Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI”. Makalah ini berisikan tentang pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
SUMINAH, S.Pd.
NIP, 19660302 200501 2 001
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Judul :
telah dipublikasikan dan digandakan di perpustakaan MTs Negeri 5 Cil;acap dan oleh
karenanya sudah layak sebagai salah satu syarat memperoleh kenaikan pangkat pada
Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Republik Indonesia.
HALAMAN JUDUL............................................................................................
PERSETUJUAN ...............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
3.2 Kesimpulan...................................................................................................
3.3 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat Pancasila
Sebagai suatu paham filosofis, pemahaman terhadap Pancasila pada
hakekatnya dapat dikembalikan kepada dua pengertian pokok, yaitu pengertian
Pancasila sebagai pandangan hidup dan sebagai Dasar Negara. Secara
etimologis kata ”filsafat“ berasal dari bahasa Yunani “philosophia” yang
berarti “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berasal dari kata“philos”
(pilia, cinta) & “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut
filsafat berarti juga cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga bermakna “wisdom”
atau kebijaksanaan sehingga filsafat dapat juga bermakna cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan
upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi
konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli
pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos. Pengetahuan
bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan
bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai
kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof
dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof
mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil
filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat
sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang
paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi,
2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila. Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis
tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.
Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro
(Ganeswara, 2007:7) menyatakan bahwa hakekat dasar ontologis Pancasila
adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok
dari Pancasila. Selanjutnya hakekat manusia itu adalah semua kompleksitas
makhluk hidup baik sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial.
Secara lebih lanjut hal ini bisa dijelaskan, bahwa yang berkeTuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial adalah
manusia.
Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakekat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.
Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) terdapat tiga persoalan mendasar dalam
epistemologi yaitu :
tentang sumber pengetahuan manusia;
tentang teori kebenaran pengetahuan manusia ;dan
tentang watak pengetahuan manusia.
Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana diketahui bahwa
Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sendiri serta
dirumuskan secara bersama-sama oleh “The Founding Fathers” kita. Jadi
bangsa Indonesia merupakan Kausa Materialis-nya Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki susunan
yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti
dari sila-silanya. Susunan sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis piramidal.
Selanjutnya, sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki
satu kesatuan dasar aksiologinya yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Analisis :
Menurut saya prilaku ini mencerminkan sikap seperti sila pertama yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana setiap individu pasti memiliki
kepercayaan dan keyakinannya masing-masing. Seperti yang ditunjukan
oleh contoh diatas, dimana Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral
merupakan dua tempat ibadah yang berebeda. Letak kedua tempat ibadah
ini saling berhadapan, meskipun demikian mereka memiliki sikap toleransi
dan peduli satu sama lain. Seperti saat hari raya Idul Fitri atau hari besar
lainnya, bila lahan parkir di daerah Masjid Istiqlal penuh mereka para
pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di Gereja Katedral, begitu
pula sebaliknya
Negatif
Bekasi (ANTARA) – Kasus penistaan agama Islam melalui situs
internet Bellarminus-Bekasi.blogspot.com yang diduga milik Yayasan
Pendidikan Bellarminus diproses aparat dan MUI Kota Bekasi terus
memantau perkembangannya. Sekretaris Umum MUI Kota Bekasi KH
Iskandar Ghazali di Bekasi, Selasa, mengatakan, kasus tersebut telah
ditangani bagian kejahatan teknologi informasi Polda Metro Jaya,
sementara dua orang yang dicurigai, F dan J telah telah ditangani aparat
Polres Metro Bekasi. Penistaan yang dilakukan oleh oknum tersebut
berupa pelecehan terhadap kitab suci Al Quran dan Nabi Muhammad
SAW, katanya.
B. SILA KE-2 : “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ”
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusi, yaitu makhluk yang
paling sempurna dari makhluk-makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa yang membedakan manusia dengan yang lainya adalah manusia
dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena
itulah manusia menjadi makhluk yan paling sempurna dari semua makhluk
ciptaan-Nya.
Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas ukuran atau norma-norma yang obyektif dan tidak
subyektif sehingga tidak sewenang-wenang . Kata beradab berasal dari
kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab mengandung arti
berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu
dilandasi oleh nilai-nilai budaya, terutama norma-norma social dan
kesusilaan atau norma yang ada di masyarakat.
