Anda di halaman 1dari 18

JILBAB PERSFEKTIF HUKUM ISLAM KONTEMPORER

MAKALAH
Dipresentasikan dalam seminar kelas Program Doktoral semester II
Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar pada Mata Kuliah Hukum Islam Kontemporer

Oleh:

Sunuwati
80100322117

Dosen:

Prof. Dr. H. Sabri Samin M.Ag

Dr. Achmad Musyahid M.Ag

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

ALAUDDIN MAKASSAR

2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kata yang pantas kita ucapkan dari lidah yang tidak bertulang yaitu
kalimat syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karuni-Nya kepada kita
semua, Sholawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang
menjadi Rahmatan Lil Alamin, serta kepada para sahabat-sahabatnya dan kepada
seluruh ummat manusia terkhusus para pengikut beliau sampai akhir zaman.

Penulis memilih judul makalah “JILBAB PERSFEKTIF HUKUM ISLAM


KONTEMPORER” melihat bagaimana konsep riba dalam bunga bank serta untuk
memenuhi tugas pada Program Pascasarjana Doktor di Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar.

Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan baik metode


penulisan, sistematika maupun substansi pokok, segala kritikan dan saran yang
sifatnya membangun kami sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalam.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… ii

Daftar Isi………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….. 3

A. Pengertian Riba…………………………………….……………. 3

B. Bunga Bank Menurut Hukum Islam Kontemporer…….…… 6

BAB III PENUTUP…………………………………………………… 15

A. Kesimpulan……………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dengan mayoritas


rakyatnya beragama Islam.1 Dengan kenyataan tersebut, idealnya tata kelola
kehidupan berbangsa dan bernegara harus dilandaskan atas dasar penerapan
syariat Islam.2 Konstitusi syariat adalah usaha mewujudkan syariah Islam sebagai
undang-undang negara yang memuat seluruh aturan yang lahir dari konstitusi negara.
Lihat Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, 257). Al-Syatibi berpendapat bahwa penerapan
syariat Islam adalah mengatur tatanan kehidupan manusia untuk melahirkan
kemaslahatan dan kebahagian manusia.3 Sejatinya, sebagai konsekuensi wujud
keimanan kepada Allah, seorang muslim wajib mengaitkan diri pada Syariah Islam.
Oleh karena itu, Syariah Islam harus diterapkan pada semua lini kehidupan, baik
dalam konteks kehidupan individu, kelompok, maupun dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Semestinya hal ini tidak perlu diperdebatkan dan
diperumit lagi, mengingat semua itu merupakan perkara yang telah jelas
kewajibannya dalam Syariah Islam, bahkan sebenarnya perwujudan utama dari misi
hidup seorang muslim adalah beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah: “wama khalaqtul jinna wa al-Insa illa liya᾽budun”, serta
sejatinya bahwa berdirinya sebuah negara dengan segenap struktur dan
kewenangannya dalam pandangan Islam agar tetap bertujuan untuk mensukseskan
penerapan syariah.4 Namun demikian, realitas lain yang dimiliki oleh Negara
Indonesia adalah keadaan masyarakat yang plural baik segi agama maupun suku.
Sehingga, tuntutan pemberlakuan formalisasi syariat Islam sebagai dasar konstitusi
dan hukum negara seringkali mendapatkan pertentangan secara politik.5

1
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No. 2,(2015): 254
2
Penerapan syariat Islam merupakan usaha menjadikan syariat Islam sebagai konstitusi
(dustur) dan undang-undang negara (qanun)
3
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam (T.tp: Dar al-Fikr li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, t.t), juz
2, 15-18.
4
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, 258.
5
Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, Vol. 8, No. 21 Juli
2010, 146.

