Anda di halaman 1dari 2

BAB 5

GEGAR BUDAYA

Gegar budaya atau culture shock adalah istilah yang ditemukan oleh seorang antropologis
bernama Kalvero Oberg pada tahun 1960. Oberg menjelaskan bahwa gegar budaya adalah
kegelisahan yang timbul karena hilangnya semua tanda dan simbol yang biasa dihadapi dalam
hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, bagaimana memberikan petunjuk,
bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana untuk tidak memberi respon. Eagan & Wiener
(2011) juga menyatakan bahwa gegar budaya adalah suatu keadaan disorientasi yang dapat
menimpa siapa saja yang berada dalam lingkungan yang tidak diketahui dan jauh dari zona
nyaman seseorang. Gegar budaya tidak hanya terjadi pada orang yang datang ke lingkungan baru
saja, namun juga dapat terjadi kepada seseorang yang dihampiri oleh orang atau sekelompok
orang yang datang dari luar budayanya.

Dalam bab gegar budaya terdapat beberapa sub bab, di antaranya adalah reaksi terhadap
gegar budaya, tahap-tahap atau fase proses adaptasi budaya, dan strategi adaptasi. Samovar &
Porter (2014) menyebutkan beberapa reaksi yang dapat timbul pada individu yang mengalami
gegar budaya, di antaranya perlawanan terhadap lingkungan baru, perasaan disorientasi, perasaan
tertolak, sakit perut dan pusing, rindu kampung halaman, kehilangan status, menarik diri dari
publik, dan menganggap anggota budaya yang lain tidak sensitif.

Tahapan proses adaptasi budaya atau gegar budaya yang dialami individu dapat dibagi
menjadi empat tahap. Tahapan tersebut diilustrasikan oleh seorang sosiolog Norwegia bernama
Lysgaard menjadi Kurva-U. Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Exhilaration stage (fase kegembiraan)
Fase ini terjadi ketika individu datang ke tempat dan budaya baru. Pada fase pertama ini
individu merasakan antusias, penuh harap, dan memiliki keingintahuan yang besar.
2. Disenchantment stage (fase kekecewaan)
Fase ini adalah fase dimulainya gegar budaya. Pada fase ini individu mengalami kesulitan
dalam beradaptasi dan komunikasi di lingkungan baru.
3. Adjustment stage (fase penyesuaian)
Pada fase ini individu memiliki keinginan untuk memperluas wawasan budaya secara
bertahap dan menyesuaikan dengan budaya baru.
4. Effective functioning stage (fase berfungsi dengan efektif)
Pada fase ini individu memahami elemen kunci dalam budaya baru, seperti adat istiadat
khusus dan pola komunikasi. Fase ini terjadi ketika individu merasa aman dan nyaman
dengan lingkungan budaya baru.
Setelah memahami reaksi gegar budaya dan fase adaptasinya, setiap individu perlu
memahami lebih lanjut strategi-strategi untuk mempercepat proses adaptasi pasca gegar budaya.
Turistiati (2016) menyatakan bahwa strategi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Empati
Menurut TingToomey, melalui empati individu dapat memposisikan dirinya sendiri ketika
berada dalam budaya berbeda.
2. Mengembangkan fleksibilitas komunikasi
Ketika individu sedang mengumpulkan informasi dan beradaptasi, alangkah baiknya
individu haru fleksibel dalam menyikapi berbagai perbedaan.
3. Membuat hubungan pribadi dengan tuan rumah
4. Mempelajari budaya tuan rumah
5. Berpartisipasi dalam kegiatan budaya

Masyarakat Indonesia tentunya akan sering sekali mengalami gegar budaya ketika berada
di Jerman. Hal itu terjadi karena latar belakang budaya, kebiasaan, dan fenomena alam yang
berbeda. Contoh gegar budaya yang berkaitan dengan fenomena alam adalah suhu yang dingin
saat musim dingin di Jerman. Di Jerman suhu saat musim dingin dapat mencapai -1°C hingga
-6°C. Di tengah dinginnya suhu musim dingin, masyarakat Jerman tetap dapat melakukan
aktivitas sehari-hari hampir tanpa kesulitan. Hal itu tentunya akan sulit diikuti oleh masyarakat
Indonesia yang terbiasa dengan suhu hangat. Contoh gegar budaya selanjutnya yang sulit
diterima oleh masyarakat Asia khususnya Indonesia adalah budaya berjemur dengan keadaan
telanjang baik di taman maupun di pantai. Menurut Detiktravel, hal itu ternyata berawal dari
sebuah gerakan yang bernama Freikörperkultur (FKK) atau Free Body Culture. Mereka
menegaskan dengan gerakan tersebut mereka dapat menyatu dengan alam, hidup sehat dengan
matahari dan demi kebebasan.

Anda mungkin juga menyukai