Anda di halaman 1dari 11

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

KLAUSUL ISO 14001:2015 PADA INDUSTRI GARMEN DAN


TEKSTIL

Dosen Pengampu:
Luqman Hakim S.T., M.Si.

Anggota Kelompok:

Muhammad Naufal Fakhruddin (20513212)


Sultan Shidqi Maulana Fawwas (20513256)
Rafi Alfauzi Umbara (20513284)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023
PENGAPLIKASIAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN PADA INDUSTRI
TEKSTIL DAN GARMEN BERDASARKAN ISO 14001

1. Dokumen ISO 14001:2015 berdasarkan SNI ISO 14001:2015 pada klausul sesuai
dengan rencana proyek pada kelompok tugas.
Perusahaan dengan ISO 14001:2015 yaitu pada perusahaan tekstil yang bergerak
menghasilkan berbagai produk seperti baju, celana, dan pakaian. Perusahaan
menggunakan ISO 14001:2015 untuk meningkatkan citra perusahaan di persaingan pasar
internasional. ISO 14001:2015 sebagai fundamental yang mendukung kebijakan
lingkungan untuk memenuhi persyaratan ISO 14001:2015 diantaranya, pencegahan
polusi, kesesuaian dengan undang-undang yang ada dan perbaikan berkesinambungan
sistem manajemen lingkungan).

Klausul 4 : Konteks Organisasi


4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya
Organisasi harus menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan
tujuannya dan yang mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan
dari sistem manajemen lingkungannya. Masalah-masalah tersebut harus mencakup kondisi
lingkungan yang dipengaruhi atau mampu mempengaruhi organisasi.

4.2 Memahami Kebutuhan dan Harapan Pihak Berkepentingan


Pada organisasi ini harus menentukan :
a. Pihak yang akan berkepentingan pada Sistem Manajemen Lingkungan
b. Harapan serta kebutuhan yang lebih relevan sebagai syarat yang penting,
karena semua pihak akan berkepentingan dalam organisasi tersebut.
c. Kebutuhan serta harapan membuat kepatuhan dalam kewajiban yang ada.
d. Dalam pelaksanaan organisasi tersebut, harus memenuhi syarat pelanggan
dengan kepentingan yang akan dipertimbangkan.
Dalam klausul 4.2 dengan memahami kebutuhan dan harapan pihak
berkepentingan yaitu :
● Membuat sebuah kuesioner atau assement harapan dari pihak yang
akan berkepentingan dalam SML ISO 14001. Diantara pihak yang
berkepentingan yaitu Buyer, Manajemen dan Pemerintah yang terdiri
dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang ada
● Pada hasil kuesioner yang dievaluasi dan diidentifikasi harus
dilakukan.
● Mendukung efisiensi serta proses yang dilakukan.
● Melakukan pemeriksaan yang berlaku dalam suatu peraturan yang
berlaku

4.3 Menentukan Lingkup Sistem Manajemen Lingkungan


Organisasi harus menentukan batasan dan aplikasi sistem manajemen mutu untuk
menetapkan ruang lingkup. Dalam menentukan ruang lingkup, organisasi harus
mempertimbangkan :
a. Isu internal dan eksternal yang mengacu 4.1
b. Persyaratan pihak berkepentingan yang mengacu 4.2
c. Produk dan jasa organisasi
Organisasi harus menerapkan seluruh persyaratan standar ini bila dapat diterapkan
dalam ruang lingkup yang ditentukan sistem manajemen mutu. Ruang lingkup sistem
manajemen mutu organisasi harus tersedia dan dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.
Ruang lingkup ini harus menyatakan jenis produk dan jasa yang dicakup dan memberikan
pembenaran (justification) untuk hal apapun jika persyaratan standar ini tidak dapat
diterapkan pada ruang lingkup sistem manajemen mutu. Kesesuaian terhadap standar ini
hanya boleh diklaim jika persyaratan yang ditentukan tidak dapat diterapkan tidak
berpengaruh pada kemampuan atau tanggung jawab organisasi untuk memastikan kesesuaian
produk dan jasa serta untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