4
Dalam catatan sejarah Negara Indonesia, keruntuhan rezim orde baru disusul
zaman
reformasi, muncul kembali diberlakukan piagam Jakarta yang di dalamnya
terkandung pemberlakuan syariat Islam. Hal ini ditambah dengan diberikan otonomi
khusus kepada Daerah Istimewa Aceh.6 Namun demikian, menurut Aminullah
pemberlakuan otonomi.
Jilbab merupakan pakaian yang lebar dan digunakan rangkap oleh wanita di
atas pakaian.7 Islam mewajibkan kaum wanitanya untuk menutup aurat, karena dua
hal: Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua,
untuk membedakan dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi muslimah
tersebut. Ketiga, sebagai perlindungan atas kesucian kehormatan dan kemuliaan
sebagai perempuan muslimah.8 Oleh karena itu, setiap wanita muslimah idealnya
mengenakan jilbab untuk menutupi aurat sehingga terjaga kehormatannya.

Wanita dalam syariat Islam harus menutupi seluruh tubuh, hanya saja ada
perbedaan pendapat, dalam hal menutup wajah dan kedua telapak tangan.
Berdasarkan QS. An-Nuur: 31 dan QS. Al-Ahzab: 59, sebagian ulama memfatwakan
bahwa diperbolehkan membuka wajah dan kedua telapak tangan, hanya saja
menutupnya adalah sunnah dan bukan sesuatu yang wajib. Pakaian itu pada
hakikatnya bukan dirancang sebagai perhiasan.karena menurut QS. An-nur: 31:“Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang bisa tampak.” (QS. An-
Nuur : 31)

Pendapat Ibnu Katsir (700-774 H) yang tertuang di dalam karya


monumentalnya berjudul Tafsir al-Qur’an al-‘Azim menjelaskan bahwa: “jilbāb itu
adalah (pakaian wanita yang terletak diatas khimār). Defenisi ini juga sama dengan
apa yang dikatakan Ibnu Mas’ūd, Ubaidah, Qatādah, Hasan Basri, Sa’id bin Jubair,
Ibrahim al-Nakha’i dan ‘Ata’ al-Kharsani serta lainnya. Kemudian ada juga pendapat
lain, jilbāb itu seperti ( ‫االءزار‬ (pakaian yang dipergunakan sehari-hari
(‫ وﻫﻮﺑﻤﻨﺰﻟﺔاإﻟﺰاراﻟﻴﻮم‬.(Tetapi, Jauhari mengatakan bahwa: Jilbāb itu sama dengan

6
Otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh diamanatkan dalam TAP No. IV/MPR/1999
yang dikuti dengan pembentukan UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi 432
7
Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, 144
8
Alyasa Abubakar, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung Qanun Pelaksanaan
Syariat Islam) (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh, 2009), 43.

5
Milhafah (mantel atau selimut)”.9 Al-Qurtubi mendefinisikan jilbab sebagai baju
10
kurung longgar dan lebih lebar dari kerudung atau selendang. Sedangkan,
Nashiruddin Baidan menuliskan pendapat Abu Hayyan yang mengutip Ibn Abbas dan
Qatadah, jilbab merupakan jenis pakaian yang menutup pelipis mata dan hidung,
namun tidak sampai mata pemakainya tidak bisa melihat dan tetap menutup dada
dan bagian muka.11

Hijab menjadi “komoditi atau fashion”. Fashion ialah keliru satu yang akan
terjadi asal tuntutan gaya hidup yang diciptakan sang insan kemudian dikontruksikan
menjadi galat satu bentuk pemenuhan bagi orang-orang yang hidup di budaya terkini
seperti kini ini. tidak hanya pakaian, sepatu dan tas, sekarang hijab pun telah menjadi
bagian asal industri fashion pada Indonesia. “Hijab fashion di Indonesia telah terjadi
pergeseran makna, jikalau dulu cuma untuk menutup aurat tapi kini diklaim tren
serta makna yang ada pada hijab itu sendiri sedikit pudar. tetapi ada
perkembangannya, jilbab mempunyai modernisasi yang tersembunyi. Pertama, jilbab
menjadi trend fashion. kedua, jilbab menjadi praktik konsumtif sebagai akibatnya
aneka macam ragam contoh jilbab ditawarkan asal mulai peragaan kostum muslim
hingga butik khusus jilbab. Ketiga, jilbab menjadi gaya hidup yang memberikan kelas
sosial eksklusif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemahaman Hijab Perspektif Hadis dalam Pandangan


Kontemporer?

2. Bagaimana Konsep Jilbab Dalam Islam?

9
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, 256.
10
Patriarkhi adalah suatu sitem yang ada di masyarakat, dimana semua hal berpusat pada
lakilaki dan lebih dominan dalam hal apapun. Perempuan disubordinat/second class.
11
Nashiruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam al-Qur’an,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet. Ke-1, 172.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Hijab Perspektif Hadis dalam Pandangan Kontemporer

Setelah dilakukan kajian terhadap hadis mulai dari takhrij dan syarah di atas
maka dalam pembahasan ini akan dibahas tentang hijab menurut hadis serta hijab
dalam pandangan kontemporer.

a) Hijab menurut Hadis

Berdasarkan keterangan dalam hadis yang sudah dilakukan takhrij dan syarah
bisa dilihat bahwasannya tidak ada hadis yang menyebutkan secara eksplisit tentang
hijab sebagaimana pemahaman masyarakat saat ini. Istilah hijab yang ditunjukkan
dalam hadis bermakna tirai ataupun penghalang, tidak ada satu hadis pun secara
jelas mengatakan bahwa hijab adalah sebuah pakaian untuk perempuan.

Akan tetapi, kata hijab apabila diartikan dengan penutup, maka aplikasi
maknanya adalah seorang wanita yang ditempatkan di belakang tabir. Hal inilah
yang menyebabkan banyak orang berpikir bahwa Islam menghendaki wanita untuk
selalu berada di belakang tabir, harus dipingit dan tidak boleh meninggalkan
rumah.12

Menurut penulis dianjurkan dan diwajibkanya hijab bagi seorang wanita bukan
merupakan sebuah pengekangan, melainkan sebuah kehormatan dan kemulian bagi
wanita itu sendiri, agar terhindar dari gangguan laki-laki yang bukan muhrimnya yang
suka iseng dan tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan secara jelas,


bahwa hijab pada awal mula Islam datang hingga pada masa Rasulullah tidak hanya
terbatas pada penutup kepala saja, melainkan ada bermacam-macam definisi.13
Berbeda dengan zaman sekarang, hijab yang diidentikkan dengan kaum perempuan,
yang mana pemakaiannya hanya untuk penutup kepala tanpa lagi memperhatikan
apakah aurat sudah tertutup ataukah tidak sebagaimana maksud dari perintah al-
Qur’an yakni esensi dari perintah berhijab adalah untuk menutup aurat baik kepada

12
Caney, David.2011. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.
13
Baudrillard, Jean, 1999. The Consumption Society, Cambridge: Polity Press

7
lakilaki maupun perempuan.

b) Hijab dalam Pandangan Kontemporer

Perbincangan hangat terkait dengan perempuan adalah terkait pandangan


tentang pemakaian hijab. Hijab yang diidentikkan dengan kewajiban menutup aurat
bagi seorang perempuan muslim ini, namun secara kesyariatan, pandangan terkait
wajib atau tidaknya pemakaian hijab masih menjadi perbedaan pendapat atau
ikhtilaf di kalangan ulama.

Kontroversi hijab muncul karena adanya perbedaan penafsiran sebagaimana


dari sisi agama dan dari sisi gender (dalam hal ini kaum feminis).14 Dari sisi kaum
feminis menganggap bahwa hijab sebagai alat untuk mengungkung perempuan
dalam berekspresi (Musli Namun dari sisi agama, bahwa hijab sebagai upaya agama
untuk mengangkat harkat dan martabat seorang perempuan dan melindunginya dari
hal-hal yang negatif, seperti kejahatan.

Pada perkembangannya hijab tidak lagi sebagai ukuran kesalehan tetapi hijab
dimaknai sebagai sebuah mode fashion. Dengan dibuktikannya dengan banyak
sekali even yang diselenggarakan audisi hijab misalnya, ini menujukkan adanya
pengikisan terhadap ajaran agama terkhusus kepada Islam. Ukuran keimanan
seseorang tidak lagi hanya dapat dilihat dari pakaian hijabnya. Orang yang tidak
“berhijab” pun dapat jadi taat dalam menjalankan ajaran agama Islam yang lain.

B. Konsep Jilbab Dalam Islam

Adapun konsep yang ditawarkan oleh islam sendiri mengenai jilbab yaitu:15

a. Hendaklah jilbab yang dipakai bisa menutupi seluruh tubuh. Sebab di dalam
Al-Quran telah ditegaskan:

        
 
14
Naufil Shahrukh, “The Qur’an Doesn’t Support Patriartcy” (ABC. The Nation, Pakistan, 2005).
15
Aba Firdaus Al-Halani, Pesan Buat Ukhti Muslimah, (Yogyakarta:MITRA PUSTAKA,2011),
114-117

8
        

Artinya: “Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dari
istri-istrimu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan
jilbab keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal kerena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha pengampun
lagi Maha penyang. (QS. al-Ahzab ayat 59).16

Jilbab, adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh. Dan Allah


memerintahkan kepada setian muslimah untuk memakainya.

b. Hendaklah jilbab terbuat dari kain yang tebal. Bukan dari bahan yang tipis,
yang kulit tubuhnya kelihatan jelas dari luar. Sebab, tujuan berjilbab adalah
menutup aurat. Oleh karenanya, kalau tidak menutup seluruh tubuh, maka
tidak dikatakan berjilbab. Sekalipun berpakaian, kalau masih ada aurat yang
bisa terlihat mata, maka menurut syar’i belum dikatakan berpakaian. Jadi,
berpakaian menurut syar’i, adalah menutup seluruh tubuh, hingga tidak ada
sebagian aurat pun yang kelihatan.

c. Hendaklah jilbab bukan sebagai hiasan, atau pakaian mewah. Karenanya,


jilbab tidak boleh terbuat dari kain yang mencolok, atau mahal harganya.
Bukankah Allah di dalam Al-Quran telah ditegaskan:

  
   
Artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. ”(QS.
An-Nuur: 31).

Jadi, jilbab dimaksudkan untuk menutup seluruh perhiasan yang ada, kecuali
yang memang kelihatan. Dengan demikian dapat dimengerti, jilbab bukan perhiasan.
Tapi, alat untuk menutup perhiasan dan aurat.kalau memakai jilbab dengan maksud
berhias, maka dilarang agama. Sebab, sekali lagi, jilbab adalah alat untuk menutup
perhiasan, agar tidak memancing birahi atau maksud-maksudjahat dari lelaki lain.
16
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 353

9
d. Hendaklah jilbab dibuat agak longgar. Tidak ketat, sehingga kelihatan lekuk-
lekuk tubuhnya. Sebab, jilbab yang sempit (ketat), bisa mengundang fitnah dan
memancing birahi kaum lelaki, sehingga tidak sesuai lagi dengan maksud dan
tujuan berjilbab.

Perbedaan pandangan soal mengenakan hijab – term yang banyak digunakan


saat ini sebagai penutup kepala hijab atau jilbab – sudah terjadi di kalangan ulama
klasik. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pemaknaan terhadap ayat dan hadis.
Pembahasan hijab masuk pada ruang fikih karena ayat yang tertera dalam Alquran
17
adalah ayat mutasyabihat, dan hadis-hadisnya pun memiliki kualitas yang berbeda.
Tidak dijelaskan betul dalam Alquran seberapa batasan aurat, dan hadis yang
menjelaskan batasannya pun memiliki kualitas yang berbeda.

Pemaknaan terhadap ayat-ayat hijab dan hadis-hadis yang membahasnya


menimbulkan fatwa dan makna baru di kalangan ulama kontemporer. Di antaranya
Said al-Asymawi dalam karyanya yang berjudul Haqiqatul Hijab wa Hujjiayatu al-
Hadis. Mengulik dari catatan Dr. Syafiq Hasyim, seorang akademisi dan intelektual
muslim Indonesia yang membahas buku Said al-Asymawi menyebutkan bahwa hijab
atau jilbab tidak wajib bagi perempuan. Muhammad Said al-Asymawi sendiri adalah
intelektual muslim berdarah Mesir dan dikenal sangat cakap dalam berbagai bidang
ilmu keislaman. Beliau juga merupakan orang yang beberapa kali menempati jabatan
penting di Mesir, di antaranya Ketua Pengadilan Mesir, Ketua Pengadilan Kriminal
Tinggi Mesir, dan Ketua Pengadilan Tinggi Keamanan negara. Kontribusinya dalam
karya ilmiah di bidang keislaman juga dibuktikan dengan lebih dari 60 buku yang ia
tulis dalam tiga bahasa; Arab, Inggris, dan Prancis.18 Tema-tema yang diulas dalam
karyanya adalah Fikih, Usul Fikih, Teologhi, Tafsir, Tasawuf, dan tema-tema
keislaman lainnya.

Setelah mengulas tentang ayat hijab, jilbab, dan khimar, Al-Asymawi


berpendapat bahwa perempuan pada zaman kenabian Muhammad menutup kepala
mereka dengan kain yang dibentangkan dari belakang (punggung) dan tidak
menutupi bagian dada dan leher. Lalu turunlah surat an-Nur ayat 31 yang mengkritik
cara berpakaian seperti itu. Perempuan diperintahkan untuk menutup dada mereka

17
Hasyim, “Membaca Quran dengan Semangat Pembebasan: Sebuah Pengantar,” 5–6.
18
Haidar Bagir dan Syafiq Basri, “Ijtihad dan Kemaslahatan Umat,” dalam Ijtihad dalam
sorotan (Bandung: Mizan, 1988), 121.

10
dan perintah ini, menurutnya adalah soal kebiasaan pada masa itu saja, lalu pada
surat al-Ahzab ayat 59, yang berbunyi:

        
 
        

Artinya: Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.
Al-Asymawi mengulas ayat ini bahwa jilbab diperintahkan untuk dikenakan
dalam rangka membedakan status sosial antara perempuan mukmin dan hamba
sahaya (tanpa maksud merendahkan para budak kala itu). Al-Asymawi juga meniliti
hadis-hadis Nabi yang membahas tentang hijab. Beberapa hadis yang dijadikan dalil
adalah hadis yang derajatnya tidak mencapai derajat shahih. Sehingga tidak bisa
dijadikan pijakan pasti karena dalilnya bersifat dzanny (prasangka),
bukan qath’iy (pasti).19
Selain Al-Asymawi, ada juga pendapat Dr. Muhammad Syahrur yang
saya ulik dari karyanya yang berjudul Nahw Ushûl Jadîdatu Li al-Fiqh al-
Islamiy; Fiqh al-Mar`ah. Di dalamnya dibahas mengenai wasiat, waris,
pakaian, perwalian, dan pernikahan. Dr. Muhammad Syahrur sendiri adalah
intelektual dalam bidang Teknik Sipil dan sempat menyandang gelar
sebagai Profesor Teknik Sipil di Universitas Damaskus. Meski begitu, ia
banyak menulis buku bertema keislaman.

19
Polisemik dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mempunyai makna lebih
dari satu. Badan Pengembangan dan Pemibanaan Bahasa.

11
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Jilbab merupakan pakaian yang lebar dan digunakan rangkap oleh wanita di
atas pakaian. Islam mewajibkan kaum wanitanya untuk menutup aurat, karena dua
hal: Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua,
untuk membedakan dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi muslimah
tersebut. Ketiga, sebagai perlindungan atas kesucian kehormatan dan kemuliaan
sebagai perempuan muslimah. Oleh karena itu, setiap wanita muslimah idealnya
mengenakan jilbab untuk menutupi aurat sehingga terjaga kehormatannya.
Perbedaan pandangan soal mengenakan hijab – term yang banyak digunakan saat
ini sebagai penutup kepala hijab atau jilbab – sudah terjadi di kalangan ulama klasik.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pemaknaan terhadap ayat dan hadis.
Pembahasan hijab masuk pada ruang fikih karena ayat yang tertera dalam Alquran
adalah ayat mutasyabihat, dan hadis-hadisnya pun memiliki kualitas yang berbeda.
Tidak dijelaskan betul dalam Alquran seberapa batasan aurat, dan hadis yang
menjelaskan batasannya pun memiliki kualitas yang berbeda.

Al-Syatibi berpendapat bahwa penerapan syariat Islam adalah mengatur


tatanan kehidupan manusia untuk melahirkan kemaslahatan dan kebahagian
manusia Sejatinya, sebagai konsekuensi wujud keimanan kepada Allah, seorang
muslim wajib mengaitkan diri pada Syariah Islam. Oleh karena itu, Syariah Islam
harus diterapkan pada semua lini kehidupan, baik dalam konteks kehidupan individu,
kelompok, maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Semestinya hal ini tidak perlu diperdebatkan dan diperumit lagi, mengingat
semua itu merupakan perkara yang telah jelas kewajibannya dalam Syariah Islam,
bahkan sebenarnya perwujudan utama dari misi hidup seorang muslim adalah
beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“wama khalaqtul jinna wa al-Insa illa liya᾽budun”, serta sejatinya bahwa berdirinya
sebuah negara dengan segenap struktur dan kewenangannya dalam pandangan
Islam agar tetap bertujuan untuk mensukseskan penerapan syariah.

Namun demikian, realitas lain yang dimiliki oleh Negara Indonesia adalah
keadaan masyarakat yang plural baik segi agama maupun suku. Sehingga, tuntutan

12
pemberlakuan formalisasi syariat Islam sebagai dasar konstitusi dan hukum negara
seringkali mendapatkan pertentangan secara politik.

13
REFERENSI

Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No.
2,(2015): 254

Penerapan syariat Islam merupakan usaha menjadikan syariat Islam sebagai


konstitusi (dustur) dan undang-undang negara (qanun)

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam (T.tp: Dar al-Fikr li al-Tiba’ah wa al-Nasyr,


t.t), juz 2, 15-18.

Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, 258.

Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, Vol. 8,


No. 21 Juli 2010, 146.

Otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh diamanatkan dalam TAP No.
IV/MPR/1999 yang dikuti dengan pembentukan UU No. 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi 432

Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, 144

Alyasa Abubakar, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung Qanun


Pelaksanaan Syariat Islam) (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh, 2009), 43.

Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, 256.

Patriarkhi adalah suatu sitem yang ada di masyarakat, dimana semua hal berpusat
pada lakilaki dan lebih dominan dalam hal apapun. Perempuan
disubordinat/second class.

Nashiruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam al-
Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet. Ke-1, 172.

Caney, David.2011. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta :


Jalasutra.

Baudrillard, Jean, 1999. The Consumption Society, Cambridge: Polity Press

Naufil Shahrukh, “The Qur’an Doesn’t Support Patriartcy” (ABC. The Nation, Pakistan,
2005).

Aba Firdaus Al-Halani, Pesan Buat Ukhti Muslimah, (Yogyakarta:MITRA


PUSTAKA,2011), 114-117

Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 353

Hasyim, “Membaca Quran dengan Semangat Pembebasan: Sebuah Pengantar,” 5–6.

14
Haidar Bagir dan Syafiq Basri, “Ijtihad dan Kemaslahatan Umat,” dalam Ijtihad dalam
sorotan (Bandung: Mizan, 1988), 121.

Polisemik dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mempunyai makna
lebih dari satu. Badan Pengembangan dan Pemibanaan Bahasa.

15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai