Anda di halaman 1dari 54

BAB V

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab pelaksanaan dan pembahasan ini akan dibahas mengenai pekerjaan
Renovasi dan rehabilitasi Gedung Kantor Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air
Povinsi Sulawesi Tengah. Adapun data teknis pada lokasi konstruksi adalah sebagai
berikut:
a. Struktur Bangunan : Beton bertulang
b. Jumlah Lantai : 4 (empat) Lantai
c. Tinggi Basement : ± 2,83 m
d. Tinggi Lantai 1 : ± 4,50 m
e. Tinggi Lantai 2 : ± 4,20 m
Waktu pelaksanaan kerja praktek pada rentang waktu 09 Juni 2020 sampai
dengan 05 Desember 2020 dengan item Pekerjaan Pile Cap, Pengecoran Plat Lantai
Basement, Pekerjaan Wrapping, Pekerjaan Perkuatan Kolom (Jacketing), dan
Pemasangan Partisi/Dinding Bata Ringan (Hebel) untuk lantai Basement, lantai 1,
dan lantai 2.

V-1
Gambar 5.1 Tampak Depan
Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-2
Gambar 5.2 Tampak Atas
Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-3
5.1 Pekerjaan Bore Pile

Gambar 5.3 Denah Bore Pile Lt. Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-4
Gambar 5.4 Denah Bore Pile Lt. Satu
Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-5
Bore Pile adalah jenis pondasi dengan elemen beton bertulang yang
dimasukan ke dalam lubang bor. Pondasi ini digunakan untuk memindahkan
beban berat bangunan ke tanah atau lapisan batuan yang lebih keras.
Untuk ukuran bor pile, direncanakan tinggi bore pile 6 m dengan diameter
25 cm.

Tahapan-tahapan pengerjaan Bore Pile, yaitu :


1. Persiapan Kerja
Menyiapkan alat bor yang digunakan untuk melubangi tanah yang nantinya
akan dimasukkan tulangan bore pile sepanjang 7 m. Kemudian membuat
tulangan bore pile dengan menggunakan tulangan pokok berdiameter D10
dan tulangan spiral Ø6mm.

2. Proses Pengeboran

Gambar 5.5 Pengeboran

Tahap berikutnya proses pengeboran bisa langsung dilaksanakan


menggunakan alat bor yang dibor sedalam ±7 meter. Apabila saat proses
pengeboran terdapat batu besar, maka proses pengeboran dihentikan atau

V-6
lokasi titik bor dipindah. Setelah pengeboran telah mencapai kedalaman
yang direncanakan, Kemudian masukkan tulangan bor pile yang telah
dirakit ke dalam lubang yang sudah dibor.

3. Pengecoran

Gambar 5.6 Pengecoran Bore Pile

Tahap terakhirnya ialah pengecoran. Pada saat pengecoran, mutu beton


yang digunakan K-400. Dalam pengecoran, jika lubang bor basah atau di
penuhi dengan air maka terlebih dahulu diharuskan menghilangkan air pada
lubang bore pile. Dan sebaliknya, jika lubang cor kering maka bisa
langsung dimasukkan dengan adukan cor ke lubang.

V-7
5.2 Pekerjaan Foot Plat

Gambar 5.7 Denah Foot Plat Lt. Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-8
Keterangan : Tebal Plat Lantai Basement = 12 cm

Gambar 5.8 Denah Foot Plat Lt. Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-9
Foot Plat digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang yang
sudah terpasang dengan struktur yang berada di atasnya. Tujuan dari pembuatan
pile cap agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak
menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada
pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom Foot Plat juga berfungsi untuk
menahan gaya geser dari pembebanan yang ada.

Tahapan-tahapan pengerjaan Foot Plat, yaitu :


1. Dilakukannya penggalian tanah untuk pemasangan Foot Plate.

Gambar 5.9 Proses perakitan tulangan plat lantai

Pada bangunan ini telah ada pile cap exsiting, sehingan pile cap rencana akan
dibangun dibawahnya dengan dimensi yang lebih besar. Sehingga, tanah
disekeliling pile cap rencana akan digali lagi sesuai dengan bentuk pile cap
yang telah direncanakan.

V-10
2. Dibuat lantai kerja terlebih dahulu tanpa minimum ketebalan.

Gambar 5.10 Proses pembuatan lantai kerja


Ini dibuat agar dimudahkannya pekerja dalam mobilitas pekerjaan yang akan
dikerjakan.

