Disusun Oleh :
Kelompok 1
Tika Dea Lestari L1B020008
Syafrie Alfauzi L1B020082
Javid Azka Umaro L1B020086
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas Asisten
Praktikum. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan seputar Kultur
Pakan Alami dan Mikrokapsul bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kasprijo, M.Si , selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Teknologi Pakan Larva yang telah memberikan materi sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ACARA 1
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Tika Dea Lestari L1B020008
Syafrie Alfauzi L1B020082
Javid Azka Umaro L1B020086
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Kultur Pakan Alami Artemia sp. adalah untuk
mengetahui cara kultur Artemia sp. dengan metode dekapsulasi sebagai
pakan larva ikan.
BAB II
2.1 Materi
Pratikum ini tentunya memerlukan alat dan bahan yang digunakan. Alat
yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ialah Gunting, timbangan,
stopkontak, botol untuk wadah, sterofoam box,aerator, refractometer, gunting.
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini antara lain ialah kaporit serta kista
artemia.
2.2 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1. Kista disiapkan lalu ditimbang sesuai dosis lalu dihidrasi selama 1 jam
2. Kaporit ditimbang sesuai dosis
3. Kemudian pada botol plastik dipotong lalu dipasang kran kemudian diisi
dengan air laut
4. Air laut dimasukan ke refraktometer sebanyak 3 tetes
5. Kadar salinitas diamati ditempat yang terang
6. Kista didekapsulasi dengan kaporit selama 10 menit kemudian dibilas
dengan air bersih
7. Kemudian kista disebar pada air laut yang ada di botol plastik
8. Botol plastik diletakan kedalam sterofoam lalu diberi aerasi
9. Lalu streofoam box ditutup dan didiamkan selama 1 hari
10. Setelah artemia menetas,dilakukan pengamatan artemia
BAB III
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Artemia yang disimpan dalam bentuk kering disebut kista. Dengan
melakukan penetesan kista sebanyak 5 gram untuk menetaskan artemia hidup.
Untuk menentukan jumlah kista Artemia sp pada 10 kali pengambilan sampel dalam
tafar 0,0001 gram dijumlahkan. Setelah itu hasil penjumlahan dirata-ratakan atau
dibagi dengan 10 kali pengambilan sampel. Untuk mencapai jumlah kista dalam 1
gram maka hasil dari jumlah kista yang dirata-ratakan dikali dengan 10.000. Dari
hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil pengambilan sampling Artemia sp dalam
1 gram yaitu sebanyak 468000 butir Artemia sp. Karena dalam praktikum ini
menggunakan 5 gram dalam setiap wadahnya, maka 468.000 dikalikan dengan 5
hasilnya 2.340.000. Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap 5 gram Artemia sp berisi
sebanyak 2.340.000 butir (Fatma et al., 2016). Setelah itu dilakukan dihidrasi selama 1
jam yang bertujuan untuk melembabkan kista dan tidak kering.
Sebelum ditebar, kista didekapsulasi dengan kaporit selama 10-15 menit. Hal
ini bertujuan agar kista kehilangan cangkangnya sehingga terpisah dari telur
artemia. Setelah dilakukan dekapsulasi, kista dicuci dengan air bersih agar bau
kaporit tidak tercium. Setelah itu, kista ditebar kedalam wadah yang sudah disiapan
dan diisi air, setelah itu diberi aerasi dan dipelihara selama 24 jam didalam
sterofoam. Sterofoam kemudian ditutup dan diberi celah sedikit agar tidak tertutup
rapat. Hal ini bertujuan agar artemia mendapatkan penerangan dari celah tersebut,
dan apabila Artemia sp sudah menetas dan menjadi naupli, naupli-naupli tersebut
akan berkumpul pada cahaya lampu untuk mempermudah proses pemanenan.
