Anda di halaman 1dari 31

MODUL

PEMBELAJARAN
FISIOLOGI SISTEM PRODI ILMU KEPERAWATAN
STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN
ENDOKRIN DISUSUN OLEH: DOSEN PENGAMPU
CHRISNAWATI, BSN, MSN
SEMESTER IV, TA 2022/2023
NIDN: 1119108301
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan karunia-Nya, Modul
Pembelajaran Fisiologi Sistem Endokrin, edisi pertama 2023 dapat diselesaikan sesuai pada
waktunya. Modul ini merupakan pedoman pembelajaran bagi mahasiswa semester IV
program studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin,
juga untuk dosen yang berperan sebagai pengampu mata kuliah.
Modul Pembelajaran Anatomi ini berisi tentang Fisiologi system Endokrin, dan
hormone-hormon yang disekresi kelenjar endokrin. Strategi pembelajaran yang diterapkan
dalam mata kuliah ini didasari pada pembelajaran Student Center Learning sesuai dengan
Kurikulum Perguruan Tinggi 2016 dengan menyesuaikan kondisi pembelajaran di Era
kebiasaan baru sebagai dampak dari pandemic covid 19. Suasana belajar ini akan
beradaptasi pada pembelajaran dalam jaringan (daring) dan juga luar jaringan (Luring)
dalam memaksimalkan capaian pembelajaran. Pada kegiatan belajar ini, pengampu akan
mengarahkan aktivitas pembelajaran agar dapat di ikuti oleh mahasiswa secara terarah dan
sistematis dengan dibantu modul pembelajaran dan bahan ajar yang di unggah pada media
pembelajaran online yang digunakan.
Penyusun Modul mengucapkan terimakasih kepada Civitas Akademik STIKES Suaka
Insan atas terselesaikannya modul ini. Penyusun menyadari bahwa modul ini masih banyak
kekurangan dan perlu masukan yang bersifat membangun agar modul ini menjadi lebih baik.
Semoga modul ini bermanfaat bagi mahasiswa, staf pengajar serta seluruh komponen terkait
dalam proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin.

Banjarmasin, Maret 2023

Penyusun

Chrisnawati, MSN

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 1


DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………… i

Halaman Pengesahan ……………………………………………… ii

Kata Pengantar ……………………………………………… 1

Daftar Isi ……………………………………………… 2

BAB I Pendahuluan ……………………………………………… 3

BAB II Materi ……………………………………………… 3

2.1 Uraian materi ……………………………………………… 3

2.2 Rangkuman Materi ……………………………………………… 28

2.3 Latihan ……………………………………………… 28

BAB III Evaluasi ……………………………………………… 28

3.1 Test Formatif ……………………………………………… 29

3.2 Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………………… 29

3.3 Kunci Jawaban ……………………………………………… 29

Daftar Pustaka ……………………………………………… 30

Lampiran ……………………………………………… 31

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 2


MODUL 1

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

1. PENDAHULUAN
Selamat bertemu kembali dengan modul pembelajaran Fisiologi Sistem Endokrin
ini. Modul ini akan membantu mahasiswa sekalian untuk mengarahkan dalam belajar
tentang materi Fisiologi Sistem Endokrin, modul ini merupakan kelanjutan dari modul
pembelajaran Anatomi system endokrin yang telah dipelajari pada blok yang telah lewat.
Ada pun tujuan pembelajaran pada pertemuan ini adalah untuk mempelajari
fisiologis dari kelenjar-kelenjar endokrin serta capaian pembelajaran pada modul ini adalah
setelah mahasiswa mempelajari modul ini diharapkan mampu: memahami tentang
fisiologis system endokrin yang terdiri dari Hipofise, Hipotalamus, Tiroid, Paratiroid,
Adrenal, Pankreas, Testis dan Ovarium, Timus, Pineal.

A. URAIAN MATERI
FISIOLOGIS SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin, seperti system saraf, memungkinkan bagian-bagianyang terletak


jauh di dalam tubuhuntuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam system
endokrin: kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat-zat antara kimiawi ke dalam aliran
darah:; za tantara kimiawi itu sendiri, yang disebut hormone; dan sel atau organ sasaran
yang berespon terhadap hormone tersebut.

Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin adalah organ yang membuat, menyimpan dan mengeluarkan


hormone ke dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin didalam tubuh,
termasuk pancreas, tiroid, paratiroid, dan sebagian sel dari saluran pencernaan dan ginjal.
Kelenjar endokrin yang dibahas pada modul ini adalah hipotalamus, kelenjar hipofisi
anterior dan posterior, dan organ-organ sasaran dari berbagai hormone hipofisis yang juga
berfungsi sebagai kelenjar endokrin.

A. Hipotalamus

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 3


Hipotalamus adalah sebuah organ neuroendokrin kecil yan gterletak dibagian otak
depan yang disebut diensefalon. Hipotalamus adalah organ primer ditubuh yang
berkaitan dengan homeostasis; yaitu, mempertahankan lingkungan internal tubuh tetap
konstan. Hipotalamus juga penting untuk mengontrol perilaku dan menungkinkan
tubuh untuk berespons secara sesuai terhadap bermacam-macam rangsangan yang
dating. Kelenjar ini secara terus menerus menerima informasi dari susunan saraf pusat
dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, makanan, rasa lapar, dan status
metabolic. Kelenjar ini juga menerima input dari sebagian besar hormone lain dalam
tubuh.
Hipotalamus berespon dengan mengirim rangsangan saraf ke seluruh otak dan
dengan membuat serta mengeluarkan hormone-hormonnya sendiri. Badan-badan sel
saraf di hipotalamus ventral membuat beberapa hormone dan mengirim mereka melalui
tonjolan-tonjolan akson untuk dilepaskan kedalam darah dan disampaikan ke kelenjar
hipofisis anterior. Apabila hormone hipotalamus telah di identifikasi secara kimiawi,
maka hormone-hormon tersebut diberi nama releasing hormone karena mereka
mengontrol pelepasan hormone hipofisis anterior. Apabila belum dapat di identifikasi
secara kimiawi, maka mereka disebut releasing factors. Badan-badan sel saraf lain di
hipotalamus membuat hormone yang dikirim ke bawah melalui tonjolan akson ke
dalam hipofisis anterior tempat hormone-hormon tersebut disimpan sampai dilepaskan
ke dalam aliran darah.

B. Hipofisis

Hipofisis terbagi menjadi dua bagian yaitu: hipofisis anterior (adenohipofisis) dan
hipofisis posterior

1. Hipofisis Anterior

Hipofisi anterior, disebut juga adenohipofisis, terdiri dari jaringan non


saraf. Kelnjar ini secara anatomis terpisah dari hipotalamus, tetapi secara
fungsional berhubungan dengannya melalui suplai darahnya. Hipofisis anterior
menerima darah melalui drainase vena dari hipotalamus. Sewaktu darah yang
mengalir dalam suatu vena kava, maka system tersebut disebut system vena

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 4


portal. Dengan demikian, hipotalamus dan hipofisis anterior dihubungkan oleh
system aliran darah portal hipotalamus-hipofisis anterior. Karena telah
digunakan oleh hipotalamus, maka darah dalam system ini kurang mengandung
oksigen tetapi kaya akan pesan hormone yang diberikan oleh hipotalamus ke
dalam eminensia mediana (lihat bawah). Dengan demikian, hipofisis anterior
adalah organ sasaran utama bagi hormone-hormon hipotalamus dan berespons
terhadap hormone hipotalamus dengan melepaskan hormone-hormonnya
sendiri.

2. Hipofisi Posterior
Hipofisis posterior, juga disebut neurohipofisis, adalah jaringan saraf sejati
yang secara embriologis berasal dari hipotalamus. Pada hipofisis posterior
terdaapt tiga bagian: eminensia mediana (dianggap sebagai jaringan
hipotalamus) tempat hipotalamus mengeluarkan releasing hormone untuk
hipofisis anterior; akar infundibulus yang menghubungkan hipotalamus dengan
hipofisis posterior; dan prosesus infundibulus yang merupakan ujung hipofisis
posterior.
Badan-badan sel saraf di nucleus supraoptikus dan paraventrikel
hipotalamus mensintesis dua hormone: hormone antidiuretic dan oksitosin.
Hipotalamus mengirim kedua hormone in dalam tonjolan akson melalui akar
infundibulus ke prosesus infundibulus. Hormone-hormon tersebut disimpan
sampai hipotalamus merangsang mereka untuk dilepaskan ke sirkulasi umum.
Dengan demikian, hormone-hormon yang dilepaskan oleh hipofisi posterior
sebenarnya berasal dari hipotalamus dan pelepasannya bergantung pada
hipotalamus
C. Hormon

Hormone adalah suatu perantara kimiawi yang dilepaskan oleh suatu kelenjar
endokrin ke dalam sirkulasi. Setelah dilepaskan, hormone mengalir dalam darah dan
hanya mempengaruhi sel-sel tubuh yang memiliki reseptor (tempat pengikatan)
spesifik untuknya. Sel-sel yang berespons terhadap hormone tertentu disebut sel
sasaran untuk hormone tersebut. Jumlah hormone dalam darah dapat ditingkatkan atau

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 5


dikurangi dibandingkan kadar dasar (baseline), sehingga efek hormone pada sel sasaran
daapt meningkat atau menurun. Terdapat tiga kategori umum hormone: protein,
steroid, dan asam amino.

1. Hormon Protein

Hormone protein adalah kompleks asam-asam amino besar yang


menimbulkan efek dengan mengikat reseptor spesifik dibagian luar membrane
sel sasaran. Dengan mengikat reseptornya, suatu hormone protein mengubah
permeabilitas sel terhadap air, elektrolit, atau molekul organic misalnya
glukosa, atau menyebabkan pengaktivan perantara-perantara intrasel, yang
kemudian menyebabkan pengaktivan enzim atau pembuatan protein. Contoh-
contoh perantara intrasel adalah protein G, yang sering pertma kali diaktifkan
oleh berbagai hormone setelah berikatan dengan reseptor, dan perantara-
perantara kedua misalnya adenosin monofosfat siklik (cAMP) dan kalsium,
yang diaktifkan oleh protein G.

Tabel 1. Daftar hormone protein

Releasing and Inhibiting hormones and Hormon Pencernaan dan


factors hipotalamus Metabolisme
Thyrotropin-Releasing hormone (TRH) Insulin, Glukagon, Kalsitonin,
Corticotropin- Releasing hormone (CRH) Hormon paratiroid, Kolesistokinin,
Growth hormone- Releasing factor (GRF) Gastrin, Sekretin
Somatostatin (Growth hormone- Inhibiting
hormone)
Gonadotropin- Releasing hormone (GnRH)
Prolactin-inhibiting hormone (PIF)
Prolactin-releasing hormone (PRH)
Substansi P
Hormon Protein Hipofisis Anterior Hormon tekanan darah dan
keseimbangan elektrolit
Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) Angiotensin II
Hormon Pertumbuhan (GH)
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Prolaktin
Melanocyte-stimulating hormone (MSH)

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 6


Hormon Hipofisis Posterior Hormon untuk pembentukan
eritrosit (sel darah merah)
Hormon Antidiuretik (ADH)
Eritropoietin
Oksitosin

Hormon untuk memodulasi stress


dan nyeri

Endorfin

2. Hormon Steroid

Hormon steroid adalah molekul berbasis kolesterol yang larut lemak


dan mampu menembus membrane sel dan berikatan dengan reseptor atau
pembawa (carrier) di dalam sel. Setelah berada di dalam sel, hormone steroid
berjalan ke inti sel dan mempengaruhi sel dengan replikasi DNA, transkrip
DNA, menjadi RNA, atau translasi RNS menjadi protein.

