MAKALAH
Dipresentasikan dalam seminar kelas Program Doktoral semester II
Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar pada Mata Kuliah Hukum Islam Kontemporer
Oleh:
Sunuwati
80100322117
Dosen:
ALAUDDIN MAKASSAR
2023
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kata yang pantas kita ucapkan dari lidah yang tidak bertulang yaitu
kalimat syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karuni-Nya kepada kita
semua, Sholawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang
menjadi Rahmatan Lil Alamin, serta kepada para sahabat-sahabatnya dan kepada
seluruh ummat manusia terkhusus para pengikut beliau sampai akhir zaman.
Wassalam.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….. 3
A. Pengertian Riba…………………………………….……………. 3
A. Kesimpulan……………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No. 2,(2015): 254
2
Penerapan syariat Islam merupakan usaha menjadikan syariat Islam sebagai konstitusi
(dustur) dan undang-undang negara (qanun)
3
Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam (T.tp: Dar al-Fikr li al-Tiba’ah wa al-Nasyr, t.t), juz
2, 15-18.
4
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, 258.
5
Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, Vol. 8, No. 21 Juli
2010, 146.
4
Dalam catatan sejarah Negara Indonesia, keruntuhan rezim orde baru disusul
zaman
reformasi, muncul kembali diberlakukan piagam Jakarta yang di dalamnya
terkandung pemberlakuan syariat Islam. Hal ini ditambah dengan diberikan otonomi
khusus kepada Daerah Istimewa Aceh.6 Namun demikian, menurut Aminullah
pemberlakuan otonomi.
Jilbab merupakan pakaian yang lebar dan digunakan rangkap oleh wanita di
atas pakaian.7 Islam mewajibkan kaum wanitanya untuk menutup aurat, karena dua
hal: Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua,
untuk membedakan dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi muslimah
tersebut. Ketiga, sebagai perlindungan atas kesucian kehormatan dan kemuliaan
sebagai perempuan muslimah.8 Oleh karena itu, setiap wanita muslimah idealnya
mengenakan jilbab untuk menutupi aurat sehingga terjaga kehormatannya.
Wanita dalam syariat Islam harus menutupi seluruh tubuh, hanya saja ada
perbedaan pendapat, dalam hal menutup wajah dan kedua telapak tangan.
Berdasarkan QS. An-Nuur: 31 dan QS. Al-Ahzab: 59, sebagian ulama memfatwakan
bahwa diperbolehkan membuka wajah dan kedua telapak tangan, hanya saja
menutupnya adalah sunnah dan bukan sesuatu yang wajib. Pakaian itu pada
hakikatnya bukan dirancang sebagai perhiasan.karena menurut QS. An-nur: 31:“Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang bisa tampak.” (QS. An-
Nuur : 31)
6
Otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh diamanatkan dalam TAP No. IV/MPR/1999
yang dikuti dengan pembentukan UU No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi 432
7
Aminullah, “Problematika Penerapan Syari’at Islam di Indonesia, Ar-Risalah, 144
8
Alyasa Abubakar, Bunga Rampai Pelaksanaan Syariat Islam (Pendukung Qanun Pelaksanaan
Syariat Islam) (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Aceh, 2009), 43.
5
Milhafah (mantel atau selimut)”.9 Al-Qurtubi mendefinisikan jilbab sebagai baju
10
kurung longgar dan lebih lebar dari kerudung atau selendang. Sedangkan,
Nashiruddin Baidan menuliskan pendapat Abu Hayyan yang mengutip Ibn Abbas dan
Qatadah, jilbab merupakan jenis pakaian yang menutup pelipis mata dan hidung,
namun tidak sampai mata pemakainya tidak bisa melihat dan tetap menutup dada
dan bagian muka.11
Hijab menjadi “komoditi atau fashion”. Fashion ialah keliru satu yang akan
terjadi asal tuntutan gaya hidup yang diciptakan sang insan kemudian dikontruksikan
menjadi galat satu bentuk pemenuhan bagi orang-orang yang hidup di budaya terkini
seperti kini ini. tidak hanya pakaian, sepatu dan tas, sekarang hijab pun telah menjadi
bagian asal industri fashion pada Indonesia. “Hijab fashion di Indonesia telah terjadi
pergeseran makna, jikalau dulu cuma untuk menutup aurat tapi kini diklaim tren
serta makna yang ada pada hijab itu sendiri sedikit pudar. tetapi ada
perkembangannya, jilbab mempunyai modernisasi yang tersembunyi. Pertama, jilbab
menjadi trend fashion. kedua, jilbab menjadi praktik konsumtif sebagai akibatnya
aneka macam ragam contoh jilbab ditawarkan asal mulai peragaan kostum muslim
hingga butik khusus jilbab. Ketiga, jilbab menjadi gaya hidup yang memberikan kelas
sosial eksklusif.
B. Rumusan Masalah
9
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem
Hukum Nasional Indonesia”, 256.
10
Patriarkhi adalah suatu sitem yang ada di masyarakat, dimana semua hal berpusat pada
lakilaki dan lebih dominan dalam hal apapun. Perempuan disubordinat/second class.
11
Nashiruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam al-Qur’an,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet. Ke-1, 172.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan kajian terhadap hadis mulai dari takhrij dan syarah di atas
maka dalam pembahasan ini akan dibahas tentang hijab menurut hadis serta hijab
dalam pandangan kontemporer.
Berdasarkan keterangan dalam hadis yang sudah dilakukan takhrij dan syarah
bisa dilihat bahwasannya tidak ada hadis yang menyebutkan secara eksplisit tentang
hijab sebagaimana pemahaman masyarakat saat ini. Istilah hijab yang ditunjukkan
dalam hadis bermakna tirai ataupun penghalang, tidak ada satu hadis pun secara
jelas mengatakan bahwa hijab adalah sebuah pakaian untuk perempuan.
Akan tetapi, kata hijab apabila diartikan dengan penutup, maka aplikasi
maknanya adalah seorang wanita yang ditempatkan di belakang tabir. Hal inilah
yang menyebabkan banyak orang berpikir bahwa Islam menghendaki wanita untuk
selalu berada di belakang tabir, harus dipingit dan tidak boleh meninggalkan
rumah.12
Menurut penulis dianjurkan dan diwajibkanya hijab bagi seorang wanita bukan
merupakan sebuah pengekangan, melainkan sebuah kehormatan dan kemulian bagi
wanita itu sendiri, agar terhindar dari gangguan laki-laki yang bukan muhrimnya yang
suka iseng dan tidak bertanggung jawab.
12
Caney, David.2011. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.
13
Baudrillard, Jean, 1999. The Consumption Society, Cambridge: Polity Press
7
lakilaki maupun perempuan.
Pada perkembangannya hijab tidak lagi sebagai ukuran kesalehan tetapi hijab
dimaknai sebagai sebuah mode fashion. Dengan dibuktikannya dengan banyak
sekali even yang diselenggarakan audisi hijab misalnya, ini menujukkan adanya
pengikisan terhadap ajaran agama terkhusus kepada Islam. Ukuran keimanan
seseorang tidak lagi hanya dapat dilihat dari pakaian hijabnya. Orang yang tidak
“berhijab” pun dapat jadi taat dalam menjalankan ajaran agama Islam yang lain.
Adapun konsep yang ditawarkan oleh islam sendiri mengenai jilbab yaitu:15
a. Hendaklah jilbab yang dipakai bisa menutupi seluruh tubuh. Sebab di dalam
Al-Quran telah ditegaskan:
14
Naufil Shahrukh, “The Qur’an Doesn’t Support Patriartcy” (ABC. The Nation, Pakistan, 2005).
15
Aba Firdaus Al-Halani, Pesan Buat Ukhti Muslimah, (Yogyakarta:MITRA PUSTAKA,2011),
114-117
8
Artinya: “Hai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dari
istri-istrimu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan
jilbab keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
untuk dikenal kerena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha pengampun
lagi Maha penyang. (QS. al-Ahzab ayat 59).16
b. Hendaklah jilbab terbuat dari kain yang tebal. Bukan dari bahan yang tipis,
yang kulit tubuhnya kelihatan jelas dari luar. Sebab, tujuan berjilbab adalah
menutup aurat. Oleh karenanya, kalau tidak menutup seluruh tubuh, maka
tidak dikatakan berjilbab. Sekalipun berpakaian, kalau masih ada aurat yang
bisa terlihat mata, maka menurut syar’i belum dikatakan berpakaian. Jadi,
berpakaian menurut syar’i, adalah menutup seluruh tubuh, hingga tidak ada
sebagian aurat pun yang kelihatan.
Artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. ”(QS.
An-Nuur: 31).
Jadi, jilbab dimaksudkan untuk menutup seluruh perhiasan yang ada, kecuali
yang memang kelihatan. Dengan demikian dapat dimengerti, jilbab bukan perhiasan.
Tapi, alat untuk menutup perhiasan dan aurat.kalau memakai jilbab dengan maksud
berhias, maka dilarang agama. Sebab, sekali lagi, jilbab adalah alat untuk menutup
perhiasan, agar tidak memancing birahi atau maksud-maksudjahat dari lelaki lain.
16
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 353
9
d. Hendaklah jilbab dibuat agak longgar. Tidak ketat, sehingga kelihatan lekuk-
lekuk tubuhnya. Sebab, jilbab yang sempit (ketat), bisa mengundang fitnah dan
memancing birahi kaum lelaki, sehingga tidak sesuai lagi dengan maksud dan
tujuan berjilbab.
17
Hasyim, “Membaca Quran dengan Semangat Pembebasan: Sebuah Pengantar,” 5–6.