3. Pekerjaan Pembesian, pemasangan tulangan-tulangan pile cap

Gambar 5.11 Pembesian sekaligus pembuatan begisting

Pekerjaan ini meliputi tulangan tulngan yang berdiameter D19, dengan tinggi
60cm dan untuk Panjang dari setiap pile cap rencana bervariasi. Jadi, setiap
titik yang dibuatkan pile cap ada yang tidak sama, Akan tetapi rata rata
memakai Panjang 200cm. Sekaligus pemasangan bekisting yang terbuat dari
kayu dan triplek.

V-11
4. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan pengecoran
pada pile cap.

Gambar 5.12 Proses pengecoran pile cap


Perlu diketahui, pada saat proses pengecoran pile cap. Dibantu oleh alat
concrete vibrator agar pengisian pengecoran bisa merata dan terisi semua.

5.3 Perakitan Tulangan Plat Lantai Basement


Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Pelat
lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

Tahapan-tahapan dalam Perakitan Tulangan Plat Lantai adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Lantai Kerja

Pembuatannya dengan penghamparan semen dan air, tidak memakai


ketebalan yang minimum. Bahan atau material yang digunakan ialah pasir,
semen dan air.

V-12
2. Pembesian Plat Lantai

Gambar 5.13 Proses perakitan tulangan plat lantai

Dengan tahapan ini, mulailah pekerja untuk merakit tulangan plat lantai.
Dengan menggunakan tulangan diameter Ø10 dan jarak antar tulangannya 150
mm (Ø10-150).

V-13
3. Pengecoran Plat Lantai

Gambar 5.14 Proses Pengecoran Plat Lantai Basement

Setelah tahap perakitan selesai, kemudian dilakukan pengecoran


plat lantai dengan rencana ketebalan 12 cm. Sebelum melakukan
pengecoran dilakukan uji slump yang spesifikasinya yaitu 10±2 cm,
dengan hasil yang didapatkan adalah 10 cm maka uji slump telah sesuai
dengan spesifikasi yang ada.

V-14
5.4 Pekerjaan Perkuatan Kolom (Metode Wrapping dengan CFRP dan Jecketing)

Gambar 5.15 Denah Kolom Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-15
5.5 Pekerjaan Perkuatan Kolom (Metode Wrapping dengan CFRP dan Jecketing)

Gambar 5.16 Denah Kolom Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-16
Gambar 5.17 Denah Kolom Lantai 1
Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah

V-17
Gambar 5.18
Gambar 5.10 Denah Kolom Lantai 2

V-18
D E F G H J
I
A B C 400 200 360 240

450 450 400 K6 K6 K6


1

400
NAIK

K6 K6 K6
2
210 K6 K6 K6
3
500

K6 K6
4
360

K4 K3 K3
K5 K6 K6
5
450

K3 K2 K2 K6 K6
6 NAIK
450

K5 K6 K6

K3 K2 K2 K2 K2 K2 K2
7
540

NAIK

K3 K2 K2 K2 K2 K2 K2
8
210

K3 K2 K2 K2 K2 K2 K2
9
540

K3 K2 K2 K2 K2 K2 K2
10
450

K5 K5

K4 K3 K4
11
90

12
540

13

450 450 400 400 400 300

I K
A B C D E F G H J

Gambar 5.19 Potongan Deletasi Lantai 1 A


Sumber: RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah Dokumentasi Pribadi

V-19
J L M O
K N
360 400 360

K6 K6 K6 K6

NAIK

K6 K6 K6 K6

K6 K6 K6 K6

K6 K6 K6 K6

K6 K6 K6 K6

K6 K6 K6 K6
NAIK NAIK

K6 K6 K6 K6

K2 K2

K2 K2

NAIK

K2 K2 K2 K2

K2 K1 K1 K2

K2 K1 K1 K2

K5

K1 K1 K1 K1

K1 K1 K1 K1

300 400 300

K N
J L M O

Gambar 5.20 Potongan Deletasi Lantai 1 B


Sumber: RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah Dokumentasi Pribadi

V-20
O Q R S T U V X Y
P
240 360 200 400 400 450 450

K6 K6 K6
1

400
NAIK

K6 K6 K6
2

210
K6 K6 K6
3

860
K6 K6
4

K3 K3 K4
K6 K6 K5
5

450
K6 K6 K2 K2 K3
NAIK 6

450
K6 K6 K5

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K3

4740
7

NAIK 540
K2 K2 K2 K2 K2 K2 K3
8
210

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K3
9
540

K2 K2 K2 K2 K2 K2 K3
10
450

K5 K5

K4 K3 K4
11
90

12
540

13

300 400 400 400 450 450

P
O Q R S T U V X Y

Gambar 5.21 Potongan Deletasi Lantai 1 C


Sumber: RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi Tengah Dokumentasi Pribadi

V-21
5.4.1 Pemasangan CFRP (Carbon Fiber Rainforced Polymer)
CFRP adalah serat karbon yang didefinisikan sebagai serat yang
mengandung setidaknya 90% berat karbon. Serat karbon tidak menunjukkan
korosi atau pecah pada suhu kamar. Fungsi perkuatan dengan system CFRP
adalah untuk meningkatkan kekuatan atau memberikan peningkatan
kapasitas lentur, geser, axial dan daktilitas. Cara pemasangan CFRP adalah
dengan melilitkannya mengelilingi permukaan perimeter elemen struktur
yang diperkuat dengan menggunakan perekat epoxy resin.
(Karmila,Agoes,Tavio,2013)
Perkuatan struktur beton menggunakan komposit Serat FRP harus
didukung dengan perencanaan atau perhitungan yang merujuk pada standar
perhitungan Komposit Serat FRP agar kinerja perkuatan dapat berlaku
efektif.

V-22
Adapun sketsa dan ukuran pemasangan CFRP dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.22 Denah Kolom Basement


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi
Tengah

V-23
Gambar 5.23 Denah Kolom Basement
Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi
Tengah

V-24
Pada pekerjaan perkuatan kolom di Gedung Dnas Cipta Karya dan Sumber
daya Air menggunakan 2 metode yaitu Wrapping (CFRP) dan Jecketing. Metode
Wrapping digunakan pada bagian kolom untuk menahan tekanan horizontal yang
terjadi pada kolom, yang dipasangkan pada ¼ dari panjang kolom. Adapun spesifikasi
sebagai berikut :
1. Carbon Fiber Rainforced Polymer
2. Merk lem beton : Estowrap resin
Tahapan pekerjaan metode Wrapping meliputi :
1. Pencampuran Epoxy
Saat melakukan pencampuran, komponen MAPEI Epoxy dicampur
dengan proporsi parts A : parts B = 100 : 34,5 yang diaduk dengan mixer
berkecepatan rendah selama 3-5 menit. Kelembapan dan suhu saat
melakukan pencampuran epoxy adalah 10o C dan 38o C, kemudian priming
dengan epoxy pada seluruh permukaan beton.

Gambar 5.24 Pencampuran Epoxy

V-25
Gambar 5.25 Priming Epoxy pada seluruh permukaan beton

2. Saturasi FRP
Setelah pelaksanaan priming, lembaran Carbon Fiber Rainforced
Polymer (CFRP) dipotong sesuai dengan kebutuhan permukaan beton yang
akan diperkuat, yaitu ¼ dari tinggi kolom (untuk basement : ± , lantai 1 : ±
1.125 m, dan lantai 2 : ± 1.05 m). Namun saat pemotongan, ada beberapa
pekerjaan pemasangan yang pemotongannya tidak sesuai kebutuhan
sehingga kolom tidak terselimuti secara penuh dan bagian tersebut hanya
ditambal saja. Kemudian dilakukan saturasi antasa Carbon Fiber
Rainforced Polymer yang dibasahi dengan MAPEI Epoxy.

3. Wrapping pada permukaan beton


Pemasangan CFRP dilakukan pada ¼ bagian kolom (atas dan
bawah) yang telah diprimingg dengan epoxy.

V-26
Gambar 5.26 Pemasangan CFRP pada ¼ tinggi kolom (atas dan bawah)

4. Curing time
Waktu pengeringan dilakukan sesuai dengan ketentuan produsen
(24 - 48 jam) tergantung pada kondisi kelembapan udara dan temperatur,
namun saat pekerjaan di lapangan tidak ada perlakuan khusus untuk
pekerjaan pengeringannya.