Tabel 2. Daftar Hormone Steroid

Hormon Gonad Hormon Korteks Adrenal

Estrogen Aldosteron

Progesteron Glukokortikoid (terutama Kortisol)

Androgen (terutama Testosteron) Androgen (terutama testosterone)

Estrogen

3. Hormon Amina

Hormon-hormon yang diklasifikasikan sebagai amina adalah asam-


asam amino sederhana yang mengalir dalam darah dan sebagian besar berikatan
dengan protein pembawa. Setelah mencapai sel-sel sasaran, hormone ini
dilepaskan dari pembawanya dan berikatan dengan reseptor di membrane sel.
Setelah berikata, sebagian besar hormone amina mengaktifkan system
perantara kedua, yang kemudian mempengaruhi aktivitas enzim atau

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 7


permeabilitas membrane. Hormone tiroid berisfat unik yaitu bahwa ia adalah
hormone amino yang menembus membrane sel dan berikatan dengan DNA inti,
secara langsung mempengaruhi transkripsi DNA.

Tabel 3. Daftar hormone Amina

Hormon Tiroid

Epinefrin

Norepinefrin

Melatonin (dari hipofisis anterior)

D. Umpan Balik
Dalam system endokrin, umpan balik mengacu kepada efek yang ditimbulkan oleh
pengaktifan suatu jaringan sasaran oleh hormone terhadap pelepasan hormone
tersebut lebih lanjut.
Setiap hormone dirangsang pelepasannya oleh suatu sinyal khusus. Setelah
dilepaskan, hormone mempengaruhi organ sasarannya dan menimbulkan respon
yang mengurangi pelepasan hormone tersebut lebih lanjut. Umpan balik jenis ini
diterangkan dalam gambar dibawah ini, disebut umpan balik negative dan
menyebabkan kadar hormone dikontrol ketat.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 8


Gambar 1. Diagram umpan balik sederhana yang memperlihatkan bahwa pelepasan
suatu hormone mempengaruhi jaringan sasarannya sedemikian rupa sehingga
pelepasan lebih lanjut hormone tersebut dihambat.

Kelenjar
Endokrin

Pelepasan
Respons
Hormon

Organ
Sasaran

FAKTOR YANG MENGONTROL PELEPASAN HORMON HIPOFISI


Rangsangan yang mengontrol pelepasan hormone-hormon hipofisis
(kecuali hormone perangsang melanosit, MSH) adalah hypothalamic-releasing
atau-inhibiting hormones/factors. Sewaktu sutu hypothalamic-releasing hormone
dikeluarkan, maka hormone hipofisis anterior pasangannya juga dilepaskan.
Sewaktu hypothalamic-inhibiting hormone dilepaskan, maka pelepasan hormone
hipofisis anterior yang dikontrolnya terhambat. Hormone-hormon hipofisis
merangsang organ atau sel sasaran lain untuk melakukan suatu fungsi atau
melepaskan hormonnya sendiri.
Baik hormone hipofisis maupun respons selanjutnya oleh organ sasaran
dengan memberi umpan balik ke hipotalamus untuk menurunkan pelepasan lebih
lanjut hormone hipotalamus. Respons organ sasaran juga daapt menghambat
pelepasan lebih lanjut hormone hipofisis

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 9


FAKTOR YANG MENGONTROL PELEPASAN HORMON HIPOTALAMUS
Untuk system hormone hipotalamus-hipofisis, penentu utama pelepasan
suatu hormone berada dibawah control hipotalamus. Hormone-hormon releasing
atau inhibiting dari hipotalamus dikeluarkan pada kadar dasar tertentu yang dapat
ditingkatkan atau diturunkan sesuai hasil integrasi berbagai asupan saraf ke
hipotalamus. Asupan berkaitan dengan stress, nyeri, berat badan, suhu, emosi dan
berbagai hormone yang dilepaskan oleh organ-organ sasaran. Semua pengaruh ini
dapat bersifat eksitatorik atau inhibitorik bagi masing-masing hormone releasing
atau inhbiting.

E. BERBAGAI HORMON
a. Hormon Tiroid

Hormon tiroid (HT) adalah suatu hormone amino yang disintesis dan
dilepaskan dari kelenjar tiroid. Hormone ini dibentuk melalui penyatuan satu
atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin
yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks
yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis HT dalam darah, yang disebut T3 dan T4.
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga
untuk T3 dan empat untuk T4). Sebagaian besar (90%) HT yang dilepaskan ke
dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3
maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

i. Efek Hormon Tiroid

Sel-sel sasaran untuk HT adalah hamper semua sel didalam


tubuh. Efek prmer HT adalah untuk merangsang laju metabolic sel-sel
sasaran dengan meningkatkan metabolism protein, lemak dan
karbohidrat. HT juga tampaknya merangsang kecepatan pompa
natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi bertujuan untuk
meningkatkan penggunaan energi oleh sel, sehingga terjadi peningkatan

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 10


laju metabolism basal (basal metabolic rate, BMR), pembakaran kalori,
dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.

Ht juga tampaknya meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran


terhadap katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung dan
meningkatkan responsivitas emosi. Ht meningkatkan kecepatan
depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi otot
rangka. HT penting untuk pertumbuhan dna perkembangan normal
semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormone pertumbuhan.

ii. Faktor yang mengontrol pelepasan hormone tiroid

Rangsangan untuk pelepasan HT adalah Thyroid-stimulating


hormone (TSH) yang dilepaskan ke dalam darah oleh hipofisis anterior.
Rangsangan untuk pelepasan TSH adalah thyroid-releasing hormone
(TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam aliran darah portal.
Hormone tiroid tampaknya bekerja pada hipotalamus, untuk menekan
pelepasan TSH. TSH juga mungkin bekerja pada hipotalamus untuk
mengurangi pelepasan TRH lebih lanjut.

iii. Faktor yang mengontrol Thyroid- Releasing Hormone


Rangsangan yang bertanggungjawab terhadap peningkatan TRH
adalah pemajanan tubuh ke suhu dingin, stress fisik dan mungkin
psikologis dan kadar HT yang rendah. Apabila pelepasan TRH
dirangsang oleh suhu dingin, maka hasilnya adalah peningkatan HT
dan BMR sehingga terjadi peningkatan panas tubuh dan penurunan
kebutuhan untuk peningkatan TRH lebih lanjut. Perhatikan gambar
berikut sebagai suatu contoh umpan balik negative.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 11


Gambar 2. Siklus umpan balik yang memperlihatkan efek pajanan
dingin berkepanjangan pada system hipotalamus-hipofisis-tiroid

Rangsangan Hipotalamus

Pajanan dingin (2) Pelepasan Thyroid


Stimulating-Releasing
Hormone (TRH)
yang
berkepanjangan Peningkatan Produksi
Panas Menurunkan
TRH Merangsang
Pelepasan TSH
Pelepasan TRH

HT menghambat
Pelepasan TRH &
Jaringan Sasaran Hipofisis Anterior
(5) basal Metabolikc
rate (BMR) produksi
TSH lebih Lanjut (3) Pelepasan Thyroid
Stimulating Hormone
panas (TSH)

TSH merangsang
HT merangsang BMR
pelepasan HT

Tiroid
(4) Pelepasan Hormon
Tiroid (HT)

b. Glukokortikoid

Glukokortikoid adalah hormone steroid yang dikeluarkan dari korteks


(bagian luar) kelenjar adrenal yang mempengaruhi banyak aspek metabolism,
terutama metabolism glukosa. Pada manusia glukokortikoid utama adalah
kortisol. Glukokortikoid juga mempengaruhi banyak system lain dalam tubuh,
temasuk system kardiovaskular dan system imun. Glukokortikoid dilepaskan
secara diurnal (harian), dengan puncaknya pada pukul 8 pagi.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 12


i. Efek Glukokortikoid

Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah dengan


merangsang gluconeogenesis (perubahan lemak dan protein menjadi
glukosa dihati). Glukokortikoid juga meningkatkan kadar glukosa darah
dengan merangsang otot, lemak dan jaringan limfe untuk memakai
asam-asam lemak bebas sebagai energi dan bukan glukosa. Demikian
juga, glukokortikoid merangsang pemecahan protein dan menghambat
pembuatan protein disemua sel tubuh. Hormone golongan ini juga
merangsang rasa lapar, mendorong penimbunan lemak di daerah badan
dan wajah,dan menghambat pertumbuhan dengan menekan hormone
pertumbuhan dan melawan efek-efek hormone pertumbuhan pada
pembuatan protein. Glukokortikoid meningkatkan efek hormone
pertumbuhan pada jaringan lemak dan meningkatkan efek hormone
pertumbuhan pada jaringan lemak dan meningkatkan efek hormone
tiroid pada jaringan-jaringan sasarannya. Hormone golongan ini juga
meningkatkan efek katekolamin, sehingga terjadi peningkatanfrekuensi
jantung dan tekana darah. Banyak dari efek glukokortikoid penting pada
saat-saat trauma dan stress. Efek-efek tersebut memungkinkan
seseorang bertahan hidup terhadap lingkungan yang sangat ekstrim.

Efek nonmetabolic kortisol yang timbul akibat kadar hormone


yang sangat tinggi dalam darah adalah penekanan fungsi kekebalan dan
peradangan. Glukokortikoid berperan dengan menghambat hamper
semua komponen respon peradangan dan imunitas. Penghambatan
tersebut mencakup penekanan fungsi sel T sitotoksik dan penekanan
pembentukan, pelepasan dan pengaktivan banyak mediator peradangan
termasuk interleukin, prostaglandin, dan histamin. Kadar kortisol yang
cukup tinggi untuk menghambat fungsi imun dan peradangan daapt
dicapai dengan pemberian kortisol sebagai obat, pada tumor-tumor
kelenjar adrenal atau stress kronik . selain itu, kortisol atau

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 13


metabolitnya, tampaknya memiliki efek kuat pada stabilitas emosi dan
suasana hati.

ii. Faktor yang mengontrol pelepasan Glukokortikoid

Glukokortikoid dilepaskan dari kelenjar adrenal sebagai respon


terhadap hormone adrenokortikotropik (ACTH) dalam darah dari
hipofisis anterior. ACTH dilepaskan sebagai respon terhadap
corticotropin-releasing hormone (CRH) yang dibawa dalam darah
portal dari hipotalamus. CRH juga merangsang pelepasan endorfin oleh
hipofisis anterior, dan mungkin jaringan lain. Setelah dilepaskan,
glukokortikoid memberi umpan balik ke hipotalamus dan hipofifi
anterior untuk menurunkan pelepasan lebih lanjut CRH dan ACTH.

iii. Faktor yang mengontrol pelepasan Hormon Kortikotropin

CRH dikeluarkan dari hipotalamus dalam suatu pola diurnal,


yang selanjutnya menentukan pola pelepasan ACTH dan kortisol.
Rangsangan untuk meningkatkan pelepasan CRH termasuk stress,
hipoglikemik (glukosa darah yang rendah), dan penurunan kadar
glukokortikoid dalam darah. Siklus umpan balik pelepasan CRH
sebagai respon terhadap hipoglikemia.

iv. Efek lain Hormon Adrenokortikotropin

Androgen-androgen adrenal dilepaskan sebagai respon terhadap


rangsangan ACTH pada kelenjar adrenal. Androgen adrenal adalah
sumber utama androgen pada wanita dan anak. Struktur ACTH serupa
dengan hormone hipofisis anterior lainnya, melanin-stimulating
hormone (MSH),yang menyebabkan sel-sel kulit memproduksi
melanin. Dengan demikian, kadar ACTH yang tinggi akan
menimbulkan efek silang pada kulit dan menyebabkan kulit menjadi
gelap. ACTH dalam jumlah terbatas juga tampaknya penting untuk
sintesis aldosterone.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 14


Gambar 3. Siklus umpan balik yang memperlihatkan efek kadar
gula darah yang rendah pada system hipotalamus-hipofisis-adrenal.

