Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA

DISUSUN OLEH:
NUR ADELIA SAHAR 19801006
NURMALA SJACHRUDDIN 19801010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2023/2O24
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tentang
perkembangan agama pada masa remaja.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang perkembangan agama pada masa
remaja ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 3 Januari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................7
4. Kerangka Konsep.............................................................................................................................7
C. Tujuan..............................................................................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................................................8
A. Deskripsi Teori.................................................................................................................................8
BAB III........................................................................................................................................................12
A. Langkah-Langkah Penelitian.........................................................................................................12
B. Jenis Penelitian.............................................................................................................................12
C. Lokasi Penelitian...........................................................................................................................12
D. Sumber Data.................................................................................................................................12
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................................12
BAB IV........................................................................................................................................................13
BAB V.........................................................................................................................................................18
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam perkembangan manusia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia mengalami
perkembangan agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu dilahirkan pasti akan
mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang tuanya yang menjadikan
anak itu Islam, Yahudi atau Nasrani. Masa remaja merupakan periode peralihan, masa mencari
identitas ketika manusia itu sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir
bagaimana cara mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-
harinya. Sukar untuk menentukan secara pasti mengenai perkembangan pada remaja. Sebab,
remaja telah melalui proses pembinaan diri dalam waktu yang cukup lama, sejak lahir hingga
dewasa. Waktu dan kondisi serta berbagai peristiwa yang dilaluinya telah banyak membawa
hasil dalam berbagai bentuk sikap dan modal kelakuan itu karena masing-masing telah terbina
dalam berbagai kondisi dan situasi keluarga, sekolah, dan lingkungan yang berlainan satu sama
lain (Arifin, 2015).
Perkembangan jiwa agama pada masa remaja bersifat berurutan mengikuti sikap
keberagamaan orang-orang yang ada disekitarnya. Secara singkat, perkembangan jiwa agama
anak-anak remaja di usia ini, yaitu:
1. ibadah mereka karena dipengaruhi oleh keluarga, teman, lingkungan, dan peraturan sekolah.
Belum muncul dari kesadaran mereka secara mandiri.
2. kegiatan keagamaan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi emosional dan pengaruh luar diri
(Sujanto, 1981).

Namun sebaliknya pada remaja yang kurang mendalam ilmu agamanya dan kurang
matang jiwa keagamaannya, mereka akan cenderung memilih hal-hal negatif yang bertentangan
dengan syari‟at agama, misalnya dengan mendatangi dukun, atau memakai jimat untuk
kekebalan tubuh. Perilaku yang tidak rasional ini mereka pilih sebagai salah satu upaya untuk
mendapat pengakuan dari orang-orang disekitarnya agar mereka dianggap hebat dan memiliki
kelebihan.

4
Manusia tumbuh dan berkembang secara fisik seiring berjalannya waktu, di mulai dari
anak hingga menjadi dewasa. Selama perkembangan itu terjadi pula perkembangan intelektual
dan psikologis mental secara terus-menerus yang di ikuti akan rasa ingin tahu dan minat yang
besar pada hal baru di dunia luar, baik dari segi ilmu pengetahuan rasa ingin tahu terhadap hal-
hal yang bersifat rohaniah. Sehingga muncul adanya dorongan untuk mencari pengalaman serta
pengetahuan yang baru. Muhibbinsyah berasumsi bahwa perkembangan merupakan tahapan
pertumbuhan atau proses ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan artinya tahapan peningkatan
sesuatu dalam hal ukuran, jumlah, dan arti pentingnya. Selain itu, Muhibbinsyah juga
memberikan kesimpulan terkait perkembangan yaitu sebagai rentetan perubahan rohani serta
jasmani seseorang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.

Saat masa kanak-kanak, segala pengetahuan yang di dapatkan dari guru mereka baik di
sekolah ataupun di tempat mereka mempelajari ilmu agama (pesantren) langsung diterima oleh
anak tanpa adanya proses filterisasi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru mereka. Selain
dari ilmu pengetahuan, pola sikap dan tingkah laku yang ada di sekitarnya baik dari orang tua,
keluarga atau bahkan dari kehidupan sosial yang di sekitarnya selalu di tiru dan direspon dengan
cepat, sehingga anak mengikuti pola tingkah laku yang ada di lingkungan sekitarnya.
Berbeda dengan pertumbuhan pada masa anak, perubahan yang di alami oleh remaja
berdasarkan pernyataan diatas dapat menimbulkan rasa cemas, goncang terhadap emosi dan
kehawatiran. Berlangsungnya perubahan ini menimbulkan dampak terhadap kepercayaan atau
agama yang didapatnya saat masih kecil, yaitu dapat mengalami kegoncangan. Hal ini di
tunjukan oleh kepercayaan remaja terhadap Tuhan menjadi melemah, sehingga muncul rasa
keraguan terhadap Tuhan,
Namun terkadang sebaliknya kepercayaannya terhadap Tuhan semakin kuat. Hal ini
dapat di lihat dari bagaimana sikap keberagamaannya yang tidak konsisten, karena kepercayaan
terhadap Tuhan tergantung pada emosi yang sedang di alaminya. Sikap keagamaan merupakan
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai
dengan tingkat ketaatannya terhadap agama, dan ketaatan itu muncul tentu tidak secara tiba-tiba
dan tanpa sebab, baik dari dalam dirinya ataupun faktor luar yang ikut mempengaruhi yaitu
lingkungan.
Masa remaja adalah masa yang paling tidak stabil. Karena pada masa ini merupakan
masa yang menentukan seorang manusia ke depannya, bila saat remaja rajin melakukan hal-hal
yang positif, maka mereka tidak akan mudah terpengaruhi oleh hal yang bisa di bilang tidak baik
di dunia luar. Begitupun sebaliknya, remaja akan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak
begitu baik saat dia jauh dari kegiatan positif. Terlebih pergaulan remaja sekarang lebih sering
terdengar dengan hal negatifnya di bandingkan hal positifnya. Maka dari itu binaan serta
perhatian dari orang tua, guru, serta nilai-nilai keagamaan sangat berpengaruh besar terhadap

5
perilaku dan pergaulan remaja. Maka dengan sendirinya orang tersebut akan mempunyai
kecenderungan terhadap kehidupan dalam aturan agama, terbiasa menjalani ibadah, mempunyai
rasa takut saat akan melangkahi larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup
beragama.
Seseorang dikatakan remaja tidak hanya karena perubahan yang dialami secara fisiknya
saja, namun juga berkembang dalam hal intelektual dan tingkah laku yang berubah pula, karena
masa remaja ini adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa. Mereka tidak lepas dari
problematika yang dihapi di saat remaja, bisa jadi di antara mereka ada yang kehilangan
pegangan hidupnya yang di akibatkan dari pengaruh lingkungan disekitarnya yang negatif. Saat
remaja cenderung selalu mengedepankan ego mereka sendiri untuk mencari perhatian dari orang
tua, menemukan jati dirinya, dan ingin dikenal oleh masyarakat luas dengan cara berprilaku apa
saja yang mereka inginkan. Bahkan tak jarang prilaku mereka ini melampaui batas-batas norma
dan etika dalam agama yang berlaku di masyarakat. Dalam artian, segala petuah yang diberikan
dari orang tua tidak banyak berpengaruh terhadap mereka, karena kalah dengan ego mereka
sendiri. Yang menimbulkan kehilangan kontrol dalam kehidupan sehari-hari.
Zakiah Darajat menyatakan bahwa : “Dasar-dasar keyakinan, Ide-ide agama dan pokok-
pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya, ide-ide dan
pokok-pokok ajaran agama yang diterimanya waktu kecil akan berkembang dan bertambah subur
apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapatkan kritikan-kritikan
dalam hal agama itu”. Dalam pernyataan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama
yang didapatkan anak sejak kecil dari orang tua maupun gurunya mempunyai pengaruh besar
dalam kehidupan remajanya. Anak dibimbing dengan arahan yang seksama dan dijauhkan dari
segala sesuatu yang akan merusak keyakinannya dalam beragama.
Hal ini pula yang dialami oleh sebagian besar remaja di Kota Makassar, di mana hampir
sebagian dari mereka lebih memilih memenuhi kebutuhan ego nya dan bersikap seolah
menjadikan kebutuhan rohaninya sebagai penghambat dalam setiap aktifitasnya. Namun saat
pada masa usia anak-anak, hampir seluruhnya dari mereka mendapatkan pelajaran agama disatu
tempat yang sama. Seiring berjalannya waktu satu persatu dari mereka mulai timbul rasa enggan
untuk Kembali membekali mereka dengan ilmu agama, tepatnya saat usia mereka mulai
memasuki fase remaja yang kala itu bisa dirata-ratakan usia 14 tahun (SMP).
Hal yang menarik untuk di jadikan sebagai objek penelitian sesuai dengan uraian di atas,
penulis akan meneliti lebih spesifik dari kalangan para remaja yang akan di teliti secara acak dari
remaja yang memiliki lingkungan sosial yang berbeda-beda. Di wilayah kota ini terdapat
beberapa tokoh keagamaan yang berkompeten dalam bidangnya sehingga hampir seluruh para
remaja di sini mendapatkan pembelajaran tentang agama Islam. Dalam hal ini apakah kondisi
dan kegiatan keagamaan memberikan pengaruh yang baik ataupun sebaliknya terhadap
pengalaman keagamaan para remaja ini yang nantinya akan melahirkan sifat atau sikap dalam
keberagamaannya.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, hal ini membuat penulis tertarik untuk
menelitinya dengan judul :” Perkembangan Agama Pada Masa Remaja”