18
Haidar Bagir dan Syafiq Basri, “Ijtihad dan Kemaslahatan Umat,” dalam Ijtihad dalam
sorotan (Bandung: Mizan, 1988), 121.
10
dan perintah ini, menurutnya adalah soal kebiasaan pada masa itu saja, lalu pada
surat al-Ahzab ayat 59, yang berbunyi:
Artinya: Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih
mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.
Al-Asymawi mengulas ayat ini bahwa jilbab diperintahkan untuk dikenakan
dalam rangka membedakan status sosial antara perempuan mukmin dan hamba
sahaya (tanpa maksud merendahkan para budak kala itu). Al-Asymawi juga meniliti
hadis-hadis Nabi yang membahas tentang hijab. Beberapa hadis yang dijadikan dalil
adalah hadis yang derajatnya tidak mencapai derajat shahih. Sehingga tidak bisa
dijadikan pijakan pasti karena dalilnya bersifat dzanny (prasangka),
bukan qath’iy (pasti).19
Selain Al-Asymawi, ada juga pendapat Dr. Muhammad Syahrur yang
saya ulik dari karyanya yang berjudul Nahw Ushûl Jadîdatu Li al-Fiqh al-
Islamiy; Fiqh al-Mar`ah. Di dalamnya dibahas mengenai wasiat, waris,
pakaian, perwalian, dan pernikahan. Dr. Muhammad Syahrur sendiri adalah
intelektual dalam bidang Teknik Sipil dan sempat menyandang gelar
sebagai Profesor Teknik Sipil di Universitas Damaskus. Meski begitu, ia
banyak menulis buku bertema keislaman.
19
Polisemik dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mempunyai makna lebih
dari satu. Badan Pengembangan dan Pemibanaan Bahasa.
11
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Jilbab merupakan pakaian yang lebar dan digunakan rangkap oleh wanita di
atas pakaian. Islam mewajibkan kaum wanitanya untuk menutup aurat, karena dua
hal: Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan sampai terjadi fitnah. Kedua,
untuk membedakan dari wanita lain dan sebagai penghormatan bagi muslimah
tersebut. Ketiga, sebagai perlindungan atas kesucian kehormatan dan kemuliaan
sebagai perempuan muslimah. Oleh karena itu, setiap wanita muslimah idealnya
mengenakan jilbab untuk menutupi aurat sehingga terjaga kehormatannya.
Perbedaan pandangan soal mengenakan hijab – term yang banyak digunakan saat
ini sebagai penutup kepala hijab atau jilbab – sudah terjadi di kalangan ulama klasik.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan pemaknaan terhadap ayat dan hadis.
Pembahasan hijab masuk pada ruang fikih karena ayat yang tertera dalam Alquran
adalah ayat mutasyabihat, dan hadis-hadisnya pun memiliki kualitas yang berbeda.
Tidak dijelaskan betul dalam Alquran seberapa batasan aurat, dan hadis yang
menjelaskan batasannya pun memiliki kualitas yang berbeda.
Semestinya hal ini tidak perlu diperdebatkan dan diperumit lagi, mengingat
semua itu merupakan perkara yang telah jelas kewajibannya dalam Syariah Islam,
bahkan sebenarnya perwujudan utama dari misi hidup seorang muslim adalah
beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
“wama khalaqtul jinna wa al-Insa illa liya᾽budun”, serta sejatinya bahwa berdirinya
sebuah negara dengan segenap struktur dan kewenangannya dalam pandangan
Islam agar tetap bertujuan untuk mensukseskan penerapan syariah.
Namun demikian, realitas lain yang dimiliki oleh Negara Indonesia adalah
keadaan masyarakat yang plural baik segi agama maupun suku. Sehingga, tuntutan
12
pemberlakuan formalisasi syariat Islam sebagai dasar konstitusi dan hukum negara
seringkali mendapatkan pertentangan secara politik.
13
REFERENSI
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 12, No.
2,(2015): 254
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, 258.
Otonomi khusus yang diberikan kepada Aceh diamanatkan dalam TAP No.
IV/MPR/1999 yang dikuti dengan pembentukan UU No. 18 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi 432
Nur Rohim Yunus, “Penerapan Syariat Islam Terhadap Peraturan Daerah Dalam
Sistem Hukum Nasional Indonesia”, 256.
Patriarkhi adalah suatu sitem yang ada di masyarakat, dimana semua hal berpusat
pada lakilaki dan lebih dominan dalam hal apapun. Perempuan
disubordinat/second class.
Nashiruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam al-
Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet. Ke-1, 172.
Naufil Shahrukh, “The Qur’an Doesn’t Support Patriartcy” (ABC. The Nation, Pakistan,
2005).
14
Haidar Bagir dan Syafiq Basri, “Ijtihad dan Kemaslahatan Umat,” dalam Ijtihad dalam
sorotan (Bandung: Mizan, 1988), 121.
Polisemik dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mempunyai makna
lebih dari satu. Badan Pengembangan dan Pemibanaan Bahasa.
15
16
17
18