(1) Stimulus
Hipoglikemik Hipotalamus
(2) Pelepasan
Corticotropin-Releasing
Hormone (CRH)

Peningkatan Pembentukan
CRH Merangsang
Glukosa Menurunkan
Pelepasan ACTH
Pelepasan CRH

Hipofisis Anterior
Jaringan Sasaran (3) Pelepasan
(5) Glukoneogenesis Adrenocorticotropic
Releasing Hormone (ACTH)

Kortisol merangsang ACTH merangsang


Glukoneogenesis pelepasan GLukokortikoid

Kelenjar Adrenal
(4) Pelepasan
GLukokortikoid (Kortisol)

c. Hormon pertumbuhan

Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH), juga disebut


somatotropin, adalah suatu hormone protein yang dikeluarkan dalam suatu pola
diurnal selama 24 jam. Sekitar 70% dilepaskan dalam suatu letupan 1-4 jam
setelah tidur.

i. Efek hormone pertumbuhan

GH meningkatkan sisntesis protein disemua sel tubuh, terutama


sel-sel otot. GH merangsang pertumbuhan tulang rawan dan merangsang
aktivitas osteoblast, sel-sel penghasil tulang di tubuh. GH penting untuk

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 15


pertumbuhan tulang longitudinal dan untuk remodeling tulang yang
secara terus menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH pada tulang dan
tulang rawan sebenarnya terjadi melalui peptide-peptida perantara,
disebut somatomedin, atau factor pertumbuhan mirip insulin (insulinlike
growth factors, IGF). GH secara langsung merangsang pertumbuhan
sebagian besar organ lain pada tubuh termasuk otot jantung, kulit dan
kelenjar endokrin.

GH juga menyebabkan penguraian lemak dan penggunaan lebih


lanjut asam-asam lemak sebagai sumber energi. Karena lemak digunakan
sebagai sumber energi, maka GH menyebabkan peningkatan kadar
glukosa dalam sirkulasi darah. GH juga menginduksi suatu sensitivitas
terhadap insulin. Dengan menurunnya kepekaan terhadap insulin, maka
sebagian besar sel tidak menyerap glukosa ke dalam dirinya, sehingga
terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah.

ii. Faktor yang mengontrol pelepasan hormone pertumbuhan

GH dilepaskan dari hipofisis anterior sebagai respon terhadap


growth hormone-releasing factor (GRF) dari hipotalamus. GH
kemudian tampaknya bekerja pada hipotalamus untuk menurunkan
pelepasan GRF lebih lanjut. Hipotalamus juga melepaskan suatu factor
penghambat hormone pertumbuhan yang disebut somatostatin.

iii. Faktor yang mengontrol Growth Hormone-Releasing Factor

Peningkatan GRF terjadi sebagai respon terhadap peningkatan


kadar asam-asam amino dalam darah, hipoglikemia, puasa atau
kelaparan, stress fisik atau emosi, dan penurunan GH. Olah raga
merangsang pelepasan GRF, baik secara langsung atau melalui efek
hipoglikemia dan stress fisik. Pola umpan balik pelepasan GRF sebagai
respons terhadap peningkatan asam-asam amino plasma diperlihatkan
dalam gambar dibawah ini.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 16


Gambar 4. siklus umpan balik yang memperlihatkan efek
peningkatan asam-asam amino plasma pada hormone pertumbuhan.

(1) Rangsangan Hipotalamus


peningkatan asam-asam (2) Pelepasan Growth
Hormone-Releasing
amino plasma Factor (GRF)

GRF merangsang
Penurunan Asam
Pelepasan Pelepasan
Amino Plasma
GH

GH menghambat pelepasan GRF


lebih lanjut

Sel Otot Hipofisis Anterior


(4) Transpor Asam (3) Pelepasan Hormon
Amino ke dalam sel Pertumbuhan (GH)

GH merangsang
Transpor Asam Amino

iv. Factor yang mengontrol pelepasan somatostatin

Hipotalamus juga melepaskan suatu hormone penghambat


untuk GH, yang disebut somatostatin. Somatostatin dilepaskan sebagai
respons terhadap glukosa darah yang tinggi, asam lemak bebas,
kegemukan, dan kortisol. Pengaruh emosi juga dapat merangsang
somatostatin, mungkin melalui kortisol, dan pengurangan pertumbuhan.

d. Insulin

Insulin diproduksi oleh kelenjar pancreas, dilepaskan pada suatu kadar


basal oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Rangsangan utama untuk pelepasan
insulin di atas kadar basal adalah peningkatan glukosa darah. Kadar glukosa
darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/100 ml darah. Apabila
glukosa darah meningkat melebihi 100 mg/100 ml darah, maka sekresi insulin

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 17


dari pancreas dengan cepat meningkat dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3
jam. Insulin adalah hormone utama pada stadium absorptive pencernaan yang
muncul segera setelah makan. Diantara waktu makan kadar insulin rendah.

Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang


terdaapt disebagian besar sel tubuh. Setelah berikatan, insulin bekerja melalui
perantara kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (ang
diperantarai oleh pembawa) ke dalam sel. Setelah berada didalam sel, glukosa
dapat segera digunakan untuk menghasilkan energi melalui siklus krebs, atau
dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen. Sewaktu glukosa dibawa masuk
ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Peningkatan glukosa plasma
menyebabkan peningkatan insulin, yang akhirnya mengakibatkan kadar
glukosa plasma menurun. Pelepasan insulin juga dirangsang oleh beberapa
asam amino dan hormone pencernaan, CCK dan Sekretin. Isnulin adalah
hormone anabolic (pembangun) utama pada tubuh dan memiliki beberapa efek.
Insulin meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang
pembentukan protein, serta menghambat penguraian simpanan lemak, protein,
dan glikogen. Insulin juga menghambat gluconeogenesis (pembentukan
glukosa baru) oleh hati.

e. Glukagon
Glucagon adalah suatu hormone protein yang dikeluarkan oleh sel-sel alfa
pulau langerhanss sebagai respons terhadap kadar glukosa darah yang rendah
dan peningkatan asam amino plasma. Glucagon adalah hormone stadium pasca
absorrptif pencernaan, yang muncul dalam masa puasa diantara waktu makan.
Fungsi hormone ini terutama adalah katabolic (penguraian) dan secara umum
berlawanan dengan fungsi insulin. Glucagon bekerja sebagai antagonis insulin
dengan menghambat perpindahan glukosa ke dalam sel. Glucagon merangsang
gluconeogenesis hati dan penguraian simpanan glikogen untuk digunakan
sebagai sumber energi selain glukosa. Glucagon merangsang penguraian lemak
dan pelepasan asam-asam lemak bebas ke dalam darah, untuk digunakan

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 18


sebagai sumber energi selain glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk
meningkatkan kadar glukosa darah.

f. Somatostatin

Somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta pulau Langerhans.


Somatostatin juga disebut hormone penghambat hormone pertumbuhan dan
merupakan salah satu hormone hipotalamus yang mengontrol pelepasan
hormone pertumbuhan dari hipofisis anterior. Somatostatin dari pancreas
tampaknya memiliki efek minimal pada pelepasan hormone pertumbuhan dari
hipofisis. Hormone ini mengontrol metabolism dengan menghambat sekresi
insulin dan glucagon.

g. Gonadotropin

Gonadotropin terdiri dari dua hormone hipofisis anterior: follicle -


stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Jaringan sasaran
untuk FSH dan LH adalah ovarium pada wanita dan testis pada pria.

i. Efek Gonadotropin

Pada wanita, sebagai respon terhadap FSH dan LH, ovarium


mengeluarkan hormone steroid estrogen dan progesterone. Estrogen
memberiumpan balik ke hipotalamus dan hipofisis anterior dalam suatu
cara yang rumit, dengan efek negative pada peningkatan pelepasan FSH
dan efek positif pada pelepasan LH, yang akhirnya menyebabkan
ovulasi (rupture) sebuah folikel ovarium diiringi oleh pelepasan sel
telur, yang disebut ovum. Progesterone tampaknya memberi umpan
balik ke hipofisis anterior untuk membatasi sekresi FSH dan LH.

Pada pria, FSH merangsang sel-sel testis untuk mengawali dan


mendukung spermatogenesis (produksi sperma). Sel-sel testis yang
paling banyak dipengaruhi oleh FSH pada pria adalah sel Sertoli. Sel-
sel ini membentuk lapisan dalam tubulus seminiferosa, tempat

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 19


terjadinya spermatogenesis, dan memberi makanan kepada sperma yang
sedang berkembang. Suatu hormone yang dihasilkan oleh sel Sertoli,
inhibin, juga mempengaruhi produksi testosterone dengan bekerja
secara langsung pada kelenjar hipofisis untuk mengurangi pelepasan
FSH.

LH juga dilepaskan oleh hipofisis anterior sebagai respon


terhadap gonadotropin-releasing hormone (GnRH). LH menyebabkan
sel-sel interstisium testis menghasilkan dan mengeluarkan testosterone.
Estrogen dan testosterone juga dibuat oleh kelenjar adrenal, pada pria
dan wanita, sebagai respon terhadap rangsangan ACTH.

ii. Faktor yang mengontrol pelepasan gonadotropin

Gonadotropin dilepaskan dari hipofisis sebagai respons terhadap


GnRH dari Hipotalamus. Tampaknya satu hormone hipotalamus
mengontrol pelepasan kedua gonadotropin hipofisis. GnRH kadang-
kadang disebut juga sebagai LH-RF. Peningkatan pembuatan dan
pelepasan GnRH menyebabkan dimulainya pubertas.

iii. Factor yang mengontrol gonadotropin-releasing hormone

Sebelum pubertas, kadar GnRH dalam sirkulasi darah sangat


rendah. Seiring dengan pematangan hipotalamus dan pencapaian massa
tubuhtertentu, GnRH meningkat dan mencetus proses pubertas. Setelah
pematangan seksual terbentuk, kadar GnRH dalam darah dikontrol oleh
umpan balik negative estrogen dan testosterone. Stress, kelaparan, dan
rasa takut dapat mempengaruhi pelepasan GnRH setiap saat, dan
mempengaruhi pelepasan estrogen dan progesterone pada wanita dan
testosterone pada pria serta mengganggu fungsi reproduksi.

h. Estrogen
Estrogen adalah hormone steroid yang mempengaruhi jaringan sasaran
dengan mengubah kecepatan replikasi DNA, transkripsi, atau translasi

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 20


RNA. Walaupun efek estrogen paling mencolok tampak pada wanita, pria
juga menghasilkan dan dipengaruhi oleh estrogen. Terdapat banyak jenis
estrogen dalam tubuh manusia: estron, estradiol dan estriol.

i. Efek Estrogen
• Pembentukan organ seks internal dan eksternal wanita in utero
• Distribusi lemak tubuh wanita
• Pigmentasi putting susu
• Merangsang perkembangan payudara selama kehamilan
• Merangsang pertumbuhan lapisan endometriumrahim setiap
bulan untuk persiapan implantasi janin
• Pemeliharaan kehamilan
• Merangsang laktasi
• Merangsang pembentukan tulang seumur hidup pada pria dan
wanita
• Membatasi penyerapan (penguraian) tulang, melalui efek
langsung pada tulang atau dengan membatasi respon tulang
terhadap hormone paratiroid pada pria dan wanita
• Pada pria dan wanita mempengaruhi pembentukan protein dari
lipoprotein di hati (merangsang HDL, menurunkan LDL), factor
pembekuan, dan molekul-molekul pembawa untuk hormone
steroid dan tiroksin
• Bekerja untuk menurunkan risiko penyakit arteri coroner,
kemungkinan besar sebagai akibat peningkatan HDL, pada pria
dan wanita
• Merangsang ginjal untuk menahan natrium pada pria dan wanita
• Mempengaruhi sinyal saraf di otak pada pria dan wanita,
mempengaruhi perilaku dan suasana hati
• Estrogen yang berlebihan pada pria dapat menyebabkan
ginekomastia (pembesaran payudara)
i. Progesteron
PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 21
Progesteron seperti estrogen adalah suatu hormone steroid. Pda wanita
progesterone disintesis oleh sel-sel tekal folikel yang sedang berkembang dan
kemudian korpus luteum, sebagai respons terhadap rangsangan oleh LH dan
dengan tingkatan yang lebih rendah, FSH.