6
Rumusan Masalah
Merujuk pada pernyataan di atas, maka penelitian ini memunculkan perumusan masalah
guna menghindari pembahasan yang tidak sesuai dengan penellitian sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap remaja terhadap agama?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan beragama pada remaja?
3. Bagaimana cara melakukan pembinaan agama pada masa remaja?
4. Kerangka Konsep

Perkembangan Jiwa agama


Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Sikap remaja terhadap agama perkembangan beragama pada remaja

Pembinaan agama pada masa remaja

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang perkembangan agama pada masa remaja:
1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan beragama pada masa remaja

7
2. Mengetahui cara melakukan pembinaan agama pada masa remaja
3. Mengetahui sikap remaja terhadap agama

BAB II
KAJIAN TEORI
Deskripsi Teori
Perkembangan Agama Pada Masa Remaja
1. Teori Perkembangan Agama
Makna agama dan keyakinan beragama berubah sepanjang jalan perkembangan, sebagian
besar teori agama memiliki landasan teori perkembangan kognitif Piaget (Bridges & A.Moree,
2002). Fokus dari teori-teori ini adalah pada struktur pemikiran keagamaan karena berubah dari
waktu ke waktu, bukan pada isi keyakinan agama, yang paling terkenal di antara teori-teori ini
adalah teori Elkind, Goldman, Fowler, dan Oser. Teori-teori ini memiliki kesamaan bahwa
pemikiran keagamaan, dalam hubungannya dengan bidang pemikiran lainnya, bergerak dari
sesuatu yang konkret dan keyakinan literal di masa kanak-kanak ke pemikiran keagamaan yang

8
lebih abstrak di masa remaja. Teori-teori perkembangan keagamaan yang dielaborasi oleh
Elkind, Fowler, dan Oser, serta perspektif teoritis keterikatan Kirkpatrick tentang perkembangan
perbedaan individu dalam agama. Berikut akan dijelaskan beberapa teori tentang perkembangan
agama yaitu;
a. Studi Elkind tentang perkembangan agama
Pada masa remaja dan dewasa, individu-individu memahami bahwa setiap agama yang
berbeda memiliki keyakinan dasar yang berbeda, termasuk keyakinan yang berbeda tentang sifat
Allah (atau para dewa) dan manusia, dan hubungan antara keduanya yang diungkapkan melalui
ibadah, doa, dan kegiatan kehidupan sehari-hari. Ketika remaja dan dewasa mereka lebih sadar
dalam beragama dan beribadah, patuh terhadap perintah-perintah di dalam agama mereka dan
menganggap agama penting dalam kehidupan mereka. Elkind pada tahun (1964; 1970) dalam
artikelnya menemukan bahwa pemahaman seperti itu tentang kepercayaan dan praktik
keagamaan tidak hadir pada anak-anak, tetapi lebih berkembang di masa kanak-kanak.
Elkind menyatakan bahwa ada tiga tahap perkembangan agama di masa kanak-kanak dan
remaja yang sejajar dengan tahap pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal
perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget.
b. Teori pengembangan Iman Fowler
Fowler mengembangkan teori pengembangan iman seperti teori Elkind, mencakup
serangkaian tahapan yang sebagian besar mengikuti teori tahap perkembangan kognitif Piaget.
Teori ini juga sangat dipengaruhi oleh teori psikososial Eric Erikson tentang pengembangan
identitas ego. Sebagaimana didefinisikan oleh Fowler, Iman adalah proses dinamis dari
komitmen yang memusatkan kepercayaan dan kesetiaan kita, ketergantungan dan kepercayaan
diri pada realitas kehidupan.
Fowler menyarankan bahwa iman berkembang dalam konteks hubungan antar pribadi, dan
kapasitas dan kebutuhan akan iman adalah sifat bawaan manusia. Iman mencakup iman religius,
tetapi iman juga dapat mencakup kepercayaan dan kesetiaan pada pusat nilai termasuk keluarga,
negara, dan lainnya.
c. Teori Oser
Teori Oser berfokus pada pengembangan penilaian agama. Oser mendefinisikan penilaian
agama sebagai alasan yang menghubungkan realitas sebagai pengalaman dengan sesuatu di luar
realitas yang berfungsi untuk memberikan makna dan arah tujuan hidup (Bridges & A.Moree,
2002). Oser sangat tertarik pada perubahan perkembangan dalam penjelasan yang dimiliki anak-
anak dan orang dewasa untuk pengalaman, baik pribadi maupun yang diamati, yang tampaknya
bertentangan dengan kepercayaan agama.
Oleh karena itu penilaian agama melibatkan jawaban yang ditemukan oleh individu untuk
mereka sendiri yang mendamaikan iman agama dan kenyataan yang tampaknya bertentangan
dengan iman itu.
Oser menggambarkan lima tahap dalam pengembangan penilaian agama, tiga diantaranya
merupakan tahap-tahap penalaran yang dicapai pada masa kanak-kanak dan remaja, dan yang
keempat berkembang dalam minoritas individu di masa remaja.
Tahap 1,
pandangan anak-anak tentang Tuhan sangat konkret dan literal. Tuhan dilihat sebagai terlibat
langsung dalam peristiwa sehari-hari di dunia, sebagai penyebab semua peristiwa dan sebagai

9
menciptakan semua hal. Tuhan harus dipatuhi karena ketidaktaatan membawa hukuman
langsung, seperti kecelakaan atau sakit. Pada saat yang sama, individu dipandang memiliki
pengaruh minimal terhadap Tuhan. Bentuk penilaian religius ini sejajar dengan tahap paling awal
dari penalaran moral prakonvensional seperti yang dijelaskan oleh Colby dan Kohlberg (1987),
di mana hukum dan peraturan harus dipatuhi terutama untuk menghindari hukuman.
Pada tahap 2 dan 3,
anak-anak dan remaja yang lebih tua memandang Tuhan dengan cara yang kurang
menghukum. Tuhan dapat dipengaruhi oleh perilaku baik seorang individu, dengan doa, dan
kepatuhan pada ritual dan praktik keagamaan. Terlihat sebagai bukti dalam kehidupan yang sehat
dan bahagia, murka Tuhan atas kegagalannya untuk campur tangan di saat terjadi perselisihan.
Pada saat yang sama, Tuhan juga dipandang lebih kecil kemungkinannya untuk campur tangan
secara konkret dan langsung dalam urusan manusia.
Pada tahap 4 dan 5,
individu yang mempertahankan iman dapat kembali kepada Tuhan sebagai pencipta akhir
yang merupakan sumber kebebasan dan kehidupan, dan yang keberadaannya membuat hidup
bermakna. Teori Oser tidak menyarankan bahwa semua penilaian agama yang diperlihatkan oleh
seorang individu akan selalu berada pada tahap yang sama, atau bahwa semua individu pada usia
yang sama akan menunjukkan tingkat penilaian agama yang sama.
d. Teori Kirkpatrick
Kirkpatrick mengusulkan bahwa kepercayaan dan praktik keagamaan individu dipengaruhi
oleh orang tua mereka, dan kualitas hubungan ikatan orangtua-anak.
Menurut Kirkpatrick (Bridges & A.Moree, 2002) anak-anak yang hubungan dengan orang
tuanya aman cenderung untuk mengadopsi kepercayaan agama orang tua mereka. Lebih lanjut,
berdasarkan pada teori kelekatan, Kirkpatrick menyarankan bahwa hubungan individu dengan
Tuhan dapat dianggap sebagai hubungan kelekatan. Seperti halnya hubungan kelekatan yang
dibangun antara pengasuh dengan bayi, diharapkan akan sangat mempengaruhi karakteristik
kualitas hubungan dengan Tuhan. Hubungan yang baik dengan orang tua yang beragama, dapat
ditiru oleh anak bagaimana orang tua mereka beragama dengan tingkat religiusitas yang tinggi
dan kepercayaan pada Tuhan.
Begitu sebaliknya hubungan yang tidak aman dengan orang tua, akan membuat anak atheis
dan meragukan kepercayaan mereka pada Tuhan. Pada masa remaja atau dewasa, seseorang
dapat beralih ke hubungan pribadi dengan Tuhan dalam upaya untuk mendapatkan keamanan
yang tidak tersedia bagi mereka dari hubungan keterikatan awal mereka.
2. Masa Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan salah satu istilah yang familiar, sebab kita sering mendengarnya dalam
kehidupan sehari-hari. Remaja biasanya disematkan pada mereka yang berumur di atas 10 atau
12 tahun. Tingkahnya yang penuh energik kerap menjadi salah satu ciri untuk mengenalinya.
Banyak yang bilang masa remaja adalah masa pubertas, di mana mulai terjadi kematangan
kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama diumur-umur pertama fase remaja. Namun,
pubertas bukan merupakan peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi begitu saja. Pubertas
merupakan bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur.

10
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Kata
pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual
menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan.
Menurut Santrock, kita dapat mengetahui kapan seorang anak muda mengawali masa
pubertasnya. Tetapi menentukan secara tepat permulaan dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk
menarche yang terjadi agak terlambat pada masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang
menggemparkan pada masa pubertas.
Selanjutnya, pada tahun 1974 menurut WHO pengertian remaja adalah dapat bersifat lebih
konseptual. Di mana dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja
adalah suatu masa di mana:
 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
 Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa.
 Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif
lebih mandiri
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan sebelum masa
dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja, baik perubahan fisik
maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami menarche dan pada laki-laki
setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa remaja relatif bergejolak dibandingkan
dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk
diperhatikan.
b. Batasan Usia Remaja
Setelah mengetahui pengertian remaja, selanjutnya kita juga perlu mengetahui secara jelas
mengenai batasan usia remaja itu sendiri. Jika dilihat dari tahapan perkembangan individu dari
masa bayi hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan
yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir.
Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan, yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki
yaitu 15-17 tahun. Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan, yaitu 15-18 tahun
dan pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan
yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun.
Selanjutnya, batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes
RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19
tahun.
Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan
relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan
perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

