Anda di halaman 1dari 12

SUMBER-SUMBER HUKUM

MATA KULIAH : PIH/PTHI


Dosen Pengampu : Ahmad Fauzan M.pd

Dra. Rispawati, M. Si.

NAMA KELOMPOK 4:

1. YASFA SOLIYA HENDA YANA (E1B022179)

2. DANI FEBRIANSYAH (E1B022206)

3. YULI MARIA (E1B022180)

4. IBRONAYAMA (E1B022216)

KELAS : E1 PPKn

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM
2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Mata Kuliah PIH/PTHI.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang telah dibuat ini tidak akan terselesaikan
jika tanpa bantuan dan bimbingan dari Bapak dan ibu dosen Ahmad Fauzan M.pd & Dra.
Rispawati, M. Si.

Selaku dosen mata kuliah PIH/PTHI , dan terutama ridho Allah SWT. Kami menyadari makalah
ini jauh dari sempurna. Banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Akan dari itu
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan.

Mataram, 25 Augustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman sampul…………………………………………………………………………………………………………i

Kata pengantar…………………………………..........................................…………………….…………ii

Daftar isi ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................1

1. Arti Sumber Hukum


2. Sumber Hukum Materiil
3. Sumber Hukum Materiil Hukum Indonesia
4. Undang-undang Sebagai Sumber Hukum Formal di Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan............................................................................................................. 2

1. Arti Sumber Hukum…………………………………………………………..….2


2. Sumber Hukum Materiil…………………………………..………………….…..3
3. Sumber Hukum Materiil Hukum Indonesia……………………….…..……….…4
4. Undang-undang Sebagai Sumber Hukum Formal di Indonesia…………..…5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………6


3.2 saran................................................................................... 6

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yang melatarbelakangi atau yang menjadi tujuan utama kami dalam menyusun makalah ini
adalah untuk memberikan pemahaman mengenai sumber hukum yang selama ini menjadi
tolak ukur kita dalam bertindak dan bertingkah laku sehingga dapat mngetahui arti tentang
hukum dan penerapan hukum itu sendiri untuk kini dan di masa depan.

Hukum yang lahir dan berlaku dalam kehidupan masyarakat tidak mungkin lahir dengan
sendirinya. Hukum dalam makna kebijakan pemerintah harus memiliki pijakan dalam
penerapannya. Hakim dalam memutuskan sebuah perkara dalam bentuk putusan harus
berpegang pada sumber-sumber hukum yang menjadi dasar mengapa dia (hakim) membuat
keputusan seperti itu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah indikator sebagai berikut :

1. Arti Sumber Hukum


2. Sumber Hukum Materiil
3. Sumber Hukum Materiil Hukum Indonesia
4. Undang-undang Sebagai Sumber Hukum Formal di Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarjan Tujuan dari rumusan masalah indikator sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Arti Sumber Hukum


2. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Materiil
3. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Materiil Hukum Indonesia
4. Untuk Mengetahui Undang-undang Sebagai Sumber Hukum Formal di Indonesia
1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Arti Sumber Hukum


Hukum yang lahir dan berlaku dalam kehidupan masyarakat tidak mungkin lahir
dengan sendirinya. hukum dalam makna kebijakan pemerintah harus memiliki pijakan
dalam penerapannya. Hakim dalam memutuskan sebuah perkara dalam bentuk
putusan harus berpegang pada sumber-sumber hukum yang menjadi dasar mengapa
dia (hakim) membuat keputusan seperti itu. Chipman Gray114 memberikan
perbedaan antara hukum dan sumber hukum dimana sumber hukum diartikan sebagai
bahan-bahan hukum maupun non-hukum tertentu yang digunakan oleh hakim
sebagai dasar dalam memutuskan sebuah perkara.
Sumber hukum dalam pengertiannya adalah “asalnya hukum” ialah berupa
keputusan penguasa yang berwenang untuk memberikan keputusan tersebut Artinya,
keputusan itu haruslah dari penguasa yang berwenang untuk itu. Sumber hukum
dalam arti sebagai asalnya hukum, membawa kepada suatu penyelidikan tentang
wewenang, untuk menyelidiki apakah suatu keputusan berasal dari penguasa yang
berwenang atau tidak. Keputusan penguasa yang berwenang dapat berupa peraturan
dapat pula berupa ketetapan.
Sumber hukum dalam pengertiannya sebagai “tempat” dikemukakannya
peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Sumber hukum dalam pengertian ini
membawa hukum dalam penyelidikan tentang macam-macam, jenis-jenis dan bentuk-
bentuk dari peraturan dan ketetapan. Selain itu pengertian hukum dalam
pengertiannya sebagai - hal-hal yang dapat atau seyogyanya mempengaruhi kepada
penguasa di dalam menentukan hukumnya. Misalnya keyakinan akan hukumnya, rasa
keadilan, perasaan akan hukumnya entah dari penguasa atau akyatnya, dan juga teori-
teori, pendapat-pendapat dan ajaran-ajaran dari ilmu pengetahuan hukum.

