Logo Sriwijaya Air berupa bentuk “ru-yi” yang berasal dari kepercayaan
masyarakat Cina, yang berarti bahwa apa yang kita inginkan atau usahakan harus
yakin tercapai. Disamping itu, melambangkan pula bahwa seluruh karyawan
Sriwijaya Air harus memiliki hati yang bersih, sebersih warna dasar armada
Sriwijaya Air. Adapula bentuk lekukan hati di bagian atas logo yang melambangkan
bahwa para pimpinan dan karyawan harus mempunyai rasa memiliki atau sense of
belonging dan rasa cinta terhadap perusahaan.
Apabila dilihat dari komposisi warna, warna biru pada tulisan Sriwijaya Air
melambangkan bahwa maskapai ini berkeinginan melanglang buana ke seluruh
pelosok Nusantara. Sedangkan warna merah, melambangkan bahwa para pimpinan
dan karyawan Sriwijaya Air harus berani dan bijak dalam menyelesaikan masalah
atau mengambil keputusan.
Sedangkan arti dan tujuan dari nama maskapai ini adalah melambangkan
bahwa Sriwijaya Air harus menjadi perusahaan yang besar dan terkenal seperti
Kerajaan Sriwijaya yang namanya terukir dalam sejarah nasional dan regional. A
b. Boeing 737-40
c. Boeing 737-30
6.
d. Boeing 737-500W
7. Keselamatan Penerbangan
Pemeliharaan armada dilakukan oleh tim pakar mesin pesawat dari dalam
maupun luar negeri. Dilengkapi dengan hanggar, peralatan khusus, serta keseriusan
dalam profesionalisme dari departemen teknik, departemen perencanaan dan quality
5
hanya dengan satu pesawat berkembang hingga mengoperasikan lebih dari 30 pesawat ke
seluruh Indonesia. Sriwijaya Air diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia yang
dilihat dari pertumbuhan penumpang yang baik dari tahun ke tahun. Disaat banyak
maskapai medium service berjatuhan dan bangkrut, Sriwijaya Air justru melakukan
ekspansi ke berbagai kota di Indonesia, terutama di Indonesia Timur. Rute-rute seperti
Tanjung Pandan, Luwuk, Tarakan, yang selama ini dilayani oleh maskapai regional
dengan pesawat baling-baling kini dilayani oleh Sriwijaya Air dengan pesawat jet
mereka.
Sriwijaya Air terbang ke Papua dengan mengusung tagline “I Love Papua”, pada
tanggal 4 Juli 2011, Sriwijaya Air resmi membuka rute penerbangan ke Sorong dan
Manokwari. Pembukaan rute ke wilayah Papua ini semakin mengkukuhkan komitmen
Sriwijaya Air untuk menjadi maskapai penerbangan yang dapat menghubungkan kota-
kota di Indonesia melalui jalur penerbangan udara. Ekspansi ke wilayah timur Indonesia
memang sudah menjadi agenda Sriwijaya Air, seiring dengan rencana Sriwijaya Air
untuk memperluas rute penerbangan pada tahun 2011. Sebagai tahap awal, baru dua kota
yang akan diterbangi. Dengan adanya penerbangan ke Sorong dan Manokwari, maka rute
penerbangan lain dari Indonesia Barat dan Indonesia Tengah pun menjadi tersambungkan
dengan lebih mudah, demikian pula sebaliknya. Posisi connecting flight berada di Jakarta,
Surabaya, dan Makassar. Penerbangan dari Indonesia Barat dan sebagian Indonesia
Tengah memiliki connecting flight di Jakarta dan Surabaya, sedangkan sebagian lainnya
dari Indonesia Tengah memiliki alternatif connecting flight di Makassar. Sriwijaya Air
memperluas layanan penerbangan ke Papua dalam upaya untuk memasuki permintaan
penerbangan di kawasan timur Indonesia.
Selain membuka rute baru, Sriwijaya Air juga menambah frekuensi penerbangan
Jakarta–Jogjakarta PP menjadi dua kali sehari. Sedangkan rute baru yang diluncurkan
adalah rute Surabaya– Jogjakarta–Surabaya. Rute ini adalah rute khusus dengan
jarak pendek, namun menjadi alternatif menarik untuk pelanggan yang selama ini minim
pilihan bila menggunakan transportasi udara.