Langkah-Langkah Penelitian
Sebagai langkah untuk memudahkan penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan
langkah seperti berikut :
Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan termasuk kedalam penelitian kualitatif, yaitu penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci mengenai dinamika keberagamaan yang terjadi pada remaja.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Jl.Rsi.Faisal XIV Lr.7 Kecamatan Rappocini Kelurahan
Banta-Bantaeng Kota Makassar. Pemilihan lokasi ini dilakukan tentunya dengan berbagai
pertimbangan mengapa penelitian ini dilakukan dilokasi ini, karena akses menuju lokasi ini
dekat dengan rumah. Selain itu kondisi masyarakatnya mudah untuk saling berinteraksi satu
sama lain .
Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer merupakan kumpulan data
yang di hasilkan dari responden langsung yang memberikan data kepada pengumpul data.
Sumber data primer ini diperoleh langsung dari hasil wawancara terhadap pelaku keagamaan
remaja itu sendiri.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yaitu dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik
pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan terhadap narasumber,
dan narasumber menjawab secara lisan juga. Wawancara dilakukan terhadap beberapa
narasumber diantaranya kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, anggota masyarakat, dan
tentunya terhadap remaja itu sendiri.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Penyajian hasil penelitian dan analisis data bertujuan untuk menjawab permasalahan dan

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Secara berurutan di kemukakan hasil analisis data

berupa perkembangan agama pada masa remaja.

1. Narasumber Pertama

Narasumber (N): Resky Aulia Putri Ahsan (16)

Profil singkat: Pelajar di SMK 2 Makassar


Pewawancara (P): Adelia Sahar
Transkrip wawancara
P : Bagaimana cara melakukan pembinaan agama pada masa remaja ?

N : Diajak baik-baik dan diperkenalkan dengan pelan-pelan tanpa paksaan

P : Bagaimana peran agama terhadap perkembangan psikis remaja?

N : Jujur saya sebagai remaja, peran agama sangat besar karena agama bisa menghindarkan kita

dari maksiat dengan mengingat agama

P : Bagaimana sikap remaja terhadap agama dengan semestinya ?

N : Harusnya lebih taat terhadap agama semisal sholat, mengaji dan sebagainya berhubungan

dengann agama.

P : Apa saja yang mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja?

13
N : Mungkin karena pergaulannya yang terpengaruh dengan dunia luar sehingga lupa dengan

agama dan teman-teman yang tidak mengingatkan tentang perintah agama

P : Bagaimana cara menghindari ajakan yang sesat ?

Memilih pergaulan yang tepat dan teman yang selalu mengingatkan dalam kebaikan

2. Narasumber Kedua

Narasumber (N): Siti Masyita Nur Islamiah (18)

Profil singkat: Alumni Pelajar di SMK 2 Makassar


Pewawancara (P): Adelia Sahar
Transkrip wawancara
P : Bagaimana cara melakukan pembinaan agama pada masa remaja ?

N : Guru atau orangtua mengajarkan dasar-dasar agama yang penting serta pembelajaran yang

menarik

P : Bagaimana peran agama terhadap perkembangan psikis remaja?

N : berperan penting terhadap perkembangan remaja setiap fase usianya

P : Bagaimana sikap remaja terhadap agama dengan semestinya ?

N : Menjalankan agama semisal sholat, dan tidak pacaran serta jangan kebanyakan nongkrong

P : Apa saja yang mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja?

N : Ajakan hijrah melalui kajian online semakin massif sehingga perkembangan agama di masa

remaja lebih cepat

P : apa yang bisa diterapkan agar remaja bisa menjadi manusia yang beragama ?

14
Rajin mengikuti kajian keagamaan, dan semangat memperbaiki melalui social keagamaan dan

program sarana menuntut ilmu agama

Pembahasan
1. Resky Aulia Putri Ahsan

setelah melakukan wawancara mengenai perkembangan agama pada masa remaja

kita dapat mengetahui bahwa, Menurut Resky Aulia Putri Ahsan perkembangan agama

pada masa remaja berkaitan dengan 2 faktor yaitu faktor baik dan juga faktor buruk,

dimana faktor baik yaitu dengan cara melaksanakan kewajiban sebagai umat islam,

sedangkan faktor buruk yaitu melakukan tindakan kriminal atau melakukan perbuatan

zina yang sangat di larang oleh agama.

Cara melakukan pembinaan agama pada masa remaja yaitu dengan di ajak baik-

baik dan di perkenalkan dengan pelan-pelan tanpa paksaan yang artinya dengan sukarela

mereka ingin belajar tentang agama demi kehidupan yang damai, saat usia masih kanak-

kanak bahkan saat kita baru lahir agama telah ada pada diri kita sebab agama kita

mengikut agama yang di anut oleh kedua orang tua kita.

Adapun peran agama terhadap psikis remaja itu sangatlah penting, sebab saat

seseorang lalai bahkan sampai tidak peduli terhadap agama, ini akan menyebabkan

seseorang menjadi sosok yang mempunyai sifat atau karakter yang dengan mudah

menghalalkan segala cara hanya demi kesenangan mereka. Oleh karena itu sedari kecil

para orang tua sangat perlu mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang hal-hal yang

boleh dan tidak boleh untuk di lakukan agar anak-anak mereka menjadi sosok yang

bertanggung jawab dan patuh terhadap agama, yaitu mengajarkan anak-anak mereka

shalat 5 waktu, mengaji, bersedekah, menjauhi perbuatan zina dan perilaku tercela

lainnya.

15
Tidak hanya itu, perkembangan agama pada masa remaja juga bisa di pengaruhi

oleh beberap faktor, salah satunya yaitu pergaulan, banyak di antara mereka salah

memilih pergaulan yang mampu membuat mereka menjadi pribadi yang buruk,

contohnya terpengaruh oleh dunia luar sehingga lupa dengan kewajiban mereka dan tidak

adanya teguran dari teman-teman terdekat. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para

remaja untuk memilih pergaulan yang tepat dan berteman dengan orang-orang yang

senantiasa mampu mengingatkan dalm hal kebaikan.

2. Siti Masyita Nur Islamiah

Menurut Siti Masyita Nur Islamiah cara melakukan pembinaan agama pada

remaja yaitu melalui orang tua atau guru yang mampu menjelaskan dengan baik tentang

dasar-dasar agama yang menurutnya penting untuk bekal kehidupan mereka dengan cara

yang sangat mudah untuk di pahami dan di mengerti oleh sang pendengar.

Adapun peran agama dalam perkembangan masa remaja yaitu sangatlah penting

untuk perkembangan remaja di setiap fase usianya. Tidak jauh dari hal-hal yang

seharusnya wajib untuk mereka kerjakan yaitu mengerjakan shlat 5 waktu, menghindari

perbuatan zina dan tidak berpacaran, dan tidak lupa waktu saat nongkrong. Adapun hal-

hal positif yang dapat mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja yaitu

dengan cara mengikuti bermacam-macam kajian yang mengajak para remaja untuk

mengenal agama lebih dalam, bahkan pada zaman sekarangpun kajian-kajian telah

banyak di jumpai di lakukan dengan cara online atau sering di sebut dengan cara daring

yang dapat memudahkan para remaja untuk ikut dalam kajian meski berada di tempat

yang jauh. Hal ini seharusnya di terapkan oleh para remaja sebagai bentuk semangat

16
untuk memperbaiki diri melalui sosial keagamaan dan program sarana menuntut ilmu

agama agar mampu menjadi manusia yang beragama.

Maka dari itu seharusnya para individu dapat atau mampu memilih lingkungan

yang baik, menjauhkan diri dari lingkungan buruk agar tidak terjerumus kedalam hal-hal

yang sangat di larang oleh agama kita.

17
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Masa remaja adalah masa yang sangat rentan dan sensitif baik secara fisik maupun
psikis, hal itu dipengaruhi oleh proses perkembangan. Remaja mengalami masalah dengan
keadaan dan situasi yang baru dialaminya, boleh dikatakan masa remaja adalah masa
penyesuaian. Jiwa agama pada remaja tumbuh seiring dengan perkembangannya, jiwa remaja
yang belum stabil mengakibatkan adanya jiwa agama yang tidak menetap pada diri remaja.
Adakala remaja yakin dan di lain waktu remaja juga ragu-ragu. Namun ada disaat tertentu
remaja sangat membutuh kan kehadiran Tuhan dan mempunyai keyakinan dengan
pertolongan Tuhan. Perkembangan keagamaan di masa remaja adalah perpanjangan perkem
bangan dari masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh pendidikan, baik pen didikan di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat. Jika pendidikan keagamaan baik maka jiwa agama remaja
akan ber kembangan dengan baik, remaja lebih tertarik dengan pelaksanaan agama yang
moderen dengan penuh seni dan kreatifitas dibandingkan dengan pelaksanaan agama yang
menoton dan konvensional.

18
Daftar Pustaka
Abu Ahmadi, M. S. 2005. Psikologi Per kembangan. Jakarta: Rineka Cipta.

Andisti, Miftah A. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa
Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 2. Hlm. 170-176.

Darajat, Z. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Eko Yuliarto Siroi, Euis Sunarti, dan Diah Krisnatuti 2019. Keberfungsian agama di keluarga,
ancaman, interaksi teman sebaya, dan religiusitas remaja. Jurnal Vol. 12 (1) 2502-3594.

Eni Widahyanti. 2016. Faktor yang Menyebabkan Kurangnya Minat Menggunakan Jilbab pada
Remaja Desa Margoyoso Sumberejo
Tanggamus.(http://repository.radenintan.ac.id/367/1/Skripsi.pdf )

Haditoro, S. R. 2006. Psikologi Perkem bangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hurlock, E. B. 2003. Psikologi Perkem bangan. Jakarta: Erlangga.

Ibnu Hajar.2008. Fathul Barri (penjelasan kitab Shahih al-Bukhari). termahan. Amiruddin, Jilid
XXIII, Jakarta: Pustaka Azzam.

Indri Novionita Lena. 2019. Layanan Bimbingan dan Konseling Melalui Pendekatan Agama
untuk Mengatasi Kenakalan Remaja. Jurnal Bim bingan, Penyuluh, Konseling, dan Psikoterapi
Islam. Vol. 7 (1) 19-40.

Jalaluddin. 2016. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementrian Agama Republik Indonesia. 2010. Al-Qur'an dan Terjemahan nya.Jakarta:


Fokusmedia.

La Ode A. S, Jamaluddin H, Ratna S. Kontrol sosiala masyarakat terhadap maraknya seks bebas
di kalangan pelajar (studi di desa roda kecamatan kolono kabupaten konawe selatan). Sosio
Didaktika: Social Science Education Journal. Vol.3(2) l 441- 448

Maharudin. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ibadah Sholat Remaja Karang
Taruna Kelurahan Tangkerang Barat Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Tinjauan

19
Antara Hukum Diyani dan Hukum Qada’i. (http://repository
.uinsuska.ac.id/743/1/2011_2011105 .pdf).

Muhammaddin.2013. Kebutuhan Manusia terhadap Agama. Palembang: IAIN Raden Fatah.

Nata, Abuddin,2018. Psikologi Pendidikan Islam. Depok: Rajagrafindo Persada.

Phillips, C. Thomas. 2000. Family as the School of Love. Makalah pada National Conference on
Character Building, Jakarta, 25-26 November, 2000.

Rahayu, Rafika Isti.2015.Hubungan Ritual Ibadah Dengan Kenakalan Remaja (Juvenile


Delinquency) di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Malang. (http://etheses.uin
malang.ac.id/1471/).

Ramayulis.2002. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.

Santrock, J. W. 2002. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Syamsu Yusuf, 2011. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rajawali.

Widyastuti, Rahmawati, dan Purnamaningrum.2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Fitramaya

20

Anda mungkin juga menyukai