Disusun Oleh:
Kelompok 3C
Disusun Oleh:
Kelompk 3C
Surabaya,……………….
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
fungsi system saraf yang dikarenakan adanya gangguan pada peredaran darah
didalam otak akibat pecahnya pembuluh darah atau tersumbatnya pembuluh darah
suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan
oleh stroke (Mutiarasari, Januari 2019). Hasil Riskesdas 2018, prevalensi stroke di
Indonesia meningkat sebanyak 3,9%, yaitu dari tahun 2013 sebanyak 7% dan pada
tertinggi adalah Kalimantan Timur (14,7%) dan DIY (14,6%), sedangkan Papua
(4,1%), Maluku Utara (4,6%) memiliki prevalensi terendah serta Jawa Timur 12,4
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu
seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa
1
2
yang menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses potensi membran.
Kekurangan energi ini membuat daerah yang kekurangan oksigen dan gula darah
dan K keluar sel hal tersebutlah yang menjadi awal membuat sel otak pada
Penanganan stroke infark dilakukan dengan cepat dan tepat, karena pada
kasus stroke memiliki “jendela waktu” yang singkat untuk mencegah kecacatan
Terutama juga kaji kesadaran, Observasi jalan nafas, apakah paten atau tidak. Kaji
sirkulasi, apakah tekanan darah normal atau tidak, akral dingin atau tidak,
capillary refill time ada gangguan atau tidak. Periksa tingkat kesadaran apakah
pasien sadar atau tidak sadar (Rudi Hamarno, 2017). Berdasarkan latar belakang
diatas, penulis mengambil kasus Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn.M
1.3 Tujuan
Diagnosis Medis CVA Infark + Diabete Melitus Di Ruang ICU CENTRAL Rspal
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya ilmiah akhir
dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti tersebut dibawah ini :
menghasilkan keluaran klinis yang baik, dan dapat menurunkan angka kejadian
morbidity, disability dan mortalitas pada pasien CVA Infark + Diabetes Melitus +
Hematuria.
dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran klinis yang baik bagi pasien yang
serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan CVA Infark
darurat. Selain itu agar keluarga mampu melakukan perawatan pasien dengan post
yang terbaru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurafif & Kusuma 2015).
mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak dan dapat terjadi
pada siapa saja dan kapan saja dengan Gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan cacat dalam bentuk kelumpuhan anggota badan,
thrombosis atau embolisasi yang terjadi pada satu atau lebih pembuluh darah otak
dan menyebabkan obstruksi aliran darah ke otak. Stroke iskemik akut adalah
gejala klinis defisit serebri fokal dengan onset yang cepat dan berlangsung lebih
dari 24 jam serta cenderung menyebabkan kematian. Dua penyebab utama infark
serebri yaitu thrombosis dan emboli (Gusev (2003) dalam (Gofir 2021).
2.1.2 Klasifikasi
6
7
darah arteri yang meunju otak. Stroke non hemoragik ini biasanya berupa
iskemia atau emboli dan trombosis serebral, namun stroke iskemik dibagi
pada wilayah vaskular dan biasanya berlangsung kurang dari 15 menit dengan
2) Trombosis serebri
Hampir separuh insiden CVA Infark trombosis. Jenis CVA ini ditandai
otak. Biasa disebut dengan serebral trombosis biasanya dialami oleh penderita
hipertensi.
3) Emboli Serebri
b. CVA Hemoragik
Pendarahan yang terjadi didalam otak, yakni pada ganglia batang otak
pada umumnya serta pada otak kecil dan otak besar, jenis kasus ini yang
2) Perdarahan Subarakhnoid
2.1.3 Etiologi
a. Trombosis Cerebral
normal didalam pembuluh darah, Thrombosis rentan terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur, hal ini akibatkan oleh penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejala neurologis sering memburuk pada 48 jam setelah thrombosis,
menghentikan perdarahan.
4) Emboli : Kondisi ketika benda atau zat asing seperti gumpalan darah atau
b. Hemoragik
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat dari
pecahnya pembuluh darah pada otak yang merupakan pembesaran darah kedalam
jaringan otak yang berdekatan sehingga otak membengkak, jaringan otak tertekan.
c. Hipoksia Umum
d. Hipoksia Setempat
arteri otak disertai sakit kepala migren. (Syah, Pujiyanti, and Widyantoro 2019).
d. Gaya hidup yang tidak sehat : Pola makan yang berlebih (obesitas),
merokok, kurang berolahraga sertapenyalahgunaan obat
e. Diabetes melitus: Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan pada
sistem vasculer (pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya
ateroklerosis.
f. Stress emosional: Pada jangka panjang dapat meningkatkan tekanan darah
dan kadar kolestrol.
g. Umur: Semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke
h. Jenis kelamin: Pada kebanyakan kasus didapatkan pria lebih sering
mengalami stroke dibandiingkan dengan.
i. Faktor turunan
otot neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik, misalnya:
e. Gangguan Persepsi
pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh
11
yang paralisis.
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi atau ruang yang sakit
tersebut.
a. Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air
minumsecara tiba-tiba
c. Bicara pelo / tiba-tiba tidak dapat bicara / tidak mengerti kata-kata / bicara
tidak nyambung
f. Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan
2.1.7 Komplikasi
kejang epileptik
b. Terjadinya infeksi
12
e. Kurangnya nutrisi
f. Dampak psiko-sosial
secaraspesifik.
d. CT scan untuk melihat secara spesifik letak edema, adanya jaringan otak
f. EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
otak.
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Posisi kepala dan badan diatas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus
stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan
e. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
f. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraidikasi (Mega 2021)
2.2.1 Pengkajian
b. Keluhan Utama : Keluhan utama stroke infark yang sering menjadi alasan
generasi terdahulu.
f. Pemeriksaan Fisik:
1) B1 (Breath)
pernapasan.
3) B3 (Brain):
d. Saraf troklearis (N. IV) : saraf motorik, untuk pergerakan bola mata.
sensasi wajah, lidah dan gigi, reflek kornea dan reflek berkedip.
dankeseimbangan.
sensasi rasa.
j. Saraf Vagus (N. X) : saraf sensorik dan motorik, reflek muntah dan
menelan.
15
makan menurun, mual muntah pada fase akut. Pola defekasi biasanya
luas.
D.0066)
(SDKID.0054)
D.0119)
16
D.0139)
(SDKID.0017)
D.0066)
5) Bradikardia membaik
Observasi :
Terapeutik
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
(SDKI D.0119)
L.13118):
3) Disfasia menurun
4) Pelo menurun
Observasi :
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
keperawatan. pasien.
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
20
2019).
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang
adekuat.
ventilasinya.
dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilator ini sama dengan
normal. Namun, alat ini digunakan terbatas karena keterbatasannya pada posisi
dan gerakan seperti juga rumah kura-kura (Hudak & Gallo, 2019).
bahwa bila tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri Pada titik tekanan ini,
bila pada waktu praset selesai, inspirasi. Waktu ekspirasi ditentukan oleh
unit kritis saat ini. Prinsip dasar ventilator ini adalah bila volume udara
22
yang ditujukan diberikan pada pasien, inspirasi diakhiri. (Hudak & Gallo,
2019).
b. Assist Mode : Pada mode assist, hanya picuan pernafasan oleh pasien
diberikan pada VT yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus
ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila pasien gagal untuk inspirasi
maka ventilator akan secara otomatik mengambil alih (control mode) dan
spontan.
inflasi dan durasi siklus respirasi dinamakan PSV. PSV bisa digunakan
distal pada akhir ekspirasi sering terjadi pada pasien dengan ventilasi
a. Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,
yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat
kondisi klien.
FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya
dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi
c. Masalah mekanis
d. Barotrauma
g. Peningkatan IAP
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan kasus nyata, asuhan keperawatan pada Tn. M
dengan diagnosa CVA Infark di Ruang ICU CENTRAL RSPAL dr. Ramelan
Surabaya. Anamnesa yang dilakukan tanggal 6 Maret 2023 diperoleh dari pasien,
3.1 Pengkajian
1. Identitas
e. B5 : Bowel
Terpasang NGT hari 2 hari ke 3 Diet sonde diabetasol
6x200cc. Tidak ada retensi. BAB 100cc berwarna hitam. GDA : 337
mg/dl, terpasang syringe pump novorapid 4 ui/jam, cek GDA tiap 3
jam
f. B6 : Bone
Mobilisasi dibantu total. Oedem +/+ ekstermitas atas dan
bawah, tidak ada decubitus, kekuatan otot 1111 1111
1111 1111
10. Data penunjang
Lab Darah Lengkap tanggal 6 maret 2023
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Demam menurun 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui penyebab
tindakan keperawatan 2. Kemerahan menurun lokal dan sistemik adanya infeksi
selama 3x24 jam 3. Nyeri menurun 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untuk mencegah infeksi
diharapkan tingkat 4. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Untuk mencegah infeksi
infeksi menurun Kadar sel darah putih kontak dengan pasien dan Untuk memenuhi kebutuhan
membaik lingkungan pasien cairan
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
32
GCS 2X5, somnolen, pupil isokor, refleks cahaya +/+, bawah kanan dan kiri
nafas via ETT dengan ventilator mode duolpap PC:
26, PS : 13, PEEP : 8 FiO2 : 60%, Freq : 20, TD : A : Masalah belum teratasi
128/68 mmHg, N : 99x/menit, SpO2 : 96%, rr actual :
20x.menit, S : 36,9°C, akral hangat P : berikan nebul midatro + ns,
Mengijeksi amikasin via CVC i gr pulmicort 3x1, lakukan suction
Melakukan suction dan fisioterapi dada secara berkala dan fisioterapi dada,
Mengukur output urine dengan hasil 350 cc berikan nutrisi via sonde 200cc
12.00 Melakukan GDA dengan hasil 308 mg/dl
Memberikan injeksi novorapid via sc 6 unit
Mengukur retensi lambung 0 cc
Memberikan diet diabetasol 200 ml via NGT
Senin, Bersihan jalan 14.00 Melakukan timbang terima dengan dinas pagi, Dinas Siang
34
06/02/23 nafas tidak efektif keadaan umum lemah, GCS 2X5, somnolen, pupil S:
isokor, refleks cahaya +/+. Napas via ETT yang Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan disambung dengan ventilator mode duolpap PC : 26, terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa PS : 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, terpasang sambung ventiltor
darah CVC sub clavicula dextra sambung infus futrolit
1000cc/24 jam, sambung syringe pum novorapid 3 O:
Penurunan ui/jam B1 : nafas via ETT di sambung
kapasitas adaptif 15.00 Memberikan diit diabetasol 200cc via sonde ventilator mode duolpap PC : 26, PS
intrakranial 15.10 Melakukan suction dan fisioterapi dada produksi : 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20,
sekret banyak dengan warna kuning konsistensi rr actual : 20-27 x/menit, secret
Risiko infeksi kental via ETT, sekret putih kental banyak via mulut). berwarna putih kekuningan dengan
15.45 Membantu ADL pasien (menyeka pasien) konsistensi kental
16.00 Memberikan injeksi meropenem 2gr drip dalam NS B2 : TD : 108/53 mmHg, N :
100cc/iv/3 jam, injeksi kalnex 500 mg/iv 103x/menit, SpO2 : 100%, rr actual :
17.00 Membuang urin dengan output 300cc/3 jam dengan 20-27 x/menit, suhu 36°C, akral
warna merah hangat, terpasang CVC sub clavicula
18.00 Mengecek GDA dengan hasil 156mg/dl dextra sambung infus futrolit
18.05 Memberikan diit diabetasol 200cc via sonde 1000cc/24 jam, sambung syringe
18.10 Memberikan injeksi novorapid 6 ui/sc pum novorapid 3 ui/jam
19.00 Mengobservasi hemodinamik TD : 112/69 mmHg, N B3 : GCS 2X5, somnolen, pupil
: 107x/menit, SpO2 : 100%, rr actual : 20x.menit, S : isokor, refleks cahaya +/+.
37°C B4 : terpasang folley chatetetr 3 way
20.00 Melakukan suction produksi sekret banyak dengan hari 3 hari ke 2, output/3 jam
warna kuning konsistensi kental via ETT, sekret putih B5 : terpasang NGT hari ke 2, diet
kental banyak via mulut). diabetasol 6x200 cc tidak ada retensi
20.05 Memberikan nebul midatro + NS , Memberikan B6 : mobilisasi dibantu total,
injeksi lansoprazole 1 vial/iv terdapat oedema di ekstermitas atas
20.20 Membuang urin dengan output 300cc/3 jam warna bawah kanan dan kiri
35
merah
21.00 Melakukan timbang terima dengan dinas malam A : Masalah belum teratasi
Melakukan cek GDA hasil 144, melanjutkan syringe pum novorapid 3 ui/jam
pump novorapid 1 ui/jam B3 : GCS 2X5, somnolen, pupil
24.00 Memberi terapi nac 400mg via NGT, memberi injeksi isokor, refleks cahaya +/+.
meropenep 2 gr, transamin 500mg B4 : terpasang folley chatetetr 3 way
Mengecek GDA hasil 179, syringe pump novorapid 1 hari 3 hari ke 2, output/3 jam
01.00 ui/jam B5 : terpasang NGT hari ke 2, diet
Melakukan suction, memberikan nebul midatro + NS, diabetasol 6x200 cc tidak ada retensi
05.00 pulmicort B6 : mobilisasi dibantu total,
Membuang urine dengan output 250cc/3 jam, terdapat oedema di ekstermitas atas
05.10 Menyeka pasien bawah kanan dan kiri
Menghitung balance cairan, 400cc/3 jam, 1650
cc/24jam, intake 2500cc/24 jam, output 1650cc/24 A : Masalah belum teratasi
jam. Balance cairan : 850cc/24 jam, balance
kumulatif 2542 cc/113 jam P : lakukan suctioning secara
Cek GDA hasil 86, syringe pump novorapid tunda, berkala, berikan oksigenasi, lakukan
memberi injeksi D40 2 fles, emberikan diit diabetasol fisioterapi dada, monitoring
200cc via sonde hemodinamik, lakukan nebul untuk
Mengobservasi TTV TD : 148/74 mmHg, N : mengencerkan sekret, lakukan intake
93x/menit, SpO2 : 100%, rr actual : 20x.menit, S : dan outpun cairan untuk
36°C mengoptimalkan keseimbangan
06.00 Mengecek GDA : 146 Syringe pump novorapid 1
ui/jam
37
Bersihan jalan nafas 14.00 Timbang terima dengan dinas pagi nafas vita ett Dinas Siang
tidak efektif sambung ventilator mode duapap fio2 60% pc 26, S:
ps 13, peep 8 , freq 20 , rr actual 30 x/mnt spo2 Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan 100% gcs 2x3 , pupil isokor stupor Td 114/60 s/n terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa darah 37,8/101 Terpasang sp novorapid 0,5 ui /jam Px sambung ventiltor
setuju trakeostomi+ ic + 15,00 memandikan px ,
Penurunan kapasitas oral hygine , genetalia hygine Melakukan suction O:
adaptif intrakranial , fisiotx dada secret putih kental ++ Mberikan diet B1 : nafas via ETT di sambung
sonde diabetasol 200 cc, retensi - Mberikan tx ventilator mode duolpap PC : 26, PS :
Risiko infeksi oral nac 200 mg 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, rr
16.00 Memberikan injeksi meropenem 2 gr drip dalam actual : 20-27 x/menit, secret
ns 100 cc /3 jam M inj kalnex 500 mg berwarna putih kekuningan dengan
17.00 Membuang urine 100 c c/3 jam Cek gda 162---> konsistensi kental
sp insulin 0,5 ui sc B2 : TD : 165/90 mmHg, N :
18.00 Mengobservasi hemodinamik TD : 114/58 N : 97, 120x/menit, SpO2 : 100%, rr actual :
S : 36,8 , rr 20 x/mnt spo2 100% gcs 2x3 20-27 x/menit, suhu 36,5°C, akral
Memberikan diet sonde diabetasol 200 cc , tidak hangat, infus futrolit 1000/24 jam
ada retensi B3 : GCS 2X3, stupor, pupil isokor,
19.00 Melakukan suction , fisioterapi dada secret putih refleks cahaya +/+, kesadaran stupor
kental, memberikan nebulezer midatro, pulmicort B4 : terpasang folley chatetetr 3 way
, solvinec hari ke 3, output 800cc/3 jam
20.00 Mengecek GDA hasil : 176, terpasang syringe B5 : terpasang NGT, diet diabetasol
pump novorapid 0,5 ui/jam, memberikan injeksi 6x200 ml, tidak ada retensi
novorapid 6 ui sc, memberikan inj lanzoprazole3 B6 : mobilisasi dibantu total, terdapat
0 mg oedema di ekstermitas atas bawah
21.00 Melakukan timbang terima dengan dinas malam kanan dan kiri
40
Bersihan jalan nafas 21.00 Melakukan serah terima dengan dinas sore napas Dinas Malam
tidak efektif via ETT sambung ventilator mode Duopap PC 26, S:
PS 13, PEEP 8 ,FiO2 60%, fr 20, RR: 26x/mnt Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan SpO2: 100% - tensi 155/71mmHg ,Suhu: 36,3°C, terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa darah nadi: 82x/mnt terpasang CVC subclavicula dextra sambung ventiltor
sambung infus Futrolit 1000cc/24jam sambung
Penurunan kapasitas sp. Insulin 1ui/jam - GCS 2x3 pupil isokor O:
adaptif intrakranial kesadaran stupor B1 : nafas via ETT di sambung
21.10 Melakukan suction berkala, sekret kental dan ventilator mode duolpap PC : 26, PS :
Risiko infeksi banyyak, membrikan nebulizer dg ns midatro 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, rr
22.00 Mengobservasi hemodinamik 71/35, nadi 105, actual : 20-27 x/menit, secret
spo2 100, Rr 20x/mnt, memberikan RL 500ml iv berwarna putih kekuningan dengan
23.30 melakukan suction berkala. konsistensi kental
22.20 Mengecek gda 241 sp insulin jln 2iu/jam - B2 : TD : 132/62 mmHg, N :
menghitung balance cairan, up cath 500cc/3jam 82x/menit, SpO2 : 100%, rr actual :
24.00 memberikan terapi injeksi meropenem 2gr iv 20-27 x/menit, suhu 36,5°C, akral
dalam drip ns 100 selama 3jam, memberikan hangat, infus futrolit 1000/24 jam
injeksi transamin 500mg iv B3 : GCS 2X3, stupor, pupil isokor,
00.15 Melakukan suction berkala, sekret putih kental, refleks cahaya +/+, kesadaran stupor
memberikan terpi oral nac 400mg via sonde B4 : terpasang folley chatetetr 3 way
02.00 Memberi nebul midatro, pulmicort. hari ke 3, output tercatat/3jam
41
03.00 Membuang urin dengan output 500cc/3jam. B5 : terpasang NGT, diet diabetasol
03.30 Menyeka pasien 6x200 ml, tidak ada retensi
04.00 Melakukan suction berkala, sekret putih kental B6 : mobilisasi dibantu total, terdapat
dari ett dan dari mulut oedema di ekstermitas atas bawah
05.00 Menghitung balance cairan, output 300cc/3jam, kanan dan kiri
total intake intake 3050 cc/24jam, total output
1800 cc/24jam, balance cairan +1250cc/24jam, A : Masalah belum teratasi
balance kumulatif +3792cc/137
06.00 Melakukan suction berkala, sekret putih kental P : Observasi hemodinamik, lakukan
dari ett dan dari mulut, mengecek GDA hasil 221, suction berkala dan fisioterapi dada,
memberikan injeksi novorapid 6 iu s, memberi observasi GDA tiap 3 jam
sonde diabetasol 200cc tidak ada retensi
06.10 Melakukan obs tensi 146/67, suhu 36,8, nadi 92,
rr 19 spo2 100 gcs 2×3
07.00 Melakukan timbang terima dengan dinas pagi
Rabu, Bersihan jalan nafas 07.00 Melakukan serah terima dengan dinas malam Dinas Pagi
08 /03/23 tidak efektif napas via ETT sambung ventilator mode Duopap S:
PC 26, PS 13, PEEP 8 ,FiO2 60%, fr 20, RR: Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan 20x/mnt SpO2: 100% - tensi 155/67mmHg ,Suhu: terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa darah 37°C, nadi: 81x/mnt terpasang CVC subclavicula sambung ventiltor
dextra sambung infus Futrolit 1000cc/24jam
Penurunan kapasitas sambung sp. Insulin 3ui/jam - GCS 2x3 pupil O:
adaptif intrakranial isokor kesadaran stupor B1 : nafas via ETT di sambung
08.00 Mengecek cek GDS hasil 331 ventilator mode duolpap PC : 26, PS :
Risiko infeksi 08.05 Memberi sonde diabetasol 200cc tidak ada 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, rr
retensi, memberikan terapi oral nac 400mg. actual : 20-27 x/menit, secret
08.10 Memberi nebul midatro,pulmicort, memberi inj berwarna putih kekuningan dengan
42
Bersihan jalan nafas 14.00 Melakuakan timbang terima dengan dinas pagi Dinas Siang
tidak efektif nafas ett sambung ventilator mode duapap fio2 S:
60% pc 26, ps 13, peep 8 , freq 20 , rr actual 30 Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan x/mnt spo2 100% gcs 2x3 , pupil isokor stupor Td terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa darah 104/74 s/n 37,8/127, terpasang syringe pump sambung ventiltor
novorapid 3 ui /jam keluarga pasien setuju
Penurunan kapasitas dilakukan tindakan traketstomi+ ic + Th DL , FH- O:
43
Bersihan jalan nafas 21.00 Melakukan serah terima dengan dinas sore, napas Dinas Malam
tidak efektif via ETT sambung ventilator mode Duopap PC 26 S:
PS 13 PEEP 8 FiO2 60% fr 20 RR: 26x/mnt Pasien tidak bisa di kaji karena
Ketidakstabilan SpO2: 100%, GCS 2x3 pupil isokor kesadaran terpasang lat bantu nafs ETT di
kadar glukosa darah stupor. Terpasang syringe pump neodex 0,7, sambung ventiltor
syringe pum erfala 50 nano, syringe pump
Penurunan kapasitas novorapid 0,5 . O:
adaptif intrakranial 21.10 memberikan diet diabetasol 200c, tidak ada B1 : nafas via ETT di sambung
retensi ventilator mode duolpap PC : 26, PS :
Risiko infeksi 21.45 Melakukan suction, sekret kuning kental dari ett , 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, rr
sekret mulut putih kental actual : 20-27 x/menit, secret
22.00 Meberikan nebul midatro + Ns, berwarna putih kekuningan dengan
23.00 Mengobservasi hemodinamik Tensi: 185/71 suhu: konsistensi kental
36,5 nadi: 64 rr act: 20 spo2: 100% 22.30 obs ttv B2 : TD : 117/77 mmHg, N :
Tensi: 195/71 suhu: 36,5 nadi: 64 rr act: 20 spo2: 89x/menit, SpO2 : 100%, rr actual :
100% terpasang syringe pump vascon turun 25 20-27 x/menit, suhu 36,5°C, akral
nano. hangat, infus futrolit 1000/24 jam,
23.15 Membuang urine 100cc/3jam syringe pump cab cedocard 0.5
24.00 Memberikan injeksi meropenem 2gr drip dalam mg/jam
ns 100 Memberikan terapi oral nac 400mg B3 : GCS 2X3, stupor, pupil isokor,
01.00 Melakukan suction, sekret kuning kental dari ett refleks cahaya +/+, kesadaran stupor
sekret mulut putih kental, meberikan nebul B4 : terpasang folley chatetetr 3 way
midatro + Ns hari ke 3, output 800cc/15 jam
01.30 Mengobservasi hemodinamik Tensi: 145/71 suhu: B5 : terpasang NGT, diet diabetasol
36,5 nadi: 94 rr act: 20 spo2: 100% 6x200 ml, tidak ada retensi, minum
03.00 Melakukan suction, sekret kuning kental dari ett , 200cc
45
PEMBAHASAN
pada pasien di ICU RSPAL Dr. Ramelan Surabaya yang dilaksanakan mulai
tanggal 6 maret 2023. Melalui pendekatan studi kasus, penulis akan menguraikan
tentang kesenjangan teori dan praktek lapangan dalam asuhan keperawatan pada
4.1 Pengkajian
tahun. Menurut (Padila, 2012) Usia diatas 55 tahun merupakan resiko tinggi
wanita, kulit hitam lebih tinggi angka kejadianya. Menurut penulis dikarenakan
46
47
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada Ny. K pada saat CVA Infark adalah Data objektif
Pasien terpasang OPA, ETT dan Ventilator dengan kesadaran somnolen dan
gangguan motorik kelemahan anggota gerak setelah badan, bicara pelo, dan
darah
dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan pasien berbicara pelo sejak kemarin,
setelah dari kamar mandi puing muter-muter, tidak mual tidak muntah tidak
kejang, saat di coba minum lewat mulut pasien tersedak. Hal ini seperti yang
dengan serangan awal yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan
gejala awal sering kesemutan , rasa lemah pada anggota gerak. Serangan
stroke hemoragik sering sekali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gelaja kelumpukan atau gangguan
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
akral hangat, infus futrolit 1000cc/24 jam, akral dingin, bunyi jantung S1S2
volemik) yang sering terjadi pada pasien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masih (tekanan darah >200
c. B3 (Brain)
Reflek Fisiologis :
Biceps : -/+ , Triceps: -/+, Patela -/+ , Babinsky: -/+ , Refleks achiles: -/+
kelemahan fisik pada ekstermitas atas dan bawah bagian kanan. Nervus
Olfaktorius (N.I) tidak terkaji. Nervus Opticus (N.II) tidak terkaji. Nervus
Okulomtorius (N.III) Pada pasien tidak mampu membuka mata karena tidak
mata karena tidak sadar. Nervus Trigeminus (N.V) tidak terkaji. Nervus
Fasialis (N.VII) Wajah pasien simetris, tidak dapat membuka mata karena tidak
karena pasien tidak sadar. Nervus Glosofaringeus (N.IX) tidak terkaji. Nervus
Nervus Asesorius ( N.XI) ) tidak dapat dikaji karena tidak sadar. Nervus
Hipoglosus (N.XII) tidak terkaji.. hal ini sesuai dengan pernyataan (Tarwoto,
akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan
ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan hemisfer kanan maka
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
50
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ektensi maupun
fleksi, Menurut penulis Pada Tn.M terjadi penurunan kesadaran dengan GCS
d. B4 (Bladder)
kontrol sfingter urin eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
belanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas. Hal ini terjadi pada Tn.M
kuning jernih, tidak terdapat distensi vesika urinaria. Menurut penulis hal ini
motorik
e. B5 (Bowel)
lidah sedikit kotor, tidak ada gigi, pasien terpasang NGT (Naso Gastro Tube)
terpasang hari ke 2 dengan nomer 14, Diet susu 6 x/ 24 Jam/ 200 cc susu
diabetasol. tidak ada oedem pada abdomen, tidak ada pembesaran Hepar, tidak
ada diare. Bising usus 10 x/menit. Menurut (Ariani, 2012) Didapatkan adanya
51
keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase
f. B6 (Bone)
dapat digerakkan. Ekstremitas bawah kaki kiri tidak dapat digerakkan. kaki
artinya jika terjadi kerusakan hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada
sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik
(Herdman, 2012).
Gangguan toleransi glukosa darah, kadar glukosa darah naik dari rentang
normal ditandai dengan Data Obyektif kadar glukosa dalam darah tinggi,
menurun
-
53
pasien. Pada perumusan tujuan antara pustaka dan tinjauan kasus. Pada
bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil Produksi sputum pasien
menurun, Saturasi oksigen dalam batas normal 90 – 100 %., Frekuensi nafas
dalam batas normal 16-20 x/menit. Tidak ada suara nafas tambahan dengan
ekspektoran, mukolitik.
Gangguan toleransi glukosa darah tujuan intervensi selama 5x24 jam maka
darah pada pasien, Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
TIK, Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK, Monitor status pernafasan,
Monitor intake dan output cairan, Cegah terjadinya kejang, Pertahankan suhu
tubuh normal.
dalam rencana oleh pasien, perawat, atau orang lain. Implementasi dapat
tidak semua sama pada tinjauan pustaka, hal ini dikarenakan disesuaikan
dengan dokter.
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk,
keperawatan antara lain adanya kerja sama yang baik dari perawat maupun
dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana di
merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan
18, FiO2 60 %, freq 20, rr actual : 20-27 x/menit, secret berwarna putih
dan kiri
BAB 5
PENUTUP
CENTRAL RSPAL Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis bisa menarik beberapa
keperawatan.
5.1 Simpulan
mengatakan asien berbicara pelo, setelah dari kamar mandi puing muter-
muter, tidak mual tidak muntah tidak kejang, saat di coba minum lewat
mulut pasien tersedak, saat awal datang ke Rumah Sakit GCS pasien 456
tetapi setelah 4 hari masuk rumah sakit kondisi pasien semakin menurun dan
masuk ICU Central 4 hari di ICU kondisi pasien semain memburuk, dokter
menyarankan agar alat bantu nafas ETT di yang semula di pasang lewat
menurun 2x2 pasien tidak bisa batuk di curigai ada penumpukan sekret yang
akan menyumbat jalan nafas. Tetapi keluarga pasien menolak karena takut
57
2. Didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah Bersihan jalan nafas
tidak efektif (D.0001 hal 18), Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027
hal 71), Penurunan kapasitas adaptif intrakranial (D.0066 hal 149), Risiko
napas pasien tiap jamnya, memantau kadar glukosa darah pasien, dan
26, PS : 13 PEEP : 18, FiO2 60 %, freq 20, rr actual : 20-27 x/menit, secret
akral hangat, infus futrolit 1000/24 jam, B3 : GCS 2X3, stupor, pupil isokor,
800cc/15 jam, B5 : terpasang NGT, diet diabetasol 6x200 ml, tidak ada
5.2 Saran
yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
58
pengetahuan, ketrampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
dengan morbilitas
59
DAFTAR PUSTAKA
60
Selvirawati, Selvirawati, Abdul Wahab, and Rizarullah Rizarullah. 2020.
“PERBEDAAN PROFIL LIPID PASIEN STROKE ISKEMIK DAN
STROKE HEMORAGIK DI RSUD MEURAXA KOTA BANDA
ACEH.” Jurnal Medika.
Setiadi. 2016. Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta :
Indomedia Pustaka.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2018). Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins.
Syah, Adam, Devi Pujiyanti, and Tri Widyantoro. 2019.“Universitas
Muhammadiyah Magelang.” : 4–11.
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (ganggaun sistem persyarafan).
CV Sagung Seto.
Unair News.http://news.unair.ac.id/2021/06/24/faktor-risikoberdasarkan-tipe-
stroke-di-rsud- dr-soetomo-surabaya-indonesia/ (February 4, 2022).
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2019). Critical Care Nursing.
USA, Mosby Elsevier
61
62