Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN

LIQUID DAN SEMISOLIDA

“SEDIAAN SUSPENSI”

Disusun oleh:
Mina Audina (31113030)
Ms. Rochmatin (31113031)
Nadhya Dwi Y (31113032)
Nikken Nurul R (31113033)
Nova Mardiana (31113034)
Novia Hergiani (31113035)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat,
setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari
obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah
disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan
farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa
obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet,
dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul
dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan
pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas.
Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses
pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan
sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak
stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk
memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah
tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam
bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi
hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat
larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai
dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
1. Membuat suspensi menggunakan suspending agent tragakan
2. Membuat sediaan suspensi yang stabil dalam jangka waktu yang lama.
3. Mengevaluasi sediaan suspensi

C. Prinsip Percobaan
Pembuatan suspensi dengan menggunakan suspending agent tragakan dengan
membuat sediaan yang stabil dalam jangka waktu yang lama serta mengevaluasi
sediaan suspensi yang didasarkan pada penampakan fisik dari suspensi tersebut
misalnya perubahan volume, perubahan warna dan sistem pembentukan suspensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen


- Berwarna keruh
- Mempunyai diameter partikel > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan
Macam-macam suspensi.

Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

● Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


● Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
● Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
● Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
● Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

● Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal


● Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
● Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

Cara pembuatan suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting
adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan
serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena
adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan
sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan
magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel
padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil
lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut
kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula
menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel
padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).
2. Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
a. Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan
pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi
atau hidrat dari Kristal.
b. Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
c. Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila
suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur
atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan
didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak
terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk
flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

Bentuk suspensi yang diinginkan


- Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
- Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
- Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
- Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan
sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
1) Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi
biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya
akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang.
2) Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi
dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat
cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau
surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span
dan tween.
3) Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
- Perbedaan densitas
- Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan
4) Pertumbuhan Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan.
5) Pengaruh gula
- Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan
fiskositas suspensi naik.
- Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya
kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri
hingga diperlukan pengawet
- Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
- Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen sediaan suspensi :
Komposisi sediaan suspensi yaitu :
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
- Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan
mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk
golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc.
Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa,
hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat
misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite,
veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
- Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin,
propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
- Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya
sorbitol dan sukrosa.
- Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya
vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
- Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut
mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer
(karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet
diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang.
Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben,
asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
- Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon,
asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
- Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat,
dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
- Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan
suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan
kelarutan. Misalnya asam sitrat.
- Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu
partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau
floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer
hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).

Kriteria suspensi yang ideal :


o Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak
mengendap cepat dalam wadah.
o Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
o Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan
mikroba
o Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat
hilang ketika digunakan serta cepat kering.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi


a. Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama
anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
b. Kerugian :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi
terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

B. Data Praformulasi
1. Zat Aktif
Paracetamol
Nama resmi           :  Acetaminophen
Sinonim                 :  Paracetamol
Rumus molekul     :  C8H9NO2
Berat molekul        :  151,16
Rumus struktur     :                                                                                        
Pemerian               :  Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau,
serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan              :  Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P,
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.
Inkompatibilitas    :  Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh
karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.
Farmakodinamik   :  Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh
dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya
sangat lemah.
Farmakokinetik     :  Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam.
2. Zat Tambahan
a. Sorbitol (Handbook of Pharmaceutical of Excipient hal. 679)
Rumus Molekul : C6H14O6
Berat Molekul : 182,17
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan; putih ; rasa manis ;
higroskopis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
metanol dan dalam asam asetat.
Berat Jenis: 1,49 g/ml
pH : 4,5-7,0
Kegunaan : Bahan pembasah
Konsentrasi : 70%
Stabilitas : Relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar bahan
tambahan; stabil di udara.
OTT : Tidak bercampur dengan larutan asam berkonsentrasi tinggi
dan larut dengan garam besi juga beberapa logam seperti aluminium,
merkuri, dan zink.
Wadah & penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
b. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan
kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut

c. Sakarin (FI ed. IV hal. 748)


Rumus Empiris : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau
aromatic lemah. Larutan encer sangat manis. Larutan asam bereaksi
terhadap lakmus
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan dalam
eter, larut dalam air mendidih, sukar dalam etanol
Konsentrasi : 0,02 – 0,5%
Kegunaan : Pemanis
Stabilitas : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 1250 C dan dalam
pH yang rendah ( pH 2 )
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan simpan ditempat
yang sejuk dan kering

d. Asam Sitrat
Monografi Asam Sitrat
Nama Resmi                   : Acidum Citricum
Sinonim                             : 2-hydroxy propane-1,2,3-tricarboxyclic acid
monohydrate. 2-hidroksi-1 ,2,3-asam propanetricarboxyli
Rumus Molekul            : C6H8O7 (anhydrous), C6H8O7,H2O
(monohydrate)                              
Bobot Molekul              :  192,1 (anhidrat); 210,1 (monohidrat).
Pemerian                          : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk
hablur granul sampai halus,putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau;
rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan                         : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
Persyaratan                    : Asam sitrat mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari setara dengan 101,0% dari C6H8O7, dihitung dengan
mengacu                                       pada substansi anhidrat.

e. NaCl (Natrium klorida) (FI IV hal. 584, Martindale 28 hal. 635, Excipient
hal. 440)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih,
tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g
Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi (Martindale 28 hal: 635)
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 ( Excipient hal 672)
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1 (Sprowls hal 189)
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9% (Excipient hal 440). Injeksi IV 3-5%
dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung
2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L ( steril dosage form
hal 251 )
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat
menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan
hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram
usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam,
hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan
kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali
udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan
keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.

f. Tragakan (FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale


28th,962; Excipients, 331;Exipients 02,603; RPS, 1247; Husa’s, 163-164,
Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton Pharm. Practice, 100; Aulton The
Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan
batang Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan
memiliki kemampuan membentuk gel, maka tragakan lebih baik daripada
akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk atau mucilago
atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang
sukar berdifusi. Jumlah yang cocok  untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g
serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila
digunakan dengan dikombinasi dengan akasia, maka pembawanya hanya
boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan
dengan akasia, karena itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti :
jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih
baik jika didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan
untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka
bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa
yang homogen, lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih,
massa ini akan membentuk campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan
satu atau dua hari akan terjadi pemisahan yang akan memberikan bagian
yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak larut dalam
alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang
menjadi bentuk yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang
bening, 0,5% larutan menunjukkan range viskositas 120-600 cps
tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan,
stabil jika disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat
disterilkan dengan otoklaf. Dapat dikontaminasikan dengan spesies
enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi pengawet yang
sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet
benzalkonium klorida, klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan
fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan kompatibel dengan pengawet
asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral kuat dan
asam organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan.
Viskositasnya diturunkan pula dengan adanya alkali atau NaCl jika
dispersi dipanaskan. Tragakan kompatibel dengan garam konsentrasi
tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia, CMC, starch, dan
sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1%  b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan
adanya air. Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan.
Dalam bentuk terdispersi, bubuk tragakan mula-mula akan terdispersi
dalam “distributing agent” seperti alkohol, minyak dan gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan
tidak larut lainnya.

g. Metil Paraben/Nipagin (Farmakope Indonesia IV hal 551 , Handbook of


Pharmaceutical Excipients hal 390)
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau atau berbau khas
lemah, hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, mempunyai
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzena, sukar larut
dalam tetraklorida, mudah larut dalam etanol, dan eter.
Titik lebur : 1250 dan 1280
pKa / pKb : pKa = 8,4 pada 220C
pH larutan :3–6
Stabilitas : Mudah terurai oleh cahaya
Inkompatibel : Dengan senyawa bentonit, mangnesium trisiklat, talk,
tragakan, sorbitol, dan atropin
Kegunaan : Pengawet

h. Propil Paraben (Farmakope Indonesia IV hal 527, Handbook of


Pharmaceutical Excipients hal 526 )
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, serbuk putih atau
hablur kecil, tidak berwarna.
Kelarutan :Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter,
sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
pKa / pKb : pKa 8,4 pada 22C
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas : Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan dengan
autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air
stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : Dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium
silikat.
Kegunaan : Sebagai pengawet

i. Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)


BM : 18,02.
Rumus molekul : H₂O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas
Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es, air,
dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi
partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari
partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan
merusak fungsi air.
OTT/Inkompabilitas : Dalam formula air dapat bereaksi dengan
bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

C. Formulasi (Formula E)
R/ Tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol, sebanyak 600 ml
Sorbitol 90 ml
Propilenglikol 120 ml
Sakarin 60 mg
Asam sitrat 30 mg
NaCl 12 mg
Tragakan 6g
Nipagin 1,08 g
Nipasol 0,12 g
Aquadest ad 600 ml
BAB III

METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Mortir 1. Sorbitol
2. Stamper 2. Propilen glikol
3. Cawan porselin 3. Sakarin
4. Batang pengaduk 4. Asam sitrat
5. Gelas kimia 5. NaCl
6. Spiritus 6. Tragakan
7. Kaki tiga 7. Nipagin
8. Botol 600 ml 9. Nipasol
9. Botol 100 ml 10. Aquadest
10. Gelas ukur 100 ml
11. Neraca analitik
12. Kertas perkamen
13. Spatula logam
14. Sudip
15. Piknometer
16. Tabung sentrifuge
17. Pipet tetes
18. Kertas lakmus
19. pH universal
20. Kertas saring
21. Corong
B. Prosedur Percobaan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan

Campur : Taburkan,
biarkan
Tuangkan air mengembang
Kalibrasi panas sebanyak
botol 600 ml 20 kali berat
tragakan
kedalam
lumpang

Gerus
homogeny Gerus Masukkan massa 1
paracetamol sedikit demi sedikit
(massa 1) kedalam massa 2
(massa 2)

Tambahan
propilenglikol, Encerkan Larutkan sakarin,
gerus dengan sorbitol NaCl, asam sitrat,
homogen sedikit demi nipagin dan nipasol
sedikit dalam air, Masukkan
ke dalam mortir

Gerus, lalu
tuangkan Ad aquades Kemas,
kedalam botol sampai 600 ml beri etiket
& label
BAB IV

EVALUASI PERCOBAAN

A. Hasil Percobaan
Evaluasi Sediaan Emulsi
1. Organoleptis
Suspensi yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Putih keruh
- Bau : Baunya khas
- Rasa : pahit
2. Tampilan
Sediaan dimasukkan dalam gelas ukur dan disaat kesetimbangan warna dan
tampilan sedimen terlihat sama yaitu tetap putih keruh, tidak terjadi retakan
dan terdapat kantong udara pada awalnya dan tidak ada sisa residu penuangan
di gelas ukur
3. Volume terpindahkan
Sediaan emulsi dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. lalu
dipindahkan secara berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat
volume akhir yaitu :
Botol 1 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 2 : 28,5/30 x100 % = 95%
Botol 3 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 4 : 29,5/30 x100 % = 98,3%
Botol 5 : 29/30 x100 % = 96,67%
Botol 6 : 29/30 x100 % = 96,67 %
Botol 7 : 29.5/30 x100 % = 98,3 %
Botol 8 : 28,5/30 x100 % = 95%
Botol 9 : 30/30 x100 % = 100 %
Botol 10 : 30/30 x100 % = 100%
4. Penentuan kecepatan sedimentasi, volume sediaan
Volume awal = 100 ml
Volume Sedimen = 7 ml
7
F= = 0,07 Jadi volume sedimentasi sediaan emulsi adalah
100
0,07
5. Redispersi
Sediaan diputar 180 derajat dan terlihat sedimennya terdispersi kembali, cepat
mengendap dan tidak terbentuk cake.

6. Viskositas
Sediaan sebanyak 500 ml diuji dalam viscometer Brookfield hingga spandel
terendam.

Rpm Persentase Cp

30

60

100

7. Bobot jenis
Piknometer kosong (a) = 10,1 g
Piknometer + air (b) = 20,88 g
Piknometer + suspense (c) = 21,44 g
c−a 21,44−10,1
ρ= = = 1,0612 g/l
b−a 20,88−10,1

8. Pengukuran partikel
Suspensi diteteskan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop,
terbentuk gambar yang merata
Pembahasan

Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan
mengharapkan hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang
masuk dalam kategori suspensi ideal atau stabil. Suspensi yang ideal merupakan
suspensi yang memiliki kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai
ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk
tidak boleh keras, dan harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan,
harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk
obat luar harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika
digunakan serta cepat mengering.

Namun dalam praktikum, tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan
suspensi yang ideal ataupun stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya
ketelitian kita selaku praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga
menyebabkan sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak
sempurna pada biasanya disebabkan oleh mucillagonya yang kadang-kadang tidak
mengembang sehingga menyebabkan suspensi tidak maksimal. Pada pembuatan
mucilago, sering dialami kegagalan sebab pada saat penuangan air panas misalnya,
bahan yang ada di dalam mortir tidak dengan cepat diaduk pada saat dituangkan air
panasnya sehingga menyebabkan mucilago tidak mengembang.
Pada peracikan formula E, sediaan suspensi yang mengandung paracetamol,
dibuat dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka
para praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada
pembuatan suspensi ini paracetamol dan bahan tragakannya terlebih dahulu dilarutkan
dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari tragakan adalah dia
akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah mengembang barulah digerus
hingga terbentuk mucilago. Setelah terbentuk, mucilage ditambah sedikit demi sedikit
ke dalam mortir berisi paracetamol yang telah digerus. Begitu seterusnya hingga
mucilage dan paracetamol terdispersi sempurna.
Propilenglikol dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran tersebut
sambil di gerus kuat. Hal yang dama dilakukan pada penambahan sorbitol.
Penggerusan kuat dimaksudkan agar tidak terjadi pemisahan selama penggerusan.
Maka akan diperoleh bentuk suspense yang sempurna. Kemudian natrium sitrat juga
metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet. Terakhir memasukkan natrium
korida yang telah dilarutkan dalam air. Selanjutnya tahap terakhir adalah
menambahkan aquadest hingga batas kalibrasi botol 600 ml.

Dari praktikum pembuatan suspensi yang kami lakukan kemudian dilakukan


evaluasi terhadap sediaan suspensi tersebut. Pengujian organoleptis menunjukkan
bahwa warna suspense adalah putih kekuningan, bau yang dihasilkan adalah bau khas
suspending agent yang kami pakai yaitu bau tragakan, dan rasanya adalah pahit
karena sepertinya sorbitol sebagai pemanis kurang penambahannya. Dari segi
tampilan, sediaan dimasukkan dalam gelas ukur dan disaat kesetimbangan warna dan
tampilan sedimen terlihat sama yaitu tetap putih keruh, tidak terjadi retakan dan
terdapat kantong udara pada awalnya dan tidak ada sisa residu penuangan di gelas
ukur.

Untuk mengukur volume terpindahkan dari sediaan suspens, sediaan emulsi


dimasukkan ke dalam 10 botol dengan volume awal 30 ml. Lalu dipindahkan secara
berturut-turut masing-masing ke gelas ukur, dan didapat volume akhir yaitu rata-
ratanya lebih dari 95 %, hal tersebut menandakan bahwa suspense tersebut baik.

Kemudian dilakukan uji sedimentasi dan didapat volume sebesar 0,07 ml.
hasil tersebut diperoleh dari persamaan F= Vu/Vo, dimana Vu adalah volume
sedimentasi yaitu sebesar 7 ml, dan Vo adalah Volume awal sediaan yaitu 100 ml.

Ketika dilakukan pemutaran 180 derajat, sediaan cepat mengendap dan


terdispersi kembali sehingga tidak membentuk cake. Lalu diukur bobot jenisnya, dan
didapat nilai sebesar 1,0612 g/l. Kemudian di uji pengukuran partikel dan dilihat
dibawah mikroskop. Didapatkan gambar yang merata

Kesalahan yang sering terjadi pada saat pembuatan suspensi harulslah menjadi
acuan untuk kita sebagai praktikan agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat
dperoleh hasil yang maksimal. Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah
kita dapat menciptakan ataupun menghasilkan sediaan suspensi yang ideal dan stabil.
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan literature. Hal ini disebabkan
karena beberapa fakor diantarnya :
- Kurangnya kehomogenitasan pada saat penggerusan sediaan emulsi,
- Penimbangan bahan untuk membuat sediaan emulsi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair.
2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa
pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga
memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya
adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
3. Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap
secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai
sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya. Pada saat
pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat
yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .


Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi


2 .Jakarta : Dekpes RI

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC


LAMPIRAN

A. Perhitungan Bahan
600
1. Paracetamol : × 120 mg = 14,4 g
5

600
2. Sorbitol : × 9 ml = 90 ml
60

600
3. Propilenglikol : × 12 ml = 120 ml
60

600
4. Sakarin : × 6 mg = 60 mg
60

600
5. Asam sitrat : × 3 mg = 30 mg
60

600
6. NaCl : × 1,2 mg = 12 mg
60

600
7. Tragakan : × 0,6 g =6g
60

600
8. Nipagin : × 0,108 g = 10,8 g
60

600
9. Nipasol : × 0,012 g = 1,2 g
60

10. Aquadest ad 600 ml

Anda mungkin juga menyukai