Disamping itu, Sriwijaya Air membuka rute internasional baru, yakni Jakarta–Dili
PP (via Denpasar). Selain dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar Sriwijaya Air di
luar negeri, dibukanya rute baru ini adalah salah satu upaya Sriwijaya Air untuk
8
memfasilitasi sarana transporasi para pelanggan. Rute ini adalah salah satu rute yang
ditinggalkan oleh Batavia Air. Namun saat ini supply penerbangan ke wilayah tersebut
terhenti. Rute baru Sriwijaya Air ini akan dilayani dengan menggunakan armada barunya,
yaitu pesawat Boeing 737-500, dengan konfigurasi tempat duduk terdiri dari dua kelas,
yaitu kelas eksekutif dan kelas ekonomi. Adanya layanan kelas eksekutif ini, maka
Sriwijaya Air memberikan pilihan kepada pelanggannya untuk kenyamanan dalam
perjalanan. Layanan kelas eksekutif ini menjadi alternatif yang menarik untuk pelanggan,
mengingat perjalanan Jakarta–Dili PP adalah perjalanan yang cukup memakan waktu.
Dengan kelas eksekutif, tentu perjalanannya akan semakin nyaman. Adapun pesawat
Boeing 737-500 yang akan melayani rute ini memiliki kapasitas 120 tempat duduk atau
seats, yang terdiri dari 8 seats kelas eksekutif dan 112 seats kelas ekonomi.
Berikut tabel yang akan menjelaskan kota tujuan penerbangan Sriwijaya Air:
Jawa Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta.
Sumatera Aceh, Bandar Lampung, Batam, Bengkulu, Jambi, Medan, Padang,
Palembang, Pangkalpinang, Pekanbaru, Tanjung Pandang, Tanjung
Pinang.
Kalimantan Balikpapan, Banjarmasin, Berau, Palangkaraya, Pangkalan Bun,
Pontianak, Tarakan.
Sulawesi Gorontalo, Kendari, Luwuk, Makasaar, Manado, Mamuju, Palu.
Bali dan Nusa Bali, Kupang, Lombok, Maumere, Waingapu.
Tenggara
Maluku dan Ambon, Biak, Jayapura, Manokwari, Merauke, Sorong, Timika,
Papua Ternate.
Internasional Singapura, Malaysia, Thailand, Dili.
Populer Bali, Surabaya, Bandung, Makassar, Medan, Padang, Yogya.
Tabel 2 Kota Tujuan Sriwijaya Air
Sumber: sriwijayaair.co.id (2014)
9
D. Target Pasar
Berangkat dari segmen medium service, Sriwijaya Air memulai transisi
mereka untuk melayani segmen full service. Hal ini dilakukan untuk memberikan
persaingan yang sehat di segmen full service carrier di Indonesia, yang pada saat itu
hanya dilayani oleh Garuda Indonesia. Sriwijaya Air berkonsentrasi pada bisnis
penerbangan penumpang dan layanan pengiriman barang, dengan jangkauan nasional
maupun regional. Sejak berdiri pada 10 November 2003, Sriwijaya air berhasil
mencapai target-target yang dikemas dalam misi dan visinya, seperti mengedepankan
layanan berkualitas, menjadi maskapai penerbangan yang mampu bersaing secara
nasional maupun regional, siap berekspansi bisnis pada level dunia, mengadopsi
teknologi terkini dan manajemen perusahaan yang efektif dan efisien, mengundang
turis domestik dan internasional ke berbagai destinasi, serta untung secara bisnis.
Maskapai Sriwijaya Air yang berbasis di Jakarta, berhasil bertahan dan keluar dari
krisis global 2008 tanpa kerugian yang berarti. Bahkan terus melakukan ekspansi ke
timur Indonesia dengan armada-armada baru.
Dengan melayanai segmen full service, artinya Sriwijaya Air memiliki standar
pelayanan dengan fasilitas lebih. Sriwijaya membagi kelas penerbangan ke dalam dua
kelas, yaitu eksekutif dan ekonomi. Di kelas eksekutif, Sriwijaya Air menawarkan
kenyamanan lebih bagi para penumpangnya. Ini meliputi fasilitas seperti bagasi 20
kilogram, priority baggage, airport lounge, private car, welcome drink, seat pitch 31
inch, serta inflight snack. Di kelas ekonomi, Sriwijaya Air menawarkan fasilitas
bagasi 20 kilogram dan inflight snack. Sriwijaya Air juga memiliki inflight shop yang
cukup lengkap dan menawarkan berbagai merchandise dari Sriwijaya Air dan brand
ternama lainnya.