Contoh Kasus :
“Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (PILKADA)”
Untuk mendalami terkait kasus pemerkosaan yang diduga dilakukan Gatot
Brajamusti, Polda Metro Jaya akan memeriksa DNA mantan ketua umum
Parfi tersebut. "Nanti minggu depan penyidik mau ke NTB. Agendanya
untuk periksa DNA gatot. Kita terus lengkapi pemberkasan," kata Kabid
Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Awi Setiyono kepada wartawan,
Minggu (2/10).
Selain soal pemerkosaan, polisi juga masih menyelidiki seputar kasus
kepemilikan senjata api milik Gatot. Sejauh ini aparat kesulitan untuk
melacak asal usul senjata api tersebut. "Kita masih kesulitan asal senpinya,
tapi terkait proses penyidikan Gatot tentang kepemilikan senpi dan ratusan
amunisi, tentu tidak ada masalah," lanjutnya. rencananya polisi akan
memanggil dua orang yang terlibat dalam penggarapan film DPO untuk
memastikan asal usul pistol milik tersangka. Kasus yang terkait dalam sila
ke 2.
Positif
dalam kasus ini pihak keamanan Negara menegakkan keadlan agi para
korban, untuk mengusut tuntas kasus ini ,dan memberikan hukuman bagi
pelaku jika terbukti bersalah.
Negatif
dalam kasus ini terlah melanggar sila ke 2 , kemanusiaan yang adil dan
BERADAP ,di ambil dari kata Beradap pelaku dari kasus ini tidak
mempunyai adap yang bagus. Merusak masa depan korbanya dengan cara
memperkosa korbannya ini tidak sangat patut untuk di tiru, karena bisa
merusak generasi masadepan bangsa Indonesia.
usaha keamanan Negara “polisi” sangat bagus karena pihak kepolisian
menegakkan ke adilan bagikorban , dengan mengusut tuntas kasus ini dan
untuk memberikan sangsi kepada pelaku kejahatn yang tidak memiliki
adap ,karena dia merusak masdepan korbannya.
C. SILA KE-3 : “ Persatuan Indonesia ”
Persatuan Indonesia merupakan sila ke-3 dalam Pancasila. Sudah kita
ketahui pula bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural
dimana terdapat banyak sekali kebudayaan, suku, dan ras di dalamnya.
Semua perbedaan tersebut hanya bisa bergabung mengunakan Persatuan.
Makna “ Persatuan Indonesia “dibentuk dalam proses sejarah yang cukup
panjang sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki suatu persamaan
nasib, satu kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas
kerokhanian Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah,
dan susunan negara.
Contoh Kasus :
“Bahasa Indonesia Sebagai alat Pemersatu Bangsa”
Fungsi dari bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia adalah sebagai
pemersatu suku-suku bangsa di Republik Indonesia yang beraneka
ragam. Setiap suku bangsa yang begitu menjunjung nilai adat dan
bahasa daerahnya masing-masing disatukan dan disamakan derajatnya
dalam sebuah bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan
memandang akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, maka setiap suku bangsa di Indonesia bersedia menerima
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Selain itu, fungsi dari
bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa ibu yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi bagi yang yang tidak bisa bahasa daerah.
Seiring perkembangan zaman, sebagian besar warga negara Indonesia
melakukan transmigrasi atau pindah dari daerah dia berasal ke daerah
lain di Indonesia, sehingga di sinilah peran dan fungsi bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi antar suku bangsa yang berbeda,
agar mereka tetap dapat saling berinteraksi. Kedudukan bahasa
Indonesia di negara Republik Indonesia itu selain sebagai bahasa
persatuan juga sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional dan sebagai
budaya. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
maksudnya sudah jelas karena fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri
adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam yang ada
di Indonesia. Kedudukan bahasa Indonesia di negara Republik
Indonesia itu selain sebagai bahasa persatuan juga sebagai bahasa
negara atau bahasa Nasional dan sebagai budaya. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, maksudnya sudah jelas karena
fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku
bangsa yang beraneka ragam yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara atau bahasa Nasional, maksudnya bahasa
Indonesia itu adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa
bagi seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai
budaya maksudnya, bahasa Indonesia itu merupakan bagian dari
budaya Indonesia dan merupakan ciri khas atau pembeda dari bangsa
yang lain.
D. SILA KE-4 : “ Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”.
Artinya masyarakat Indonesia sebagai warga negara mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-
haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak
boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum
diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu
diadakan musyawarah.
Contoh Kasus :
Positif
“Pemilihan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah (Pilkada)”
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala
daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama
kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum,
pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama
Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat
Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan
berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.Pada
tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan
umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-
undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Wali Kota.
Negatif
“Skandal Proyek Hambalang”
Dimana dalam proyek Hambalang senilai Rp 1,2 trilun telah masuk ke
saku Deddy dan pejabat lain yang mengutak-ngatik dana negara itu.
Berikut isi surat “kecurangan” antara Kemenpora dengan PT. Adhi Karya :
“Kepada YthCalon Penyedia Jasa Pemborongdi Tempat Diberitahukan
dengan hormat bahwa kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan Pusat
Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat pada Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun
anggaran 2010 adalah sebesar Rp 262.784.897.000 (Dua ratus enam puluh
dua milyar tujuh ratus delapan puluh juta depalan ratus sembilan puluh
tujuh ribu rupiah). Sampai dengan saat ini, anggaran masih dalam proses
pengajuan pelaksanaan kontrak tahun jamak (multiyears) dengan total nilai
kegiatan direncanakan sebesar Rp1.200.000.000.000 (Satu triliun dua ratus
milyar rupiah)” Bilamana pengajuan tersebut tidak mendapatkan
persetujuan maka anggaran kegiatan Pelaksaan Pembangunan Lanjutan
Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di
Hambalang, Bogor, Jawa Barat kembali ke anggaran semula dan pihak
penyedia barang/jasa pemborongan tidak akan menuntut ganti rugi kepada
pengguna barang/jasa dalam bentuk apapun. Kebusukkan ini terus menuai
komentar dari pelaku itu sendiri, mereka saling manyangkal, melempar
masalah ini ke pejabat lain, dan seterusnya. Sementara itu, Indonesia tidak
hanya terdiri atas Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya dimana
kemiskinan masih bisa ditemukkan. Mari kita lihat wilayah lain seperti
Sumatra. Sulawesi, Maluku, dan kepulauan lain dimana kemiskinan sangat
mudah ditemukan. Bahkan di daerah sangat pelosok pun tidak memiliki
sarana transportasi yang semestinya.
E. SILA KE-5 : “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia ”
Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil pada
semua orang. Contoh sikap yang mencerminkan sikap tersebut seperti
berusaha menolong orang lain sesuai kemampuan, menghargai hasil karya
orang lain, tidak mengintimidasi orang dengan hak milik kita, menjunjung
tinggi nilai kekeluargaan, menghormati hak dan kewajiban orang lain. .
Contoh Kasus :
Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Palu, Sulawesi
Tengah, AAL, diajukan ke meja hijau karena dituduh mencuri sandal
polisi Briptu Ahmad Rusdi Harahap. Saat ini proses hukum sedang
berjalan pengadilan dan jaksa mengancam hukuman 5 tahun penjara.
Kisah ini bermula pada November 2010 ketika AAL bersama
temannya lewat di Jalan Zebra di depan kost Briptu Ahmad Rusdi.
Melihat ada sandal jepit, ia kemudian mengambilnya. Suatu waktu
pada Mei 2011, Polisi itu kemudian memanggil AAL dan temannya.
Menurut Briptu Ahmad, kawan-kawannya juga kehilangan sandal.
AAL dan temannya pun diinterogasi sampai kemudian AAL
mengembalikan sandal itu. AAL sempat dianiaya saat diintrogerasi.
Atas penganiayaan ini, Polda Sulteng telah menghukum polisi
penyaniaya AAL, Rabu (28/12). Briptu Ahmad Rusdi dikenai sanksi
tahanan 7 hari dan Briptu Simson J Sipayang dihukum 21 hari. Dari
beberapa peristiwa tersebut masih menunjukan bahwa masih
minimnya kesadaran akan keadilan sosial pada diri masing masing
rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara
meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan
negara harus dikembalikan pada tercapai nya harkat dan martabat manusia
sebagai pendukung pokok negara. Dasar - dasar kemanusiaan yang beradab
merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan negara.
Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dan akhirnya agar benar-benar negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya
sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas
kekuasaan.
3.3 Saran
Uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi
dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan
penuh rasa tanggung jawab.
4.3
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga,
http://ridwanaz.com/akademik/kewarganegaraan/mengetahui-arti-atau-pengertian-
pancasila/
http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam- kehidupan-berbangsa/
http://jeffany-jefanny.blogspot.com/2012/04/pancasila-implementasinya.html
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm