Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 10

Prosedur Tes
Hasil Belajar
Hello!
1. Diva Nur Aini 21050634022
2. Yohanitha Regina N 21050634029
3. Afifah Maulidiyatul U 21050634016

2
tes hasil belajar dilakukan agar
guru dapat mengetahui seberapa
jauh kemampuan peserta didik
setelah dilakukan proses
pembelajaran

”3
PROSEDUR PELAKSANAAN TES
HASIL BELAJAR
A. Perencanaan Evaluasi
Dalam perencanaan evaluasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti tujuan, kisi-kisi,
menulis soal, uji coba dan analisis soal, revisi dan merakit soal.

1. Menentukan Tujuan Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi, tentu guru memiliki maksud atau tujuan tertentu. Tujuan harus
dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal karena tujuan evaluasi tersebut
menjadi dasar untuk menentukan arah dan ruang lingkup materi evaluasi.

4
2. Menyusun kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi evaluasi betul-betul representatif dan relevan dengan materi
pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang
menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan
tertentu. Fungsi kisi-kisi sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes.

3. Menulis soal

Merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan alat ukur atau tes yang baik. Penulisan
soal adalah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman
kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk
pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan.
5
4. Uji coba dan analisis soal

Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di lapangan.
Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki dan dibuang sama sekali, serta
soal-soal mana yang baik digunakan untuk selanjutnya. Dalam melaksanakan uji coba soal, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Ruangan tempat tes diusahakan seterang mungkin

b. Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes

c. Para pengawas tes harus mengontrol pelaksanaan tes dengan ketat tapi tidak mengganggu suasana tes

d. Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan

e. Peserta didik harus benar-benar patuh mengerjakan semua petunjuk dan perintah dari penguji

f. Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis dan diadministrasikan dengan baik sehingga dapat diketahui soal-soal mana yang
lemah untuk selanjutnya dapat diperbaiki kembali

6
5. Revisi dan merakit soal

Setelah uji coba dan analisis, kemudian direvisi sesuai dengan


proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Ddengan demikian,
ada soal yang masih bisa diperbaiki dari segi bahasa dan ada juga yang
harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option) bahkan ada soal yang harus disisihkan.
Berdasarkan hasil revisi soal inilah, baru dilakukan perakitan soal
menjadi suatu alat ukur yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat
memperngaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal,
pengelompokan bentuk soal, penataan soal dan sebagainya harus
diperhatikan.

7
B. Teknik Pelaksanaan Tes Hasil Belajar
Dalam pelaksanaan tes hasil belajar dibagi menjadi tiga teknik, yaitu secara tertulis (tes tulis),
secara lisan (tes lisan) dan tes perbuatan. Dalam tes tertulis, semua soal-soal yang diberikan secara tertulis
dan jawabannya juga tertulis. Pada tes lisan, yaitu semua dilakukannya secara lisan dan jawabannya
secara lisan pula. Adapun soal-soal yang diberikan secara lisan, tetapi jawabanya secara tertulis dalam
waktu yang telah ditentukan. Sedangkan tes perbuatan dalam bentuk soalnya yaitu pemberian perintah
atau tugas yang harus dilaksanakan oleh testee dan cara penilaiannya setelah testee itu selesai
mengerjakan tugas tersebut.

8
1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis

Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

 Pilihlah ruangan yang tidak mengganggu para testee yang jauh dari keramaian, kebisingan,
suara hiruk pikuk, dan lalu lalang orang lain. dan sebaiknya didepan ruangan tes dipasang
papan pemberitahuan. Hal ini dilakukan agar para testee mendapat ketenangan dalam
mengerjakan tes.

 Ruangan tes tidak terlalu sempit, harus cukup longgar dan tempat duduk diatur sedemikian
mungkin.

 Jangan terlalu dekat jarak tempat duduk yang satu dengan yang lain dan jangan terlalu jauh,
agar tercegahnya kerja sama yang tidak sehat diantara testee.

9
 Ruangan tes sebaiknya memiliki system pencahayaan dan pertukaran udara yang baik. Ruangan tes jangan
terlalu gelap atau remang-remang, karena hal ini dapat menyulitkan testee untuk membaca soal tes dan
menjawabnya, dan juga bagi tester atau pengawas untuk menunaikan tugasnya.

 Jika dalam ruangan tes tidak terdapat meja tulis atau alas untuk penulis, sebaiknya disiapkan terlebih
dahulu alas tulis yang terbuat dari triplex, harboard, atau alat bahan lainnya, sehingga testee tidak
menggunakan paha kakinya untuk alas tulis.

 Soal yang diberikan hendaknya dibalik terlebih dahulu, agar semua testee dapat mengerjakannya secara
bersamaan. Dan sebaiknya tester atau pengawas memberi pemberitahuan terlebih dahulu sebelum soal itu
dibagikan.

10
 Dalam mengawasi jalannya tes, sebaiknya para tester atau pengawas berlaku wajar. Artinya,
tester jangan terlalu sering berjalan dalam ruangan, sehingga mengganggu konsentrasi testee.
Sebaliknya, tester pun jangan terlalu sering duduk, sehingga memungkinkan para testee
bekerja sama atau menyontek. Jika pengawas lebih dari satu orang, sebaiknya jangan terlalu
bercakap-cakap yang dapat mengganggu jalannya tes. Dengan demikian pelaksanaan tes
dapat berjalan dengan lancar, tidak terlalu longgar dan tidak terlalu mencekam.

 Bagi para tester atau pengawas, sebelum berlangsungnya tes sebaiknya terlebih dahulu
memberitahukan sanksi bagi testee yang berbuat curang. Sanksi itu dapat berupa, dikeluarkan
dari kelas, soalnya diambil atau disobek, atau dicoret soal jawaban testee tersebut.

 Sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang ditanda tangani semua peserta
tes. Dan sebaiknya dalam mngedarkan daftar hadir ini jangan mengganggu ketenangan testee.

11
 Jika waktu telah habis dan berbunyi, hendaknya testee menghentikan pekerjaannya dan meninggalkan
ruangan tes. Dan tester segera mengambil lembaran-lembaran soal dengan teliti, apakah jumlah lembaran
tersebut sama dengan jumlah di dalam daftar hadir.

 Untuk mencegah berbagai kesulitan di kemudian hari, pada berita Pelaksanaan Tes harus dituliskan
secara lengkap berapa orang yang mengikuti tes dan berapa orang yang tidak mengikuti tes dengan
menuliskan identitas-identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian, nama, dan sebagainya).

12
2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan

Dalam tes lisan pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:


13
 Sebelum tes lisan dimulai, tester sebaik sudah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diujikan, agar testee terlebih dahulu untuk belajar dan dapat diharapkan memiliki validitas yang
tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya.

 Setiap butir soal yang telah ditetapkan, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar
jawaban betulnya. Hal ini dilakukan agar tester mempunyai kritea dalam memberikan skor atau
nilai kepada testee.

 Bagi tester jangan sekali-kali memberikan “angin segar” atau Tes hasil belajar yang dilaksanakan
secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi
diskusi. Tester harus menyadari bahwa yang dihadapannya adalah testee yang sedang “diukur” dan
“dinilai” prestasi belajarnya setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Dengan demikian apabila testee menjawab soal tes yang diberikan itu menyimpang dari
kritea-kritea yang sudah ditentukan, jangalah disalahkan dan jangan sampai diperdebatkan yang
dapat mengakibatkan kegiatan evaluasi berubah menjadi kegiatan diskusi.

14
 Para tester atau pengawas jangan sekali memberikan nilai atau skor setelah seluruh testee
menjalani tes lisan. Seharusnya dan sebaiknya memberikan skor atau nilai saat masing-masing
testee selesai tes lisan.

 “memancing-mancing” dengan kata-kata atau dengan kode-kode yang yang bisa membantu testee.
Dan sekali-kali tester tidak adil dalam member nilai atau skor karena alasan “kasihan”. Pada
hakikat adalah “mengukur” dan bukan “membimbing” testee.

 Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Makna disini, bahwa tester dalam mengajukan
pertanyaan jangan sampai membuat testee tersebut takut, gugup, atau panik. Karena itu, tester
harus menggunakan kata-kata yang halus, yang dapat dimengerti oleh testee. Penggunaan kalimat-
kalimat yang bersifat “Menteror” yang dapat menimbulkan tekanan psikis pada diri testee.

15
 Sebaiknya tester harus mempunyai pedoman atau ancar-ancar yang pasti barapa lama atau
berapa waktu yang disediakan bagi tiap peserta tes dalam menjawab soal-soal atau
pertanyaan-pertanyaan dalam tes lisan. Alokasi waktu harus tepat antara testee yang satu
dengan testee yang lainnya.

 Pentanyaan yang diajukan haruslah bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun pertanyaan inti
persoalan itu sama, anmun cara pengajuan

 Pertanyaannya dibuat berlainan atau beragam. Hal ini dilakukan, agar testee yang
selanjutnya tidak mendapatkan yang lebih mujur daripada testee yang sebelumnya.

 Sejauh mungkin tes lisan ini diusahakan secara individu (satu demi satu). Hal ini dilakukan
agar tidak menurunkan mental testee yang lain.

16
3. Teknik Pelaksanaan Tes Perbuatan

Tes perbuatan pada umumnya di gunakan untuk mengukur taraf


kompetensi yang bersifat ketrampilan (psikomotorik), dimana penilaianya
dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai
oleh testee setelah melaksanakan tugas tersebut. Karena tes ini bertujuan
ingin mengukur keterampilan, maka sebaiknya tes perbuatan ini di
laksanakan secara individual. Hal ini di maksudkan agar masing-masing
individu yang dites akan dapat di amati dan dinilai secara pasti, sejauh mana
kemampuan atau keterampilanya dalam melaksanakan tugas yang
diperintahkan kepada masing-masing individual tersebut. Dalam
melaksanakan tes perbuatan itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh tester.


17
 Tester harus mengamati dengan teliti, cara yang ditempuh oleh testee dalam menyelesaikan
tugas yang di tentukan.

 Agar dapat di capai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya testr jangan berbicara
atau berbuat sesuatu yang data mempengaruhi testee yang sedang mengerjakan tugas tesebut.

 Dalam mengamati testee yang sedang melaksanakan tugas itu, hendaknya tester telah
menyiapkan instumen berupa lembar penilaian yang di dalamya telah ditentukan hal-hal
apsajkah yang harus di amati dan di berikan penil.

18
C. Ciri – ciri tes pelaksanaan
tes hasil belajar yang baik :


19
1. validitas, syarat yang harus dimiliki ole tes hasil belajar adalah validitas, berbeda dengan
valid validitas memiliki arti yang berarti ketepatan, keabsahan, kesasihan, dan kebenaran. Jadi
didalam tes hasil belajar dikatakan memiliki validitas apabila tes tersebut secara tepat, benar,
sahih, dan absah akan dapat mengungkap sesuatu yang akan diungkap dan diukur.

2. Reliable , realibilitas atau ketepatan adalah syarat yang mengacu pada konsistensi hasil tes,
maksudnya konsisten yaitu apabila tes yang sama akan diberikan kepada peserta didik beberapa
kali, hasil dari tes tersebut tetap sama dan konsisten.

3. Objektif, merupakan syarat yang bersifat keseluruhan tanpa ada unsur pribadi yang akan
mempengaruhi sistem skor.

4 Praktis dan ekonomis yang mengacu pada pelaksanaan tes hasil belajar yang dimana tes
tersebut mudah dilaksanakan, mudah diperiksa dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas dan
juga dalam tes tersebut diharapkan tidak memerlukan biaya yang mahal, waktu dan tenaga yang
banyak.

20
TERIMA KASIH

21

Anda mungkin juga menyukai