Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Oleh :

Nama : SUMINAH, S.Pd.


NIP : 19660302 200501 2 001

MTs NEGERI 5 CILACAP


KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN CILACAP
PROPINSI JAWA TENGAH
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI”. Makalah ini berisikan tentang pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cilacap, 4 April 2019


Penulis

SUMINAH, S.Pd.
NIP, 19660302 200501 2 001
PERSETUJUAN PUBLIKASI

Naskah Makalah dengan:

Judul :

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Nama : SUMINAH, S.Pd.


NIP : 19660302 200501 2 001
Unit Kerja : MTs Negeri 5 Cilacap

telah dipublikasikan dan digandakan di perpustakaan MTs Negeri 5 Cil;acap dan oleh
karenanya sudah layak sebagai salah satu syarat memperoleh kenaikan pangkat pada
Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Republik Indonesia.

Cilacap, 4 April 2019


Mengetahui Kepala Perpustakaan
Kepala MTs NEGERI 5 CILACAP

H. Toha Macfhudi, M.Pd Mudasir, S.Pd


NIP. 19600512 198603 1 006 NIP. 19690907 200701 1 032
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................

PERSETUJUAN ...............................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................................

1.4 Manfaat...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

2.1 Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman memahami Pancasila dalam


kehidupan sehari-hari....................................................................................

2.2 Contoh kasus penerapan pancasila................................................................. .

BAB III PENUTUP.............................................................................................

