Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Azis Dwi Utomo

NIM : 20103050046

PENOLAKAN UMAT TERHADAP RISALAH KENABIAN DAN RELEVANSINYA DENGAN


PENOLAKAN MUSLIM TERHADAP UNDANG-UNDANG PERKAWINAN.

A. PENGANTAR TULISAN
Tulisan ini merupakan review terhadap jurnal yang ditulis oleh Prof. Dr.
Khoiruddin, M.A., “Penolakan Umat Terhadap Risalah Kenabian dan
Relevansinya dengan Penolakan Muslim Terhadap Undang-Undang
Perkawinan”, (Jurnal ADHKI: Journal Of Islamic Family Law Volume 2, Nomor 1,
Juni 2020), halaman 25-38. Sub bahasan judul ini yaitu : 1. Pendahuluan, 2.
Ayat-Ayat Penolakan terhadap Risalah Kenabian, 3. Pro dan Kontra Kelahiran
UUP, 4. Relevansi Penolakan Misi Kenabian dengan Hukum Keluarga
Kontemporer, dan 5. Kesimpulan.
B. RINGKASAN
1. Pendahuluan
Kata nabi dari bahasa arab naba, berarti warta , berita, informasi, laporan.
Dalam bentuk transitif berarti memberi informasi, meramal, menceritakan
masa depan. Murtadha menyebut misi pertama sebagai monotheisme
teoritis dan bersifat praktis individual, sementara misi kedua sebagai
monotheisme yang bersifat social. Pertama, para nabi memiliki tujuan
ganda yang berdiri sendiri dalam penyampaiannya.Satu sisi berkait dengan
kehidupan dan kebahagiaan akhirat yang bersifat subjektif. Kedua, tujuan
misi kenabian adalah monotheisme praktis social, yang syarat utamanya
adalah monotheisme teoritis dan praktis individual. Model ketiga, misi
utama risalah kenabian adalah monotheisme teoritsi dan praktis individual
dalam bentuk peniscayaan pengenalan dan pendekatan manusia pada
Tuhannya. Maka untuk kesempurnaan manusia dalam dirinya harus
menyatu nilai-nilai social seperti keadilan, kemerdekaan, kesederhanaan,
kesamaan, toleransi, demokrasi, dan segala sifa dan moralitas social.
2. Ayat-Ayat Penolakan terhadap Risalah Kenabian
Ayat yang memberitakan penolakan umat terhadap risalah para nabi
terdapat tiga alasan inti, yakni; 1. Risalah kenabian memerintahkan untuk
mengubah sesembahan dari sesembahan yang sudah dilakukan bapak dan
kakek mereka menjadi hanya Allah yang disembah; 2. Risalah kenabian
memerintahkan untuk mengubah dari dan meninggalkan apa yang sudah
biasa mereka lakukan mengikuti apa yang dilakukan nenek moyang mereka;
3. Risalah kenabian memerintahkan untuk mengubah dari dan
meninggalkan perilaku mereka mengurangi timbahan mengikuti apa yang
sudah menjadi tradisi nenek moyang.
3. Pro dan Kontra Kelahiran UUP
Alasan penolakan terhadap lahir dan ditetapkan UUP. Pertama, kelahiran
UUP adalah pencabutan hukum perkawinan Adat dan Hukum Perkawinan
Islam, yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Kedua, rencana
aturan batas minimal boleh nikah adalah aturan yang tidak mengakar pada
kebutuhan situasi Indonesia. Larangan perkawinan di bawah umur malah
justru akan memberikan peluang tumbuh suburnya pergaulan bebas.
Ketiga, Islam hanya membolehkan poligami, bukan menganjurkan. Karena
itu, pembolehan poligami menurut Islam disesuaikan dengan tuntutan.
Menjadi isteri kedua, ketiga atau keempat masih lebih baik bagi seorang
wanita daripada melakukan praktek pelacuran (prostitusi).
4. Relevansi Penolakan Misi Kenabian dengan Hukum Keluarga Kontemporer
Relevansi antara penolakan risalah kenabian oleh umat dengan penolakan
kelahiran dan penetapan UUP oleh masyarakat Indonesia adalah sama-
sama menolak berubah dan sama-sama ingin mempertahankan
kemapanan, serta kurang pahamnya masyarakat atas hal yang ditolak.
5. Kesimpulan
Relevansi antara alasan penolakan risalah kenabian oleh umat di satu sisi,
dengan alasan penolakan masyarakat Indonesia terhadap UUP dan
peraturan terkait di sisi lain. Relevansi yang ditemukan adalah dua-duanya
ditolak karena membawa ajakan perubahan. Latar belakang penolakan
adalah kurang atau tidak paham akan perubahan yang dibawa. Maka tugas
para nabi sepanjang hidupnya adalah memahamkan umat. Sejalan dengan
tugas para nabi, maka tugas para peminat, pemerhati, pemikir, dan pakar
Hukum Keluarga Islam Indonesia adalah memahamkan masyarakat
Indonesia akan status UUP. Bahwa UUP dan peraturan terkait adalah
syariah Islam Indonesia. Bahwa UUP malah hasil ijma, sementara fikih,
fatwa, yurisprudensi adalah hasil ijtihad individu.
C. Analisis
Saya setuju dengan isi tulisan ini sebab dilihat dari contoh sejarah dahulu, sikap
manusia kebanyakan enggan menerima perubahan serta mempertahankan suatu
kemapanan. Tulisan ini mengemukakan contoh manusia terdahulu yang sangat
cocok untuk kondisi sekarang sebab di samping menunjukkan kekurangan juga
diberikan saran jalan keluar.

KONTEKTUALISASI MISI RISALAH KENABIAN

DALAM MENANGKAL RADIKALISME

A. PENGANTAR TULISAN
Tulisan ini merupakan review terhadap jurnal yang ditulis oleh Siti Malaiha
Dewi, “Kontektualisasi Misi Risalah Kenabian dalam Menangkal Radikalisme,
(FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 3, Nomor 2,
Desember 2015), halaman 349-370. Sub bahasan judul ini yaitu : 1.
Pendahuluan, 2. Pemahaman Tekstual dan Kontekstual, 3. Rahmat dan Kasih
Sayang Sebagai Misi Risalah Terbesar Nabi Muhammad, 4. Berdakwah Secara
Persuasif, 5. Hidayah Sebagai Hak Prerogatif Allah, 6. Memahami Radikalisme
Dalam Islam, dan 7. Meneguhkan Kembali Misi Risalah dalam Menghadapi
Radikalisme
B. RINGKASAN
1. Pendahuluan
2. Pemahaman Tekstual dan Kontekstual
Pendekatan tekstual merupakan model pendekatan yang menjadikan taks
atau nashsebagai obyek kajiannya. Pendekatan ini menekankan analisisnya
dalam memahami teks dengan memberikan fokus perhatian terhadap
redaksi teks. Sedangkan, pendekatan kontekstual merupakan model
pendekatan yang mengacu pada dimensi konteks yang tidak semata-mata
bertumpu pada makna teks secara lahiriyah, tetapi juga melibatkan dimensi
sosio-historis yang melingkupinya serta keterlibatan sang penafsir dalam
aktifitas penafsirannya
3. Rahmat dan Kasih Sayang Sebagai Misi Risalah Terbesar Nabi Muhammad
Tujuan diutusnya Nabi Muhammad tidak lain adalah untuk menebar kasih
sayang dan perdamaian kepada alam semesta. Sehingga misi risalah sebagai
subtansi dari misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin bersifat universal.
Peneguhan misi risalah kenabian menjadi sangat penting untuk
menegaskan kembali bahwa Islam adalah agama yang cinta damai, ramah,
toleran, dan menghargai perbedaan, dan keragamaan; dan sebaliknya,
Islam bukanlah agama yang mendukung kekerasan, kebencian dan
terorisme.
4. Berdakwah Secara Persuasif
Metode dakwah untuk menyampaikan misi risalah untuk mengajak orang
menuju kebaikan harus dilakukan dengan cara yang santun dan beradab,
bukan dengan cara-cara kekerasan dan biadab. Allah mengajarkan tentang
metode berdakwah dengan tiga cara yaitu; hikmah, mauidhoh hasanah, dan
mujadalah hasanah.
5. Hidayah Sebagai Hak Prerogatif Allah
Dakwah atau seruan yang dilakukan oleh para Nabi tidak serta merta bisa
mempengaruhi kepercayaan seseorang, tidak pula mengubah seseorang
yang tidak beriman menjadi beriman. Hal yang dapat mengubah
kepercayaan seseorang sehingga ia beriman kepada Allah hanyalah hidayah
yang diberikan olehNya. Persoalan hidayah atau petunjuk menjadi hak
istimewa Allah tanpa dapat diintervensi oleh siapapun.
6. Memahami Radikalisme Dalam Islam
Radikalisme dapat dimaknai sebagai faham atau aliran yang menuntut
perubahan dengan cara-cara yang keras. Radikalisme Islam dapat
didefinisikan sebagai cara pandang keagamaan yang dijadikan landasan
untuk melakukan gerakan dalam menegakkan keyakinannya dengan cara-
cara kekerasan atau anarkis. Radikalisme dalam Islam disebabkan oleh
beberapa faktor: Pertama, faktor pemahaman seseorang terhadap Islam
dan penyalahgunaan Islam untuk perorangan. Kedua, pemahaman secara
tektual terhadap teks-teks suci.
7. Meneguhkan Kembali Misi Risalah dalam Menghadapi Radikalisme
Hal-hal yang harus dilakukan untuk meneguhkan kembali misi rislah
kenabian yaitu melalui: Pertama, dengan memahami ajaran agama dengan
baik dan mengkontekstualisasikan ajaran tersebut seiring dengan semangat
zaman. Kedua, menerima dan menghargai perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan suatu pendapat atau keyakinan terhadap orang atau
kelompok lain. Ketiga, menyikapi perbedaan sebagai sunnatullah dan
anugerah dari Allah SWT. Keempat, berdakwah mengajak kebaikan
dilakukan dengan cara-cara yang santun dan bijaksana. Kelima, berdakwah
dengan dilandasi keimanan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya
pemegang hak prerogatif hidayah dan tidak ada satupun selain Allah yang
dapat memberikan hidayah. Keenam, meneladani kepribadian dan Akhlak
Rasulullah SAW sebagai pemegang otoritas risalah di muka bumi. Ketujuh,
mengaktualiasikan rahmat dan kasih sayang sebagai inti misi risalah dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Analisis
Saya setuju dengan isi tulisan ini sebab pada zaman sekarang banyak tindakan-
tindakan yang keras dengan mengatas namakan ajaran Islam, padahal hal
tersebut karena pemahan mereka yang sangat fanatis terhadap kelompoknya dan
menggannggap kelompok yang lain kafir. Tulisan ini mengemukakan bahwa
dakwah dalam islam bersifat persuasif tanpa memaksa dengan cara kasih sayang,
yang mana hal tersebut sangat cocok untuk kondisi sekarang sebab lam itu
membawa kebahagiaan kepada seluruh makhluk di bumi dengan kasih sayang.

Anda mungkin juga menyukai