• Sumber hukum itu sendiri sering digunakan dalam beberapa arti, yaitu:
a. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum,
misalnya kehendak Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa dan sebagainya.
b. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan kepada ukum yang
sekarang berlaku: hukum Prancis, hukum Romawi.
c. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal kepada
peraturan hukum (penguasa, masyarakat).
d. Sebagai sumber dari kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen,
Undangundang, lonat, batu tulis dan sebagainya.
e. Sebagai sumber terjadinya hukum: sumber yang menimbulkan hukum.

2. Sumber Hukum Materiil


Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang menentukan isi hukum itu. Dan
tempat dari mana sumber hukum itu di ambil. Sumber-sumber hukum materiil, dapat
ditinjau lagi dari berbagai sudut,misalnya:
1) Sumber Hukum dalam Pengertian Sejarah
Sumber hukum dalam arti sejarah merujuk pada sumber pengenalan hukum yakni
semua tulisan, dokumen, inskripsi dan sebagainya. Mulai mana kita dapat mengenali
dan mengetahui sejarah hukum suatu bangsa pada suatu waktu tanpa merujuk
sumber-sumber hukum misalnya undang-undang, keputusan-keputusan hakim,
piagam-piagam yang memuat perbuatan hukum, tulisan-tulisan ahli hukum, baik
tulisan yang bersifat yuridis maupun tidak sepanjang itu memuat tentang lembaga-
lembaga hukum. Dalam sejarah perkembangan hukum di Indonesia lahir beranjak dari
pendudukan penjajahan kolonialisme Belanda di Indonesia. Belanda pada saat itu
menerapkan asas konkordansi, yaitu suatu asas yang melandasi diberlakukannya
hukum Eropa atau hukum di negeri Belanda pada masa itu untuk diberlakukan juga
kepada Golongan Eropa yang ada di Hindia Belanda (Indonesia pada masa itu). Dengan
kata lain, terhadap orang Eropa yang berada di Indonesia diberlakukan hukum perdata
asalnya yaitu hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda.
Sumber hukum dalam pengertian sejarah, adalah:
• Sumber pengenal hukum, baik berupa undang-undang, keputusan hakim,
tulisantulisan hukum, dokumen, surat-surat dari masa lampau yang dapat menjadi
pengenal untuk mengetahui suatu peraturan yang pernah berlaku.
• Sumber bagi pembuat undang-undang mendapatkan bahannya dalam hal
pembuatan undang-undang, termasuk di dalamnya adalah sistem hukum untuk
adanya hukum positif suatu negara.
2) Sumber Hukum dalam Pengertian Sosiologis
Dari perspektif sosiologis, sumber-sumber hukum berarti faktor-faktor yang
menyebabkan hukum benar-benar berlaku. Faktor-faktor tersebut adalah fakta-fakta
dan keadaan-keadaan yang menjadi tuntutan sosial untuk menciptakan hukum. Dari
sudut pandang sosiologis hukum tidak lebih dari pencerminan realita sosial. Sehingga
kondisi hukum dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, budaya, agama, geografis,
dan sosial. Menurut penganut sosiologis hukum, baik legislator maupun hakim harus
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam mengundangkan undangundangan
memutus perkara. Tanpa mempertimbangkan faktor-faktor itu, sosiolog hukum
memandang bahwa hukum tidak lebih dari pada kehendak penguasa. Faktorfaktor
yang dikemukakan oleh sosiolog tersebut, dalam tulisan ini dikemas sebagai faktor-
faktor yang harus dirujuk sebagai praktik-praktik yang telah diterima sebagai hukum.
Hakim dapat merujuk kepada faktor-faktor tersebut dalam memutus perkara apabila
terjadi konflik antara praktik-praktik dan hukum tertulis, menurut Peter Mahmud
Marzuki yang harus digunakan sebagai dasar adalah yang sesuai dengan prinsip
hukum, yaitu yang sesuai dengan aspek fisik dan aspek essensial manusia.

