yang relevan dengan rencana penelitian disertasi ini. Sesuai dengan topik
penelitian ini, maka penelitian terdahulu yang dikemukakan di sini adalah yang
berkaitan dengan pengukuran kualias jasa, kepuasan dan loyalitas pelanggan dan
peenelitian dengan dua tahap. Tahap pertama terdiri dari 1). dengan menyingkat
kualitas yang berbeda pada beberapa kategori, 2). mengevaluasi dimensi skala dan
sifat dan melibatkan evaluasi kembali dengan menyingkat dimensi dan keandalan
80
instrument yang digunakan hanya 22 yang valid. 22 item instrument untuk
dengan ekspektasi, yaitu nilai yang diterima pelanggan dikurangi dengan nilai
expectation.
Perceived
Service
Reliability
Perceived
Responsiveness
Service
Empathy Quality
Assurance
Tangibles Perceived
Service
perusahaan penyedia jasa yaitu bank, kartu kredit, pemeliharaan dan perbaikan
bidang-bidang lain selain institusi jasa yang mereka teliti. Jenis-jenis perusahaan
penyedia jasa lain, seperti perdagangan eceran (retail), juga dapat menggunakan
instrumen SERVQUAL sebagai alat untuk mengukur dan melacak kualitas jasa.
minus espectation.
81
Kelemahan : Cara pengukuran yang digunakan membuat para pelanggan
sulit untuk menentukan nilai kualitas jasa yang diharapkan, karena ada
sebagai evaluasi secara keseluruhan dari suatu produk, dari berbagai cara sama
berbagai bidang jasa, di luar bank, kartu kredit, pemeliharaan dan perbaikan, serta
Persamaan: Penelitian ini terletak pada tema pokoknya, yaitu menentukan faktor
82
Sementara itu Parasuraman, et al (1988) masih menggunakan konsep
perusahaan dari bidang jasa perbankan, pengendalian hama, binatu dan makanan
cepat saji. Instumen yang digunakan adalah instrumen dalam SERVQUAL, tetapi
dibuat dari instrumen tersebut. Dengan menggunakan alat analisis yang lebih
Cronin dan Taylor (1992) memandang bahwa kinerja dari 22 item pada
SQ = (Performance - Expectation)
SQ = Importance*(Performance - Expectation)
SQ = (Performance)
SQ = Importance*(Performance)
SQ= (Performance), memiliki indeks kesesuaian model yang terbaik dan mampu
83
bahwa instrumen terbaik yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas jasa
jasa dari penyedia jasa maka instrumen yang mereka usulkan dinamakan sebagai
1. Jumlah item menjadi lebih sedikit, hanya 22 item saja, yaitu item pada
Servive
quality
Perceived
service
quality
84
Gambar. 2. 7. Model SERVPERF (Cronin dan Taylor, 1992)
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian Cronin dan Taylor (1992) adalah
antara kualitas jasa dan kepuasan pelanggan serta koefisien path yang
dan lebih besar dari koefisien path yang menghubungkan kualitas jasa dengan
demikian mereka menyimpulkan bahwa kualitas jasa merupakan cikal bakal bagi
Perbedaan : Meliputi jenis dan jumlah dimensi yang mendasari kualitas jasa,
variabel dependen.
85
3. Dabholkar, Thorpe dan Rentz (1996) : "A Measure of Service Quality
for Retail Store : Scale Development and Validation" dalam Journal of the
jenis produk yang ditawarkan dapat berupa jasa dan barang sekaligus, dengan
tingkat variasi komposisi yang beragam. Dengan demikian memerlukan alat ukur
yang mendukung tiga (3) dimensi dari enam dimensi utama. Keenam subdimensi
86
Physical Problem Relia Personal
bility
Policy Interactionti
Aspect Solving ons
eceran.
Quality Scale ini adalah adanya perubahan konsisi atau aspek-aspek yang
menyebabkan satu atau beberapa dimensi dari kualitas jasa perdaganan eceran ini
Persamaan : Penelitian ini adalah dalam hal paradigma pengukuran kualitas jasa
87
Perbedaan : Meliputi dimensi yang mendasari kualitas jasa, variabel penelitian
yang terjadi menyangkut konseptualisasi kualitas jasa sebagai sesuatu yang tidak
konseptualisasi kualitas jasa dan mengamati adanya tiga tema pokok yang
komponen expectation dari SERVQUAL seperti yang dilakukan oleh Cronin dan
conjoint analysis oleh Carman (2000, dalam Brady dan Cronin (2001).
yang dikemukakan oleh Rust dan Oliver (1994), yaitu model dengan tiga
88
komponen: Service Product, Service Delivery, dan Service Environment.
Kompnen Service Product dan Service Delivery dari model ini identik dengan
Functional Quality.
kualitas jasa. Adanya berbagai penelitian yang melaporkan adanya struktur yang
Mereka mengajukan suatu konsep pengukuran kualitas jasa dengan lima dimensi
jasa untuk perdagangan ritel yang mereka usulkan terdiri dari (1) persepsi
pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan, (2) lima dimensi utama yang
menyusun kualitas jasa ritel, dan (3) enam subdimensi yang menyusun tiga
dimensi utama. Konsep lima dimensi dan enam subdimensi diusulkan oleh
Dabholkar, et al (1996).
konsep-konsep pengukuran kualitas jasa yang sudah ada. Brady dan Cronin
kualitas jasa dan sembilan subdimensi dari ketiga dimensi pokok tersebut, sebagai
berikut:
Behavior, dan Expertise variabel ini didasarkan pada pendapatn Bitner, Booms
89
dan Tetreault (1990) Gronroos (1990) Bitner (1990). Dimensi Physical
Factors subdimensi ini didasarkan pada Baker (1986), Baker, Grewal dan
Gamet dan Cova (1999), Grove dan Fisk (1997). Sedangkan dimensi Outcome
Quality terdiri dari subdimensi Waiting Time, Tangibles dan Valence didasarkan
pada Carman (2000), Gronroos (1982, 1984, 1990), Rust dan Oliver (1994).
Gronroos (1984), Hui dan Tse (1996), Katz, Larson dan Larson (1991), Taylor
(1994), dan Hui dan Tse (1996). Lima puluh dua (52) item pengukuran yang
masing subdimensi. Sampel yang digunakan dari empat industri jasa: makanan
SERVICE
QUALIT
Y
Interaction Physical
Quality Env.
Quality
Berdasarkan penelitian dari Brady dan Cronin (2001) diperoleh hal penting yaitu
konseptualisasi kualitas jasa yang tunggal dan menyeluruh dalam kerangka kerja
90
multidimensi. Secara kolektif nampak bahwa hasil-hasil penelitian ini
persepsi kualitas layanan dengan dasar evaluasi mereka terhadap tiga dimensi
primer: kualitas lingkungan, hasil, interaksi. Untuk hasil dan interaksi diadaptasi
terhadap hasil dan terhadap interaksi dengan karyawan pelayanan. Dimensi primer
Oleh karena itu, kami menawarkan bukti empiris untuk konseptualisasi tiga-
mendasarkan evaluasi dimensi primer kepada penilaian tiga sub-faktor yang saling
penyediaan kualitas layanan yang baik, seperti disarankan oleh aliran Amerika
bagaimana tiap-tap subdimensi dievaluasi (reliabel atau tidak, responsif atau tidak,
91
dan seterusnya), sementara itu sub-sub dimensi menjawab persoalan bahwa
komprehensif dan multidimensional dengan dasar teoritis yang kuat. Yang kedua,
berbagai macam hasil oranisaional kunci, termasuk market share yng tinggi
(Buxxell dan Gale, 1987), profitabilitas yang relatif membaik (Kearn dan Nadler
1996), realisasi premi harga yang kompetitif (Zeithaml, Berry dan Parasuraman
1996), serta profitabilitas pembelian yang semakin baik (Zeithaml, Berry, dan
Parasuraman 1996).
dalam penelitian ini lebih diperluas dibandingkan dengan variabel yang digunakan
92
pelanggan, nilai pelanggan dan loyalitas pelanggan sebagai variabel dependen.
Selain itu perbedaan penting adalah dalam hal subdimensi yang menyusun
dimensi kualtis jasa. pada penelitian ini, sebagian besar subdimensi yang
digunakan diadopsi dari Brady dan Cronin (2001) tetapi beberapa subdimensi
5. Brady, Cronin, Thomas (2000) : "Assesing the effects of quality, value, and
customer satisfaction on consumer behavioral intentions in service environment :
dalam, Journal of retailing, Vol. 76: 193 – 218.
Hart (1990), Zeithal (1988), Doddds, Monroe, and Grewal (1991) dengan
menggunakan skala likert sembilan point. Variabel ini terdiri dari tiga item
Brown, Churchill, and peter (1993) Carman (1990), Cronin and Taylor (1992),
penelitian Zeithaml’s (1988), variabel ini terdiri dari dua pertanyaan tentang
kepuasan pelanggan mengacu pada Olliver (1997) variabel ini terdiri dari dua
dimensi. Pertama SAT1 (berdasarkan emosi) yang terdiri dari lima subdimensi
(interest, enjoyment, surprise, anger dan shame) dan SAT2 (berdasarkan evaluasi)
yang terdiri dari tiga pertanyaan. Sedangkan loyalitas pelanggan didasarkan pada
93
Zeithal, Berry, and Parasuraman (1996), terdiri dari tiga pertanyaan. Penelitian
ini menguji secara simultan terhadap loyalitas pelanggan. Berikut ini model
Sacrifice
Service
value
Service Behavioral
quality Ittention
Satisfacti
on
Dari penelitian ini dapat diketahui ada pengaruh secara langsung dari
terhadap loyalitas pelanggan. Sedangkan kualitas jasa (service quality) dan nilai
pelanggan.
94
Perbedaan : Masing-masing subdimensi dan pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian Brady, Cronin, Thomas (2000) berbeda dengan penelitian ini. Dalam
lingkungan fisik dan kualitas hasil akhir yang digunakan untuk mengidentifikasi
6. Albert Caruana, 2002, Service loyalty: The effects of service quality and the
mediating role of customer satisfaction dalam European Journal of Marketing,
(hal : 36)
loyalitas jasa dan hubungannya dengan kualitas jasa dan kepuasan pelanggan.
penelitian dari Gronross (1084, 1990) dan Parasuraman et al. (1985,1988, 1994).
Kedua penelitian ini menyatakan bahwa kualitas jasa yang dirasakan merupakan
hasil dari perbandingan konsumen yang memiliki harapan kualitas dan hasil
Mediator
Kepuasan
Pelanggan
Kualitas Loyalitas
Jasa jasa
tahap. 1). hubungan antara kualitas jasa (variable independent) terhadap kepuasan
menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup signifikan dari ketiga model
tersebut.
Lebih jauh penelitian ini juga membahas uji beda dengan menggunakan
ANOVA . Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada perbedaan yang cukup
signifikan dari loyalitas jasa, kualitas jasa, dan kepuasan pelanggan berdasarkan
tingkat pendiDikan dan usia dari responden. Dari hasil perhitungan diperoleh
moderating antara kualitas jasa dengan loyalitas jasa. Oleh karena itu dalam
diperoleh informasi bahwa loyalitas jasa sangat dipengaruhi oleh kelas social.
96
Dengan mengetahui perbedaan kelas social mampu membedakan preferensi
loyalitas jasa dan implikasinya pada pemasaran. Tipe analisis ini dapat
secara parsial hubungan antara 1). hubungan antara kualitas jasa (variable
penelitian Albert Caruana, 2002 untuk melihat segmen pasar juga didasarkan
pada jenjang pendidikan serta usia dari responden sementara dalam penelitian ini
pelanggan terhadap kualitas jasa, nilai dan loyalitas pelanggan. Variabel kualitas
97
Parasuraman, Zeithaml, Berry (1994) dari 22 menjadi 21. Williamns mengurangi
pada Zeithal (1988), Broderick et. Al (1997), Rrust and oliver (1994). Variabel
Lokasi penelitian ini adalah pelanggan hotel. Hotel yang dijadikan obyek
penelitian ini terdiri dari dua tempat yang masing-masing memiliki kualitas
pelayanan dan lokasi yang berada di tengah ibu kota. Masing-masing hotel
memiliki kamar tidur sejumlah 103 dan 141 dan masing-masing memiliki
karyawan kurang lebih 65. Dalam penelitian ini diidentifikasi pada enam
housekeeping.
98
Berikut model penelitian dari Wiliams, Julian Gould (1999) :
Leisure
Room service
Quest loyality
restaurant
reception value
Bar
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas dan nilai jasa pelanggan. Semua
departemen menunjukkan hasil yang sama kecuali pada departemen Bar. Kinerja
Bar mungkin dihasilkan oleh interaksi antara staff bar dengan tamu di hotel ini.
Oleh karena diperlukan penelitian lebih lanjut mengapa hal ini bisa terrjadi.
Disamping itu penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa kinerja karyawan
secara langsung terhadap loyalitas pelanggan. Hal ini membuktikan bahwa untuk
99
menjadi hotel yang mampu bersaing diperlukan keunggulan kompetetif dengan
Ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini, 1). Obyek yang dijadikan
penelitian (hotel) hanya dua buah sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi
untuk hotel-hotel yang lain. 2). Frekuensi dan panjangnya interaksi tamu dengan
kinerja karyawan.
Berry (1994). Dalam penelitian ini juga memasukkan variable nilai pelanggan,
variable kualitas jasa juga tidak memasukkan unsur dimensi kualitas interaksi,
8. Noel Y.M. Siu dan Jeff Tak-Hing Cheung 2001. A measure of retail service
quality. Marketing Intelligence & Planning 19/2 [2001] 88-96
pada sutu perdagangan ritel yang memiliki jaringan internasional dan sangat
100
populer. Dengan menggunakan analisis faktor penelitian ini menghasilkan enam
(kenyamanan).
pribadi, bahwa untuk perempuan memiliki persepsi lebih rendah dari pada
laki-laki. Hal ini menegaskan bahwa kebutuhan akan interaksi pribadi dan
jaringan toko.
berusia 24-35, menunjukkan suatu nilai persepsi yang relatif rendah dari
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa konsumen
target dari retailer tidak puas dengan penampilan fisik dan janji. Fasilitas,
gaya Inggris klasik kuno tidak menarik bagi konsumen target yang tergolong usia
101
muda. Sebaliknya, kelompok yang paling puas adalah kelompok berusia 35 tahun
yang akan datang, penemuan ini menunjukkan bahwa keenam dimensi itu lemah
Hal ini menegaskan bahwa kualitas pelayanan bukan satu-satunya senjata dalam
dengan variabel yang digunakan oleh Siu dan Cheung (2001), dengan
Sementara itu Siu dan Cheung (2001) mencoba untuk menjelaskan perbedaan
102
9. Gronross, Christian, 1998, Marketing services : the case of missing
product. Dalam jurnal of business & industrial marketing, vol 13, (pp. 322 –
338).
to keep services in stock merupakan proses alami pada jasa. Sehingga seringkali
Oleh karena itu kunci sukses dalam pemasaran jasa terletak pada produk,
pasar dan perusahaan. Ketiganya harus berjalan secara bersamaan. Dalam kondisi
dikembangkan dan dibuat sesuai dengan selera pasar. Demikian juga dengan
perusahaan harus mampu memberikan bukti sesuai dengan produk yang telah
103
Perusahaan
(Pemasaran/staff
pemasaran
dengan menghindari adanya produk yang tidak dikehendaki oleh pasar dengan
diharapkan pelanggan bias tercapai . artinya antara harapan dan kenyataan sesuai
product :
Perusahaan
(Full time Pemasaran /
salesman
104
Disamping Gronsoss juga menawarkan konsep kualitas jasa yang
jasa dengan teknik kualitas dan fungsi dari kualitas itu sendiri. Berikut ini konsep
yang diharapkan pelanggan bisa tercapai. Penelitian ini juga memasukkan variable
Nordic School of marketing sementara dalam penelitian ini didasarkan pada hasil
antara kualitas jasa yang dirasakan dengan pengalaman dan harapan sementara
dalam penelitian ini kualitas jasa diidentifikasi sebagai variable independent dan
10. Andrew Farrell, Anne Souchon & Geoffrey Durden, 2001, Service Quality
Enhancement: The Role Of Employees' Service Behaviours. July 2001
kualitas jasa
105
Adaptability
Assurance
Customer orientation
Empathy
Costomers
TEAMWORK Recovery service quality Satisfaction
perceptions
Reliability
Responsivenes
Spontaneity
Tangibles
106
107
10. Andrew Farrell, Anne Souchon & Geoffrey Durden, 2001, Service Quality
kualitas jasa
Adaptability
Assurance
Customer orientation
Empathy
Costomers
TEAMWO Recovery service Satisfaction
RK quality
Reliability perceptions
Responsivenes
Spontaneity
Tangibles
108
109