4.4 Sistem Manajemen Lingkungan


Sistem Manajemen Lingkungan merupakan suatu bagian dari studi manajemen yang
memasukkan unsur-unsur kepedulian lingkungan dalam aktivitas sehari-hari, dan merupakan
suatu proses manajemen yang menekankan upaya peningkatan efisiensi perusahaan dengan
meminimalisasi keluaran limbah melalui proses produksi atau teknologi bersih lingkungan
(yang dikenal dengan manajemen ekoefisiensi) (Kristanto, 2004). Implementasi Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001 dengan menerapkan pola PDCA (Plan, Do, Check and
Act) dengan uraian sebagai berikut (Tanaya, dkk., 2015) :
- Plan : Menetapkan sasaran-sasaran dan proses-proses yang penting untuk mencapai
hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungannya.
- Do : Mengimplementasikan proses-proses yang sudah ditetapkan
- Check : Memantau dan mengukur proses-proses terhadap kebijakan, sasaran dan
target, peraturan dan persyaratan lainnya, dan melaporkan nya.
- Act : Mengambil tindakan-tindakan untuk secara berkelanjutan memperbaiki
kinerja sistem manajemen lingkungannya

Klausul 5: Kepemimpinan
5.1 Kepemimpinan dan Komitmen
Manajemen puncak harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen yang terkait
sistem manajemen lingkungan dengan :
● Memastikan sumber daya yang diperlukan
Pada industri ini, sumber daya manusia sangatlah penting bagi aktivitas nya karena
akan berdampak pada kualitas produk maupun kualitas perusahaan itu sendiri. Oleh
karena itu setiap pekerja yang berada dalam lingkungan perusahaan tersebut akan
mendapatkan hak yang sama baik karyawan tetap, karyawan kontrak, maupun
outsourcing.
● Menjamin kebijakan dan sasaran mutu mencapai hasil yang diinginkan
Nilai yang terpenting untuk industri ini, yaitu berusaha untuk menciptakan nilai bagi
pemegang saham dan pemangku kepentingan perusahaan tersebut serta menjunjung
tinggi perilaku etis dan integritas.
● Mempromosikan perbaikan berkelanjutan
Hal ini merupakan yang harus diperhatikan. Kesalahan yang fatal akan berdampak
dengan hilangnya kepercayaan para pelanggan. Perusahaan ini akan terus
memperbaiki sistem secara terus menerus untuk meminimalisir kesalahan yang
terjadi agar kualitas yang dihasilkan terus meningkat. Baik dengan sumber dayanya
maupun lingkungannya.
● Melibatkan, mengarahkan dan mendukung personil lainnya
Industri ini tidak melakukan diskriminasi bagi yang mau bekerja di industri tersebut
ketika sedang membutuhkan pekerja, seperti kita tahu banyak industri yang ketika
membuka lowongan pekerjaan membutuhkan spesifikasi dan detail tertentu untuk
lowongan tersebut, seperti contohnya minimal tinggi badan, penampilan, dan
spesifikasi lainnya yang hanya di khususkan untuk orang-orang tertentu. Pada
industri ini siapapun dapat bekerja sesuai bidangnya dan minimal umur 18 tahun
karena industri ini mengikuti aturan dan hukum yang berlaku baik dari pemerintah
maupun dari pihak buyer yang melarang keras pekerja anak di bawah 18 tahun.
Untuk perekrutan seperti halnya industri lain, akan diberikan serangkaian test untuk
memastikan bahwa calon pekerja dapat bekerja pada bidang yang ditempatkan,
pemberian informasi seperti kewajiban dalam bekerja, hal-hal yang tidak boleh
dilakukan saat bekerja, dan terutama hak-hak yang akan diperoleh oleh calon pekerja
tersebut.
● Fokus terhadap kepuasan konsumen berdasarkan persyaratan dan regulasi yang
sudah ditetapkan
Industri ini sangat memperhatikan keinginan pelanggannya, karena perusahaan ini
bersifat Bussiness to Bussiness tentu saja tidak bisa mengabaikan pelanggan nya dan
membuat produk dengan keinginan sepihak. Berikut adalah beberapa cara yang
dilakukan dalam memberikan pelayanan pada pelanggan:
a. Menjalin hubungan yang baik dengan para pelanggan, baik menyambut
mereka (buyer) ketika melakukan kunjungan ke Indonesia maupun ketika
melakukan audit ke perusahaan.
b. Menerima saran dan kritik dalam pembuatan produk baik dalam bentuk
gambaran produk atau fitur-fitur yang akan ditanamkan pada produk yang
akan dibuat.
c. Memberikan produk dengan kualitas terbaik, karena perusahaan ini terkenal
dengan kualitas produk yang dibuatnya. Maka para pelanggan akan
mendapatkan kualitas terbaik dari produk-produk yang dibuat dalam setiap
komponen produknya.
d. Memberikan ketepatan dalam pengiriman barang kepada pelanggan.
e. Ketika barang yang tidak sesuai dengan persyaratan dari pelanggan (buyer)
perusahaan siap dengan penggantian.
f. Memberikan harga yang sesuai bagi para pelanggan yang setia.

5.2 Menetapkan Kebijakan Lingkungan


Rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan klausul 5.2 yaitu:
● Membuat kebijakan yang sesuai dengan konteks organisasi serta diintegrasikan
dengan kebijakan Mutu sesuai ISO 14001:2015.
● Mengkomunikasikan kepada semua karyawan terkait kebijakan.
● Menyediakan kebijakan yang tersedia untuk semua pihak yang berkepentingan seperti
pelanggan, tamu, karyawan. Media bisa berupa pamphlet, tulisan kebijakan di setiap
ruangan, spanduk atau display komputer dan sebagainya.
5.2.1 Penyusunan kebijakan mutu K3 sesuai dengan tujuan dan konteks Manajemen
puncak harus menetapkan, menerapkan, dan menjaga kebijakan mutu atau K3 yang:
● Sesuai dengan tujuan dan konteks dari organisasi dan mendukung arahan
strategis
● Menyediakan kerangka untuk sasaran mutu
● Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan
● Mencakup komitmen untuk perbaikan kontinual dari sistem manajemen mutu
Kebijakan mutu atau K3 harus:
● Disediakan dan dijaga sebagai informasi terdokumentasi
● Dikomunikasikan, dipahami, dan diterapkan di seluruh organisasi
● Tersedia untuk berbagai pihak yang berkepentingan, sesuai keperluan

5.2.2 Mencakup komitmen untuk perlindungan lingkungan, dan pemenuhan kewajiban


Kebijakan lingkungan menjadi dasar penetapan sasaran lingkungan,melakukan
tindakan untuk mencapai yang diharapkan serta mencakup perbaikan berkelanjutan.
Komitmen penggunaan sumber daya yang berkelanjutan secara bertanggung jawab.
Penerapan dalam industri ini yaitu selektif dalam memilih, memanfaatkan sumber daya
alam diperlukan teknologi maju dan canggih sehingga memungkinkan terpelihara
kelestariannya, perlu penghematan sumber daya alam dan mengurangi bahaya eksploitasi
besar-besaran, melakukan proses 3R.

5.2.3 Meningkatkan berkelanjutan


Pada penggunaan sumber daya yang berkelanjutan dengan adanya suatu
peningkatan yang ada. Dengan adanya K3 yang keberadaan peningkatan secara aspek
yang terperinci. Peningkatan yang dilakukan dengan program edukasi serta sosialisasi
yang sangat komprehensif. Penegakan yang dilakukan jika terjadi pelanggaran pada
industri tersebut. Perusahaan sendiri perlu adanya peningkatan seperti:
a. Pengkaderan, dalam hal ini dilakukan lebih banyak pembentukan SDM yang
sangat berkompeten.
b. Mengantisipasi adanya rotasi yang membawa promosi suatu yang dinamis.
c. Meningkatkan komitmen yang bisa memenuhi suatu peraturan
perundang-undangan dalam persyaratan pada K3.
d. Dalam adanya daur ulang yang digunakan industri ini untuk mengurangi suatu
limbah yang dihasilkan.
e. Pengolahan sendiri dapat mengurangi suatu volume dalam hal atau sifat
bahaya yang ada dari limbah lainnya.
f. Tersediannya suatu pihak ketiga dapat berhubungan dengan aktivitas secara
rasional.

5.3 Menetapkan peran, tanggung jawab, dan kewenangan organisasi


industri ini dipimpin oleh seorang General Manajer (Manajer Umum) yang bertanggung
jawab langsung kepada Direksi atas kelangsungan atau kelancaran jalannya perusahaan.
Adapun tugas dari General Manager adalah mengambil keputusan dan kebijaksanaan untuk
kelancaran jalannya proses produksi, melaksanakan kebijakan-kebijakan dari Direksi,
memberikan laporan pertanggung jawaban secara periodik kepada DIreksi atas jalannya
organisasi.
Manajemen puncak harus memastikan tanggung jawab dan otoritas untuk berbagai
peranan yang relevan telah ditetapkan, dikomunikasikan, dan dipahami. Manajemen puncak
harus menetapkan tanggung jawab dan otoritas untuk:
● Memastikan SML/K3 sesuai dengan persyaratan ISO
● Memastikan proses memberikan output yang diinginkan
● Melaporkan kinerja dari SML dan peluang untuk perbaikan khususnya pada
manajemen puncak
● Memastikan promosi dari fokus konsumen di seluruh organisasi
● Memastikan keutuhan dari SML dijaga saat berbagai perubahan terhadap SML
direncanakan dan diterapkan

Klausul 6 : Perencanaan
6.1 Tindakan yang Ditujukan pada Resiko dan Peluang
Bagi perusahaan yang akan menerapkan ISO 14001:2015, perlu memenuhi
persyaratan yang terdapat didalamnya. Ketika membuat perencanaan, perusahaan wajib
mempertimbangkan isu - isu internal dan eksternal yang terdapat pada klausul 4.1, serta
pihak-pihak berkepentingan pada klausul 4.2 untuk menentukan risiko dan peluangnya.
Penentuan tindakan risiko dan peluang ini, digunakan untuk :
1. Memastikan Sistem Manajemen Lingkungan berjalan dengan baik dan menciptakan
dampak yang diinginkan.
2. Mencegah atau mengurangi dampak yang tidak diinginkan.
3. Mendapatkan proses peningkatan berkelanjutan.
4. Memastikan bahwa tindakan untuk risiko dan peluang menjadi bagian dari
operasional dan harus dievaluasi keefektifannya. Setelah itu, perusahaan akan
membuat penilaian serta manajemen risiko.

6.2 Sasaran Lingkungan dan Perencanaan


Sebagai industri yang peduli terhadap kelangsungan hidup ekosistem bumi terutama
di sekitar lingkungan tumbuhan dan karyawan, berkomitmen untuk menerapkan Sistem
Manajemen Lingkungan atau EMS. Industri ini telah membentuk tim yang fokus pada EMS.
Para karyawan mengikuti pelatihan EMS yang membahas tentang konsep sistem lingkungan
manajemen, konsep ISO 14001:2015 dan studi kasus penerapan lingkungan sistem
manajemen perusahaan. Rekomendasi yang dapat diberikan pada industri terkait dengan
klausul 6.2. yaitu :
1. Membuat sasaran lingkungan dengan menggunakan prinsip SMART (Specific,
Measurable, Attainable, Realistic, Time Boundary) mulai dari tingkat corporate
sampai section (bagian) di dalam perusahaan.
2. Mengkomunikasikan kepada semua karyawan melalui email, meeting ataupun media
komunikasi lainnya.
3. Melakukan pembaharuan tujuan secara berkala
4. Membuat perencanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan lengkap
berdasarkan prinsip “5W+1H” dan mengintegrasikannya ke dalam Sistem Manajemen
Mutu ISO 14001:2015 yang telah diimplementasikan di industri ini.
5. Menjabarkan ke dalam bentuk SOP mengenai perencanaan untuk mencapai tujuan
SML.

2. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Bahaya dengan Metode HIRADC dan JSA
A. Identifikasi Bahaya
1. Bahaya Fisika:
a. Kebisingan yaitu suara yang tidak dikehendaki bersumber dari alat proses
produksi atau alat kerja yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Batas pajanan terhadap kebisingan adalah 85 dB selama 8 jam sehari. Namun
pada pabrik ini mendapatkan melebihi pajanan untuk kebisingan yaitu >85 dB.
Kebisingan tersebut dikarenakan alat yang dilakukan berulang-ulang, yang
menimbulkan suara yang banyak.
b. Penerangan kurang sesuai, pekerja terpaksa membungkuk dan mencoba untuk
memfokuskan penglihatan mereka yang dapat menyebabkan masalah pada
punggung mata pada jangka panjang, dengan memperlambat pekerjaan
mereka.
c. Getaran dengan memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi
tangan dan lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
dan sirkulasi di tangan. Yang akan mempengaruhi safety valve berkurang.
d. Iklim kerja : Suhu di tempat kerja yang berada diatas atau dibawah batas
normal akan memperlambat pekerjaan. Dengan memiliki kelembapan pada
pabrik tersebut, harus mengukur terus – menerus.
e. Tekanan udara didalam gedung tidak dapat masuk, namun jika tekanan udara
yang dilakukan pekerjaan di luar ruangan akan menambah beban tekanan
udara yang ada.
f. Radiasi ultraviolet berasal dari sinar matahari yang menggunakan lampu.
Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata. Namun dengan pekerja di
dalam ruangan akan meminimalisir terjadinya dampak tersebut.