3.2 Kesimpulan...................................................................................................

3.3 Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Di setiap bangsa seluruh dunia pasti memiliki satu ideologi sebagai dasar
Negara begitu juga Indonesia sebagai bangsa yang beradab juga memiliki satu
ideologi sebagai dasar negara yaitu, pancasila. penetapan pancasila sebagai
dasar Negara bukan berasal dari pemikiran seseorang seperti halnya
ideologi-ideologi di negara lain seperti sosialis dan liberalisme.
pembentukan dan penetapan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
sebenarnya adalah suatu proses panjang sejarah bangsa Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia sendiri yang berasal dari adat istiadat, kebudayaan dan
nilai religius bangsa Indonesia.
Sejarah pancasila dan kemardekaan indonesia penuh dengan perjuangan
dan kepedihan yang tak patut di lupakan. Bagaimana para pahlawan bersusah
gigih demi tanah air ini, hingga tergapaikan awal cita-cita para pahlawan yaitu
kemardekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan di bacakann Proklamasi
oleh I.R Soekarno. Setelah itupun masih banyak masalah dan pembrontakan di
negeri ini hingga adanya orde baru pada masa Soeharto, yang dengan harapan
mampu membawa Indonesia lebih baik. Tapi kenyataannya sebaliknya,hukum
di permainkan,penguasa dan raja adalah mereka yang berwewenang, hingga
tahun 1998, jatuhnya Soeharto dan awal perubahan bagi indonesia
“REVOLUSI”.17 tahun dari masa kelabu itu, dunia kini penuh dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, tapi bohong bila sudah ada
keadilan karna kenyataannya ialah kekuasaan dikarnakan punahnya karekter.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas,
maka pokok-pokok masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Bagaimana Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman
memahami Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2) Bagaimana Contoh kasus penerapan pancasila secara Rasional
1.3 Tujuan
Berasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah :
1) Untuk mengetahui Sejarah lengkap pancasila tentang pemahaman
memahami Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2) Untuk mengetahui Contoh kasus penerapan pancasila secara
Rasional
1.2 Manfaat
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat  sebagai berikut :
1) Memberikan informasi tentang sejarah memahami Pancasila.
2) Mampu menerapkan atau mengimplementasikan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Sejarah Dalam Memahami Pancasila
Sesuai fakta sejarah, Pancasila tidak terlahir dengan seketika pada tahun
1945, tetapi membutuhkan proses penemuan yang lama, dengan dilandasi oleh
perjuangan bangsa dan berasal dari gagasan dan kepribadian bangsa Indonesia
sendiri. Proses konseptualisasi yang panjang ini ditandai dengan berdirinya
organisasi pergerakan kebangkitan nasional, partai politik, dan sumpah
pemuda. Dalam usaha merumuskan dasar negara(Pancasila), muncul usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia antara lain:
a) Muhammad Yamin, pada tanggal  29 Mei  1945  berpidato
mengemukakan usulannya tentang lima dasar sebagai berikut: Peri
Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat. Dia berpendapat bahwa ke-5 sila yang
diutarakan tersebut berasal dari sejarah, agama, peradaban, dan hidup
ketatanegaraan yang tumbuh dan berkembang sejak lama
di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato
Yamin tersebut.
b) Soekarno,  pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan
PancaSila sebagai dasar negara dalam pidato spontannya yang