V-27
Adapun contoh perkuatan kolom dengan metode Wrapping adalah sebagai berikut :

Gambar 5.27a Pemasangan CFRP

Gambar 5.27b Pemasangan CFRP

V-28
Pada pemasangan Wrapping, seringkali para pekerja tidak memperhatikan
kerapian dalam pemasangannya. Seperti saat dilakukan gerinda yang kurang
dalam ataupun saat pemotongan Carbon Fiber Rainforced Polymer yang kurang
panjang dan mengakibatkan sisanya harus ditambal.

5.4.2 Pemasangan Jacketing


Concrete Jacketing dilakukan dengan cara memperbesar penampang
melintang beton bertulang yang telah ada dengan lapisan baru beton
tambahan yang juga diperkuat dengan tulangan. Keuntungan utama dari
sistem ini adalah memberikan peningkatan dan pertambahan batas
daripada kekuatan dan duktilitas beton, dan keuntungan kedua,
bahwasannya jacket dalam melindungi dari kerusakan fragment dan
struktur yang diperbaiki memiliki kemampuan dalam menerima beban,
karena jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct shear),
namun dapat juga menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri.
Pada Gedung Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air, dilakukan
perkerasan kolom salah satunya dengan metode Jecketing. Adapun
spesifikasinya adalah sebagai berikut :
1. Semen grouting ESTOP
2. Tulangan diameter 16 mm
3. Tulangan diameter 19 mm

V-29
4. Tulangan diameter 10 mm

Gambar 5.28 Pemasangan Jacketing


Sumber : RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi

Prosedur pembuatan benda uji :


1. Persiapan material dan peralatan yang akan digunakan untuk pembuatan
benda uji
2. Analisa bahan meliputi agregrat halus dan kasar
3. Pembuatan cetakan beton (bekisting)
4. Pemasangan tulangan
5. Pencampuran bahan beton dengan menggunakan mesin pencampur
beton (Concreting Mixer)
6. Memasukan campuran adukan beton kedalam bekisting
7. Perawatan (curing)
8. Pelepasan bekisting

Tahapan-tahapan dalam perbaikan benda uji dengan concrete


jacketing adalah sebagai berikut:

V-30
1. Pembobokan

Gambar 5.29 Pembobokan

Benda uji dipersiapkan untuk diberi perkuatan jacketing dimana terlebih


dahulu permukaan beton dibuat lebih kasar dari keadaan semula dengan
cara dibobok (chiping) bagian permukaan beton yang akan diperbaiki.
Hal ini bertujuan untuk memberi perekatan yang baik antara beton kolom
eksisting dengan beton jacket.

2. Pembersihan permukaan beton


Mencuci bagian permukaan beton yang telah dibobok untuk mebersihkan
kotoran-kotoran yang bisa mempengaruhi daya rekat jacket. Kemudian
tandai lokasi tulangan baru pada permukaan yang telah dibersihkan
kemudian dilakukan pengeboran.

3. Pengeboran

V-31
Gambar 5.30 Pengeboran

Pengeboran lubang dilakukan dengan diameter dan kedalaman tertentu


pada beton di lokasi yang ditandai dengan jarak masing-masing ±60 cm.
Kemudian bersihkan lubang bor dan menyuntikkan epoxy ke lubang bor.
Setelah itu, masukkan besi penguat pada lubang yang telah disuntikkan
exposy dan biarkan mengering.

4. Pemasangan tulangan.

Gambar 5.31 Pemasangan Tulangan

V-32
Diameter ukuran kolom yang akan diperkuat dengan metode Jecketing
terdiri dari beberapa jenis. Sehingga ukuran dimensinya juga berbeda.
Ukuran dimensi dari kolom tersebut adalah sebagai berikut :
- Diameter Kolom K1 : Ø80 cm
- Diameter Kolom K2: Ø50 cm
- Diameter Kolom K3: Ø50 cm
- Diameter Kolom K4 : Ø50 cm
- Diameter Kolom K6 : Ø60 cm

5. Pembuatan bekisting

Gambar 5.32 Pembuatan Bekisting

Untuk pemasangan dan memperbaiki bekisting, bentuk harus dibentuk


agar sesuai dengan permukaan beton yang ada. Kemudian dipasangkan
langsung ke permukaan kolom. Setelah itu, dipasangkan keran pada
bagian bawah bekisting yang sudah terpasang pada permukaan kolom,
kemudian disambungkan dengan alat pemompa dan dibuat lubang bor
pada bagian atas untuk mengeluarkan udara selama dilakukan
pemompaan.

V-33
6. Pencampuran bahan beton dengan menggunakan mesin pencampur
beton (Concreting Mixer)

Gambar 5.33 Pencampuran bahan beton

Mencampur bahan material (semen grouting) dengan air pada


Concreting mixer dengan mutu beton K-700. Semen yang digunakan
berbeda dengan semen pada umumnya. Semen yang dipakai untuk
Jecketing adalah semen yang per sack—nya telah terdiri dari agregat.
Sehingga saat pencampuran hanya diperlukan air.

7. Memasukan campuran adukan beton kedalam bekisting

Gambar 5.34 Memasukan campuran adukan beton

V-34
8. Pelepasan bekisting.

Gambar 5.35 Pelepasan bekisting

Pelepasan bekisting dilakukan setelah 1-2 hari setelah diisi oleh


campuran beton.

V-35
Adapun contoh perkuatan kolom dengan metode Jecketing adalah sebagai berikut :

Gambar 5.36 Pekerjaan Jacketimg


Keuntungan utama dari metode Perkuatan kolom Jacketing adalah
memberikan peningkatan dan pertambahan batas daripada kekuatan dan duktilitas
beton, dan keuntungan kedua, bahwasannya jacket dalam melindungi dari
kerusakan fragment dan struktur yang diperbaiki memiliki kemampuan dalam
menerima beban, karena jacket dapat mengurangi kegagalan geser langsung (direct
shear), namun dapat juga menyediakan peningkatan kapasitas struktur itu sendiri.

V-36
5.5 Pemasangan Partisi/Dinding Hebel Bata Ringan
Pemilihan Hebel dikarenakan terdapat penurunan pada bangunan saat
terjadi gempa bumi 28 September 2018, sehingga saat dilakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi digunakan Hebel untuk mengurangi beban bangunannya. Untuk
dimensi Hebel yang digunakan adalah 60cm x 20cm dengan ketebalan 10cm.
Adapun tahapan-tahapan dalam pekerjaan Hebel adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan benang
Pemasangan benang bertujuan untuk mengukur arah kerataan hebel yang
akan terpasang

Gambar 5.37 Pemasangan Benang

2. Pencampuran material
Pencampuran material yang berisi air dan semen instan dengan
perbandingan 2:1 yaitu 2 ember air : 1 ember semen instan. Aduk
campuran tersebut hingga rata dan bersifat homogen.
3. Pemasangan Angkur
Pemasangan angkur pada kolom dan hebel dilakukan dengan masing2
jarak ±60 cm
4. Pemasangan Hebel
Sebelum dilaksanakan pemasangan Hebel, terlebih dahulu disiapkan
lapisan dasar berupa perekat pada bagian tiang kolom setebal 3mm dan
pada bagian alas bata ringan setebal 10-20mm. Setelah itu Pemasangan

V-37
bata dilakukan secara manual satu persatu, dengan dimulai dari salah satu
sudut seperti pada pemasangan batako. Setelah bata di pasang gunakan
palu untuk meratakan pemasangan dengan cara mengetok-ngetok pada
bata ringan. Selalu bersihkan sisa perekat yang menonjol dari permukaan
bata agar proses plester lebih mudah dan cepat nantinya.

Gambar 5.38 Lapisan Perekat

5.5.1 Kesalahan Di Lapangan


Saat pemasangan Hebel ada sedikit kekeliruan yang dilakukan oleh
tenaga pekerja (Man) hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan Hebel lurus keatas
Pasangan bata tidak disusun lurus agar masing-masing batu bata dapat
mendukung gaya tekan dan gaya dorong pada Hebel yang ada di atasnya,
dan di sebelahnya. Apabila Hebel dipasang lurus ke atas, saat terjadi
retakan akan menerus dari atas ke bawah secara langsung, mengikuti arah
batu bata tersebut. Jika bata disusun secara berpola, keretakan yang terjadi
lebih kecil.

V-38
Adapun contoh pemasangan Hebel adalah sebagai berikut :

Gambar 5.39 Contoh Pemasangan Hebel

V-39
5.5 Pembongkaran Tangga

Gambar 5.40 Lokasi pembongkaran tangga


Sumber: RKS Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulawesi

V-40
V-41
V-42
Tahapan – tahapan pemasangan perkuatan untuk pembongkaran tangga :
1. Pemasangan Perkuatan Menggunakan Skafolding

V-43
Gambar 5.41 Pemasangan Perkuatan Menggunakan Skafolding

2. Pemasangan Perkuatan Menggunakan Pipa Support

V-44
Gambar 5.42 Perkuatan Menggunakan Pipa Support

3. Pemasangan Perkuatan Menggunakan Balok Kayu 6/12

Gambar 5.43 Perkuatan Menggunakan Balok Kayu 6/12

4. Pemasangan Perkuatan Menggunakan Kolom Baja WF 200

V-45
Gambar 5.44 Perkuatan Menggunakan Kolom Baja WF 200

5. Pemasangan Perkuatan Menggunakan Balok Baja WF 200

Gambar 5.45 Perkuatan Menggunakan Balok Baja WF 200

V-46
5.6 Perhitungan Penulangan Kolom

V-47
Panjang Tulangan (cm)
ΣPanjang Total ΣPanjang
Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e f Tulangan (m) Tulangan (m)

A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b
1 4 10 0,62 6,0 400,00 6,00 4,12 16,48 10,16

b d
2 21 8 0,39 4,80 8,00 8,00 8,00 8,00 4,80 0,42 8,74 3,45
a
F
e
Berat Total Kolom = 13,60
Volume Beton = P × L × T
= 0,11 × 0,11 × 4
= 0,048 m³

Volume Besi 13,60


Rasio = = = 281,0067 Kg/m³
Volume Beton 0,0484

Bekisting Kolom
Luas tiap Sisi (m²) Jumlah Total Luasan (m²)
A = 0,11 × 4 B C= A× B

0,44 4 1,76

Volume 1,76
Rasio = = = 36,36 m²/m³
Volume 0,05

V-48
Panjang Tulangan (cm)
ΣPanjang Total ΣPanjang
Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e f Tulangan (m) Tulangan (m)

A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b
1 16 19 2,22 11,4 400,00 11,40 4,23 67,65 150,49

b d
2 17 10 0,62 6,00 42,00 42,00 42,00 42,00 6,00 1,80 30,60 18,86
a
f
e

b
3 14 10 0,62 6,00 42,00 6,00 0,54 7,74 4,77

b
4 c 14 10 0,62 6,00 42,00 6,00 0,54 7,74 4,77
a

Berat Total Kolom = 169,34

Volume Beton = P × L × T
= 0,5 × 0,5 × 4
= 1,00 m³

Volume Besi 169,34


Rasio = = = 169,3443 Kg/m³
Volume Beton 1

Bekisting Kolom
Luas tiap Sisi (m²) Jumlah Total Luasan (m²)
A = 0,5 × 4 B C= A× B
2 4 8

Volume Bekisting 8,00


Rasio = = = 8,00 m²/m³
Volume Beton 1,00

V-49
Panjang Tulangan (cm)
ΣPanjang Total ΣPanjang
Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e f Tulangan (m) Tulangan (m)

A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b
1 24 22 2,98 13,2 400,00 13,20 4,26 102,34 305,22

b d
2 17 13 1,04 7,80 57,00 57,00 57,00 57,00 7,80 2,44 41,41 43,13
a

b
3 29 13 1,04 7,80 57,00 7,80 0,73 20,81 21,67

b
4 c 29 13 1,04 7,80 57,00 7,80 0,73 20,81 21,67
a

Berat Total Kolom = 348,35

Volume Beton = P × L × T
= 0,65 × 0,65 × 4
= 1,69 m³

Volume Besi 348,35


Rasio = = = 206,1227 Kg/m³
Volume Beton 1,69

Bekisting Kolom
Luas tiap Sisi (m²) Jumlah Total Luasan (m²)
A = 0,65 × 4 B C= A× B

2,6 4 10,4

Volume Bekisting 10,40


Rasio = = = 6,15 m²/m³
Volume Beton 1,69

V-50
5.7 Perhitungan Penulangan Balok BA 20/30 B 30/50

STRUKTUR
BALOK
LANTAI
1, 2 & 3

Panjang Tulangan (cm) ΣPanjang Total ΣPanjang


Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e Tulangan (m) Tulangan (m)
A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b d
1 3 16 1,58 5,00 30,00 300,00 30,00 5,00 3,70 11,10 17,51
a e

c
2 d 0 16 1,58 5,00 25,00 71,00 5,00 1,06 0,00 0,00
b
a

ed
b a
3 2 16 1,58 5,00 7,50 300,00 7,50 5,00 3,25 6,50 10,25
c

4 a c 0 16 1,58 5,00 150,00 5,00 1,60 0,00 0,00


b

5 b d 31 10 0,62 5,00 30,00 20,00 30,00 20,00 1,05 32,55 20,06

e
Berat Total Sloof = 47,82

Volume Beton = L × T × P
= 0,2 × 0,3 × 3
= 0,18 m³

Volume Besi 47,82


Rasio = = = 265,68 Kg/m³
Volume Beton 0,18

Bekisting Sloof
Panjang Sisi (m) Panjang (m) Luas (m²)
A = 2 × 0,5 B C=A× B
0,6 3 1,8

Volume 1,80
Rasio = = = 10,00 m²/m³
Volume Beton 0,18

V-51
20/30 B 30/50 B 25/40

1
25 25
2

50
4
3

300

Panjang Tulangan (cm) ΣPanjang Total ΣPanjang


Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e Tulangan (m) Tulangan (m)
A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b d
1 2 16 1,58 5,00 50,00 500,00 50,00 5,00 6,10 12,20 19,25
a e

c
2 d 4 16 1,58 5,00 25,00 125,00 5,00 1,60 6,40 10,10
b
a

ed
b a
3 2 16 1,58 5,00 12,50 500,00 12,50 5,00 5,35 10,70 16,88
c

4 a c 4 16 1,58 5,00 250,00 5,00 2,60 10,40 16,41


b

5 b d 36 10 0,62 5,00 50,00 30,00 50,00 30,00 1,65 59,40 36,60

e
Berat Total Sloof = 99,23

Volume Beton = L × T × P
= 0,3 × 0,5 × 5
= 0,75 m³

Volume Besi 99,23


Rasio = = = 132,31 Kg/m³
Volume Beton 0,75

Bekisting Sloof
Panjang Sisi (m) Panjang (m) Luas (m²)
A = 2 × 0,5 B C=A× B
1 5 5

Volume Bekisting 5,00


Rasio = = = 6,67 m²/m³
Volume Beton 0,75

V-52
Panjang Tulangan (cm) ΣPanjang Total ΣPanjang
Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a b c d e Tulangan (m) Tulangan (m)
A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

b d
1 3 16 0,00 5,00 40,00 500,00 40,00 5,00 5,90 17,70 0,00
a e

c
2 d 3 16 1,58 5,00 20,00 125,00 5,00 1,55 4,65 7,34
b
a

ed
b a
3 3 16 1,58 5,00 10,00 500,00 10,00 5,00 5,30 15,90 25,08
c

4 a c 3 16 1,58 5,00 250,00 5,00 2,60 7,80 12,30


b

5 b d 36 10 0,00 5,00 40,00 25,00 40,00 25,00 1,35 48,60 0,00

e
Berat Total Sloof = 44,72

Volume Beton = L × T × P
= 0,25 × 0,4 × 5
= 0,5 m³

Volume Besi 44,72


Rasio = = = 89,45 Kg/m³
Volume Beton 0,5

Bekisting Sloof
Panjang Sisi (m) Panjang (m) Luas (m²)
A = 2 × 0,5 B C=A× B
0,8 5 4

Volume 4,00
Rasio = = = 8,00 m²/m³
Volume Beton 0,50

V-53
5.8 Perhitungan Penulangan plat Lantai

Arah Y

Arah X

Panjang Tulangan (cm)


ΣPanjang Total ΣPanjang
Gambar Tulangan Jumlah Diameter (mm) Berat (Kg/m³) Berat Total (Kg)
NO a Tulangan (m) Tulangan (m)

A B C D E F = ΣE G=F × B H=G×D

1 42 10 1,58 9,60 0,10 4,03 6,36

2 58 10 0,62 9,60 0,10 5,57 3,43

9,79

Volume Beton = L × T × P
= 4,7 × 0,12 × 6,7
= 3,779 m³
Volume Besi 9,79
Rasio = Volume Beton = 3,7788 = 2,59 Kg/m³

Bekisting Sloof
Panjang Sisi (m) Panjang (m) Luas (m²)
A B C=A× B
4,7 6,7 31,49

Volume 31,49
Rasio = = = 8,33 m²/m³
Volume Beton 3,78

V-54

Anda mungkin juga menyukai