Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGINDERAAN JAUH

INTERPRETASI CITRA SATELIT

DOSEN PENGAMPU : Hendra Saputra, M. Pd.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

Ahmadul Khusnayain (12211314236)

Arini Yusriza ( 12211310988)

Muhammad hegel ( 12211311016)

Ramadhan Al-Farezzy (12211310985)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis
bisa menyelesaikan makalah kelompok. Dan berkat rahmatnya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Interpretasi Citra Satelit, sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas terstruktur. Shalawat beserta salam senantiasa penulis curahkan
kepada pimpinan dan suri tauladan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak hambatan dan
kesulitan yang dihadapi, tetapi atas dukungan, doa dan bantuan dari berbagai pihak penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak Hendra Saputra M. Pd. sebagai
dosen pengampu pada mata kuliah Penginderaan jauh dan kepada rekan saya yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, dan masih banyak hal yang dapat di kembangkan lagi. Oleh karena
itu kritikan dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulis di waktu
mendatang. Dan terima kasih tidak terhingga sekali lagi penulis ucapkan kepada pihak yang
sangat membantu dan memberikan dukungan saat penulis merampungkan makalah ini.

Pekanbaru, 20 Mei 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1

C. TUJUAN.........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Interpretasi Citra Satelit..................................................................................................3

B. Teknik Interpretasi Citra.................................................................................................4

C. Tahapan Interpretasi Citra..............................................................................................9

D. Unsur-Unsur Citra Satelit..............................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................................16

PENUTUP................................................................................................................................16

A. KESIMPULAN.............................................................................................................16

B. Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penginderaan jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk
mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap
data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek,
daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979). Alat yang dimaksud
dalam pengertian diatas adalah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor
dibawa oleh wahana baik berupa pesawat, balon udara, satelit maupun jenis wahana
yang lainnya ( Sutanto,1987). Hasil perekaman oleh alat yang dibawa oleh suatu
wahana ini selanjutnya disebut sebagai data penginderaan jauh.
Citra penginderaan jauh akan memberikan manfaat yang lebih bagi pengguna jika
diturunkan menjadi produk siap pakai melalui proses interpretasi citra penginderaan
jauh. Melalui proses ini, citra penginderaan jauh dapat diekstrak menjadi informasi-
informasi tematik untuk berbagai keperluan di bidang tata guna lahan, pertanian,
kehutanan, dan berbagai bidang lainnya.
Selain itu interpretasi cita dalam penginderaan jauh sangat diperlukan karena
interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra penginderaan jauh
lainnya dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut. Interpretasi citra penginderaan jauh dilakukan dengan mengamati unsur-unsur
interpretasi meliputi rona dan warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan
asosiasi yang menjadi pengenal obyek pada citra tersebut. Interpretasi citra dilakukan
melalui tahapan proses deteksi, identifikasi dan analisis dan klasifikasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan menginterpretasi citra satelit?


2. Apa saja unsur-unsur yang ada pada citra satelit?
3. Bagaimana tahapan dalam interpretasi citra?
4. Apa saja unsur-unsur yang terdapat pada peta satelit?

1
C. TUJUAN

1. untuk mengetahui inerpretasi citra sateit


2. untuk mengetahui apa saja unsur-unsur citra satelit
3. untuk mengetahui tahapan dalam interpretasi citra
4. untuk mengetahui apa saja unsur-unsur citra satelit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Citra Satelit

Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh. Definisi
citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di antaranya pengertiantentang
citra menurut Hornby (1974) dalam Sutanto (1994: 5) dapat dibagi menjadilima,
berikut ini tiga di antaranya :
1. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood,
stone,etc.
2. Mental pictures or idea, concept of something or someone.
3. Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.
Citra Satelit merupakan suatu gambaran citra non-fotografik secara digital yang
direkamoleh satelit pengideraan jauh dalam bentuk gambar (element pixel). Element
gambar tersebut menyatakan tingkat keabuan atau tingkat warna sedangkan informasi
di dalamnya dengan ukuran presisi tertentu.
Interpretasi citra adalah proses pengkajian citra melalui proses identifikasi dan
penilaian mengenai objek yang tampak pada citra. Dengan kata lain, interpretasi citra
merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan
dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesidan disiplin
ilmu lainnya. Tahapan kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan objekyang
tergambar pada citra, yaitu (Anonim, 2014: 3-4) :
a. Deteksi yaitu pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor.
b. Identifikasi yaitu mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan.
c. Analisis yaitu mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terperinci.
Tahap deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu objek, misalnya padagambaran
sungai terdapat objek yang bukan air. Identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang
telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup.Sehubungan dengan
contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, objek yang tergambar
pada foto udara tersebut disimpulkan sebagaiperahu dayung. Pada tahap analisis

3
dikumpulkan keterangan lebih lanjut, misalnyadengan mengamati jumlah
penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwaperahu tersebut berupa perahu
dayung yang berisi tiga orang (Linchwatin, 2014: 3).

B. Teknik Interpretasi Citra

Secara umum teknik merupakan suatu alat khusus melaksanakan metode. Teknik
juga dapat diartikan sebuah cara untuk melaksanakan kegiatan secara ilmiah. Teknik
pada interpretasi citra merupakan alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode
dalam penginderaan jauh. Teknik intterpertasi citra antara lain, yaitu data acuan, kunci
interpretasi, penanganan data, pengamatan stereoskopik, dan metode pengkajian. Untuk
penjelasan lebih lengkap mengenai teknik interpretasi citra sebagai berikut.
1. Data Acuan
Data acuan merupakan teknik pada interpretasi citra yang digunakan untuk
mendukung interpretasi citra satelit. Citra satelit yang telah diinterpretasi
menggunakan unsur-unsur interpretasi citra, harus memiliki data acuan. Data acuan
ini meningkatkan keakurasian interpreter dalam mengindetifikasi objek pada citra.
Contohnya seorang interpreter telah selesai engindentifikasi suatu citra satelit.
Objek-objek tersebut disurvei, untuk . Caranya dengan melakukan survei lapangan
menggunakan metode sampling.

Gambar 1 identifikasi citra satelit dengan melakukan survei lapangan

2. Kunci Interpretasi
Proses interpretasi citra baik itu citra satelit maupun foto udara dapat
dipermudah menggunakan kunci interpretasi citra. Kunci interpretasi merupakan

4
teknik yang digunakan interpreter sebagai acuan dalam mengidentifikasi objek pada
citra di suatu wilayah. Kunci interpretasi suatu wilayah belum tentu dapat digunakan
untuk melakukan identifikasi objek pada wilayah lainnya.
Sebagai contoh, seorang interpreter telah melakukan interpretasi suatu wilayah
di dataran rendah. Dataran rendah memiliki penggunaan lahan berupa permukiman,
sawah, dan sebagainya. Permukiman di dataran rendah memiliki unsur interpretasi,
berupa warna coklat, rona sedang, pola teratur, serta berasosiasi dengan sawah atau
jalan raya. Unsur-unsur interpretasi tersebut dinamakan kunci interpretasi. Sehingga
memudahkan interpreter untuk mengidentifikasi objek dengan unsur serupa.
Namun, kunci interpretasi tersebut tidak dapat diterapkan untuk
mengindentifikasi objek di dataran tinggi. Dataran tinggi memiliki penggunaan
lahan berupa permukiman, perkebunan, tegalan, hutan, dan sebagainya. Permukiman
di dataran tinggi memiliki unsur interpretasi, berupa warna cokelat/abu-abu, rona
gelap, pola menyebar, serta berasosiasi dengan tegalan/kebun. Sehingga kunci
interpretasi di dataran rendah tidak dapat diaplikasikan untuk mengindentifikasi
objek di dataran tinggi, begitu juga sebaliknya.

Gambar 2 identifikasi citra pada pemukiman dataran tinggi dan rendah

Hal ini dikarenakan atap permukiman di kedua wilayah memiliki perbedaan.


Atap permukiman di dataran rendah terbuat dari tanah liat. Sedangkan atap
permukiman di dataran tinggi menggunakan seng.
3. Penanganan Data (Data Handling)
Penanganan data, merupakan proses atau teknik yang digunakan untuk
mengatur/memanajemen citra dengan tepat sehingga mempermudah pengkajian
suatu wilayah. Teknik ini digunakan setelah dilakukan pengambilan data citra
menggunakan satelit maupun pesawat. Ketika pengambilan data di suatu wilayah

5
wahana akan mengikuti jalur terbang yang telah dirancang. Untuk menghasilkan
citra yang komprehensif, maka citra harus disusun mengikuti jalur terbang yang
telah ditentukan. Penanganan data ini juga bermanfaat untuk menghindari citra agar
tidak timbul goresan atau terhapus.
4. Pengamatan Stereoskopik
Pengamatan stereoskopik merupakan teknik yang digunakan pada 2 citra yang
berpasangan dan bertampalan. Kedua citra yang bertampalan akan
menimbulkan/membentuk gambaran tiga dimensi. Bentuk tiga dimensi dari citra
tersebut memungkinkan untuk membuat peta kontur hingga mengetahui ketinggian
suatu objek di permukaan bumi. Dahulu pengamatan stereoskopis dilakukan dengan
alat stereoskop. Caranya dengan meletakan 2 citra/foto udara yang bertampalan.

Gambar 3 objek stereoskopik


The Empire State Building, New York

5. Metode Pengkajian
Ketika seorang interpreter melakukan interpretasi citra, langkah awal yang
dilakukan, yaitu menentukan objek yang akan diamati. Objek tersebut disesuaikan
dengan tujuannya. Secara umum ada dua metode pengkajiandalam interpretasi citra,
yaitu logical search dan fishing expedition.
a. Logical search merupakan metode pengkajian objek dengan melakukan
pengamatan terhadap wilayah-wilayah pada citra secara selektif pada daerah-
daerah tertentu. Contohnya, pengamatan lokasi galian tipe c di sungai. Sungai
yang diamati hanya pada titik-titik tertentu di bagian hulu, karena bagian hulu
memiliki kandungan galian yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian hilir.

6
b. Fishing expedition merupakan metode pengkajian obyek dengan cara melakukan
pengamatan ke seluruh wilayah. Contohnya, pengamatan tentang dampak galian
pasir di sungai. Pengamatan ini membutuhkan data sungai dari hulu-hilir,
sehingga perlu dilakukan interpretasi dari hulu hingga ke hilir sungai.
6. Konsep Multi
Konsep multi merupakan teknik pada interpretasi citra dengan cara
menganalisis data penginderaan jauh menggunakan suatu konsep. Konsep tersebut
meliputi enam (6) jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Konsep multispektral, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data
penginderaan jauh dengan memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan oleh matahari dan ditangkap oleh wahana. Contohnya, pemanfaatan
citra Landsat 8 untuk mengindentifikasi indeks kerapatan vegetasi. Untuk
mengindetifikasi kerapatan vegetasi dapat menggunakan komposisi RGB band
645. Band 6 merupakan gelombang inframerah pendek (SWIR), band 4
merupakan Red (merah), dan band 5 merupakan inframerah dekat (NIR) pada
citra Landsat 8. Indeks kerapatan vegetasi diperoleh dengan perhitungan near
infrared dengan red yang dipantulkan oleh tumbuhan. Sedangkan nilai indeks
diperoleh dengan membandingkan data near-infrared (NIR) dan Red.

Gambar 4 landsat 8 indeks kerapatan


vegetasi (NDVI)

b. Konsep multitingkat, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data


penginderaan jauh dengan memanfaatkan ketinggian terbang atau orbit wahana
ketika melakukan perekaman objek di permukaan bumi. Contohnya wahana yang

7
melakukan terbang rendah untuk mendapatkan data dengan resolusi tinggi namun
memiliki cakupan sempit. Contoh lainnya wahana terbang tinggi dengan resolusi
sedang namun memiliki cakupan luas.
c. Multitemporal multitemporal, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data
penginderaan jauh dengan memanfaatkan perbedaan waktu perekaman objek di
permukaan bumi. Perbedaan ini dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada
pada lokasi yang sama. Sehingga, objek yang tergambar dalam citra
menggambarkan kondisi waktu lampau dan sekarang.

Gambar 5 objek citra yang menggambarkan kondisi waktu

d. Konsep multiarah, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data


penginderaan jauh dengan mengatur sensor ke segala arah. Sensor yang diatur ke
segala arah memiliki meningkatkan kemampuan pengambilan data. Cara tersebut
berguna untuk menghindari pengambilan data yang tertutup oleh awan.
e. Konsep Multipolarisasi, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data
penginderaan jauh dengan memperhatikan bidang objek yang akan direkam.
Sehingga perolehan data menjadi lebih efektif.
f. Konsep ini memanfaatkan penajaman sensor yang dibawa oleh wahana. Konsep
multidisiplin, merupakan cara menganalisis dan memperoleh data penginderaan
jauh dengan berkolaborasi antardisiplin ilmu. Sehingga dalam menganalisis suatu
objek di permukaan bumi menjadi lebih akurat. Contohnya, untuk mengetahui
sebaran plankton/klorofil-a dibutuhkan ahli dari disiplin ilmu biologi/oceanografi.
Ahli-ahli tersebut lebih memiliki kompetensi di bidang kelautan dan mahkluk
hidup.

8
Gambar 6 conoh satelit untuk mengetahui sebaran
fitokoplankton dan pergerakan awan

C. Tahapan Interpretasi Citra

Tahapan Interpretasi Citra Ketika melakukan identifikasi objek pada citra


satelit/foto udara diperlukan sebuah tahapan. Terdapat beberapa langkah/tahapan yang
harus dilalui, supaya hasil identfikasi citra dapat tersusun secara rapi. Tahapan-tahapan
tersebut dilakukan oleh sorang interpreter. Seorang interpreter biasanya merupakan
seorang yang ahli dalam suatu bidang. Seperti ilmuwan hidologi, tabah, ahli geologi
atau ahli hidrogeologi, pengawas hutan atau perencana. Interpreter tersebut sudah
terlatih dalam interpretasi citra, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi banyak
objek kecil pada suatu citra sesuai bidang yang ditekuni. Interpretasi antara ahli satu
dengan lainnya berbeda, hal ini dikarenakan mereka mengidentifikasi objek
berdasarkan kepentingan kajian yang dilakukan. Menurut Vink (1964), langkah-
langkah tersebut diantaranya deteksi dan identifikasi, pengenalan analisis, klasifikasi,
kesimpulan, dan penggambaran.
1. Deteksi dan Identifikasi
Deteksi merupakan tahap pertama dalam identifikasi objek citra. Pada tahap
ini dilakukan kegiatan pengamatan suatu objek dalam rekaman citra. Pengamatan
pada tahapan ini dilakukan secara general. Misalnya, seorang ahli telah melakukan
perekaman objek citra pada suatu wilayah. Kemudian dilakukan identifikasi
mengenai wilayah tersebut. Seperti wilayah, perkotaan, pedesaan, hutan, pesisir,
komposit citra, dan sebagainnya. Seorang ahli akan mengenali objek penyusun suatu
wilayah yang terekam. Contohnya seorang ahli planologi telah melakukan

9
perekaman suatau wilayah perkotaan. Wilayah perkotaan memiliki objek penyusun,
seperti jalan, permukiman, industri, perkantoran, dan sebagainnya.

Gambar 7 citra satelit google eart

2. Pengenalan (Recognition)
Tahapan selajutnya adalah tahap pengenalan. Pada tahap ini dilakukan
pengenalan objek berdasarkan karakterisiknya (menggunakan unsur interpretasi)
untuk membedakan objek satu dengan yang lainnya. Misalnya, objek permukiman
memiliki tekstur kasar, pola mengelompok, dan rona sedikit cerah atau objek
industri memiliki tekstur sedang, pola mengelompok dan rona cerah. Interpretasi
objek pada citra.