selanjutnya dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Ir. Sukarno
merumuskan dasar negara: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme,-
atau peri-kemanusiaan, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial,
KeTuhanan yang maha esa Dari banyak usulan-usulan yang
mengemuka, Ir. Soekarno berhasil mensintesiskan dasar falsafah dari
banyak gagasan dan pendapat yang disebut Pancasila pada 1 Juni
1945. Rumusan dasar Negara ini kemudian didadar kembali oleh
panitia yang dibentuk BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dimasukkan ke Piagam
Jakarta. Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila secara
sah menjadi dasar Negara yang mengikat. Sebelum disahkan, terdapat
bagian yang di ubah” Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
Rumusan butir-butir Pancasila yang pernah digagas, baik yang
disampaikan dalam pidato Ir. Soekarno ataupun rumusan Panitia Sembilan
yang termuat dalam Piagam Jakarta adalah sejarah dalam proses penyusunan
dasar negara. Rumusan tersebut semuanya otentik sampai akhirnya disepakati
rumusan sebagaimana terdapat pada alinea keempat Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Berdasarkan sejarah, ada tiga rumusan dasar negara yang dinamakan
Pancasila, yaitu rumusan konsep Ir. Soekarno yang dibacakan pada pidato
tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, rumusan oleh Panitia Sembilan
dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, dan rumusan pada Pembukaan
Undang- Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus
1945.
Dengan demikian, rangkaian dokumen sejarah yang bermula dari 1 Juni 1945,
22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945 itu, dapat dimaknai sebagai
satu kesatuan dalam proses kelahiran falsafah negara Pancasila.
Arti Lambang Pancasila
Burung Garuda merupakan lambang negara Indonesia sejak negara ini
berdiri. Akan tetapi tidak semua orang tahu tentang arti dan makna garuda
pancasila sebagai lambang negara. Sebagai bangsa Indonesia paling tidak kita
tahu dan mengerti arti lambang negara kita sediri sebagai sikap penghargaan
terhadap perjuangan para pendiri bangsa dan kelak dapat menceritakan kepada
anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa.
 Burung Garuda Pancasila dalam cerita kuno tentang para dewa adalah
kendaraan Dewa Vishnu yang besar dan kuat.
 Warna Burung Garuda adalah kuning emas yang menggambarkan sifat
agung dan jaya.
 Garuda adalah seekor burung gagah dengan paruh, sayap, ekor, dan cakar
yang menggambarkan kekuatan dan tenaga pembangunan
 Jumlah bulu burung garuda pancasila memiliki melambangkan hari
kemerdekaan Indonesia , 17 Agustus 1945
 Bulu masing-masing sayah berjumlah 17 helai
 Bulu Ekor berjumlah 8 helai
 Bulu Leher berjumlah 45 helai
Di bagian dada burung garuda terdapat perisai yang dalam kebudayaan
serta peradaban bangsa Indonesia merupakan senjata untuk berjuang,
bertahan, dan berlindung untuk meraih tujuan. Perisai Garuda bergambar lima
simbol yang memiliki arti masing-masing :
 Bintang, sila ke-1 Pancasila, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa
 Rantai Baja, sila ke-2, melambangkan Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Pohon beringin, sila ke-3, melambangkan Persatuan Indonesia
 Kepala banteng, sila ke-4, melambangkan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan
 Padi dan kapas, sila ke-5, melambangkan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Garis hitam tebal di tengah perisai melambangkan garis katulistiwa yang
melukiskan lokasi Indonesia berada di garis katulistiwa, Warna dasar perisai
adalah merah putih seperti warna bendera Indonesia.

Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada
hakekatnya dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian
Pancasila sebagai pandangan hidup dan sebagai Dasar Negara. Secara
etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang
berarti “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos”
(pilia, cinta) & “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut
filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga bermakna “wisdom”
atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga bermakna cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan
upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi
konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli
pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan
bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan
bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai
kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof
dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof
mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil
filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat
sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang
paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi,
2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila. Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis
tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro
(Ganeswara, 2007:7) menyatakan bahwa hakekat dasar ontologis Pancasila
adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok
dari Pancasila. Selanjutnya hakekat manusia itu adalah semua kompleksitas
makhluk hidup baik sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial.
Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial adalah
manusia.
Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakekat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) terdapat tiga persoalan mendasar dalam
epistemologi yaitu :
 tentang sumber pengetahuan manusia;
 tentang teori kebenaran pengetahuan manusia ;dan
 tentang watak pengetahuan manusia.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa
Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta
dirumuskan secara bersama-sama oleh “The Founding Fathers” kita. Jadi
bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan
yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti
dari sila-silanya. Susunan sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki
satu kesatuan dasar aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila adalah suatu paham filsafat (philosophical way of thinking) oleh
karena itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan dapat diterima
oleh akal sehat. Dalam pengertian tersebut, Pancasila disebut juga sebagai way
of life, weltanschaung, pegangan hidup, petunjuk hidup, dan sebagainya.
Dalam hal ini Pancasila adalah sebagai petunjuk arah kegiatan di segala
bidang kehidupan, sehingga seluruh tingkah laku dan perbuatan manusia
Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari sila-sila Pancasila yang
merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain. Sebagai pandangan hidup yang merupakan penjelmaan falsafah
hidup bangsa, Pancasila dalam pelaksanaannya sehari-hari tidak boleh
bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma kesusilaan,
normanorma sopan santun, serta norma-norma hukum yang berlaku.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan
secara yuridis konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu
setiap orang tidak boleh atau tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran
manurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam pengertian ini sering disebut
pula sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau ideologi
negara (staatsidee).
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni
1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan
budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar
negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus
mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD.
Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-
peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai
seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara
sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut,
maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan
MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan
pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh
dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu
adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber huum formal, undang-
undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah
Indonesia Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di
atas fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat
itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri. Dasar
negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di
tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima
oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal
dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan
Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan
kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia,
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya.
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan
oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat,
lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia
sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain
(Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun
kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-
sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu
dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya bangsa
Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara
jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan
tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila
Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri
merupakan :
a) Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
b) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c) Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan
corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan
bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa
tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga
dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia.
d) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan
bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu
membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa
ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang
tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku
dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Apabila
Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya
dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan
kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya
tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala
dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi
yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai
Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu :
 Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawratan / perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah
yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh
wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978,
Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima
silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-
masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara
sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau
memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan
mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang
berarti ilmu. Kata “oida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengetahui,
melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur
tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau
gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir)
yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.Pada dasarnya ideologi
terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka. Ideologi
Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi Terbuka memiliki ciri
khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
sendiri. Ideologi terbuka diciptakan oleh Negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Ideologi terbuka
merupakan milik semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’ dan
‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi
bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi
pancasila besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.Keluwesan dan
fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi Pancasila
menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial, namun
sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar Pancasila dapat dirubah
/diganti dengan nilai dasar yang lain. Sebab jika nialai dasar tersebut dirubah
berarti meniadakan Pancasila bahkan membubarkan Negara RI. Yang
dimaksud dengan ideologi Pancasila yang bersifat terbuka adalah nilai-nilai
dasar dari Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan bangsa Indonesia dan
tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural
Pancasila memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
o Dimensi idealis. bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut
mengandung idealisme, bukan angan-angan yang memberi
hambatan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan
atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama mereka
sehari-hari dengan berbagai dimensinya
o Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki
keluwesan yang memungkinkan Merangsang pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,tanpa
menghilangkan hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai
dasar.
o Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu
mencerminkan realitas yang hidup & berkembang dalam
masyarakat. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
secara reel berakar dan hidup dalam masyarakat/bangsanya,
terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya
dan pengalaman sejarahnya.  Oleh karena itu, selain memiliki
dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga harus
mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata,
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan
Negara. 
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi
terbuka, maka sifat Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya
merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara
nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya
menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi
Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat
unviversal dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa
dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senantiasa mampu melakukan
perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.

