Kelompok 9 - MAKALAH SEJARAH PERKOTAAN B
Kelompok 9 - MAKALAH SEJARAH PERKOTAAN B
Disusun Oleh:
Hilman Fauzan 122111433038
Ahmad Mahar Suudy 122111433065
Khusnul Avifah 122111433072
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya telah memberi kelancaran pada penulisan makalah mata kuliah
sejarah perkotaan dengan judul “Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU): Lahir dan
Berkembangnya Organisasi Dakwah di Kota Surabaya”. Perlu Diketahui Bahwa
perubahan daerah perkampungan atau pemukiman mengalami perbedaan baik
infrastruktur tata perkampungan, infrastruktur bangunan yang mengikuti zaman.
Di dalam penulisan makalah ini juga tidak luput dari bermacam-macam kendala,
seperti yang terjadi pada situasi sekarang, tantangan keadaan tidak menyurutkan
semangat belajar kami dalam menulis makalah, melainkan menuntun kami kepada sebuah
solusi jalan keluar. Serta kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna, oleh karena
itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam tulisan, meskipun tulisan dalam
makalah ini masih terdapat kesalahan, kami berusaha semaksimal mungkin dalam
pengerjaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Demikian yang dapat kami sampaikan.
Terima Kasih.
KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Kemunculan Organisasi Dakwah Islam di Kota Surabaya 6
2.2 Masuk dan Berkembangnya Muhammadiyah di Kota Surabaya 7
2.3 Nahdatul Ulama (NU) Organisasi Dakwah Islam di Surabaya 9
BAB III 13
PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kondisi yang demikian membuat masyarakat menjadi hilang arah dan kehilangan
rasionalitas akal sehatnya, disertai dengan masa-masa yang keras atas penjajahan
Belanda. Sehingga pada waktu itu seorang pemuda intelek bernama Mas Mansur yang
hingga kini dikenal dengan nama KH. Mas Mansur bertekad untuk merangkul keadaan
masyarakat di Surabaya. Seusai menjalani pendidikannya di Mesir, Mas Mansur
memulai langkah pertamanya dengan mengajar di Lembaga Pendidikan Nadlatul
Wathan yang terletak di Kawatan, Surabaya. Meskipun langkah pertamanya sukses
diikuti oleh beberapa ulama besar di Surabaya, namun perjalanannya ternyata harus
melewati berbagai rintangan. Tidak lain rintangan tersebut didasarkan pada kondisi
masyarakat Surabaya yang cukup berwarna pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu reaksi masyarakat kian keras dan meluas, pada saat
itulah Mas Mansur dan beberapa temannya memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta.
Melalui berita yang tersebar dikatakan bahwa di kota tersebut terdapat seorang ulama
besar yang intelek namun hidupnya sangat sederhana yang tidak lain ialah KH. Ahmad
Dahlan. Sehingga niat mereka berpindah tempat selain untuk menghindari reaksi
masyarakat yang semakin represif, juga untuk berbagi pengalaman sekaligus mengkaji
Ilmunya tentang agama. Tanpa disadari semangat yang hampir pupus di Surabaya
ternyata tumbuh di kota ini. Pertemuan yang digelar oleh Ihya Us Sunnah untuk
merayakan kedatangan KH. Ahmad Dahlan membuat Mas Mansur bersemangat untuk
menggali ilmu sedalam-dalamnya. Mas Mansur, seorang cendekiawan muda terkemuka
pada saat itu berbicara tentang bagaimana memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengajaran dengan merujuk pada degradasi masyarakat dan degradasi
rakyatnya. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa poin penting yang disampaikan
KH. Ahmad Dahlan, diantaranya adalah:
1. Al-Quran adalah kunci utama.
2. Pelajari isi Al-Quran dengan sungguh-sungguh.
3. Gunakan semua ilmu dan sudut pandang yang ada untuk mengetahui isinya
dengan jelas.
4. Berlatih membiasakan diri dengan ajaran Al-Quran, tidak cukup hanya dengan
mengetahui yang baik.
5. Ketahui semua aturan dan mukhraj-nya.
6. Gunakan otak dan mata hati untuk benar-benar merasakan isi Al-Quran.
“Niscaya kita mengetahui rahasia alam yang memang diciptakan untuk manusia yang
digambarkan Rabbul 'Alamin sebagai Kholifah-nya di dunia”. Dengan demikian KH.
Ahmad Dahlan menutup pembicaraannya dengan beberapa poin tersebut.
Menjelang tahun 1921, KH. Ahmad Dahlan melakukan kunjungan untuk yang
kedua kalinya di Surabaya. Bertepatan pada saat itu juga di resmikan Cabang
Muhammadiyah Surabaya tepatnya pada tangga 1 November 1921. Dari sinilah
Muhammadiyah Cabang Surabaya segera mendirikan amal usahanya. Pada tahun 1922,
Hizbul Wathan diresmikan. Pengurus Cabangnya antara lain M. Idris, H. Asy'ari, HM
Machien, H. Ismail, Sono, Soekardi, Soeprapto, HM. Kaspan dan M. Wisatmo (menantu
K. Utsman) yang kemudian menjadi District Minister HW Karesidenan Surabaya. Hizbul
Wathan saat itu masih berstatus Pemuda Muhammadiyah (Bagus). Pemuda
Muhammadiyah Cabang Surabaya sendiri, dibentuk pada tahun 1937. Pengelolanya
adalah: HM Anwar Zain (Almarhum) yang juga ketua PWM Jatim, Nurhasan Zain,
Malikin, Said Umar, Masdar Wahab, Su'aib Said, Mas Slamet, Amir Umar, H. Umar
Siraj, Muh. Mardjuki dan Ating Sabdjan. Upaya yang dilakukan selanjutnya adalah
pendirian di bidang Perpustakaan yang dikenal sebagai Taman Pustaka Belia
Muhammadiyah Cabang Surabaya. Juga upaya operasional. Dan di bidang olahraga juga
didirikan Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PS HW). PS HW adalah asosiasi sepak
bola yang cukup dikenal karena sportivitasnya di lapangan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi adalah jantung perkembangan tanpa adanya organisasi mungkin
bangsa ini tak berkembang seperti saat ini, organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama (NU) memiliki bidang pada perkembangan jalur religiusnya masing-masing.
Masyarakat Nahdlatul Ulama dipaksakan atas kemajuan pendidikan atas apa yang
menjadi pengacu penyampaian terhadap tujuan, hal ini ditunjukkan bahwa
pengkatakteran masyarakat Nahdliyin mengalami proses pengkaderan atas tujuan yang
harus dicapai sehingga apa yang menjadi prospek agama terlampaui dengan semestinya.
Faber, G.H.. (1931). Von Oud Soerabaia De Geschiedenis van Indies le koopstad V, de
oudste tijden tot de instelling v.d. Gemeenteraad Soerabaia, 1931 [bentuk mikro] /
Faber, G.H.. Leiden :: IDC,.
Hurek, L. (2022, Juni 16). Kampung Kawatan Sejak Dulu Dikenal sebagai Kampung
Santri | Radar Surabaya. Radar Surabaya.
https://radarsurabaya.jawapos.com/surabaya/kota-lama/16/06/2022/kampung-
kawatan-sejak-dulu-dikenal-sebagai-kampung-santri/
, M., & , P. B. P. (2004). Kehidupan keagamaan masyarakat di tengah perubahan: :
Islam di Surabaya Akhir Abad XIX-Awal Abad XX. [Yogyakarta] : Universitas
Gadjah Mada.
Nyoman Wija Astawa, Dewa.Pola Pikir Meningkatkan Wawasan Kebangsaan
Mencegah Disintegrasi Bangsa .2011
PACE, R. W. (2015). KOMUNIKASI ORGANISASI: STRATEGI MENINGKATKAN
KINERJA PERUSAHAAN. PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Ricklefs, M.C. (Merle Calvin), 1943- (pengarang) (penyunting); Sidik Nugraha, Moh.
(penyunting); Tim Penerjemah Serambi (penerjemah). (© 1981, 1993, 2001, 2008,
M.C. Ricklefs; 2008). Sejarah Indonesia modern 1200-2008 / M.C. Ricklefs ;
penerjemah, Tim penerjemah Serambi ; penyunting, Moh. Sidik Nugraha dan M.C.
Ricklefs. Jakarta :: Serambi Ilmu Semesta,.
Sabiruddin, nur alhidayatillah dan. (2018). NAHDATUL ULAMA (NU) DAN
MUHAMMADIYAH : DUA WAJAH ORGANISASI DAKWAH DI
INDONESIA. Manajemen Dakwah, 9–16.
Sejarah - PDM Kota Surabaya | Muhammadiyah. (n.d.). PDM Surabaya. Diambil 15
Mei 2023, dari http://surabaya-kota.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-
sejarah.html
Siswono Yudohusodo, 1943-. (1996). Semangat baru nasionalisme Indonesia / Siswono
Yudohusodo. Jakarta :: Yayasan Pembangunan Bangsa,.
Soedarso, S., Nurif, M., Sutikno, S., & Windiani, W. (2013). Dinamika Multikultural
Masyarakat Kota Surabaya. Jurnal Sosial Humaniora, 6(1), 62–75.
https://doi.org/10.12962/j24433527.v6i1.611
Syaifullah. & Hamid, Nadjib. (2005). KH. Mas Mansur sapukawat Jawa
Timur. Surabaya : Hikmah Press