2. Bahaya Kimia:
a. Gas pada pabrik yang diberlakukan pasti mendapatkan gas yang keluar
maupun masuk sangat berbahaya bagi pekerja. Karena banyak bahan kimia
dalam melakukan pekerjaan.
b. Uap dari hasil pengolahan yang dikeluarkan, akan memenuhi ruangan dan
harus menempatkan ventilasi di setiap tempat, kadang ventilasi yang
digunakan minim. Apabila terjadi kebocoran pada pipa yang meneruskan uap,
akan masuk ke dalam ruangan.
c. Asap dari pembuangan pengelolaan yang dilakukan pabrik tersebut
membahayakan pekerja yang tidak diolah terlebih dahulu.
d. Debu dengan bentuk partikulat yang berasal dari industri dalam pengelolaan
suatu bahan, dapat mengganggu dan menyebabkan penyakit pada pekerja
dengan gangguan pernapasan.
e. Kabut dari suatu pengolahan dengan suhu rendah yang ada di daerah luar
gedung atau industri.
3. Bahaya Biologi:
a. Virus menyebabkan penyakit dengan hasil dari debu yang banyak, dan akan
menimbulkan penyakit pneumoconiosis. Apalagi jika pekerja ada yang
terpapar penyakit, namun penyakit tersebut menular maka akan menyebabkan
penularan pada pekerja lain. Jika tidak menggunakan APD yang lengkap.
b. Bakteri yang disebabkan dari alat yang sudah terbengkalai juga menimbulkan
iritasi pada tangan atau apapun saat melakukan pekerjaan.
c. Penyakit kuku pada pekerja karena dilakukan di tekstil dengan berbagai warna
yang digunakan. Dengan kelembaban yang ada di tekstil, namun tidak
menggunakan sarung tangan. Dengan merendam suatu warna untuk campuran
tekstil lainnya, akan basah dan lembab.

4. Bahaya Psikologi:
a. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya.
b. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh.
c. Hubungan antar individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi
kerja.
d. Jika seorang pekerja tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik,
maka pekerja tersebut akan jatuh dalam bosan, jenuh, stres, dan lambat laun
mengalami gangguan serta keluhan-keluhan penyakit serta menurunkan
produktivitas kerja karyawan.

5. Bahaya Ergonomi:
a. Beban tanggungjawab yang berlebihan
b. Pekerja yang mengharuskan perpindahan bolak-balik
c. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
d. Tata ruang kerja buruk
e. Alat kerja atau mesin tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
B. Pengendalian Bahaya dengan metode HIRADC dan JSA
Upaya pengendalian bahaya dengan metode HIRADC (Hazard Identification Risk
Assessment and Control):
1. Industri ini menyediakan smoke detector, alarm, dan APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) di area produksi.
2. Industri ini juga menyediakan jalur evakuasi apabila terjadi kecelakaan besar.
3. Dalam penerapan HIRADC pada proses finishing yang memiliki tingkat risiko
rendah (low risk) telah menerapkan pelatihan pada proses pembelajaran
keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh karyawan baru.
4. Perusahaan ini juga menerapkan tentang perawatan mesin yaitu pada
pengendalian pengecekan alat streaming, dengan cara mengecek alat oleh
mekanik sewing terdapat di bagian memotong benang

Upaya pengendalian bahaya dengan metode JSA (Job Safety Analysis):


1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisa
2. Membagi pekerjaan ke dalam beberapa kegiatan
3. Melakukan identifikasi terhadap bahaya dan kecelakaan potensial
4. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya dan
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja

Anda mungkin juga menyukai