2.2 Contoh Kasus Penerapan Pancasila


Pancasila yang harus dihayati dan diamalkan adalah Pancasila yang sila-
silanya tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila itu
adalah sebagai berikut. 
A. SILA KE- 1 : “Ketuhanan Yang Maha Esa ”
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang
ada dan semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada
sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-
Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu
menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan
tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa,
mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa,
pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang
maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu
kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji
atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
Contoh kasus : 
Positif
Jakarta, CNN Indonesia - Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, jadi dua
simbol agama, Islam dan Katolik di Indonesia. Kedua tempat tersebut
terletak saling berseberangan, Gereja Katedral di Jalan Katedral nomor 7B
dan Masjid Isiqlal di Jalam Taman Wijaya Kusuma, keduanya di pusat
Jakarta,memiliki sejarah toleransi beragama yang panjang. Salah satu
bentuk kecil dari toleransi beragama yang muncul dari kehadiran Katedral
dan Istiqlal adalah soal berbagi lahan parkir. Seperti diketahui, akhir pekan
ini umat Katolik, dan Kristen tentunya, sedang merayakan hari besar yang
mereka namakan Paskah.

Analisis : 
Menurut saya prilaku ini mencerminkan sikap seperti sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap individu pasti memiliki
kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Seperti yang ditunjukan
oleh contoh diatas, dimana Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral
merupakan dua tempat ibadah yang berebeda. Letak kedua tempat ibadah
ini saling berhadapan, meskipun demikian mereka memiliki sikap toleransi
dan peduli satu sama lain. Seperti saat hari raya Idul Fitri atau hari besar
lainnya, bila lahan parkir di daerah Masjid Istiqlal penuh mereka para
pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di Gereja Katedral, begitu
pula sebaliknya
Negatif
Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui situs
internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan
Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus
memantau perkembangannya. Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH
Iskandar Ghazali di Bekasi, Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah
ditangani bagian kejahatan teknologi informasi Polda Metro Jaya,
sementara dua orang yang dicurigai, F dan J telah telah ditangani aparat
Polres Metro Bekasi. Penistaan yang dilakukan oleh oknum tersebut
berupa pelecehan terhadap kitab suci Al Quran dan Nabi Muhammad
SAW, katanya.
B. SILA KE-2 : “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ”
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusi, yaitu makhluk yang
paling sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa yang membedakan manusia dengan yang lainya adalah manusia
dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena
itulah manusia menjadi makhluk yan paling sempurna dari semua makhluk
ciptaan-Nya.
Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas ukuran atau norma-norma yang obyektif dan tidak
subyektif sehingga tidak sewenang-wenang . Kata beradab berasal dari
kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab mengandung arti
berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu
dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma-norma social dan
kesusilaan atau norma yang ada di masyarakat.
 Contoh Kasus :
“Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (PILKADA)”
Untuk mendalami terkait kasus pemerkosaan yang diduga dilakukan Gatot
Brajamusti, Polda Metro Jaya akan memeriksa DNA mantan ketua umum
Parfi tersebut. "Nanti minggu depan penyidik mau ke NTB. Agendanya
untuk periksa DNA gatot. Kita terus lengkapi pemberkasan," kata Kabid
Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Awi Setiyono kepada wartawan,
Minggu (2/10).
Selain soal pemerkosaan, polisi juga masih menyelidiki seputar kasus
kepemilikan senjata api milik Gatot. Sejauh ini aparat kesulitan untuk
melacak asal usul senjata api tersebut. "Kita masih kesulitan asal senpinya,
tapi terkait proses penyidikan Gatot tentang kepemilikan senpi dan ratusan
amunisi, tentu tidak ada masalah," lanjutnya. rencananya polisi akan
memanggil dua orang yang terlibat dalam penggarapan film DPO untuk
memastikan asal usul pistol milik tersangka. Kasus yang terkait dalam sila
ke 2.
Positif
dalam kasus ini pihak keamanan Negara menegakkan keadlan agi para
korban, untuk mengusut tuntas kasus ini ,dan memberikan hukuman bagi
pelaku jika terbukti bersalah.
Negatif 
dalam kasus ini terlah melanggar sila ke 2 , kemanusiaan yang adil dan
BERADAP ,di ambil dari kata Beradap pelaku dari kasus ini tidak
mempunyai adap yang bagus.  Merusak masa depan korbanya dengan cara
memperkosa korbannya ini tidak sangat patut untuk di tiru, karena bisa
merusak generasi   masadepan bangsa Indonesia.
usaha keamanan Negara “polisi” sangat bagus karena pihak kepolisian
menegakkan ke adilan bagikorban , dengan mengusut tuntas kasus ini dan
untuk memberikan sangsi kepada pelaku kejahatn yang tidak memiliki
adap ,karena dia merusak masdepan korbannya.
C. SILA KE-3 : “ Persatuan Indonesia ”
Persatuan Indonesia merupakan sila ke-3 dalam Pancasila. Sudah kita
ketahui pula bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural
dimana terdapat banyak sekali kebudayaan, suku, dan ras di dalamnya.
Semua perbedaan tersebut hanya bisa bergabung mengunakan Persatuan. 
Makna “ Persatuan Indonesia “dibentuk dalam proses sejarah yang cukup
panjang sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan
nasib, satu kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas
kerokhanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah,
dan susunan negara.
Contoh Kasus :  
“Bahasa Indonesia Sebagai alat Pemersatu Bangsa”
Fungsi dari bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
pemersatu suku-suku bangsa di Republik Indonesia yang beraneka
ragam. Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung nilai adat dan
bahasa daerahnya masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya
dalam sebuah bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan
memandang akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia menerima
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Selain itu, fungsi dari
bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa ibu yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi bagi yang yang tidak bisa bahasa daerah.
Seiring perkembangan zaman, sebagian besar warga negara Indonesia
melakukan transmigrasi atau pindah dari daerah dia berasal ke daerah
lain di Indonesia, sehingga di sinilah peran dan fungsi bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi antar suku bangsa yang berbeda,
agar mereka tetap dapat saling berinteraksi. Kedudukan bahasa
Indonesia di negara Republik Indonesia itu selain sebagai bahasa
persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional dan sebagai
budaya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri
adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang ada
di Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik
Indonesia itu selain sebagai bahasa persatuan juga sebagai bahasa
negara atau bahasa Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, maksudnya sudah jelas karena
fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku
bangsa yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa
Indonesia itu adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa
bagi seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai
budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu merupakan bagian dari
budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau pembeda dari bangsa
yang lain.
D. SILA KE-4 : “ Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”.  
Artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-
haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak
boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum
diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu
diadakan musyawarah.

Contoh Kasus :
 Positif
         “Pemilihan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah (Pilkada)”
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala
daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama
kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum,
pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat
Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan
berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.Pada
tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan
umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-
undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Wali Kota. 
Negatif
 “Skandal Proyek Hambalang”
Dimana dalam proyek Hambalang senilai Rp 1,2 trilun  telah masuk ke
saku Deddy dan pejabat lain yang mengutak-ngatik dana negara itu.
Berikut isi surat “kecurangan” antara Kemenpora dengan PT. Adhi Karya :
“Kepada YthCalon Penyedia Jasa Pemborongdi Tempat Diberitahukan
dengan hormat bahwa kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan Pusat
Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat pada Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun
anggaran 2010 adalah sebesar Rp 262.784.897.000 (Dua ratus enam puluh
dua milyar tujuh ratus delapan puluh juta depalan ratus sembilan puluh
tujuh ribu rupiah). Sampai dengan saat ini, anggaran masih dalam proses
pengajuan pelaksanaan kontrak tahun jamak (multiyears) dengan total nilai
kegiatan direncanakan sebesar Rp1.200.000.000.000 (Satu triliun dua ratus
milyar rupiah)” Bilamana pengajuan tersebut tidak mendapatkan
persetujuan maka anggaran kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan
Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di
Hambalang, Bogor, Jawa Barat kembali ke anggaran semula dan pihak
penyedia barang/jasa pemborongan tidak akan menuntut ganti rugi kepada
pengguna barang/jasa dalam bentuk apapun. Kebusukkan ini terus menuai
komentar dari pelaku itu sendiri, mereka saling manyangkal, melempar
masalah ini ke pejabat lain, dan seterusnya. Sementara itu, Indonesia tidak
hanya terdiri atas Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya dimana
kemiskinan masih bisa ditemukkan. Mari kita lihat wilayah lain seperti
Sumatra. Sulawesi, Maluku, dan kepulauan lain dimana kemiskinan sangat
mudah ditemukan. Bahkan di daerah sangat pelosok pun tidak memiliki
sarana transportasi yang semestinya.
E. SILA KE-5 : “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ”
Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada
semua orang. Contoh sikap yang mencerminkan sikap tersebut seperti
berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan, menghargai hasil karya
orang lain, tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita, menjunjung
tinggi nilai kekeluargaan, menghormati hak dan kewajiban orang lain. .
Contoh Kasus :
Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Palu, Sulawesi
Tengah, AAL, diajukan ke meja hijau karena dituduh mencuri sandal
polisi Briptu Ahmad Rusdi Harahap. Saat ini proses hukum sedang
berjalan pengadilan dan jaksa mengancam hukuman 5 tahun penjara.
Kisah ini bermula pada November 2010 ketika AAL bersama
temannya lewat di Jalan Zebra di depan kost Briptu Ahmad Rusdi.
Melihat ada sandal jepit, ia kemudian mengambilnya. Suatu waktu
pada Mei 2011, Polisi itu kemudian memanggil AAL dan temannya.
Menurut Briptu Ahmad, kawan-kawannya juga kehilangan sandal.
AAL dan temannya pun diinterogasi sampai kemudian AAL
mengembalikan sandal itu. AAL sempat dianiaya saat diintrogerasi.
Atas penganiayaan ini, Polda Sulteng telah menghukum polisi
penyaniaya AAL, Rabu (28/12). Briptu Ahmad Rusdi dikenai sanksi
tahanan 7 hari dan Briptu Simson J Sipayang dihukum 21 hari. Dari
beberapa peristiwa tersebut masih menunjukan bahwa masih
minimnya kesadaran akan keadilan sosial pada diri masing masing
rakyat Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara
meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan
negara harus dikembalikan pada tercapai nya harkat dan martabat manusia
sebagai pendukung pokok negara. Dasar - dasar kemanusiaan yang beradab
merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan negara.
Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dan akhirnya agar benar-benar negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya
sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas
kekuasaan.
3.3 Saran
Uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi
dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.
4.3
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga,
http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-pengertian-
pancasila/
http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam- kehidupan-berbangsa/
http://jeffany-jefanny.blogspot.com/2012/04/pancasila-implementasinya.html 
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm

Anda mungkin juga menyukai