i. Efek progesterone
• Progesteron dilepaskan dari sebuah folikel ovarium setelah
folikel tersebut rupture sewaktu ovulasi. Hormone ini
menyebabkan lapisan endometrium Rahim menjadi sekretorik
sebagai antisipasi fertilisasi ovum dan penanaman embrio di
Rahim. Folikel yang rupture menjadi korpus luteum yang terus
mengeluarkan progesterone.
• Apabila ovum dibuahi dan mudigah tertanam dirahim, maka
korpus luteum dan kemudian plasenta mempertahankan
kehamilan dengan mengeluarkan progesterone. Apabila kadar
progesterone turu, kehamilan berakhir. Apabila tidak terjadi
kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dalam 14 hari
berikutnya, kadar progesterone berkurang dan terjadi haid
(lapisan uterus terlepas)
• Progesterone bekerja bersamaestrogen dan prolaktinuntuk
merangsang pembentukan payudara selama masa pubertas dan
kehamilan.
• Progesterone menyebabkan relaksasi otot polos, termasuk uterus
dan oto polos vascular arteriol
• Progesterone tampaknya bersifat protektif terhadap
pembentukan kanker tertentu
j. Testosteron

Testosteron, juga suatu hormone steroid, adlaah hormone androgen


yang paling banyak dan paling kuat. Tetosteron dibentuk di sel-sel khusus testis
yang disebut sel Leydig dan pada wanita, di kelenjar adrenal.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 22


i. Efek testosterone
• Pembentukan in utero organ-organ seks internal dan eksternal
pria
• Pemeliharaan produksi sperma seumur hidup pria
• Distribusi otot khas pria
• Merangsang pembentukan tulang selama hidup pada pria dan
wanita
• Merangsang pembentukan sel darah merah pada pria dan wanita
• Merangsang anabolisme (pembentukan) protein pada pria dan
wanita
• Mungkin mempengaruhi sinyal saraf otak, dan mempengaruhi
perilaku dan suasana hati, pada pria dan wanita
• Kelebihan testosterone pada wanita dapat menyebabkan
pembesaran klitoris, pendalaman suara, dan pembentukan
janggut.
k. Prolaktin

Prolaktin adalah suatu hormone protein yang dilepaskan dari hipofisis


anterior

i. Efek Prolaktin

Sewaktu seorang anak perempuan mencapai pubertas, prolactin


bekerja Bersama estrogen, progesterone dan GH untuk mendorong
pembentukan jaringan payudara. Semua hormone ini meningkat
kadarnya secara dratis selama kehamilan, sehingga merangsang
pembentukan payudara lebih lanjut. Setelah melahirkan, prolactin
bekerja pada payudara untuk merangsang laktasi (pembentukan susu)
dan memungkinkan bayi untuk disusui.

Pada wanita yang tidak hamil, kadar prolactin yang tinggi


menghambat pelepasan dua hormone hipofisis anterior lainnya: follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Karena FSH

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 23


dan LH penting untuk ovulasi dan kehamilan, maka kadar prolactin
yang tinggi pada wanita yang menyusui bayinya secara penuh dapat
memberikan proteksi terhadap terjadinya kehamilan berikutnya.

Selain prolactin, hormone hipotalamus posterior oksitosin juga


diperlukan untuk menyusui. Peran prolactin pada pria belum diketahui.

ii. Factor yang mengontrol pelepasan prolactin

Pelepasan prolactin dari hipofisis anterior dikontrol oleh


pelepasan suatu prolactin-inhibiting factor (PIF) dari hipotalamus.
Dengan demikian, penurunan pelepasan hormone inhibitorik akan
merangsang pelepasan prolactin. Prolactin-inhibiting hormone (PIH) ini
mungkin adalah dopamine. Hipotalamus juga mungkin mengeluarkan
prolactin-stimulating hormone.

Rangsangan untuk peningkatan pelepasan PIF oleh hipotalamus


yang bersifat dependen-esterogen. Rangsangan pelepasan prolactin
setelah kehamilan tampaknya adalah pengisapan putting susu oleh bayi.
Rangsangan putting susu oleh pengisapan tersebut tampaknya
menyebabkan peningkatan prolactin dengan menurunkan pelepasan PIF
oleh hipotalamus.

l. Hormon Antidiuretik

Hormon antidiuretic (ADH) adalah suatu hormone protein yand


dibentuk di nucleus supraoptikus hipotalamus dan disimpan di dalam dan
dilepaskan oleh hipofisis posterior. Hormone ini juga disebut vasopressin,yang
berarti tensor vascular.

i. Efek ADH

Efek primer peningkatan ADH adalah menyebabkan sel-sel


ductus pengumpul di ginjal menjadi lebih permeable terhadap air. Hal

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 24


ini meningkatkan reabsorpsi air ke dalam darah, menurunkan diuresis
(aliran) urin. Ini adalah efek antidiuretic ADH.

Pada kadar yang sangat tinggi, ADH menyebabkan kontraksi


otot polos vascular, meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan
darah.

ii. Faktor Yang Mengontrol Pelepasan Hormone Antidiuretik

Rangsangan utama untuk pelepasan ADH adalah peningkatan


osmolalitas (peningkatan konsentrasi zat terlarut) plasma. Peningkatan
osmolalitas plasma dirasakan oleh osmoreseptor di hipotalamus.
Osmolalitas plasma normal adalah sekitar 280 ml osmol/kg.
Antidiuretic mengembalikan osmolalitas plasma yang itnggi ke tingkat
normal dengan mengencerkan plasma ( meningkatkan konsentrasi
airnya) seperti diperlihatkan dalam gambar.

Rangsangan lain yang dapat menyebabkan pelepasan ADH


adalah penurunan tekanan darah (yang dirasakan oleh baroreseptor
karotis dan aorta), stress, nyeri dan olah raga. Sekresi ADH dihambat
oleh penurunan osmolalitas plasma, peningkatan tekanan darah, dan
alcohol.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 25


Gambar 5. Siklus umpan balik yang memperlihatkan efek
penurunan osmolalitas plasma (peningkatan konsentrasi air) pada
pelepasan ADH

(1) Rangsangan
peningkatan Hipotalamus
Osmolalitas plasma (2) Perangsangan Nukleus
Paraventrikulel &
Supraoptikus

Hipofisis Posterior
Penurunan Osmolalitas
Plasma (3) Pelepasan Hormon
Antidiuretik (ADH)

Tubulus Ginjal & Duktus


Pengumpul ADH meningkatkan
(4) Reabsorpsi air ke permeabilitas air pada
dalam darah dari filtrat duktus pengumpul ginjal
urin

m. Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormone protein yang dibentuk di nucleus


paraventrikel hipotalamus dan disimpan di dalam dan dilepaskan dari hipofisis
posterior.

i. Efek Oksitosin

Oksitosin merangsang kontraksi otot polos yang melapisi ductus


payudara sehingga terjadi peningkatan tekanan intramamaria dan
mengalirnya air susu ke putting payudara. Oksitosin juga merangsang
kontraksi otot polos uterus. Perannya dalam mencetuskan persalinan
pada wanita hamil belum jelas. Namun, hormone ini memang

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 26


menyebabkan peningkatan intensitas kontraksi uterus seiring dengan
kemajuan persalinan mendekati kelahiran. Obat Pitocin adalah turunan
dari oksitosin dan digunakan secara klinis untuk mencetuskan dan
mempercepat persalinan.

ii. Faktor yang mengontrol pelepasan Oksitosin

Rangsangan utama yang menyebabkan pelepasan oksitosin


adalah pengisapan putting susu wanita. Seperti diperlihatkan pada
gambar pengisapan menyebabkan mengalirnya air susu sehingga bayi
dapat disusui. Rasa kenyang mengurangi keinginan untuk mengisap
sehingga rangsanan untuk pelepasan oksitosin berkurang yang
merupakan suatu contoh umpan balik negative. Stress atau rasa takut
juga dapat menghambat sintesis oksitosin.

Gambar 6. Siklus umpan balik yang memperlihatkan efek


penurunan pengisapan oleh bayi pada pelepasan oksitosin.

(1) Rangsangan
Pengisapan Hipotalamus
(2) Perangsangan
Nukleus Paraventrikulel
& Supraoptikus

Bayi minum sampai Hipofisis Posterior


kenyang dan pengisapan
berhenti (3) Pelepasan Oksitosin

Sel Otot Polos di


payudara Oksitosin merangsang
Pengeluaran air susu
(4) Pengeluaran Air susu

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 27


B. LATIHAN
Untuk semakin memahami topik pada modul ini, mahasiswa dipersilahkan untuk
menjawab soal-soal latihan dibawah ini:
Petunjuk pengerjaan: Carilah bahan secara mandiri pada sumber-sumber buku yang terkait
untuk menjawab pertanyaan dibawah ini!
1. Sebutkan fungsi hormone yang disimpan kelenjar hipofisis anterior!
2. Uraikan efek insulin dan glucagon pada hati dan kadar glukosa darah!
3. Jelaskan fungsi GH dalam hubungannya dengan pertumbuhan yang normal!
4. Uraikan efek hormone epineprin dan norepineprin!

C. RANGKUMAN

Hormon-hormon kelenjar endokrin sebenarnya terlibat dengan semua aspek fungsi


tubuh yang normal. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan, penggunaan makanan untuk
memproduksi energi, respons terhadap stress, rumatan kadar dan pH cairan tubuh yang
semestinya, dan berkesinambungan seluruh proses dalam tubuh manusia, semuanya,
bergantung pada hormone.

D. TEST FORMATIF
1. Glukokortikoid dan mineralokortikoid disekresi oleh?
a. Pankreas
b. Kelenjar gonad
c. Kelenjar adrenal
d. Hipofise anterior
2. Hormone antidiuretic penting untuk mempertahankan keseimbangan cairan, kelenjar
yang memproduksinya adalah?
a. Kortek adrenal
b. Medulla adrenal
c. Hipofisis anterior
d. Hipofisis posterior
3. Pada situasi darurat tubuh berespon cepat untuk beradaptasi, hal tersebut merupakan
kinerja dari kelenjar?
a. Tiroid
b. Adrenal
c. Hipofisis
d. Pancreas
4. Jika tubuh mengalami peningkatan konsentrasi kortisol dalam darah, maka?
a. Meningkatkan penyembuhan luka
b. Menghambat gluconeogenesis di hepar
c. Menurunkan sekresi ACTH oleh pituitari
d. Menurunkan toleransi terhadap stress

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 28


5. Glukosa akan ditranspor ke sel untuk produksi energi. Apakah hormone yang
mengendalikan penggunaan glukosa oleh sel?
a. Insulin
b. Tiroksin
c. Steroid adrenal
d. Hormone pertumbuhan

E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

F. KUNCI JAWABAN
1. C 2. B 3. D 4. C 5. A

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 29


REFERENSI

Guyton, Arthur C. 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC Guyton C. Arthur.
Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Ken Ariata Tengadi. Edisi 7 Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.

Ignatavicius, Donna D & Workman, Linda (2017) Medical Surgical Nursing: Patient-Centered
Collaborative Care, 8th Edition.USA: Elsevier

Lewis S. L., Dirksen S. R., Heitkemper M. M., Butcher L. (2014). Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical problems.9th edition. Mosby: Elsevier Inc.

Pearce, C. Evelyn. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.

Scalon, Valerie C., Sanders, Valerie. 2007. Buku Ajar Anatomi Fisiologi. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.

PAULINIAN VALUES: Tansformer, Travail, Caring, Accountable, Regularity, Simplicity Page 30

Anda mungkin juga menyukai