Andi Halim dan Fandy Lingga (Komisaris) merupakan saudara kakak beradik.
Ditambah dengan rekan lainnya yang turut mengembangkan bisnis Sriwijaya Air.
Adanya pembagian antara Dewan Komisaris dan Dewan Direksi di
manajemen SDM Sriwijaya Air menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tugas dari
kedua dewan tersebut, perbedaan tugas tersebut diantaranya:
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan
Terbatas (PT), dalam hal ini adalah PT Sriwijaya Air. Dalam UU No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dijabarkan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab dari Dewan Komisaris.
Terdapat tiga poin dalam tugas dan kewenangan Dewan Komisaris,
yaitu (1) melakukan pengawasan atas jalannya usaha PT dan memberikan
nasihat kepada direktur; (2) bertugas sesuai dengan kepentingan, maksud, dan
tujuan PT; dan (3) dapat menggantikan tugas-tugas tertentu direktur apabila
direktur berhalangan.
Sedangkan tanggung jawab atau kewajiban dari Dewan Komisaris
adalah (1) membuat notula rapat dewan komisaris dan menyimpan
salinannya; (2) melaporkan kepada PT mengenai kepemilikan saham; dan (3)
memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah ditentukan.
2. Dewan Direksi
Dari sumber yang sama, yaitu UU No. 40 Tahun 2007, dijelaskan
bahwa direktur (tunggal) atau dewan direksi (jamak) merupakan seseorang
atau sekelompok orang yang ditunjuk untuk memimpin PT. Dewan Direksi
memiliki tugas dan kewenangan baik yang bersifat eksternal dan internal.
Tugas eksternal Dewan Direksi adalah mewakili PT atas nama perseroan
untuk melakukan bisnis dengan perusahaan lain dan mewakili PT dalam
perkara pengadilan. Sedangkan tugas internal Dewan Direksi adalah mengurus
dan mengelola PT untuk kepentingan PT yang sesuai dengan maksud dan
tujuan PT serta menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan kebijakan yang
tepat yang telah ditentukan dalam UU tentang PT.
Adapula tanggung jawab atau kewajiban dari Dewan Direksi yaitu
harus bertanggung jawab baik secara pidana atau perdata atas kerugian PT
11
3. 20 Desember 2011
Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKM rute Jakarta-Yogyakarta tergelincir di
Bandara Adisutjipto Yogyakarta, pesawat itu diduga tergelincir karena hujan
deras yang mengguyur kota Yogyakarta. Peristiwa bermula ketika pesawat
Sriwijaya Air berangkat dari Jakarta pukul 13.45 WIB, sekitar 50 menit
kemudian seharusnya sudah mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Namun, karena saat itu bandara ditutup akibat cuaca buruk dan jarak pandang
hanya 500 meter, maka pendaratan dialihkan ke Surabaya. Pesawat tersebut
mengisi bahan bakar di Surabaya dan berangkat lagi menuju Yogyakarta.
Pesawat Sriwijaya Air tersebut sebenarnya direkomendasikan mendarat
di Bandara Adisutjipto pada pukul 17.05. Namun, karena saat itu ada pesawat
Garuda yang mendarat, maka baru pukul 17.13 Sriwijaya Air bisa mendarat.
Namun, saat melakukan pendaratan, pesawat Sriwijaya tidak terkendali karena
tidak bisa direm sehingga terus melaju hingga sisi timur landasan dan
kemudian tergelincir di sisi kiri landasan. Setelah terperosok di area rumput
baru pesawat bisa berhenti, diketahui bahwa pesawat mengangkut 131
penumpang dan 5 orang mengalami luka-luka dalam insiden ini.
15
4. 1 Juni 2012
Pesawat Sriwijaya Air SJ-188 rute Jakarta–Pontianak tergelincir di
Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat. Pesawat Boeing seri 737-400
beregristrasi PK-CJV yang dioperasikan maskapai Sriwijaya Air tersebut
tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Supadio pada pukul 12.35
WIB. Ketika pendaratan itu dilakukan, landasan pacu tengah diguyur hujan
lebat dan hempasan angin kencang dengan kecepatan rata-rata 16 knot. Saat
itu, pesawat tengah membawa 163 penumpang yang terdiri dari 160
penumpang dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun akibat
peristiwa tersebut, roda pendaratan bagian depan pesawat (nose wheel) patah,
roda bagian kiri dan kanan (landing gear) masuk ke dalam tanah, serta posisi
mesin menempel ke tanah.
16
5. 13 Oktober 2012
Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor Penerbangan SJ 0021 Medan-
Padang salah mendarat di Bandar Udara Tabing. Pesawat Sriwijaya Air dari
Kota Medan menuju Kota Padang, Sabtu (13/10) sekitar pukul 17.05 WIB,.
Pesawat yang seharusnya mendarat di Bandara Internasional Minangkabau
(BIM), malah mendarat di bekas landasan pacu Bandara Tabing yang sudah
tidak berfungsi lagi. Tidak ada korban jiwa di dalam insiden ini.
6. 27 Maret 2013
Pesawat Sriwijaya Air SJ 0021 Boeing 737-300 PK–CLJ rute
penerbangan Medan-Padang-Jakarta tergelincir ketika baru saja mendarat di
Bandara Internasional Minangkabau, pesawat itu mengalami insiden sekitar
pukul 18.30 pada Rabu, 27 Maret 2013 kemudian pesawat hampir menabrak
garbarata di Bandara Internasional Minangkabau. Akibat kejadian tersebut,
pesawat menabrak lampu-lampu di landasan pacu. Kejadian tersebut sempat
mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau
dan tidak ada korban jiwa pada insiden ini.
perjalanan. Namun, saya memikirkan dampak negatif yang timbul bila saja
pesawat yang ditumpangi orang berkebutuhan khusus mengalami kecelakaan.
Pertama, menyamakan penyandang cacat/orang berkebutuhan khusus
dengan orang sakit. Pemahaman ini sungguh keliru dan kiranya dapat
diluruskan. Orang berkebutuhan khusus adalah mereka yang mengalami
kelainan fisik yang menyebabkan hilangnya fungsi fisik orang yang
bersangkutan (contohnya tunanetra tidak dapat melihat), jadi berbeda dengan
sakit seperti kanker, jantung, hipertensi, epilepsi, dan lain-lainnya. Untuk
pemahaman lebih lanjut dapat Googling dengan kata kunci "penyandang cacat
bukan orang sakit."
Kedua, adalah dampak dari redaksional surat tersebut apabila pesawat
yang ditumpangi orang berkebutuhan khusus mengalami kecelakaan. Merujuk
pada isi surat terlampir, saya asumsikan maskapai penerbangan mengabaikan
hak-hak asasi manusia, yaitu penumpang berkebutuhan khusus, yang
seharusnya mendapatkan pelayanan dan perlindungan yang sama dengan
penumpang lain, karena kami juga membayar penuh seperti halnya
penumpang lain.
Saya pun pesimis kalau komplain semacam ini akan dibaca pihak
maskapai penerbangan, apalagi sampai dipertimbangkan dan dijadikan acuan
untuk merubah kebijakan yang sudah ada. Namun, saya percaya apabila hal ini
diketahui orang banyak dan dapat menggugah hati para pembaca untuk lebih
peduli terhadap hal semacam ini, maka bukan tidak mungkin perubahan akan
dapat dilaksanakan.
Harapan saya, semoga maskapai penerbangan di Indonesia dapat lebih
bijaksana menentukan kebijakan bagi penumpangnya, termasuk mereka yang
berkebutuhan khusus. Minimal sediakanlah formulir yang khusus
mengakomodasi penumpang berkebutuhan khusus (tanpa menyebut sebagai
orang sakit tentunya).
Yang terakhir, saya mohon maaf, terutama pada pihak maskapai
penerbangan yang tersebut dalam scan surat, apabila surat ini dianggap
mencemarkan nama baik atau yang semacamnya. Saya selaku individu hanya
ingin menyampaikan keprihatinan atas bunyi surat pernyataan yang menurut
hati nurani saya cukup diskriminatif dan kurang adil bagi penumpang
berkebutuhan khusus seperti saya. Jadi, saya sama sekali tidak marah, emosi,
21