Gambar 8 interpretasi objek pada citra

10
3. Analisis (Analys)
Analisis pada tahap interpretasi citra merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memisahkan antara objek satu dengan objek lainnya. Objek-objek yang
memiliki karakteristik sama disatukan dalam satu kelompok area. Pengelompokan
ini dilakukan dengan membuat garis pembatas area) atara objek satu dengan lainnya.
Misalnya, permukiman dijadikan satu kelompok, industri dijadikan satu kelompok,
perkantoran dijadikan satu kelompok, dan jalan dijadikan satu kelompok. Jadi, objek
pada citra yang memiliki karakteristik permukiman tidak dapat dijadikan satu area
dengan industri.

Gambar 9 pengelompokkan objek berdasarkan objek

4. Klasifikasi (Classification)
Pada tahap klasifikasi, kelompok yang telah dikelompokan pada tahap analisis
dilakukan identifikasi ulang. Identifikasi dan analisis yang salah dapat menyebabkan
kesalahan klasifikasi. Misalnya, kelompok permukiman di sisi kiri gambar dan sisi
kanan gambar memiliki karakteristik yang sama. Jika sudah sama, maka dapat
mengurangi tingkat kesalahan interpretasi. Setiap identifikasi dan analisis yang salah
akan menyebabkan kesalahan klasifikasi.

11
Gambar 10 klasifikasi pemkiman berdasarkan kepadatan penduduk

5. Kesimpulan (Deduction)
Setelah melakukan tahap klasifikasi, maka tahap selanjutnya adalah
kesimpulan. Pada tahap kesimpulan objek yang telah dilakukan interpretasi perlu
dilakukan uji kebenaran. Uji kebenaran dilakukan pada objek-objek yang sulit
diindetifikasi. Selain itu, uji kebenaran hanya menggunakan beberapa objek hasil
interpretasi untuk dlakukan cek lapangan, artinya objek yang dilakukan cek
lapangan dapat mewakili area interpretasi. Setelah dilakukan uji kebenaran,
barulah dapat ditarik kesimpulan bahwa objek tersebut sesuai identifikasi
interpreter.

Gambar 11 uji kebenaran dilapangan untuk memastikan ketepatan

6. Penggambaran (Idealization)

12
Tahap terakhir, yaitu penggambaran. Tahap ini merupakan kegiatan untuk
merepresentasikan objek t yang telah dilakukan interpretasi. Objek tersebut
direpresentasikan dengan gambar 2 dimensi (peta) Contohnya, permukiman
digambarkan dengan area berwarna oranye, industri digambarkan dengan warna
ungu, jalan digambarkan dengan oranye, atau perkantoran digambarkan dengan biru.

Gambar 12 objek yang di interpretasikan dengan gambar

Itulah tadi tahapan-tahapan interpretasi citra. Dengan tahapan-tahapan yang


dilakukan secara sistematis, seorang interpreter dapat dengan mudah
mengidentifikasi objek di suatu wilayah. Tahapan-tahapan interpretasi citra, yaitu
deteksi dan identifikasi, pengenalan, analisis, klasifikasi, kesimpulan, dan
penggambaran. Berikut ini hasil dari citra sateli google earth yang sebelum dan
sesidah dilakukan penggambaran.

Gambar 13 hasil dari citra satelit google eart sebelum


dan sesudah dilakukan penggambaran

13
D. Unsur-Unsur Citra Satelit

Karakteristik obyek pada citra yang digunakan untuk mengidentifikasi citra


disebut sebagai unsur interpretasi citra. Dalam buku Ensiklopedia Geografi
Penginderaan Jauh (2018) karya Nur Fitriana Sari, dijelaskan sembilan unsur
interpretasi citra, yaitu:
1. Rona dan Warna
Rona (tone /color tune/ grey tune) ialah tingkat kegelapan atau tingkat
Kecerahan obyek pada citra. Rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau
sebaliknya. Warna ialah ujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakanspektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak
2. Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek
yang dikenali berdasarkan bentuknya saja.
3. Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng,dan volume. Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka
didalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat
skalanya.
4. Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra dalam Lilesand dan
Kiefer (1979) atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk
membedakan secara individual dalam Estes dan Simonet (1975). Tekstur
seringdinyatakan dengan kasar, halus seperti beledu dan belang-belang.
5. Pola
Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan ke dalam tingkat kerumitan tersier.
Tigkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran
dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan
kedalam tingkat kerumitan tersier, ia tidak dibincangkan secara
eksplisit karena sebenarnya telah tercakup kedalam ukuran sebagai unsur interpretasi
citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

14
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah
gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak
tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek
yang justru lebih tampak dari bayangannya.
7. Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang
lebih tinggi. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam
kaitannya dengan lingkungan sekitar.
8. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan
obyek lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra
sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Interpretasi citra adalah proses pengkajian citra melalui proses identifikasi dan
penilaian mengenai objek yang tampak pada citra. Dengan kata lain, interpretasi citra
merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan
dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesidan disiplin
ilmu lainnya.
Secara umum teknik merupakan suatu alat khusus melaksanakan metode. Teknik
juga dapat diartikan sebuah cara untuk melaksanakan kegiatan secara ilmiah. Teknik
pada interpretasi citra merupakan alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode
dalam penginderaan jauh. Teknik intterpertasi citra antara lain, yaitu data acuan, kunci
interpretasi, penanganan data, pengamatan stereoskopik, dan metode pengkajian.
Tahapan Interpretasi Citra Ketika melakukan identifikasi objek pada citra
satelit/foto udara diperlukan sebuah tahapan. Terdapat beberapa langkah/tahapan yang
harus dilalui, supaya hasil identfikasi citra dapat tersusun secara rapi. Menurut Vink
(1964), langkah-langkah tersebut diantaranya deteksi dan identifikasi, pengenalan
analisis, klasifikasi, kesimpulan, dan penggambaran.
Karakteristik obyek pada citra yang digunakan untuk mengidentifikasi citra
disebut sebagai unsur interpretasi citra. Dalam buku Ensiklopedia Geografi
Penginderaan Jauh (2018) karya Nur Fitriana Sari, dijelaskan sembilan unsur
interpretasi citra, yaitu: Rona dan Warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs,
asosiasi.
B. Saran

Diharapkan kepada pembaca setelah membaca, mempelajari dan


memahami makalah ini, pembaca dapat mengetahui dan memahami Teknik
Interpretasi Citra Satelit dalam Penginderaan Jauh. Makalah ini disusun berdasarkan
referensi seadanya. Kami sebagai penulis juga ingin memberikan saran kepada
pembaca agar dalam penyusunan makalah kedepannya untuk dapat mencari sumber
sebanyak-banyaknya agar penyusunan makalah kedepannya menjadi lebih sempurna

16
DAFTAR PUSTAKA

DickyPratama,Cahaya. 2022.Unsur-UnsurInterpretasiCitra.https://www.kompas.com
/skola/read/2020/11/25/152538369/unsur-unsur-interpretasi-citra. Diakses pada 14mei
2023.
DhiniFitriani,Shifa. InterpretasiCitra.https://www.scribd.com/doc/41124973/Makalah -
Interpretasi-Citra-Jadi.Diaksespada16mei2023.

Nurul Lathifah,Aisyah.PengenalanCitraDanUnsur-unsurInterpretasiCitra.https://
www
.academia.edu/35268769/Pengenalan_Citra_dan_Unsur_Unsur_Interpretasi_Citra_do

c.Diakses pada15 mei 2023.

Widhi.2022.Teknikdantahapaninterpretasicitra.https://www.seputargeografi.com/2022/05/
teknik-dan-tahapan-interpretasi-citra.html.html?m=1.Diaksespada14 mei2023.

17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai