Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

ALERGI OBAT

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Siti Mahmudah
2. Vicky Gita Lismawati
3. Nirmala Sari

Dosen Pembimbing:
Ns. Sunarmi, S.Kep, M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Atresia Ani ” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak, selain itu
untuk mengetahui dan memahami tentang Askep Atresia Ani. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
Halaman judul....................................................................................................................................... i
Kata pengantar...................................................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................................
1.2.1 Tujuan umum..........................................................................................................................
1.2.2 Tujuan khusus........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. Definisi Alergi Obat....................................................................................................................
B. Klarifikasi ....................................................................................................................................
C. Faktor Resiko .............................................................................................................................
D.Etiologi .......................................................................................................................................
E. Patofisiologi ................................................................................................................................
F. Patway .........................................................................................................................................
G. Manifestasi klinis .......................................................................................................................
H. Pemeriksaan penunjang .............................................................................................................
I. Penatalaksanaan ...........................................................................................................................
J. Komplikasi .................................................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................
A. Pengkajian .................................................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan .............................................................................................................
C. Intervensi .................................................................................................................................
D. Implementasi ...........................................................................................................................
E. Evaluasi ....................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tapi juga dapat
menimbulkan reaksi yang merugikan. Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh
bereaksi secara berlebihan (abnormal) terhadap obat- obatan tertentu yang dikonsumsi oleh seseorang.
(Honestdocs, 2019).
Pada tahun 2014, sebuah studi multi-senter di Polandia melaporkan prevalensi alergi obat
sebanyak 8,4 %. Di Thailand, sebuah studi pada tahun 2008 melaporkan bahwa obat anti-mikroba
merupakan penyebab utama alergi obat yang terjadi. (Roy & Iris, Dalam Abstrak Pendekatan
Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Obat, 2017).
Di indonesia sendiri kejadian alergi obat sudah menjadi fenomena alergi obat sudah tidak asing
lagi. Kasus alergi obat seringkali terjadi pada anak-anak. Mengutip jakartaglobe.com, hasil penelitian
oleh Universitas Indonesia menunjukkan peningkatan kasus alergi di indonesia mencapai 30 persen per
tahunnya, walaupun belum ada data terinci mengenai prevalensi dan epidemiologi alergi beserta
penyebabnya. Berdasarkan data tersebut, alergi obat merupakan salah satu masalah kesehatan yang
cukup serius.
Oleh karena itu penyusun berharap dengan adanya makalah ini mampu membuka wawasan
mahasiswa terkait alergi terhadap obat sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan diagnosa keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah
“Bagaimanakah Konsep Teori dan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Reaksi Alergi Obat?”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan reaksi alergi obat.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan:
a. Definis alergi obat
b. Klasifikasi alergi obat
c. Faktor risiko alergi
d. Etiologi
e. Patofisiologi
f. Patway
g. Manifestasi klinis
h. Pemeriksaan penunjang
i. Penatalaksanaan
j. Komplikasi
BAB II
TINJAU PUSTAKA

A. Definisi
Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi
secara berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang dikonsumsi oleh seseorang.
(Honestdocs, 2019).
Alergi obat adalah respon tubuh terhadap partikel-partikel asing yang masuk kedalam tubuh. Tubuh
mengadakan reaksi terhadap partikel-partikel tersebut melalui sistem kekebalan dan daya tahan tubuh
seperti ketika penyakit memasuki tubuh. (Graha, 2010).
Alergi obat atau hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologik yang terjadi akibat respon imun
berlebihan yang melibatkan (IgE atau T cell– mediated atau jarang melibatkan kompleks imun atau
reaksi sitotoksik) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. (dr. Tjok, 2016).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa alergi obat adalah suatu bentuk
respon alergi partikel obat melalui sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang mengakibatkan
kerusakan jaringan tubuh.

B. Klasifikasi
Klasifikasi obat menurut Coombs dan Gell menjadi empat tipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi.
Reaksi imun Meknisme Menifestsi Klinis Waktu untuk
bereasi
Tipe 1 Kompleks obat-IgE Anafilaksis, urtikaria, Menit hingga jam
(IgE-medited) berkaitan pada sel mast angiodema, setelah paparan obat
dengan pelepasan bronkospasme
histamin, mediator
inflamasi

Tipe II Spesifik antibodi IgG Anemia, sitopeni, Bervariasi


(sitotoksik) atau IgM langsung pada trombositopeni
sel-sel yang terbungkus
obat-hapten

Tipe III Deposisi jaringan dari Serum sickness, 1-3 minggu setelah
(kompleks imun) kompleks obat-antibodi vaskulitis, demam, paparan obat
dengan aktivasi ruam, arthralgi
komplemen dan
inflamasi

Tipe IV (delayed, cell Presentasi MHC dari Sensitivitas kontak 2-7 hari setelah
mediated) molekul obat terhadap ruam pada kulit, paparan obat
sel T dengan sitokin kerusakan jaringan
dan pelepasan mediator organ
inflamasi.; dapat
berkaitan dengan
aktivasi da pengerahan
eosinofil, monosit, dan
neutrofil)

C. Faktor Risiko
Faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya
alergi obat. Termasuk usia, jenis kelamin, polimorfisme genetik, infeksi virus, dan faktor terkait obat
(frekuensi paparan, rute administrasi, berat molekul). Alergi obat secara khas terjadi pada usia muda
dan dewasa, dan lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Polimorfisme genetik dalam
human leukocyte anti ge (HLA) dan infeksi virus seperti human immonudeficiency Virus (HIV) dan
epstein – barr virus (ABV), juga berkaitan dengan penigkatan risiko terjadinnya reaksi emunologis
terhadap obat. Kerentanan terhadap alergi obat dipengaruh oleh polimorfisme genetik dalam
metabolisme obat.
Selain itu, rute administrasi seperti, topikal, intramuskular, dan intravena lebih sering menyebabkan
reaksi alergi obat dibandingan administrasi secara oral. Dosis berlebihan dalam jangka waktu yang
panjang atau frekuensi dosis dapat menyebabkan reaksi hipersensitivtas lebih besar daripada dosis
tuggal. Selanjutnya, obat dengan makromulekular atau obat hapten seperti penicilin, juga berhubugan
dengan kemungkinan besar penyebab reaksi hipersensitivitas.

D. Etiologi
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang
dikonsumsi dapat berpotensi meimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-
beda. Namun, dari bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI menyebutkan obat yang sering
menimbulkan alergi adalah antibiotik penisilin dan turunannya ( Amphisilin, amoxisilin, kloksasilin),
antibiotik sulfonamide, obat anti demam dan anti nyeri ( seperti asam salisilat, paracetamol, dll). Obat
apapun dapat menyebbakan reaksi alergi. Beberapa yang umum adalah:
1. Penicillin (seperti, nafcillin, ampicillin, atau amoxicillin). Jenis obat- obatan yang paling
menyebabkan alergi obat.
2. Sulfa obat-obatan
3. Barbiturates
4. Insulin
5. Vaksin

E. Patofisiologi
1. Imun Dan Non-Imun Reaksi Hipersensitivitas Terhadap Obat
Patomekanisme reaksi termasuk;
1. Sel mast non spesifik atau pelepasan histamin basofil (seperti opiat, media radiokontras, dan
vankomisin),
2. Akumulasi bradikinin (angiotensin-converting enzyme inhibitors),
3. Aktivasi komplemen (protamine),
4. Perubahan metabolisme arakidonat (aspirin dan nonsteroidal antiinflammatory drugs) dan,
5. Kerja farmakologis dari substansi tertentu yang menyebabkan bronkospasme (β-bloker, sulfur
dioksida).
2. Reaksi Cepat Hipersensitivitas Obat
Reaksi cepat dari hipersensitivitas obat adalah hasil dari
produksi IgE oleh spesifik antigen limfosit B setelah sensitisasi. Antibodi IgE berikatan dengan
reseptor Fc RI afinitas tinggi pada permukaan sel mast dan basofil, menciptakan ikatan multivalen
terhadap antigen obat. Berdasarkan subsekuen paparan obat, antigen kompleks protein hapten
berikatan silang dengan IgE, menstimulasi pelepasan preformed mediators (histamin, triptase,
beberapa sitokin seperti TNF-α) dan produksi mediator-mediator baru (leukotrin, prostaglandin, kinin,
sitokin lainnya). Preformed mediators menstimulasi respon dalam beberapa menit, lalu komponen
inflamasi sitokin berlangsung setelah beberapa jam. Waktu yang dibutuhkan untuk sintesis protein dan
pengerahan sel imun.9,10 2.3.
3. Reaksi Lambat Hipersensitivitas Obat
Kebanyakan reaksi lambat hipersensitivitas obat dimediasi
melalui kerja limfosit T. Kulit menjadi target organ yang umumnya terjadi dengan obat yang responsif
terhadap sel T, tetapi organ lain bisa saja terlibat. Diklofenak, sebagaimana beberapa asam karboksil
lainnya (obat anti inflamasi nonsteroid), dapat menyebabkan cedera hati melalui sistem imun, dimana
dijelaskan dengan metabolisme hepar dan modifikasi selektif protein hepar. Penting untuk
diperhatikan, bahwa obat yang sama dapat menimbulkan gejala dan tanda klinis yang berbeda pada
individu yang berbeda pula, meskipun obat tersebut diadministrasikan pada dosis dan rute administrasi
yang sama. Untuk menstimulasi sel T naif, sel dendritik proses pertama antigen obat. Antigen lalu
masuk dan ditranspor ke nodus limfa regional. Untuk berkembangnya respon imun yang efektif, sistem
imun innate perlu untuk diaktifkan, menyediakan sinyal maturasi penting, sering ditujukan sebagai
sinyal bahaya dimana termasuk obat langsung atau stres terkait penyakit. Saat tiba di nodus limfa,
antigen dipresentasikan ke sel T naif. Sebagai alternatif, beberapa antigen obat bisa secara langsung
menstimulasi sel T spesifik pada patogen, kemudian menghindari pengerahan untuk sel dendritik dan
sel T. Antigen spesifik sel T bermigrasi ke target organ dan sekali lagi melakukan paparan ulang
terhadap antigen, mereka diaktifkan untuk mensekresi sitokin yang meregulasi respon dan sitotoksin
(perforin, granzim, dan granulisin) yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
4. Peran Virus Dalam Patogenesis Reaksi Hipersensitivitas Obat
Infeksi virus dapat mengakibatkan erupsi kulit dan meniru reaksi hipersensitivitas obat jika obat
(kebanyakan antibiotik) yang diminum pada waktu bersamaan.Walaupun infeksi virus dapat
mencetuskan erupsi kulit, infeksi virus bisa juga berinteraksi dengan obat, mengakibatkan erupsi
ringan, misalnya pada kasus “ampicillin rash” berkaitan dengan infeksi EBV dan reaksi berat selama
drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS). Virus pertama kali menunjukkan
reaktivasi pada pasien DRESS yang terinfeksi Human herpes virus (HHV)-6, tetapi semua HHV dapat
terlibat. Beberapa studi menunjukkan bahwa replikasi HHV-6 bisa menginduksi in vitro dengan
amoksisilin.
F. PATWAY
G. Manifestasi Klinis
1. Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim.
2. Batuk, wheezing, hidung tersumbat dan kesulitan bernafas.
3. Demam
4. Kulit melepuh dan mengelupas, masalah ini disebut racun
berhubungan dengan kulit nekrolysis, dan menyebabkan kematian.
5. Anaphylaksis, merupakan reaksi paling berbahaya dapat menyebabkan
kematian.
Gejala-gejala diatas biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah
minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan dapat menyebabkan syok.
Gambaran lain yang menandakan adanya alergi obat antara lain:
1. Adanya penonjolan kemerahan seperti orang terkena cacar
2. Adanya bidudaaran
3. Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit
4. Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita
DBD.
5. Adanya radang pada pembuluh darah (vaskulitis)
6. Adanya reaksi kemerahan akibat kontak langsung dengan sinar
matahari
7. Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat

H. Pemeriksaan Penunjang
1. RAST (Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked
Immunosorbent Assay Test)
2. Skin Prick Test, yaitu tes tusuk kulit
3. Skin Test
4. Patch Test (tes tempel)
5. Test Provokasi
6. Uji gores (scratch test)
7. Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-
poin titration/SET)

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
a. Adrenalin, yaitu golongan adrenergik yang akan meningkatkan konsentrasi cAMP dalam mastosit
sehingga terjadi lambatan degranulasi. Selain itu adrenalin mempunyai manfaat terhadap sel sasaran
yaitu:
 Perangsangan terhadap pembuluh darah kulit, selaput lendir dan kelenjar liur.
 Mengendurkan otot polos usus, bronkhus dan pembuluh darah otot rangka.
 Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung, kekuatan kontraksinya dan
tekanan darah.
 Perangsangan pusat-pusat pengaturan di otak, misalnya pernafasan.
Semua manfaat itu akan dapat mengurangi gejala-gejala reaksi anafilatik.
b. Difenhidramin, merupakan kelompok antihistamin yang bekerja menghambat histamin yang
dihasilkan oleh sel mastosit.
c. Aminofilin, apabila bronkospasme menetap.
d. Teofilin, termasuk kelompok xantin yang mempunyai manfaat
mengatasi reaksi anafilaktis. Mekanisme kerjanya melalui sel
matosit dan sel sasarannya seperti halnya adrenalin.
e. Vasopresor
f. Kortikosteroid, merupakan kelompok obat-obatan yang paling
banyak dipakai pada penyakit radang dan penyakit immunologik.

J. Komplikasi
1. Eritroderma eksfoliativa sekunder
2. Abses limfedenopati
3. Furunkulosis
4. Rinitis
5. Stomatitis
6. Konjungtivitis
7. Kolitis bronkolitis
8. Hepatomegali
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI OBAT
A. Pengkajian
1. Pasien
Inisial
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat

Penanggung Jawab Pasien


Inisial
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat

2. Keluhan Utama
1. Keluhan utama datang ke rs :
2. Riwayat penyakit saat ini :
3. Riwayat kesehatan lalu :
4. Riwayat kesehatan keluarga :

3. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum dan tanda vital TTV :
 Suhu :
 Nadi :
 RR :
 TD :
Personal Hygiene :
Mandi : 2x sehari
Kuku : Bersih
Rambut: Bersih
Kulit : Bersih

 Kulit
Warna :Normal
Tugor : Baik
Tekstur : Baik
Kelembaban: Normal
Memar/luka : Ada
Kebersihan : Bersih

 Kepala Bentuk : Simetris


Rambut: hitamm
Distribusi Tekstur : Halus
Kebersihan :Bersih

 Mata
Bentuk : Simetris
Konjungtiva : Merah Muda
Sklera : putih
ReaksiCahaya :Kanan dan Kiri Positif Pupil : Isokor
Visus : 6/300
Kebersihan : bersih

 Hidung
Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih

 Telinga
Bentuk : Simetris
Pendengan : Normal
Kebersihan : Bersih
 Mulut dan Tengorok
Mukosa Bibir : Lembab
Bibir ; Pucat
Lidah : Normal
Kebersihan : Bersih

 Leher
Bentuk : Simetris
Kelenjar tiroid : Normal
Vena juguralis : normal

 Dada Jantung :
Inpeksi : ictus cordis : Normal Palpasi ; ictus cordis ; normal Perkusi : normal
Aukultasi : tidak teratur
Paru paru
Inspeksi : bentuk: simetris
RR : 20x/menit
Irama Pernafasan : tidak teratur Suara nafas : vesicular Kebersihan : Bersih

 Abdomen
Inspeksi :bentuk: simetris Aukultasi : peristaltic: tidak ada Palpasi : Normal
Perkusi : Normal

 Genetalia
Vagina : secret : warna : putih
Anus : Normal
Kebersihan : Bersih

 Ekstremitas atas dan bawah


Rentan gerak : normal
Kekuatan otot : 4 (lemah)
Nyeri sendi : tidak ada
Edama : Tidak ada
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan Disfungsi intestinal
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer : kerusakan
integritas kulit

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. (D.0036) resiko ketidakseimbangan (L.03020) (I03098) managemen
cairan berhubungan dengan KESEIMBANGAN cairan
Disfungsi intestinal CAIRAN Observasi:
a. Imonitor status
Tujuan: setelah dilakuan
hidrasi
tindakan 3x24 jam, b. Monitor berat
diharapkan keseimbangan badan
cairan meningkat criteria c. Monitor berat
hasil : badan sesudah dan
sebelum dialysis
a. Asupan cairan d. Monitor hasil lab
meningkat e. Monitor status
dinamik
b. Pengeluaran urine
meningkat Teraupetik:
c. Edema menurun a. Catat intake
d. Asites menurun output dan
hitung balance
cairan
b. Berikan asupan
cairan,sesuai
dengan
kebutuhan
c. Berikan cairan
intravena,jika
perlu
Kolaborasi:pemberian
diereutik

2. (D.0129)Gangguan integritas kulit (L.14125) integritas kulit (I.san)perawatan


berhubungan dengan kekurangan dan jaringan integritas kulit
Observasi:
volume cairan Tujuan : Setelah di lakukan Indentifikasi penyebab
tindakan selama 3x24 jam di gangguan integritas kulit
harapkan integritas kulit dan Teraupetik:
a. Ubah posisi tiap 2
jaringan meningkat
jam tirah baring
b. Gunakan produk
Kriteria hasil: berbahan
a. Elastisitas petroleum atau
meningkat minyak pada kulit
b. Hidrasi meningkat kering
c. Kerusakan lapisan Edukasi:
kulit menurun a. Anjurkan
menggunakan
d. Hematoma menurun
pelembab
b. Anjurkan minum
yang cukup
c. Anjurkan asupan
nutrisi yang baik
d. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ektream
e. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

3. (D.0142) . Resiko infeksi (L.) Tingkat infeksi (I.00) pencegahan infeksi


berhubungan dengan ketidak Tujuan : Setelah di berikan Observasi
adekuatan pertahanan tubuh asuhan keperawatan selama Monitor tanda dan gejala
primer : kerusakan integritas kulit 1x24 jam di harapkan infeksi
perawatan diri meningkat Teraupetik
Criteria hasil : a. Batasi jumlah
a. Demam menurun pengunjung
b. Kemerahan menurun b. Berikan perawatan
c. Nyeri enurun kulit sekitar daerah
d. Bengkak menurun edema
e. Kadar sel darah c. Cuci tangan
putih sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
imuniasasi

D. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Efendi,1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang mandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi merupakan bagian dari integral pada setiap tahap proses keperawatan.(Kozier,1991:169)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan bahan yang umumnya
nonimonigonik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan yang oleh tubuh di anggap asing atau berbahaya. Bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas disebu allergen.

B. Saran
Harapan kami semoga dengan makalah ini kami dapat memenuhi materi bagi para
pembaca terutama bagi mahasiswa khusus nya kami, namun tidak menutup kemungkin
makalah bisa sempurna mungkin. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca kami
harapkan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002.


BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta: EGC.
Graha, Chairinniza. 2010.
100 Questions & Answers : Alergi.
Jakarta: PT. ElexMedia Media Komputio.

Price & Wilson. 2003.


Patofisiologi Konsep Klinis Proses
-
proses Penyakit Volume2 Edisi 6.
Jakarta: EGC.

Sudiarjane, Nyoman. 2013.


Gangguan Sistem Imunitas (Alegri Obat).
Diakses pada 21 Maret 2019. Dari https://www.slideshare.net

Suwarno, Ira Natalia. 2010.


Alergi Obat.
Diakses pada 21 Maret 2019. Darihttps://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai