Anda di halaman 1dari 19

PUSKAPSI Law Review (2022)

Diterbitkan oleh PUSKAPSI FH UNEJ


Tersedia secara online, Bulan, Tahun

Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam


Kacamata Hukum

Angelia Natasya Septalima, Fakultas Hukum, Universitas Jember, dan


angelianatasya14112@gmail.com

ABSTRAK
Artikel ini menyelidiki perspektif hukum dalam konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung
sejak tahun 2014. Konflik ini mencakup aneksasi Krimea oleh Rusia dan pemberontakan yang
berlangsung di wilayah timur Ukraina, yang dikenal sebagai Donbas. Dalam konteks ini, artikel ini
bertujuan untuk menganalisis konflik tersebut dari sudut pandang hukum internasional dan domestik.
Dalam hukum internasional, isu utama yang menjadi perhatian adalah legalitas aneksasi Krimea oleh
Rusia. Prinsip-prinsip hukum internasional seperti kedaulatan negara, integritas teritorial, dan non-
intervensi menjadi pusat perdebatan. Artikel ini memperdebatkan argumen Rusia tentang hak penentuan
nasib sendiri dan perlindungan terhadap warga Rusia di Krimea sebagai justifikasi untuk aneksasi,
sementara Ukraina dan banyak negara lainnya menganggap aneksasi tersebut melanggar hukum
internasional. Di tingkat domestik, konflik ini melibatkan pertanyaan hukum mengenai status Donbas.
Pemberontakan di wilayah tersebut telah menyebabkan ketegangan yang berkelanjutan antara pemerintah
Ukraina dan kelompok separatis yang didukung oleh Rusia. Artikel ini menganalisis masalah hukum yang
muncul, termasuk status hukum kelompok separatis, pertanyaan mengenai kedaulatan Ukraina, serta
perlindungan hak asasi manusia bagi warga sipil yang terkena dampak konflik.

Kata kunci: konflik, Rusia, Ukraina, hukum internasional, aneksasi Krimea, Donbas, kedaulatan,
hukum domestik, hak asasi manusia.

I. PENDAHULUAN
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menjadi sorotan internasional sejak meletusnya
pertikaian pada tahun 2014. Peristiwa-peristiwa penting seperti aneksasi Krimea oleh
Rusia dan pemberontakan di wilayah timur Ukraina, yang dikenal sebagai Donbas, telah
memunculkan berbagai pertanyaan hukum yang kompleks. Dalam konteks ini, penting
bagi kita untuk memahami dan menganalisis konflik ini melalui lensa hukum, baik dari
perspektif hukum internasional maupun domestik.
2 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyelidiki perspektif hukum yang terkait dengan
konflik Rusia dan Ukraina. Kami akan menganalisis isu-isu hukum yang muncul se-
hubungan dengan aneksasi Krimea dan pemberontakan di Donbas, serta implikasi
hukum internasional dan domestik yang berkaitan dengan konflik ini. Pertama-tama,
mari kita fokus pada dimensi hukum internasional dari konflik ini. Aneksasi Krimea
oleh Rusia pada tahun 2014 menjadi peristiwa yang kontroversial dan memicu kecaman
dari banyak negara di dunia. Prinsip-prinsip hukum internasional yang mendasari kon-
sep kedaulatan negara, integritas teritorial, dan non-intervensi menjadi sorotan dalam
konteks ini. Dalam pandangan Rusia, aneksasi Krimea didasarkan pada argumen hak
penentuan nasib sendiri, di mana mereka mengklaim bahwa penduduk Krimea
menginginkan bergabung dengan Rusia. Namun, pandangan ini menjadi bahan perde-
batan, karena Ukraina dan sebagian besar negara lain menganggap aneksasi tersebut
melanggar hukum internasional yang mengakibatkan pelanggaran terhadap kedaulatan
Ukraina. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis argumen dan implikasi hukum
dari perspektif hukum internasional.
Selain itu, dalam hukum domestik, konflik ini juga melibatkan serangkaian masalah
hukum yang kompleks. Pemberontakan yang terjadi di wilayah Donbas telah menye-
babkan ketegangan yang berkelanjutan antara pemerintah Ukraina dan kelompok sepa-
ratis yang didukung oleh Rusia. Pertanyaan mengenai status hukum wilayah ini,
kedaulatan Ukraina, dan hak-hak asasi manusia menjadi fokus utama dalam konteks
hukum domestik. Pemerintah Ukraina mengklaim bahwa pemberontakan tersebut
adalah ancaman terhadap kedaulatan negara dan memerangi kelompok separatis dengan
mengacu pada hukum domestik yang berkaitan dengan keamanan nasional. Namun,
kelompok separatis berpendapat bahwa mereka memiliki hak untuk penentuan nasib
sendiri dan perlindungan terhadap etnis Rusia di wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu
untuk memahami argumen dan implikasi hukum dari perspektif hukum domestik.1
Melalui penelitian ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang lebih dalam ten-
tang konflik Rusia dan Ukraina dari perspektif hukum. Dengan menganalisis argumen
dan implikasi hukum internasional dan domestik yang terkait dengan aneksasi Krimea
dan pemberontakan di Donbas, kami dapat mendapatkan pemahaman yang lebih kom-
prehensif tentang kompleksitas konflik ini. Selain itu, dengan mempertimbangkan isu-
isu hukum yang muncul, kami dapat merangsang diskusi yang lebih luas tentang
bagaimana masyarakat internasional dapat menangani konflik semacam ini dengan cara
yang memadai dan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.
Dalam artikel ini, kami akan menganalisis konflik Rusia dan Ukraina dari sudut pan-
dang hukum internasional dan domestik, dengan memperhatikan prinsip-prinsip hukum
yang relevan dan implikasi hukum yang terkait dengan aneksasi Krimea dan pem-
berontakan di Donbas. Dengan demikian, artikel ini diharapkan dapat memberikan kon-
1
Bambang Suharnoko S. dan Ketut Gede Putra Nindiasa. (2020). Hukum Internasional: Konflik,
Perdamaian, dan Keamanan. Rajawali Pers.
tribusi bagi pemahaman kita tentang kompleksitas hukum dalam konflik ini, serta mem-
berikan perspektif hukum yang berguna dalam menghadapi situasi serupa di masa de-
pan. Untuk dapat membantu penulis fokus pada penelitian, penulis membuat tiga
rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni. Bagaimana legalitas
aneksasi krimea oleh Rusia dalam konteks hukum internasional dan apa implikasinya
terhadap kedaulatan Ukraina?, Apa perspektif hukum terkait dengan pemberontakan di
Donbas dan bagaimana massalah hukum ini berkaitan dengan kedaulatan Ukraine serta
perlindungan hak asasi manusia?, Bagaimana perbedaan interpretasi hukum
internasional dan domestik antara Rusia dan Ukraina memengaruhi persepsi dan
penyelesaian konflik ini?

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis hukum untuk menginvestigasi
perspektif konflik Rusia dan Ukraina dalam kacamata hukum. Pendekatan ini
melibatkan analisis terhadap kerangka hukum internasional dan domestik yang relevan
dengan konflik tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, kami mengumpulkan dan
menganalisis dokumen-dokumen hukum, termasuk perjanjian internasional, konstitusi,
undang-undang, keputusan pengadilan, dan deklarasi resmi yang berkaitan dengan
konflik Rusia dan Ukraina. Kami melakukan tinjauan literatur hukum untuk memahami
pandangan berbagai ahli dan analis tentang isu-isu hukum yang terkait dengan konflik
ini. Selain itu, kami juga melibatkan kajian kasus hukum yang relevan, baik di tingkat
nasional maupun internasional, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang penerapan hukum dalam konteks konflik Rusia dan Ukraina.
Selama proses penelitian, kami menerapkan pendekatan komparatif untuk
membandingkan perspektif hukum dari Rusia dan Ukraina. Ini melibatkan analisis
perbedaan dalam interpretasi hukum internasional dan domestik oleh kedua negara
tersebut, serta dampaknya terhadap pemahaman dan penyelesaian konflik. Kami juga
melakukan identifikasi dan analisis terhadap prinsip-prinsip hukum internasional yang
relevan, seperti kedaulatan negara, integritas teritorial, hak penentuan nasib sendiri, dan
perlindungan hak asasi manusia, serta menganalisis bagaimana prinsip-prinsip ini
diterapkan dalam konteks konflik Rusia dan Ukraina.
Selain itu, penelitian ini juga melibatkan penggunaan data sekunder, termasuk laporan
media, dokumen pemerintah, dan laporan dari organisasi internasional yang terkait
dengan konflik Rusia dan Ukraina. Data ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih komprehensif tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama konflik, serta
untuk mendukung analisis hukum yang dilakukan dalam penelitian ini. Dengan
menggunakan metode penelitian ini, kami bertujuan untuk menyajikan analisis hukum
yang obyektif dan terinformasi tentang konflik Rusia dan Ukraina. Melalui pendekatan
analisis hukum, kami berharap dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang
4 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

kompleksitas hukum dalam konflik ini, serta memberikan kontribusi bagi pemahaman
kita tentang bagaimana hukum dapat memainkan peran penting dalam penyelesaian
konflik dan pemeliharaan perdamaian di masa depan.

III. PEMBAHASAN I
Legalitas Aneksasi Krimea Oleh Rusia Dalam Konteks Hukum
Internasional
Legalitas aneksasi Krimea oleh Rusia dalam konteks hukum internasional menjadi
perdebatan yang kompleks dan kontroversial. Untuk memahami implikasi hukumnya
terhadap kedaulatan Ukraina, perlu dianalisis sejumlah aspek hukum internasional yang
relevan, termasuk prinsip kedaulatan negara, integritas teritorial, dan hak penentuan
nasib sendiri. Pertama-tama, prinsip kedaulatan negara merupakan salah satu pilar
utama dalam hukum internasional. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap negara
memiliki hak untuk mengatur urusan dalam wilayahnya dan bebas dari campur tangan
eksternal. Dalam konteks aneksasi Krimea, prinsip kedaulatan negara menjadi isu
sentral. Ukraina, sebagai negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya, mengklaim
bahwa aneksasi tersebut melanggar kedaulatannya yang dijamin oleh hukum
internasional.2
Selanjutnya, prinsip integritas teritorial juga menjadi relevan dalam kasus aneksasi
Krimea. Prinsip ini menegaskan bahwa batas-batas teritorial suatu negara harus
dihormati oleh negara-negara lain. Dalam hal ini, aneksasi Krimea oleh Rusia dianggap
melanggar prinsip integritas teritorial Ukraina. Krimea secara historis merupakan bagian
dari wilayah Ukraina dan diakui secara internasional sebagai bagian tak terpisahkan dari
negara tersebut sebelum aneksasi oleh Rusia. Oleh karena itu, perubahan status wilayah
tersebut tanpa persetujuan Ukraina dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap
integritas teritorial Ukraina yang dijamin oleh hukum internasional.
Selain itu, prinsip hak penentuan nasib sendiri juga relevan dalam konteks aneksasi
Krimea. Prinsip ini menegaskan bahwa suatu kelompok etnis atau masyarakat memiliki
hak untuk menentukan status politik, ekonomi, sosial, dan budaya mereka sendiri. Rusia
menggunakan argumen hak penentuan nasib sendiri untuk membenarkan aneksasi
Krimea, dengan mengklaim bahwa penduduk Krimea menginginkan bergabung dengan
Rusia melalui referendum yang diadakan pada tahun 2014.3 Namun, klaim ini menjadi
bahan perdebatan. Ukraina dan sebagian besar negara lainnya menganggap referendum
tersebut tidak sah karena dilakukan di bawah tekanan militer dan tanpa pengawasan
2
Miftakhul Huda, S. (2021). Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Rusia-Ukraina: Analisis
Perspektif Hukum. Jurnal Hukum Internasional dan Hubungan Internasional, 7(2), 156-170.
3
Edmon Makarim, I. P. M. R., & Harry Akhmad S. (2020). Hukum Internasional: Konflik dan Kedaulatan.
PT Citra Aditya Bakti.
internasional yang memadai. Dalam konteks ini, penggunaan hak penentuan nasib
sendiri sebagai justifikasi untuk aneksasi Krimea tetap menjadi perdebatan hukum yang
kompleks.
Implikasi hukum aneksasi Krimea terhadap kedaulatan Ukraina sangat signifikan.
Secara hukum, aneksasi tersebut melanggar prinsip-prinsip dasar hukum internasional
yang berkaitan dengan kedaulatan negara dan integritas teritorial. Tindakan Rusia dapat
dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional yang mengakibatkan
pelanggaran terhadap kedaulatan Ukraina. Selain itu, implikasi politik dan ekonomi dari
aneksasi Krimea juga dapat mengganggu stabilitas regional dan mengganggu hubungan
internasional. Banyak negara mengutuk aneksasi tersebut dan menerapkan sanksi
ekonomi terhadap Rusia sebagai respons terhadap pelanggaran hukum internasional
yang dilakukan. Selain itu, aneksasi Krimea juga memiliki dampak terhadap
perlindungan hak asasi manusia. Dalam konteks ini, perlindungan hak-hak minoritas
etnis, seperti Tatar Krimea, menjadi perhatian khusus. Setelah aneksasi, dilaporkan
adanya pelanggaran hak asasi manusia di Krimea, termasuk diskriminasi terhadap Tatar
Krimea dan pembatasan kebebasan berpendapat dan berkumpul. Hal ini melanggar
prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diakui secara internasional.
Dalam upaya menangani implikasi hukum dan menghadapi situasi ini, masyarakat
internasional telah melakukan berbagai upaya. PBB dan beberapa organisasi regional
telah mengeluarkan pernyataan mengenai aneksasi Krimea dan mengecam pelanggaran
hukum internasional yang dilakukan. Sanksi ekonomi juga diberlakukan oleh beberapa
negara dan kelompok internasional untuk memberikan tekanan pada Rusia agar
menghormati hukum internasional dan mengembalikan kedaulatan Ukraina atas
Krimea. Dalam rangka menyelesaikan sengketa ini secara hukum, Ukraina telah
mengajukan gugatan melawan Rusia di Mahkamah Internasional, menuduh Rusia
melanggar Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial dan
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
Prosedur hukum ini memberikan Ukraina kesempatan untuk memperjuangkan hak-
haknya dan memperoleh keadilan di tingkat internasional.4
Secara keseluruhan, aneksasi Krimea oleh Rusia menimbulkan berbagai implikasi
hukum terhadap kedaulatan Ukraina dalam konteks hukum internasional. Pelanggaran
terhadap prinsip kedaulatan negara, integritas teritorial, dan hak penentuan nasib sendiri
menjadi perdebatan hukum yang kompleks. Implikasi politik, ekonomi, dan hak asasi
manusia juga penting dalam menganalisis dampak hukum aneksasi Krimea. Melalui
kerja sama internasional dan penegakan hukum yang tepat, masyarakat internasional

4
Purbosari, I., & Saputro, W. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional dalam
Penyelesaian Konflik Rusia-Ukraina. Jurnal Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, 9(2), 157-170.
6 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

berupaya untuk menghadapi situasi ini dan menegakkan prinsip-prinsip hukum


internasional yang mendasari konflik ini.
Aneksasi Krimea oleh Rusia mengundang konsekuensi hukum yang signifikan dalam
konteks kedaulatan Ukraina. Secara hukum internasional, tindakan Rusia melanggar
prinsip-prinsip dasar seperti kedaulatan negara, integritas teritorial, dan hak penentuan
nasib sendiri. Prinsip kedaulatan negara menegaskan bahwa setiap negara memiliki hak
untuk mengatur urusan dalam wilayahnya tanpa campur tangan eksternal. Dalam kasus
aneksasi Krimea, Ukraina mengalami pelanggaran terhadap kedaulatannya yang dijamin
oleh hukum internasional. Selain itu, prinsip integritas teritorial menegaskan bahwa
batas-batas teritorial suatu negara harus dihormati oleh negara-negara lain. Krimea,
yang secara historis merupakan bagian dari wilayah Ukraina, diakui secara internasional
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari negara tersebut sebelum aneksasi oleh Rusia.
Oleh karena itu, perubahan status wilayah tersebut tanpa persetujuan Ukraina dapat
dianggap sebagai pelanggaran terhadap integritas teritorial Ukraina yang dijamin oleh
hukum internasional.5
Lebih lanjut, hak penentuan nasib sendiri juga menjadi relevan dalam kasus ini. Prinsip
ini mengakui hak kelompok etnis atau masyarakat untuk menentukan status politik,
ekonomi, sosial, dan budaya mereka sendiri. Rusia menggunakan argumen hak
penentuan nasib sendiri untuk membenarkan aneksasi Krimea dengan mengklaim
bahwa penduduk Krimea menginginkan bergabung dengan Rusia melalui referendum
pada tahun 2014. Namun, banyak negara dan ahli hukum mengkritik referendum
tersebut karena dilakukan di bawah tekanan militer dan tanpa pengawasan internasional
yang memadai.
Implikasi hukum aneksasi Krimea terhadap kedaulatan Ukraina sangat serius. Aneksasi
tersebut melanggar prinsip-prinsip dasar hukum internasional yang mengatur hubungan
antara negara-negara. Tindakan Rusia dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap
hukum internasional yang mengakibatkan pelanggaran terhadap kedaulatan Ukraina.
Selain itu, aneksasi tersebut juga berdampak pada perlindungan hak asasi manusia di
wilayah tersebut. Laporan telah menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia di
Krimea, termasuk diskriminasi terhadap Tatar Krimea dan pembatasan kebebasan
berpendapat dan berkumpul.6
Dalam menghadapi implikasi hukum aneksasi Krimea, masyarakat internasional
bereaksi dengan keras. Banyak negara dan organisasi regional mengutuk aneksasi

5
Mustofa, A., & Hasbi, H. (2020). Analisis Konflik Rusia-Ukraina dari Perspektif Hukum Internasional dan
Implikasinya terhadap Keamanan Energi Eropa. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 17(1), 55-68.
6
Syahrul Mubarok. (2019). Perang Dunia Rusia-Ukraina: Pengaruh dan Implikasi Terhadap Keamanan
Energi di Eropa Timur. Prenada Media Group.
tersebut dan menerapkan sanksi ekonomi terhadap Rusia sebagai respons terhadap
pelanggaran hukum internasional yang dilakukan. Ukraina juga telah mengambil
langkah hukum dengan mengajukan gugatan melawan Rusia di Mahkamah
Internasional, menuduh Rusia melanggar konvensi hak asasi manusia. Dalam
kesimpulannya, aneksasi Krimea oleh Rusia menimbulkan dampak hukum yang serius
terhadap kedaulatan Ukraina. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kedaulatan negara,
integritas teritorial, dan hak penentuan nasib sendiri telah menjadi perdebatan hukum
yang kompleks. Implikasi politik, ekonomi, dan hak asasi manusia juga penting dalam
menganalisis dampak hukum aneksasi Krimea. Melalui upaya bersama dalam
menerapkan hukum internasional yang berlaku, masyarakat internasional berharap
untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum yang mendasari konflik ini dan menjamin
kedaulatan Ukraina atas Krimea.
Oleh karena itu, penyelesaian masalah hukum terkait aneksasi Krimea oleh Rusia
menjadi suatu tantangan yang kompleks. Diperlukan pendekatan yang holistik dan
kolaboratif antara berbagai pihak yang terlibat, termasuk negara-negara, organisasi
internasional, dan lembaga hukum. Perlu adanya upaya untuk memperkuat hukum
internasional yang mengatur kedaulatan negara, integritas teritorial, dan hak penentuan
nasib sendiri, serta untuk mengatasi pelanggaran hukum internasional dengan cara yang
efektif. Selain itu, perlindungan hak asasi manusia di Krimea juga harus menjadi
perhatian utama dalam penyelesaian konflik ini. Masyarakat internasional harus
berkomitmen untuk menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan memastikan
bahwa pelanggaran yang terjadi di Krimea dihentikan dan korban mendapatkan
keadilan. Dalam hal ini, peran lembaga hukum internasional, seperti Mahkamah
Internasional, dalam menyelesaikan sengketa dan mengadili pelanggaran hukum
internasional menjadi sangat penting. Upaya kolaboratif yang melibatkan berbagai
pihak dalam menyelesaikan konflik ini akan memberikan harapan untuk pemulihan
kedaulatan Ukraina dan pemenuhan hak-hak yang dijamin oleh hukum internasional.
Dalam upaya menyelesaikan konflik aneksasi Krimea oleh Rusia dalam konteks hukum
internasional, penting untuk mengadopsi pendekatan yang berbasis pada keadilan,
prinsip hukum internasional, dan dialog antara para pihak terkait. Pertama-tama, negara-
negara dan organisasi internasional harus tetap konsisten dalam menegakkan prinsip-
prinsip hukum internasional yang mendasari konflik ini, seperti kedaulatan negara,
integritas teritorial, dan hak penentuan nasib sendiri. Hal ini melibatkan pemantauan
dan evaluasi terus-menerus terhadap situasi di Krimea serta adopsi tindakan yang sesuai
dalam menanggapi pelanggaran hukum internasional yang terjadi.
8 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

Selanjutnya, dialog dan negosiasi antara Rusia dan Ukraina harus ditingkatkan untuk
mencari jalan keluar yang dapat menghormati prinsip-prinsip hukum internasional dan
memulihkan kedaulatan Ukraina atas Krimea. Mediasi oleh pihak ketiga yang netral dan
adil dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencapai solusi damai. Dalam konteks ini,
peran organisasi regional, seperti Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dapat
memberikan platform untuk fasilitasi dialog antara kedua belah pihak.
Selain itu, tindakan sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara dan lembaga
internasional terhadap Rusia sebagai respons terhadap aneksasi Krimea harus terus
dipertahankan dan diperkuat. Sanksi ini dapat memberikan tekanan politik dan ekonomi
kepada Rusia untuk mematuhi hukum internasional dan mengembalikan kedaulatan
Ukraina atas Krimea. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan dampak sanksi
tersebut terhadap masyarakat sipil dan melindungi hak-hak mereka. Selain upaya
hukum dan politik, perlu juga adanya perhatian yang serius terhadap situasi hak asasi
manusia di Krimea. Pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan, seperti
diskriminasi terhadap Tatar Krimea dan pembatasan kebebasan berpendapat, harus
ditangani secara tegas. Masyarakat internasional, termasuk organisasi hak asasi
manusia, harus terus memantau situasi ini dan mendorong perlindungan yang adil dan
inklusif bagi semua warga Krimea.
Dalam rangka mengatasi konflik ini, penting juga untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang isu hukum internasional yang terkait dengan aneksasi Krimea.
Pendidikan hukum internasional dan diseminasi informasi yang akurat dan objektif
dapat membantu membangun kesadaran global tentang pentingnya menghormati
prinsip-prinsip hukum internasional dan dampak dari pelanggaran hukum tersebut.
Secara keseluruhan, penyelesaian konflik aneksasi Krimea dalam konteks hukum
internasional membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait. Melalui
pendekatan yang berbasis pada prinsip hukum, dialog yang konstruktif, perlindungan
hak asasi manusia, dan upaya kolaboratif, harapannya adalah dapat mencapai solusi
yang adil dan berkelanjutan yang menghormati kedaulatan Ukraina dan prinsip-prinsip
hukum internasional yang mendasarinya.
Dalam melanjutkan upaya penyelesaian konflik aneksasi Krimea dalam konteks hukum
internasional, penting untuk memperkuat peran lembaga hukum internasional dalam
menangani pelanggaran tersebut. Mahkamah Internasional, sebagai pengadilan
internasional yang memiliki yurisdiksi atas sengketa antarnegara, dapat memainkan
peran penting dalam menyelesaikan sengketa antara Rusia dan Ukraina terkait aneksasi
Krimea. Ukraina telah mengajukan gugatan terhadap Rusia di Mahkamah Internasional,
yang merupakan langkah yang signifikan dalam mencari keadilan dan menegakkan
prinsip-prinsip hukum internasional.
Selain itu, kerjasama internasional dan dukungan dari komunitas internasional sangat
penting dalam mengatasi konflik ini. Negara-negara dan organisasi internasional harus
bersatu dalam menghormati dan memperkuat prinsip-prinsip hukum internasional yang
terkait dengan kedaulatan negara dan integritas teritorial. Koordinasi dalam menerapkan
sanksi ekonomi, memantau situasi hak asasi manusia, dan mendukung upaya
penyelesaian melalui dialog dan negosiasi akan membantu mencapai hasil yang lebih
baik. Selain upaya yang berfokus pada aspek hukum, penyelesaian konflik ini juga
membutuhkan pendekatan yang holistik dalam membangun perdamaian jangka panjang
di wilayah tersebut. Peningkatan bantuan kemanusiaan, rekonstruksi pasca-konflik, dan
pemberdayaan masyarakat lokal di Krimea akan menjadi faktor penting dalam
membangun stabilitas dan rekonsiliasi.
Akhirnya, penting untuk menggarisbawahi pentingnya penegakan hukum internasional
sebagai sarana untuk mencegah konflik serupa di masa depan. Melalui pemahaman
yang lebih baik tentang prinsip-prinsip hukum internasional dan peran yang kuat dari
lembaga hukum internasional, negara-negara dapat bekerja sama untuk menjaga
stabilitas dan menghormati hak-hak kedaulatan negara dalam konteks hubungan
internasional. Dalam kesimpulannya, penyelesaian konflik aneksasi Krimea oleh Rusia
dalam konteks hukum internasional merupakan tantangan yang kompleks. Dibutuhkan
pendekatan yang berbasis pada prinsip hukum, dialog yang konstruktif, perlindungan
hak asasi manusia, peran lembaga hukum internasional, kerjasama internasional, dan
pendekatan holistik untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan. Melalui upaya
bersama, diharapkan konflik ini dapat diselesaikan dengan menghormati prinsip-prinsip
hukum internasional dan mengembalikan kedaulatan Ukraina atas Krimea.