3) Sumber Hukum dalam Pengertian Filosofis


Dari sudut pandang filosofi, istilah sumber hukum juga mempunyai dua
pengertian. Pertama, arti mengenai keadilan yang merupakan esensi hukum. Oleh
karena itu, berdasarkan pengertian ini, sumber hukum menetapkan kriteria untuk
menguji apakah hukum yang berlaku sudah mencerminkan keadilan dan fairness.
Sejak didirikannya mazhab historis. Terdapat pandangan bahwa sumber esensi hukum
adalah kesadaran sosial akan hukum. Dengan demikian, hukum dikondisikan oleh
faktor-faktor politik, ekonomi, budaya dan sosial. Begitu faktor itu berubah, maka
hukum pun harus berubah pula. Akan tetapi, sudut pandang ini berbeda dengan sudut
pandang sosiologis tentang suatu hal. Mengingat dari sudut pandang filosofis hukum
dipandang sebagai aturan tingkah laku, sudut pandang tersebut akan menelaah lebih
dalam mengenai esensi hukum yaitu nilai yang diemban oleh hukum tersebut.
Merupakan suatu titik berat pandangan filosofis bahwa hukum harus mengusung nilai-
nilai keadilan dan fairness dengan merujuk kepada faktor politik, ekonomi, budaya,
dan sosial. Dalam hal ini pun perlu dirujuk aspek fisik dan aspek eksistensial manusia.

3. Sumber Hukum Materiil Hukum Indonesia


Sumber hukum materiel di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan
norma tertib hukum tertinggi serta merupakan Staatsfundamentalnorm (pokok kaidah
negara yang fundamental). Oleh karena itu, setiap peraturan perundangundangan
yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Jika ada peraturan
perundang-undangan yang bertentangan dengan Pancasila, maka dengan sendirinya
peraturan itu tidak boleh berlaku. Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum
memberi makna bahwa sistem hukum nasional wajib berlandaskan Pancasila. Akan
tetapi, keberadaan Pancasila tersebut semakin tergerus dalam sistem hukum nasional.
Hal demikian dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu:
• Adanya sikap resistensi terhadap Orde Baru yang memanfaatkan Pancasila demi
kelanggengan yang bersifat otoriter.
• Menguatnya pluralisme hukum yang mengakibatkan terjadinya
kontradiksikontradiksi atau disharmonisasi hukum.
• Status Pancasila tersebut hanya dijadikan simbol dalam hukum.

Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menerapkan Pancasila sebagai sumber
segala sumber hukum dalam sistem hukum nasional yaitu:

• Menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran hukum agar tidak terjadi lagi
diharmonisasi hukum akibat penerapannya pluralisme hukum.
• Mendudukkan Pancasila sebagai puncak peraturan perundang-undangan agar
Pancasila memiliki daya mengikat terhadap segala jenis peraturan
perundangundangan sehingga tidak melanggar asas lex superiori derogat legi
inferiori.

4 4. Undang-undang Sebagai Sumber Hukum Formal di Indonesia

Undang-undang dalam arti formal (sempit), yaitu peraturan tertulis yang


dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang berwenang (bersama-sama oleh DPR dan
Presiden). Undang-undang dalam arti formal ini yang ditekankan adalah segi pembuatan
dan bentuknya. Di Indonesia undang-undang dalam arti formal dibentuk bersama-sama
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden (Pasal 20 ayat (1), (2), dan (4) UUD
1945). Undang-undang dalam arti formal ini juga berlaku dan mengikat, jika telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Diberi bentuk tertulis


2. Adanya tata cara/prosedural tertentu dalam proses pembuatannya, yaitu
bersamasama oleh DPR dan Presiden, selanjutnya disahkan Presiden (Pasal 20 ayat
(1), (2), dan (4) UUD 1945
3. Undang-undang itu harus diundangkan oleh Menteri Sekretaris Negara dan dimuat
dalam Lembaran Negara
4. Undang-undang itu mulai berlaku dan mengikat menurut tanggal yang ditentukan
dalam undang-undang itu sendiri
5. Jika tidak disebutkan tanggal mulai berlakunya, maka berlakunya undang-undang itu
adalah 30 hari sejak diundangkan untuk daerah Jawa dan Madura, sedangkan untuk
daerah lainnya hari ke 100 sejak diundangkan.

Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka berlakulah suatu fictie dalam hukum,
yakni setiap orang dianggap telah mengetahui adanya suatu undang-undang. Dengan
demikian setiap orang tidak boleh membela diri dengan alasan karena belum mengetahui
undang-undang itu.

Suatu undang-undang tidak berlaku lagi dengan syarat-syarat sebagai berikut:

• Jika undang-undang itu jangka waktu berlakunya sudah habis,


• Jika hal-hal atau keadaan/objek yang diatur oleh undang-undang itu sudah
habis,Jika undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh pembentuknya atau
instansi yang lebih tinggi,
• Jika telah dikeluarkan undang-undang baru yang isinya bertentangan dengan isi
undang-undang terdahulu/yang dahulu berlaku.
Undang-undang itu terdiri dari konsideran yang berisikan pertimbanganpertimbangan
mengapa undang-undang itu dibuat. Pada umumnya pertimbangan itu dimulai dengan
kata-kata “menimbang”, “membaca”, “mengingat”. Di samping itu, undang-undang
berisikan juga diktum atau amar. Pada bagian lain yang tidak kurang pentingnya yang
pada umumnya terdapat dalam setiap undang-undang, yaitu ketentuan peralihan
yang fungsinya mengisi kekosongan dalam hukum (rechtsvacuum) dengan
menghubungkan waktu yang lampau dengan sekarang. Ketentuan peralihan itu
biasanya berbunyi:

“apabila tidak ada ketentuannya, maka berlakulah peraturan yang lama”.

Suatu undang-undang akan berlaku didasarkan pada adanya asas-asas tertentu, seperti di
bawah ini:

1. Undang-undang tidak berlaku surut, maksudnya undang-undang hanya terhadap


peristiwa yang disebutkan dalam undang-undang tersebut, dan terjadinya setelah
undang-undang itu dinyatakan berlaku. Contoh Pasal 3 A.B, Pasal 1ayat (1) KUHP.
2. Undang-undang yang lebih rendah derajatnya tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang yang lebih tinggi (asas tata jenjang), artinya peraturan yang dibuat
oleh penguasa yang rendah tidak boleh bertentangan (dari segi isi) dengan peraturan
yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi.
3. Undang-undang yang berlaku kemudian/belakangan membatalkan undang-undang
yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogat lex priori), dengan syarat, bahwa hal
yang diatur adalah sama. Asas ini tidak berlaku bagi KUHP, karena itu sendiri
mempunyai asas yang mengatakan, “bila ada perubahan berlakulah peraturan yang
lebih baik bagi si tersangka “ (Pasal 1 Ayat (2) KUHP.
4. Undang-undang yang lebih tinggi derajatnya membatalkan undang-undang yang
mempunyai derajat yang lebih rendah (lex superior derogat Lex inferiori), dengan
syarat mengatur objek yang sama dan saling bertentangan. Maksudnya apabila ada
dua macam undang-undang yang tidak sederajat mengatur objek yang sama dan
saling bertentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang lebih tinggi,
dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat.
5. Undang-undang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum, (lex
specialis derogat legi generalis), maksudnya apabila ada dua macam undang-undang
yang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta saling bertentangan, hakim
menerapkan yang khusus, dan mengesampingkan yang umum. Contoh KUHP terhadap
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
6. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat. Dalam hal ini menyangkut dengan adanya
hak uji materiil dan kaitannya dengan asas kedaulatan rakyat. Sepanjang undang-
Undang itu dibuat oleh badan negara yang memegang kedaulatan rakyat, maka
biasanya asas ini. Contoh: pada masa berlakunya UUDS 1950. Dengan demikian, tidak
semua negara menganut asas ini.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia menurut TAP MPRS
Nomor XX/MPRS/1966 telah ditetapkan tata pertingkatan/hierarki
perundangundangan dengan ketentuan bahwa peraturan perundang-undangan yang
derajatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangundangan yang derajatnya lebih tinggi.

BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan dapat di peroleh data sebagai berikut :


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan-aturan yang jika di langgar
mengakitbatkan sanksi tegas dan nyata.

Sumber hukum ada 2 yaitu:

1. Sumber hukum materiil: tempat dari mana materi hukum di ambil, jadi merupakan faktor
pembantu pembentukan hukum, dapat di tinjau dari berbagai sudut.

2. Sumber hukum formil ada 5 yaitu:

a. UU (statute)

b. Kebiasaan (custom)

c. Keputusan hakim (jurisprudentie)

d. Traktat

e. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

3.4 Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari
kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
NGUTRA THERESIA. 2016.HUKUM DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

WANTU, SH., MH, Dr. FENCE M. 2015.PENGANTAR ILMU HUKUM. KOTA


GORONTALO: REVIVA CENDEKIA
Nurhayati, S. H., M. H, Dr. Yati. 2020.BUKU AJAR PENGANTAR ILMU HUKUM.
BANDUNG: Nusa Media

Herman, S. H., M. HUM. 2012.PENGANTAR HUKUM INDONESIA. MAKASSAR:


Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar

Ishaq, S. H., M. HUM, Dr. H. 2018.PENGANTAR HUKUM INDONESIA (PHI).


DEPOK: PT RAJA GRAFINDO PERSADA

Anda mungkin juga menyukai