, F. A., Suseno, N., & Riswanto. (2019). Pengembangan Modul Fisika Online
Berbasis Web pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Inovasi Pembelajaran
Fisika dan Riset Ilmiah (JIPFRI). 3(2), 129- 135.
Sutjipto dan Mukti. Administrasi Pendidikan, cet. 9. Jakarta: Depdikbut Dirjen Dikti,
2009.
Suwardi dan Daryanto. (2017). Manajemen Peserta Didik, Yogjakarta: Gava Media.
Tim Dosen UPI. (2017). Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai