Anda di halaman 1dari 18

Laporan

PJBL MAT

Manajemen Pemberian Pakan Pada Ikan Larva, Benih, dan Indukan Ikan
Hias Di Glorious Fish Farm

Kelompok : 03

Nama Anggota Kelompok :

1. Ikhsanuddin 2010801066
2. Shofia Aniroh 2010801067
3. Rangga Wicaksono 2010801069
4. Sephia Chaerunnisya 2010801070
5. Indra Fari Kurniawan 2010801071
6. Novita Faradila RN 2010801081
7. Febriana Ayun Syah P 2010801082

Program Studi Akuakultur

Fakultas Pertanian

Universitas Tidar

Magelang

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
I. Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
II. Tinjauan Pustaka.................................................................................................3
2.1 Kaslifikasi dan Morfologi ikan koki..............................................................3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Guppy..........................................................4
2.3 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gibas............................................................5
2.4 Klasifikasi dan Morfologi Ikan man fish.......................................................5
2.5 Manajemen Pemberian pakan........................................................................6
2.6 Pakan..............................................................................................................7
2.7 Nutrisi.............................................................................................................7
2.8 Kualitas Air....................................................................................................8
2.9 Hama Penyakit...............................................................................................8
2.10 Biosecurity....................................................................................................9
III Metodologi..........................................................................................................9
3.1 Lokasi dan Waktu...........................................................................................9
3.2 Metode Pengumpulan Data............................................................................9
IV. Hasil dan Pembahasan.....................................................................................11
4.1 Pemberian pakan larva ikan.........................................................................11
4.2 Jenis pakan...................................................................................................11
4.3 Penyimpanan pakan......................................................................................12
4.4 Kualitas air...................................................................................................12
4.5 Hama dan Penyakit.......................................................................................12
V. PENUTUP.........................................................................................................13
5.1 Kesimpulan...................................................................................................13
5.2 Saran.............................................................................................................13
Daftar pustaka........................................................................................................13

ii
iii
I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Ikan hias adalah jenis ikan yang berhabitat di air tawar maupun di laut yang
dipelihara bukan untuk dikonsumsi, melainkan untuk memperindah suasana atau
ruangan. Kini, semakin berkembangnya teknologi memungkinkan orang untuk
menikmati panorama air dalam suatu ruangan, kehadiran ikan hias ini dapat
menjadi salahsatu alasan alternatif hiburan di tengah rutinitas yang padat. Ikan
ikan hias ini dipelihara sebagai bentuk hobi atau kesenangan dan kepuasan dari
bentuk, warna dan pola pada ikan tersebut. Hampir 75% pasokkan ikan hias air
tawar di dunia berasal dari Indonesia dan sekurang-kurangnya 363 jenis ikan hias
air tawar dari Indonesia telah di ekspor ke berbagai negara di dunia. Ikan yang
dipelihara untuk kesenangan biasanya ditempatkan di aquarium dan kolam
sedangkan ikan yang dipelihara dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari hasil
budidaya biasanya ditempatkan pada kolam, jenis ikan yang dipelihara untuk
bisnis biasanya tergantung pada selera pasar dan harga (Nugroho, 2017).

Manajemen pemberian pakan pada ikan hias perlu diterapkan mengingat


pakan merupakan faktorkeberhasilan budidaya. Pakan yang diberikan bertujuan
untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan oleh karena itu pakan
yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan dan kualitas. Berdasarkan tingkat
kebutuhannya pakan dikelompokanmenjadi tiga yaitu: pakan tambahan, pakan
suplemen, dan pakan utama (Kurniati, 2013). Syarat pakan yang baik adalah
mempunyai nilai gizi yang baik, mudah dicerna, tidak beracun, dan sesuai dengan
bukaan mulut. Prahasta (2019) menyatakan jenis pakan disesuaikan dengan
bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang diberikan. Pemberian
pakan dalam budidaya perikanan terdiri dari tiga jenis yaitu adlibitum, atsatiation,
dan BBM. Pemberian pakan disesuaikan dengan jenis ikan, umur ikan, dan ukuran
ikan. Pemberian pakan yang sesuai pada ikan hias adalah dengan metode
adlibitum dan at satiation. Pemberian pakan secara adlibitum dan at satiation
dipilih karena pertumbuhan lebih cepat dan pakan lebih efisien.

1
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana metode yang diterapkan dalam pemberian pakan ikan hias


yang optimal?
2. Bagaimana hasil dari pemberian pakan yang dilakukan dengan metode
adlibitum dan at satiation?

1.3 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan PJBL ini adalah:
1. Menerapkan pemberian pakan ikan hias yang optimal dan efisien.
2. Menganalisis pemberian pakan yang dilakukan dengan metode
adlibitum dan at satiation.

2
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Kaslifikasi dan Morfologi ikan koki


Klasifikasi ikan mas koki menurut Integrated Taxonomic Information System
Report (2013) yaitu :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Carassius

Spesies : C.auratus

Gambar 1. Ikan Mas Koki

Dokumentasi Pribadi 2023

Ikan mas koki ini mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan pipih
tegak (compressed) dan mempunyai mulut yang terletak di ujung tengah
(terminal). Bagian ujung mulutnya mempunyai dua pasang sungut dan di
dalamnya terdapatgigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Seluruh tubuh
ikan mas koki ini tertutupi oleh sisi yang mempunyai ukuran relatif kecil (Rahim
& Hidayat, 2018). Menurut Sufianto (2008), ikan mas koki menyerupai ikan
karper (ikan mas) yakni mempunyai sirip yang lengkap antara lain yaitu sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal, dan sirip ekor. Ikan mas koki

3
memiliki sisik yang berderet rapi serta mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan
gemuk, sehingga gerakan tubuh waktu berenang sangat menarik.

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Guppy


Klasifikasi ikan guppy (Poecillia reticulata) menurut Rismayanti (2017)
adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Gnastomata

Superkelas : Osteichtyyes

Kelas : Cyprinodontoidai

Ordo : Cyprinodontoidai

Subordo : Poecilloidae

Family : Poecilidae

Genus : Poecilia

Spesies : Poecilia reticulata

GAMBAR

Ciri-ciri morfologi ikan guppy yang didapatkan yaitu, ikan ini berukuran
kecil dengan bentuk tubuh memanjang silindris, bagian kepala kecil kemudian
membesar di bagian tengah tubuh, lalu mengecil ke bagian ekor. Sirip ekor
membesar dan membulat, berbentuk seperti kipas. Sirip ekor ikan jantan
mempunyai corak dan warna yang cerah, sedangkan ikan guppy betina
mempunyai warna yang tidak mencolok atau kurang menarik. Ikan guppy
memiliki warna tubuh yang cerah seperti warna orange dengan bintik-bintik hitam
dibagian ekornya yang menjadi ciri khas dari ikan guppy tersebut. Serta juga
memiliki 5 sirip yang ada pada tubuhnya, dengan jumlah meristic (D.5-6; P.5-7;
A.6-7; V.4-5; C.15- 20). Sirip perut pada ikan guppy berbentuk seperti pisau dan
bagian ujung siripnya berbentuk runcing. Ikan ini memiliki sisik stenoid. Putra et

4
al., (2016) menyatakan bahwa pada sisik stenoid biasanya terdapat garis-garis
pada sisiknya yang berupa sirculi dan anulli.

2.3 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gibas


Klasifikasi dan morfologi Ikan pbass (Cichla monoculus) adalah sebagai
berikut:

Kingdom : animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Genus : Cichla

Spesies : C monoculus

GAMBAR

Ikan predator Peacock Bass adalah ikan air tawar yang sebagian besar
penyebarannya di Amerika Selatan, dan termasuk famili dari Cichlidae. Dari
sebagian banyak jenis ikan predator Peacock Bass, yang menjadi ikan predator
terbesar adalah spesies Cichla Temensis. Ikan ini dapat bertumbuh hingga
memiliki panjang maksimal 100cm pada habitat aslinya. Memelihara Peacock
Bass harus menyediakan pakan yang ekstra, hal itu dikarenakan mulut Peacock
Bass yang sangat besar dan lebar yang mampu menelan ikan besar, oleh karena itu
ikan ini termasuk ikan predator yang rakus. Ikan ini hidup pada perairan yang
mempunyai pH balanced 6.5 dan suhu air 27 derajat celcius.

2.4 Klasifikasi dan Morfologi Ikan man fish


Klasifikasi ikan manfish menurut Sschultze 1823 adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Perciformes

5
Family : Cichlidae

Genus : Pterophyllum

Species : Pterophyllum scalare Schultze

GAMBAR

Ikan manfish berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah banyak dibudidayakan
di Indonesia. Ikan manfish disebut angle fish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan
warnanya menarik serta gerakannya yang tenang. Secara umum budidaya ikan
manfish tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan dalam
akuarium, sehingga tidak membutuhkan investasi besar untuk budidayanya
(Tarwiyah 2001). Ikan manfish tergolong ikan bertulang belakang, memiliki
bentuk dan warna yang menarik. Tubuh berbentuk pipih dan panjang, mirip
seperti anak panah, panjang tubuh maksimum 15 cm. Sirip punggung dan perut
membentang lebar ke ekor. Pada bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang
berwarna keputihan dan panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor yang
berfungsi menjaga dan melindungi telurnya (Lingga dan Susanto 2003). Ikan
manfish bersifat omnivora, tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan
dalam berbagai bentuk dan sumber (Lingga dan Susanto 2003).

2.5 Manajemen Pemberian pakan


Manajemen pakan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk
mendukung keberhasilan usaha budidaya, dengan manajemen pemberian pakan
diharapkan agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh udang secara
efektif dan efisien sehingga menghasilkan pertumbuhan udang yang optimal.
Salah satu penerapan manajemen pemberian pakan adalah pengaturan frekuensi
pemberian pakan yaitu berapa kali pakan diberikan dalam satu hari. Pemberian
pakan ikan terdapat tiga metode yaitu adlibitum, atsatiation, dan BBM. Pemberian
pakan secara adlibitum adalah pemberian pakan yang menyediakan pakan alami
secara terus menerus di kolam. Sedangkan pemberian pakan secara at satiation
adalah pemberian pakan dengan pakan buatan dengan memberikan secara
kenyang mutlak. Pemberian pakan secara BBM adalah pemberian pakan
berdasarkan berat biomassa ikan metode ini biasanya diterapakan pada indukan
ikan yang akan matang gonad.

6
Pemilihan pakan untuk ikan hias tidak hanya melibatkan kriteria nilai gizi dan
efisiensi biaya saja namun juga harus mempertimbangkan kriteria lainnya seperti
kecernaan, kandungan racun dan ketersediannya. Efisiensi penggunaan pakan
ditentukan oleh kemampuan udang untuk mencerna dan sisa pakannya berjumlah
sedikit, untuk itu strategi pemberian pakan selain penggunaan pakan yang
memiliki kualitas tinggi, terjangkau harganya juga harus sesuai dengan kebutuhan
kultivan. Formulasi pakan yang lengkap

2.6 Pakan
Pakan pada budidaya ikan hias air tawar harus sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat memacu pertumbuhan dan warna tubuh ikan. Pemberian pakan
ikan hias harus mengandung nutrisi yang tepat. Menurut Nuhman (2009), pakan
yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin
dapat dijadikan sebagai sumber energi bagi ikan. Pakan ikan terdiri dari dua
macam yaitu pakan alami dan buatan. Pemberian pakan pada ikan hias ditentukan
berdasarkan bukaan mulut ikan, kebutuhan nutrisi dan usia. Pada larva ikan pakan
yang diberikan berupa fitoplankton atau zooplankton, sedangkan pada benih atau
indukan bisa diberi pakan buatan berupa pelet. . Pemberian pakan dilakukan
berdasarkan tingkah laku maupun sifat makan dari ikan yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan frekuensi pakan. Umur dan jumlah tebar juga
menentukan dalam hal pemberian pakan.

2.7 Nutrisi
Kandungan nutrisi pada pakan harus sesuai dengan kebutuhan udang seperti
mengandung mineral, vitamin, protein, karbohidrat, lemak, dan asam amino
esensial. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kaligis (2015), bahwa interaksi
berbagai macam mineral dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan. Selain
untuk pertumbuhan, protein juga berfungsi untuk sumber energi apabila
kebutuhan energi dari karbohidrat dan lemak tidak terpenuhi. Kebutuhan nutrisi
pada pakan juga harus mengandung unsur mikro dan mineral walaupun
kebutuhannya sedikit.

Pakan alami artemia memiliki kandungan protein 40%-50%, karbohidrat


15%- 20%, lemak 15%-20%, abu 3%-4% sedangkan nilai kalori adalah 5000-
5500 kalori per gram berat kering, (Panggabean, 1984). Selain itu, penggunaan

7
artemia juga sesuai dengan bukaan mulut larva ikan. Pemberian pakan cacing
sutra pada ikan yang sudah berusia satu minggu dengan kandungan nutrisi sebesar
protein mencapai 57%, lemak 13,3%, serat kasar 2,04%, kadar abu 3,6% dan air
87,7%. Cacing sutera mengandung 13 macam asam amino, yakni 7 asam amino
esensial dan 6 asam amino non esensial.

2.8 Kualitas Air


Air merupakan faktor utama keberhasilan budidaya sehingga kualitas dan
kuantitas air harus dijaga (Samsundari dan Ganjar, 2013). Penurunan kualitas air
dapat terjadi karena adanya limbah buangan bahan organik yang disebabkan oleh
sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh ikan dan feses yang dikeluarkan oleh ikan
yang dapat menyebabkan tingkat kematian ikan akan semakin meningkat (Riyadhi
et al.,2019). Salah satu faktor pembatas dalam budidaya perairan yaitu kualitas air.
Kualitas air yang sesuai akan membuat biota yang ada dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Beberapa pembudidaya yang menerapkan sistem
penebaran dengan padat tebar tinggi diharuskan menerapkan manajemen
pengelolaan air yang lebih terkontrol dengan adanya pemberian pakan yang
optimal untuk meniminimalisir amoniak tinggi. Parameter kualitas air baik seperti
oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, kecerahan, H2S, serta amoniak harus dikelola
dengan (Adiwijaya dkk., 2008).

2.9 Hama Penyakit


Menurut Supiana (2010), hama adalah organisme pengganggu yang dapat
membunuh, memangsa, dan mempengaruhi produktivitas ikan. Berdasarkan
kebiasaan makannya, sifat hidup dan tingkah laku dibagi ke dalam tiga
golongan predator, penyaing, dan pemangsa (Arni, 2016). Pemangsa yang
kemunculannya membunuh dan memakan ikan, yang termasuk pemangsa
adalah ular, biawak, burung, dan ikan liar. Penyaing adalah organisme yang
akan menimbulkan gangguan dalam ruang gerak, makanan, dan oksigen
contohnya adalah keong, siput, dan kerang.
Munculnya penyakit pada kolam budidaya disebabkan beberapa faktor
diantaranya kualitas air yang buruk, kualitas lingkungan yang buruk, dan iklim.
Interaksi yang tidak serasi antara ikan dengan kondisi kolam akan menyebabkan
ikan mengalami stress sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya

8
menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang parasit (Pujiastuti, 2015). Serangan
parasit membuat ikan kehilangan nafsu makan, kemudian perlahan-lahan lemas
dan berujung kematian. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ
yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan penurunan nilai jual.

2.10 Biosecurity
Biosecurity adalah upaya pengamanan media pembawa dari kontaminasi
organisme pathogen dari luar dan mencegah berkembangnya organisme pathogen
ke lingkungan budidaya.

9
III Metodologi
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan PJBL manajemen akuakultur tawar dilaksanakn di Glorious Fish
Farm kompleks Nari, Ngasem, Kec Tegallrejo, Kab Magelang. Dilaksanakan pada
bulan februari sampai maret 2023.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan selama melakukan
kegiatan manajemen pemberian pakan adalah data primer.

a. Data primer
Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung melalui
wawancara, survei, dan eksperimen. Data primer dalam kegiatan manajemen
pemberian pakan akan diperoleh melalui:
1. Pengamatan (observasi), metode pengumpulan data dengan
melakukanpengamatan terkait manajemen pemberian pakan dan
mencatat informasi yang terdapat di lapangan secara langsung.
2. Mengikuti secara aktif kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lokasi PJBL
yang terkait dengan pembesaran dan kegiatan lainnya.
3. Wawancara, bentuk komunikasi langsung antara pelaku kegiatan PJBL
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dengan tatap muka. Informasi didapatkan dari pemilik dan petugas yang
berada di kawasan PJBL.
b. Data sekunder
Data sekunder didapatkan dari berbagai literatur, hasil penelitian terdahulu,
dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan topik PJBL, yaitu manajemen
pemberian pakan pada ikan hias. Sehingga dapat dijadikan acuan dalam
penulisan laporan hasil PJBL.

10
IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Pemberian pakan larva ikan


a. Metode Ad libitum
Pemberian pakan menggunakan metode adlibitum diterapkan pada larva dan
benih ikan koi, guppy, manfish, dan pbass. Metode adlibitum cocok digunakan
untuk larva dan benih ikan dimana untuk mengurangi tingkat kanibalisme dan
nutrisi yang mencukupi. Pemberian pakan metode adlibitum ini belum diterapkan
di Gloriuos fish farm dikarenakan pembudidaya belum mengetahuinya. Selain itu
pemberian pakan adlibitum juga akan memperbesar biaya pengluran untuk
pembelian pakan alami berupa artemia dan cacing sutra. Namun, dengan
pemberian pakan tingkat survival rate larva akan tinggi karena tingkat kanibal
rendah dan nutrisi tercukupi.
b. Metode At satiation
Pemberian pakan menggunakan metode at satiation diterapkan pada benih
ikan hias. Metode pemberian pakan secara at satiation ini menggunakan pakan
buatan berupa pelet. Dalam pemberian pakan secara at satiation pemberian pakan
dilakukan sampai ikan tidak responsif terhadap pakan dan ikan sudah menuju ke
dasar kolam. Sehingga pemberian pakan harus segera dihentikan agar pakan tidak
menjadi amonia bagi ikan. Pemberian pakan secara at satiation ini belum
diterapkan di Glorious Fish Farm alasan belum menerapkan pemberian pakan
secara at satiation ini karena keterbatasan tenaga pekerja dan kolam yang banyak.
Dengan penerapan pemberian pakan secara at satiation ini diharapkan benih ikan
akan lebih cepat besar karena nutrisi tercukupi.

4.2 Jenis pakan


Pakan yang digunakan di Glorious Fish Farm berupa pelet, artemia, daphnia,
cacing sutra, dan kutu air. Penggunaan pakan alami diberikan untuk ikan
berukuran larva dengan melihat bukaan mulut ikan. Untuk larva ikan yang
berumur tiga hari akan diberikan pakan berupa artemia sampai dengan berumur 1
minggu. Pemberian pakan dengan cacing sutra saat ikan memasuki umur 8 hari
sampai 30 hari dengan metode ad libitum. Sedangkan pelet diberikan untuk benih
dan indukan pelet sendiri berukuran PF 500, PF 800, PF 1000, dan 781-1.

11
4.3 Penyimpanan pakan
Untuk menjaga kualitas pakan agar mampu bertahan lama juga harus
disimpan ditempat yang baik. Jika pakan disimpan dengan tidak baik akan
menyebabkan kemunduran mutu pakan yang mengakibatkan menurunnya
kandungan nutrisi dalam pakan, perubahan warna serta bau mempengaruhi daya
tarik ikan. Cara yang tepat dalam penyimpanan pakan yang baik adalah sebagai
berikut:

1. Gudang pakan yang tertutup dan berventilasi.


2. Gudang harus kering, tidak lembab atau banjir
3. Tumpukan pakan tidak terlalu tinggi untuk menghindarkan dari kerusakan
packing atau kemasan.
4. Menjaga dan mengontrol tempat penyimpanan agara tetap bersih dan
bebas dari hama penyakit.
5. Memberikan jarak antar tumpukan pakan dan tidak sejajar agar sirkulasi
udara berjalan baik

4.4 Kualitas air


4.5 Hama dan Penyakit

12
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberian pakan ikan dengan menggunakan metode at satiation dan ad
libitum dinilai lebih baik dari pada pemberian pakan dengan menggunakan
metode BBM. Karena nutrisi ikan akan terpenuhi sehingga mempercepat
pertumbuhan dan mengurangi angka kanibalisme, namun pemberian pakan
dengan metode ini dinilai memerlukan banyak waktu dan biaya yang lebih akan
tetapi hasil yang didapat akan maksimal.

5.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, D., Supito, I. Sumantri.2008. Penerapan Teknologi Budidaya Udang


Vaname (Litopenaeus vannamei) Semi Intensif Pada Lokasi Tambak
Salinitas Tinggi. Media Budidaya Air Payau Perekayasaan. Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 7:54-72.
Kaligis, E. 2015. Respons Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Di Media Rendah Dengan Pemberian Pakan Protein Dan Kalsium
Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol.7, No.1
Kurniati. 2013. Kandungan protein untuk ikan. Institut Pertanian Bogor.
Nugroho, B. D., & Hardjomidjojo, H. (2017). Strategi pengembangan usaha
budidaya ikan konsumsi air tawar dan ikan hias air tawar pada kelompok
Mitra Posikandu Kabupaten Bogor. MANAJEMEN IKM: Jurnal
Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 12(2), 127-136.
Panggabean, M.G.L. 1984. Teknik Penetasan Dan Pemanenan Artemia Salina.
Pusat Penelitian Ekologi Laut, Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI,
Jakarta. sumber:www.oseanografi.lipi.go.id.
Panggabean T. K., A. D. Sasanti, dan Yulisman. 2016. Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Yang
Diberi Pupuk Hayati Cair Pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 4(1): 67-79.
Rahmi, N. I. S., & Hidayat, R. 2018. Efektivitas Rendaman Serbuk Biji Pepaya
(Carica papaya L) Terhadap Infeksi Jamur Saprolegnia sp dan Daya Tetas
Telur Ikan Komet (Carassius auratus). Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan,
7(1), 747-756.
Rismayani, A, Putri. 2017. Pengaruh Pemberian Pakan Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) terhadap Warna Pada Ikan Guppy. Departemen Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hassanudin.
Makassar.
Riyadhi, K. A., D. Jubaedah dan M. Wijayanti. 2019. Penggunaan Melati Air
(Echinodorus palaefolius) Sebagai Filter Biologi pada Pemeliharaan Ikan
Manfish (phyllum scalare). Jurnal Lajan Suboptimal, 8(1) : 67-76.
Samsundari, S dan G. A. Wirawan. 2013. Analisis Penerapan Biofilter dalam
Sistem Resirkulasi terhadap Mutu Kualitas Air Budidaya Ikan Sidat
(Anguilla bicolor). Jurnal Gamma, 8(2): 86- 97.
Sufianto, B. 2008. Uji Transportasi Ikan Maskoki (Carassius auratus Linnaeus)
Hidup Sistem Kering dengan Perlakuan Suhu dan Penurunan

14
KonsentrasiOksigen. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 hal
Sutiana, S., Erlangga, E., & Zulfikar, Z. 2017. Pengaruh dosis hormon rGH dan
tiroksin dalam pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih
ikan koi (Cyprinus carpio, L). Acta Aquatica: Aquatic Sciences
Journal, 4(2): 76-82.

15

Anda mungkin juga menyukai