Setelah pemeliharaan selama 24 jam, dilakukan pemanenan naupli. Proses
pemanenan dilakukan dengan cara mencabut selang penutup yang ada di bawah
masing-masing wadah agar supaya naupli yang menetas ikut keluar bersama
dengan air, sementara cangkang telurnya tetap bearada diwadah penetasan. Naupli
yang keluar dari selang di alirkan kemasing- masing wadah pemanenan.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aliyas. 2019. Pengaruh Salinitas Yang Berbeda Terhadap Penetasan Artemia sp. di
Balai Benih Udang Desa Sabang Kecamatan Galang. Jurnal Penelitian.
Madako: Jurusan Budidaya Perairan Universitas Madako.
Fatma, T. Hasim, Rully T. 2016. Daya Tetas Artemia sp. Menggunakan Air
Bersalinitas Buatan dengan Jenis Garam Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Gorontalo: FPIK Universitas Negeri Gorontalo.
Ramadhon, M. Alfian, Dkk. 2013. Pengaruh Perbedaan Salinitas Pada Induk Artemia
sp. Terhadap Jumlah Naupli. Jurnal.
Sayani K. Dasgupta, N. Chakraborty, B. Paul, A. Ray, S. Bhattacharya, S. 2021.
Growth Acceleration Is The Key For Identifying The Most Favorable Food
Concentration of Artemia sp. Ecological Modelling. India: West Bengal.
Sukariani. Muhammad, J. Bagus, D. H. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Artemia sp. dengan Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda. Mataram: Program
Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram.
ACARA 2
PEMBUATAN MIKROKAPSUL
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Tika Dea Lestari L1B020008
Syafrie Alfauzi L1B020082
Javid Azka Umaro L1B020086
PENDAHULUAN
2.1 Materi
2.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu blender, mesin homogeniser
(mixer), wadah, gelas, kuas, oven listrik (Memmert, Jerman), alat saringan dengan
mess 100 um, kertas saring, dan Mikroskop Stereo (Bocco, Jerman).
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, ikan layur, ikan rucah,
telur bebek, dan air.
2.2 Metode
1. Preparasi Inklusi :
- Bahan inklusi berupa daging ikan layur dan ikan rucah dipersiapkan.
- Lemak yang menempel pada ikan layur dan ikan Rucah dipisahkan.
- Daging ikan layur dan ikan rucah dihomogenkan terlebih dahulu dengan
menggunakan blender.
- Untuk daging ikan setelah diblender dan dicampur air lalu dilakukan pengepresan
kemudian dilakukan penyaringan sehingga diperoleh sari nutriennya.
2. Preparasi Matriks :
- Telur bebek yang sudah dicuci, dipecahkan dan putih telur dimasukkan ke dalam
gelas.
- Ikan layur dan ikan rucah dicampurkan pada putih telur yang telah dihomgenkan
dengan perbandigan 1:1
- Bahan inklusi berupa daging ikan sebagai fase hidrofilik dicampur dengan bahan
matriks sebagai fase hidrofobik menggunakan mixer.
- Enam buah beker glass berukuran 250 ml disiapkan, yang diisi air sampai volume
tersebut. Jumlah pakan yang sama (0,00005) G.
3.1 Hasil
Gambar.
Gambar.
Gambar.
3.2 Pembahasan
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prasetiyo, H., Marnani, S., & Sukardi, P. (2020). Mikroenkapsulasi Ekstrak Kasar
Maggot Sebagai Pakan Substitusi Pada Penyapihan Pakan Larva Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Kemaritiman: Indonesian Journal of
Maritime, 1(2), 68-79.
Rasyadi, Y., Rahim, F., & Handayani, N. F. 2019. Aplikasi etil selulosa sebagai
polimer pada formulasi mikrokapsul papain dengan metode
penguapan pelarut. Journal Academi Pharmacy Prayoga, 4(1), 55-62.
Tola, S., Jintasathaporn, O., & Yuangsoi, B. 2021. Successful nursing of Mekong giant
catfish (Pangasianodon gigas, Chevey 1930) larval by replacing
live feed with microcapsule diet. Aquaculture, 534: 1-11.