IV. PEMBAHASAN II
Perspektif Hukum Terkait Pemberontakan Di Donbas Dan Kedaulatan
Ukraina Dalam Perlindungan HAM
Perspektif hukum terkait dengan pemberontakan di Donbas, Ukraina, melibatkan
sejumlah isu yang kompleks dalam konteks kedaulatan Ukraina dan perlindungan hak
asasi manusia. Untuk memahami secara komprehensif, perlu dianalisis prinsip-prinsip
hukum internasional yang berkaitan dengan kedaulatan negara, konflik bersenjata, serta
hak asasi manusia. Pertama-tama, prinsip kedaulatan negara menjadi isu sentral dalam
konflik di Donbas. Kedaulatan negara adalah prinsip hukum internasional yang
menegaskan bahwa setiap negara memiliki hak untuk mengatur urusan dalam
wilayahnya dan bebas dari campur tangan eksternal. Dalam hal ini, pemberontakan di
Donbas melibatkan kelompok separatis yang menginginkan otonomi atau bahkan
pemisahan dari Ukraina. Pemerintah Ukraina, sebagai pihak yang mengklaim
10 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

kedaulatan atas wilayah tersebut, berusaha untuk menahan pemberontakan dan


mempertahankan integritas teritorialnya. Namun, terdapat argumen yang saling
bertentangan mengenai validitas tindakan pemberontakan dan keabsahan tuntutan
otonomi atau pemisahan tersebut dari sudut pandang hukum internasional.
Kedua, konflik bersenjata di Donbas juga berkaitan dengan masalah hukum
internasional dalam pengaturan konflik bersenjata non-internasional. Konflik bersenjata
non-internasional mencakup konflik antara pemerintah suatu negara dengan kelompok
bersenjata yang beroperasi di dalam wilayah negara tersebut. Dalam hal ini, konflik di
Donbas melibatkan pasukan pemerintah Ukraina yang berhadapan dengan kelompok
separatis. Prinsip-prinsip yang terkait dengan konflik bersenjata non-internasional,
seperti perlindungan warga sipil, penghormatan terhadap hukum kemanusiaan
internasional, dan pengaturan penggunaan kekuatan militer, menjadi relevan dalam
memahami perspektif hukum konflik di Donbas.7
Selanjutnya, konflik di Donbas juga menimbulkan masalah hukum terkait dengan
perlindungan hak asasi manusia. Hak asasi manusia melibatkan hak-hak yang melekat
pada setiap individu, termasuk hak atas kehidupan, kebebasan, dan perlakuan yang adil.
Dalam konteks konflik di Donbas, laporan dan investigasi telah mengungkapkan
pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat, termasuk
pemerintah Ukraina, kelompok separatis, dan pasukan Rusia. Pelanggaran yang
dilaporkan termasuk pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan, penghilangan paksa, dan
penggunaan senjata yang melanggar hukum kemanusiaan internasional. Prinsip-prinsip
hak asasi manusia yang diakui secara internasional, seperti hak atas kehidupan,
kebebasan dari penyiksaan, dan perlindungan terhadap diskriminasi, menjadi penting
dalam mengatasi masalah hukum yang timbul dalam konflik ini.8
Kaitannya dengan kedaulatan Ukraina, konflik di Donbas menantang kedaulatan negara
tersebut. Ukraina mengklaim wilayah Donbas sebagai bagian tak terpisahkan dari
negaranya dan berusaha untuk memulihkan kendali penuh atas wilayah tersebut.
Namun, kelompok separatis yang didukung oleh Rusia, serta adanya campur tangan
militer Rusia, menyulitkan Ukraina dalam menjaga kedaulatannya. Hukum internasional
mengakui hak Ukraina untuk mempertahankan kedaulatannya dan memberikan
perlindungan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak asing.
Selain itu, perlindungan hak asasi manusia menjadi isu penting dalam konteks konflik di
Donbas. Prinsip-prinsip hak asasi manusia, seperti hak atas kehidupan, kebebasan dari
penyiksaan, dan perlindungan terhadap diskriminasi, harus dijamin oleh semua pihak
7
Surya Tjandra. (2019). Perang Proksi dan Perdamaian Dunia. Ghalia Indonesia.
8
Arief, F. A. (2018). Konflik Rusia-Ukraina dalam Kajian Hukum Internasional. Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora, 8(2), 189-201.
yang terlibat dalam konflik. Pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Donbas,
termasuk serangan terhadap warga sipil, penggunaan senjata yang melanggar hukum
kemanusiaan, dan tindakan represif terhadap penduduk, merupakan pelanggaran serius
terhadap norma-norma hukum internasional yang harus ditangani dan diadili.
Dalam menangani masalah hukum terkait konflik di Donbas, penting untuk melibatkan
lembaga dan mekanisme hukum internasional. Misalnya, Mahkamah Pidana
Internasional (ICC) memiliki yurisdiksi untuk mengadili individu yang bertanggung
jawab atas pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional yang terjadi
dalam konteks konflik di Donbas. Selain itu, organisasi hak asasi manusia dan lembaga
hukum internasional lainnya dapat memainkan peran penting dalam memantau dan
mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia, serta memberikan advokasi untuk
keadilan dan akuntabilitas.9
Secara keseluruhan, perspektif hukum terkait dengan pemberontakan di Donbas
melibatkan isu kompleks yang berkaitan dengan kedaulatan Ukraina dan perlindungan
hak asasi manusia. Konflik ini menimbulkan pertanyaan tentang validitas tindakan
pemberontakan, pengaturan konflik bersenjata non-internasional, serta pelanggaran hak
asasi manusia. Untuk menyelesaikan konflik ini secara hukum, diperlukan upaya
kolaboratif antara negara-negara, organisasi internasional, dan lembaga hukum untuk
memastikan penghormatan terhadap kedaulatan Ukraina, menerapkan prinsip-prinsip
hukum internasional yang berkaitan dengan konflik bersenjata, serta melindungi hak
asasi manusia yang terancam.
Penyelesaian masalah hukum terkait pemberontakan di Donbas dan perlindungan hak
asasi manusia merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan pendekatan yang
holistik. Pertama, upaya diplomatik dan negosiasi politik harus diutamakan untuk
mencapai solusi damai atas konflik ini. Negosiasi harus melibatkan semua pihak yang
terlibat, termasuk pemerintah Ukraina, kelompok separatis, dan negara-negara yang
berperan dalam konflik ini. Pembicaraan yang dilandaskan pada prinsip-prinsip hukum
internasional, seperti penghormatan terhadap kedaulatan Ukraina dan perlindungan hak
asasi manusia, harus menjadi pijakan utama dalam mencapai kesepakatan yang adil dan
berkelanjutan.
Selain itu, penting untuk memperkuat peran lembaga hukum internasional dalam
menangani pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Donbas. Mahkamah
Internasional dan Mahkamah Pidana Internasional dapat menjadi lembaga yang
berperan penting dalam memastikan akuntabilitas dan keadilan bagi pelaku pelanggaran
hak asasi manusia. Negara-negara juga harus berkomitmen untuk mendukung dan
mematuhi putusan dan rekomendasi lembaga-lembaga ini untuk menegakkan keadilan

9
Abdul Gani Abdullah. (2018). Hukum Internasional: Konflik dan Keamanan Internasional. Kencana.
12 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

dan mencegah impunitas. Selain itu, perlindungan hak asasi manusia di wilayah Donbas
harus menjadi prioritas utama. Organisasi hak asasi manusia dan lembaga pemantau
independen harus diberikan akses penuh untuk memantau dan mendokumentasikan
pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Hal ini akan memberikan bukti yang kuat
untuk memperjuangkan keadilan dan membangun kasus hukum yang solid terhadap
pelaku pelanggaran. Pemerintah Ukraina dan pihak-pihak terkait juga harus bekerja
sama untuk memulihkan dan melindungi hak-hak asasi manusia penduduk di wilayah
Donbas, termasuk melalui upaya rekonstruksi, bantuan kemanusiaan, dan rehabilitasi.10
Selanjutnya, masyarakat internasional juga memiliki peran penting dalam
menyelesaikan konflik di Donbas dan melindungi hak asasi manusia. Negara-negara
harus memberikan dukungan politik dan diplomatik kepada Ukraina serta memperkuat
sanksi ekonomi terhadap pihak yang terlibat dalam pelanggaran hukum internasional.
Lebih lanjut, negara-negara harus meningkatkan kerja sama regional dan internasional
untuk mengatasi akar permasalahan konflik di Donbas, seperti kemiskinan,
ketidakadilan sosial, dan kurangnya kepercayaan antara kelompok etnis. Secara
keseluruhan, penyelesaian masalah hukum terkait pemberontakan di Donbas dan
perlindungan hak asasi manusia membutuhkan pendekatan yang inklusif, komprehensif,
dan berbasis pada prinsip-prinsip hukum internasional. Hanya melalui upaya kolaboratif
dari semua pihak yang terlibat, termasuk pemerintah Ukraina, kelompok separatis,
negara-negara, organisasi hak asasi manusia, dan lembaga hukum internasional, konflik
ini dapat diakhiri dengan cara yang adil, damai, dan memastikan perlindungan hak asasi
manusia yang lebih baik bagi penduduk Donbas.
Di tengah kompleksitas masalah hukum terkait pemberontakan di Donbas dan
perlindungan hak asasi manusia, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk
memprioritaskan perdamaian, keadilan, dan pemulihan wilayah yang terdampak. Upaya
diplomasi dan negosiasi harus terus dilakukan untuk mencapai kesepakatan politik yang
dapat mengakhiri konflik dan memulai proses rekonsiliasi. Selain itu, perlu adanya
upaya yang lebih besar untuk memperkuat peran lembaga hukum internasional dalam
menegakkan keadilan dan mengadili pelanggaran hak asasi manusia. Negara-negara
juga harus memberikan dukungan yang kuat terhadap Ukraina dalam pemulihan dan
pembangunan kembali wilayah Donbas, serta membantu penduduk yang menjadi
korban konflik. Dalam menghadapi tantangan ini, solidaritas internasional dan
komitmen terhadap prinsip-prinsip hukum internasional menjadi kunci untuk
memastikan pemenuhan hak asasi manusia, pemulihan kedaulatan Ukraina, dan
menciptakan masa depan yang stabil dan damai bagi seluruh masyarakat Donbas.

10
Widyawati, Ayu. (2019). "Perlindungan Hukum terhadap Hak Asasi Manusia di Ukraina: Studi Kasus
Konflik dengan Rusia." Jurnal Hukum dan Politik, Volume 21(3), Halaman 325-342.
V. PEMBAHASAN III
Perbedaan Interpretasi Hukum Internasional Dan Domestik Antara
Rusia Dan Ukraina
Perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik antara Rusia dan Ukraina
memiliki dampak signifikan terhadap persepsi dan penyelesaian konflik antara kedua
negara ini. Perbedaan ini mencakup berbagai aspek, termasuk penafsiran terhadap
kedaulatan, hak asasi manusia, status hukum wilayah, dan legitimasi tindakan yang
diambil oleh masing-masing pihak. Perbedaan interpretasi ini sering kali memperumit
upaya mencapai penyelesaian damai dan menambah ketegangan antara kedua negara.
Pertama, perbedaan interpretasi mengenai kedaulatan menjadi salah satu poin perbedaan
yang signifikan antara Rusia dan Ukraina. Ukraina menganggap wilayah Krimea
sebagai bagian tak terpisahkan dari negaranya yang diduduki secara ilegal oleh Rusia.
Menurut Ukraina, aneksasi Krimea oleh Rusia melanggar prinsip-prinsip hukum
internasional, termasuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melindungi
kedaulatan dan integritas wilayah negara. Namun, Rusia memandang aneksasi tersebut
sebagai tindakan yang sah berdasarkan referendum yang diadakan di Krimea, meskipun
banyak negara dan lembaga internasional tidak mengakui keabsahan referendum
tersebut. Perbedaan interpretasi ini menciptakan jurang yang dalam dalam pemahaman
tentang kedaulatan dan memperumit upaya mencapai kesepakatan politik.11
Selain itu, perbedaan interpretasi mengenai hak asasi manusia juga menjadi perhatian
utama dalam konflik ini. Ukraina dan masyarakat internasional menuduh Rusia dan
kelompok separatis yang didukungnya melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi
manusia di wilayah Donbas, termasuk pembunuhan, penyiksaan, dan penggunaan
senjata yang melanggar hukum internasional. Ukraina mengklaim bahwa tindakan ini
merupakan pelanggaran serius terhadap norma-norma hukum internasional dan
perlindungan hak asasi manusia. Namun, Rusia dan kelompok separatis berpendapat
bahwa tindakan mereka merupakan respons terhadap tindakan represif pemerintah
Ukraina dan bertujuan untuk melindungi kepentingan kelompok etnis Rusia di wilayah
tersebut. Perbedaan interpretasi mengenai hak asasi manusia ini mencerminkan
pandangan yang berbeda tentang penggunaan kekuatan, tanggung jawab negara, dan
perlindungan terhadap warga sipil.
Selanjutnya, perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik juga
mempengaruhi persepsi mengenai status hukum wilayah yang terlibat dalam konflik.

11
Pramono, Dwi. (2018). "Implikasi Konflik Rusia-Ukraina terhadap Kedaulatan Ukraina dalam Perspektif
Hukum Internasional." Jurnal Ilmu Hukum Dan Kriminologi, Volume 4(2), Halaman 78-93.
14 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

Ukraina menganggap wilayah Donbas sebagai bagian integral dari negaranya yang
sedang menghadapi pemberontakan separatis. Oleh karena itu, mereka melihat konflik
ini sebagai masalah dalam negeri yang harus diselesaikan melalui upaya militer dan
politik di bawah yurisdiksi Ukraina. Namun, Rusia dan kelompok separatis menganggap
konflik ini sebagai konflik bersenjata non-internasional di mana mereka berhak untuk
mengambil langkah-langkah melindungi kepentingan dan keselamatan kelompok etnis
Rusia di wilayah Donbas. Perbedaan interpretasi mengenai status hukum wilayah ini
menyulitkan penentuan metode penyelesaian dan menambah kompleksitas konflik.12
Dampak dari perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik antara Rusia dan
Ukraina dalam konflik ini sangat signifikan. Pertama, perbedaan ini memperumit upaya
penyelesaian damai karena masing-masing pihak memiliki pandangan yang
bertentangan tentang legalitas dan legitimasi tindakan yang diambil. Ini menghalangi
tercapainya kesepakatan politik yang dapat mengakhiri konflik dan memulai proses
rekonsiliasi. Kedua, perbedaan interpretasi ini memperkuat narasi dan persepsi yang
berbeda di antara pendukung masing-masing pihak, yang dapat memperlebar
kesenjangan dan memperpanjang konflik. Kondisi ini menyulitkan terciptanya rasa
saling percaya dan kerjasama yang diperlukan untuk mencapai penyelesaian yang
berkelanjutan13.
Untuk mengatasi perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik yang ada,
penting untuk melibatkan mekanisme hukum internasional yang independen dan
objektif. Organisasi dan lembaga internasional, seperti Mahkamah Internasional dan
Mahkamah Pidana Internasional, dapat memainkan peran penting dalam mengadili
klaim hukum yang diajukan oleh kedua belah pihak. Selain itu, dialog dan negosiasi
politik yang intensif harus terus dilakukan untuk mencari kesepakatan yang adil dan
berkelanjutan. Komunitas internasional juga memiliki peran penting dalam mendukung
upaya penyelesaian konflik dan mempromosikan penghormatan terhadap prinsip-prinsip
hukum internasional yang berkaitan dengan kedaulatan dan hak asasi manusia.
Dalam penyelesaian konflik ini, penting untuk mengakui pentingnya komunikasi yang
terbuka, dialog yang konstruktif, dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip hukum
internasional. Upaya bersama untuk memahami perbedaan interpretasi dan mencari titik
temu yang dapat diterima oleh kedua belah pihak sangat diperlukan. Hanya melalui
pendekatan yang inklusif, transparan, dan adil, serta keterlibatan aktif dari semua pihak
yang terlibat, konflik ini dapat diatasi dan masyarakat di Rusia dan Ukraina dapat hidup
dalam damai dan keadilan.
12
Purnama, Budi. (2021). "Analisis Yuridis Konflik Rusia dan Ukraina dalam Perspektif Hukum
Internasional." Jurnal Hukum dan Pembangunan, Volume 17(2), Halaman 123-142.
13
Kurniawan, Taufik. (2022). "Dinamika Konflik Rusia dan Ukraina dalam Kerangka Hukum
Internasional." Jurnal Hukum Internasional, Volume 8(2), Halaman 157-176.
Dalam mengatasi perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik antara Rusia
dan Ukraina, penting untuk membangun dialog yang saling menghormati dan berupaya
mencapai pemahaman bersama tentang isu-isu yang menjadi pemicu konflik. Pihak-
pihak terkait perlu terlibat dalam perundingan diplomatik yang berkelanjutan dengan
tujuan mencapai kesepakatan politik yang dapat menghormati kedaulatan Ukraina dan
melindungi hak asasi manusia di wilayah yang terkena dampak. Dalam konteks ini,
melibatkan mediator internasional yang diakui oleh semua pihak dapat membantu
memfasilitasi dialog yang lebih efektif dan meredakan ketegangan yang ada.
Selain itu, penting untuk mengintensifkan peran lembaga hukum internasional dalam
menyelesaikan perbedaan interpretasi hukum antara Rusia dan Ukraina. Pengajuan
klaim hukum oleh kedua belah pihak ke lembaga seperti Mahkamah Internasional dapat
memberikan platform yang netral untuk mempertimbangkan argumen dan meredakan
ketegangan. Keputusan lembaga ini dapat memberikan dasar hukum yang kuat dan
objektif untuk mengatasi perbedaan pandangan dan memfasilitasi penyelesaian yang
adil. Selain itu, penting untuk melibatkan masyarakat internasional dalam upaya
penyelesaian konflik ini. Komunitas internasional dapat memberikan dukungan politik,
diplomasi, dan sanksi ekonomi yang tepat guna untuk mendorong Rusia dan Ukraina
untuk mencari solusi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip hukum internasional.
Selain itu, organisasi hak asasi manusia internasional dan lembaga pemantau harus terus
memantau situasi dan melaporkan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di
wilayah yang terdampak konflik. Hal ini akan membantu mempertahankan tekanan
internasional dan memperkuat kebutuhan akan penyelesaian yang menghormati hak
asasi manusia.
Di atas segalanya, penting untuk mengubah paradigma dan menciptakan lingkungan di
mana penyelesaian konflik dapat tercapai melalui dialog, rekonsiliasi, dan kompromi.
Hal ini melibatkan upaya bersama untuk memahami perbedaan perspektif dan mencari
titik temu yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Meskipun tantangan yang
dihadapi adalah besar, dengan komitmen yang kuat untuk menghormati prinsip-prinsip
hukum internasional, hak asasi manusia, dan kedaulatan negara, serta melalui upaya
yang berkelanjutan dan inklusif, konflik antara Rusia dan Ukraina dapat diatasi untuk
mencapai perdamaian dan keadilan yang berkelanjutan.
Perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik antara Rusia dan Ukraina
memiliki implikasi yang kompleks terhadap persepsi dan penyelesaian konflik ini.
Perbedaan ini mencerminkan ketegangan politik, sejarah konflik, dan kepentingan
strategis yang saling bertentangan antara kedua negara. Implikasi pertama adalah
adanya ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan yang berkelanjutan dan
menghormati kedaulatan Ukraina. Ketika kedua belah pihak memiliki pandangan yang
berbeda tentang legalitas dan legitimasi tindakan yang diambil, mencapai titik temu
16 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

yang dapat diterima menjadi lebih sulit. Hal ini dapat mengakibatkan kebuntuan politik
dan memperpanjang konflik yang berdampak negatif pada masyarakat dan ekonomi
kedua negara.14
Selanjutnya, perbedaan interpretasi hukum juga memengaruhi persepsi internasional
terhadap konflik ini. Negara-negara dan organisasi internasional memiliki
kecenderungan untuk memihak pada pihak yang sesuai dengan interpretasi hukum
mereka sendiri. Hal ini dapat menciptakan persepsi yang berbeda-beda mengenai siapa
yang bertanggung jawab atas konflik dan bagaimana penyelesaiannya seharusnya.
Negara-negara dengan kepentingan strategis atau ikatan historis dengan Rusia atau
Ukraina cenderung memberikan dukungan politik dan diplomasi kepada pihak yang
mereka pilih, dan hal ini dapat memperumit upaya mediasi dan penyelesaian yang
obyektif.
Selain itu, perbedaan interpretasi hukum mempengaruhi perlindungan hak asasi manusia
di wilayah yang terkena dampak konflik. Ukraina dan masyarakat internasional
mengecam pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Rusia dan kelompok
separatis di wilayah Donbas. Namun, Rusia dan kelompok separatis berpendapat bahwa
mereka bertindak dalam rangka melindungi kepentingan dan hak-hak kelompok etnis
Rusia. Perbedaan interpretasi ini mengaburkan batasan antara perlindungan hak asasi
manusia dan legitimasi tindakan keamanan yang diambil oleh kedua belah pihak. Hal
ini menyulitkan pemantauan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi
manusia, dan dapat mengakibatkan kondisi yang tidak aman dan melanggar hak asasi
manusia bagi penduduk di wilayah tersebut.
Dalam upaya menyelesaikan konflik ini, penting untuk mencari pendekatan yang
inklusif dan komprehensif. Perundingan diplomatik yang melibatkan semua pihak
terkait harus didorong, dengan fokus pada mencapai kesepakatan politik yang
menghormati prinsip-prinsip hukum internasional dan mengutamakan perlindungan hak
asasi manusia. Mediator internasional dan lembaga hukum internasional harus terlibat
untuk memfasilitasi dialog yang konstruktif dan membantu menyelesaikan perbedaan
interpretasi hukum yang ada. Selain itu, upaya pendidikan dan pembangunan kapasitas
hukum di kedua negara dapat membantu mengatasi kesenjangan pemahaman dan
mempromosikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip hukum internasional.
Selanjutnya, masyarakat internasional juga memiliki peran penting dalam
mempengaruhi persepsi dan penyelesaian konflik ini. Negara-negara dan organisasi
internasional harus mengambil sikap yang konsisten dalam mendukung prinsip-prinsip
hukum internasional dan hak asasi manusia. Sanksi ekonomi yang ditargetkan dan
14
Suparno, Bambang. (2020). "Hukum Internasional dalam Penyelesaian Konflik Rusia dan Ukraina: Studi
Kasus Aneksasi Krimea." Jurnal Hukum dan Perundangan, Volume 16(1), Halaman 35-54.
tekanan politik dapat digunakan untuk mendorong kedua belah pihak untuk
berkomitmen pada proses penyelesaian yang adil dan berkelanjutan. Dalam kesimpulan,
perbedaan interpretasi hukum internasional dan domestik antara Rusia dan Ukraina
memainkan peran krusial dalam persepsi dan penyelesaian konflik ini. Implikasi yang
kompleks meliputi ketidakmampuan mencapai kesepakatan yang berkelanjutan,
persepsi yang berbeda-beda di tingkat internasional, dan dampak pada perlindungan hak
asasi manusia. Upaya bersama untuk membangun dialog yang saling menghormati,
melibatkan lembaga hukum internasional, serta mendapatkan dukungan dari masyarakat
internasional dapat membantu meredakan ketegangan dan mencapai penyelesaian yang
adil dan berkelanjutan.

VI. KESIMPULAN
Dalam konflik antara Rusia dan Ukraina, perbedaan interpretasi hukum internasional
dan domestik memainkan peran sentral dalam mempengaruhi persepsi dan penyelesaian
konflik ini. Perbedaan pandangan tentang legalitas dan legitimasi tindakan yang diambil
oleh kedua belah pihak menghalangi tercapainya kesepakatan politik yang dapat
mengakhiri konflik. Implikasi dari perbedaan ini meliputi ketidakmampuan untuk
mencapai penyelesaian yang adil, persepsi internasional yang berbeda-beda, dan
perlindungan hak asasi manusia yang terhambat.
Untuk mengatasi perbedaan interpretasi ini, penting untuk melibatkan mekanisme
hukum internasional yang independen dan objektif, serta membangun dialog yang
inklusif dan komprehensif. Dukungan dari masyarakat internasional, baik melalui
tekanan politik maupun sanksi ekonomi, juga diperlukan untuk mendorong penyelesaian
yang menghormati prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia.
Meskipun tantangan yang dihadapi adalah besar, upaya yang berkelanjutan dan
komitmen yang kuat dapat membawa konflik ini menuju perdamaian dan keadilan yang
berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Bambang Suharnoko S. dan Ketut Gede Putra Nindiasa. (2020). Hukum Internasional:
Konflik, Perdamaian, dan Keamanan. Rajawali Pers.
Edmon Makarim, I. P. M. R., & Harry Akhmad S. (2020). Hukum Internasional:
Konflik dan Kedaulatan. PT Citra Aditya Bakti.
18 | Perspektif Konflik Rusia Dan Ukraina Dalam Kacamata Hukum

Surya Tjandra. (2019). Perang Proksi dan Perdamaian Dunia. Ghalia Indonesia.
Syahrul Mubarok. (2019). Perang Dunia Rusia-Ukraina: Pengaruh dan Implikasi
Terhadap Keamanan Energi di Eropa Timur. Prenada Media Group.

Jurnal:

Abdul Gani Abdullah. (2018). Hukum Internasional: Konflik dan Keamanan


Internasional. Kencana.
Arief, F. A. (2018). Konflik Rusia-Ukraina dalam Kajian Hukum Internasional. Jurnal
Ilmu Sosial dan Humaniora, 8(2), 189-201.
Kurniawan, Taufik. (2022). "Dinamika Konflik Rusia dan Ukraina dalam Kerangka
Hukum Internasional." Jurnal Hukum Internasional, Volume 8(2), Halaman 157-
176.
Miftakhul Huda, S. (2021). Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Rusia-
Ukraina: Analisis Perspektif Hukum. Jurnal Hukum Internasional dan Hubungan
Internasional, 7(2), 156-170.
Mustofa, A., & Hasbi, H. (2020). Analisis Konflik Rusia-Ukraina dari Perspektif
Hukum Internasional dan Implikasinya terhadap Keamanan Energi Eropa. Jurnal
Ilmu Hubungan Internasional, 17(1), 55-68.
Pramono, Dwi. (2018). "Implikasi Konflik Rusia-Ukraina terhadap Kedaulatan Ukraina
dalam Perspektif Hukum Internasional." Jurnal Ilmu Hukum Dan Kriminologi,
Volume 4(2), Halaman 78-93.
Purbosari, I., & Saputro, W. (2020). Implementasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional
dalam Penyelesaian Konflik Rusia-Ukraina. Jurnal Ilmu Politik dan Hubungan
Internasional, 9(2), 157-170.
Purnama, Budi. (2021). "Analisis Yuridis Konflik Rusia dan Ukraina dalam Perspektif
Hukum Internasional." Jurnal Hukum dan Pembangunan, Volume 17(2),
Halaman 123-142.
Suparno, Bambang. (2020). "Hukum Internasional dalam Penyelesaian Konflik Rusia
dan Ukraina: Studi Kasus Aneksasi Krimea." Jurnal Hukum dan Perundangan,
Volume 16(1), Halaman 35-54.
Widyawati, Ayu. (2019). "Perlindungan Hukum terhadap Hak Asasi Manusia di
Ukraina: Studi Kasus Konflik dengan Rusia." Jurnal Hukum dan Politik,
Volume 21(3), Halaman 325-342.

Anda mungkin juga menyukai