D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap umat manusia tanpa
terkecuali, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan (difabel)
seperti yang tertuang pada UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 bahwa warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus, yaitu pendidikan luar biasa. (Damayanti, 2015).
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Sejarah Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus?
b) Bagaimana Landasan serta hak-hak anak berkebutuhan Khusus?
3. Tujuan
a) Mengetahui bagaimana Sejarah Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus
b) Mengetahui Landasan serta hak-hak anak berkebutuhan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Lahirnya pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus mengalami proses perjalanan yang amat panjang. Bahkan sebelum manusia
memahami hakikat pendidikan, kehadiran ana berkebutuhan khusus secara tegas ditolak oleh
sebagian masyarakat.
Namun, manusia yang hidup pada zaman sekarang jauh lebih memahami hakikat pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus secara luas dan terarah karena perkembangan ilmu pendidikan
itu sendiri dan sikap sosial yang selalu mendasari perilaku manusia.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan memiliki landasan hukum yang tegas sebab mereka
memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Ada beberapa hukum yang melandasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, antara
lain sebagai berikut:
1. Landasan Pedagogis
Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa "tujuan pendidikan
nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dn bertanggung jawab".
Secara pedagogis, penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus pada dasarnya
diarahkan agar setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, mampu menjadi
manusia yang bermoral, berbudi luhur dan berakhlak mulia.
2. Landasan Yuridis
a. Landasan Yuridis Nasional
1. Salamca statement and framework for action on special needs education (1994)
2. Deklarasi Bukittinggi tahun 2005
3. Landasan Spiritual
Adapun landasan spiritual yang dapat dijadikan rujukan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus dapat dipahami bahwa manusia pada hakikatnya dilahirkan dalam keadaan
fitrah (berpotensi).
Selanjutnya terdapat beberapa pesan agama terkait dengan pentingnya pendidikan anak
berkebutuhan khusus sebagai berikut:
QS. An-Nisa: 9
QS. Az-Zuhruf: 32
QS. Al-Alaq: 1-5
4. Landasan Empiris
The National Academy of Science (AS), hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan
penempatan anak berkelainan di sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan
diskriminatif. Meyer (2001) juga mengatakan bahwa siswa yang memiliki kecacatan yang cukup
ditemukan untuk memiliki keberhasilan yang lebih besar manakala mereka memperoleh
pendidikan dalam lingkungan yang menerima merrka khususnya yang berkaitan dengan
hubungan sosial dan persahabatan mereka dengan masyarakatnya.
Semua hak anak di Indonesia di samaratakan, baik itu anak normal maupun anak
berkebutuhan khusus. Mereka masing –masing diberi fasilitas yang serupa untuk menunjang
hidup ataupun pendidikannya. Contohnya pada anak normal yang diberikan buku panduan
untuk belajar, anak penyandang tuna netra juga diberi buku yang sama meskipun dengan
bentuk yang berbeda. Buku yang digunakan untuk penyandang tuna netra didesain tersendiri
supaya dapat dibaca oleh penyandang tuna netra , buku tersebut berhuruf braile. Hurufnya
timbul seperti titik –titik yang membentuk huruf. Bukan hanya di bidang pendidikan, anak
berkebutuhan khusus juga mempunyai hak di bidang kesehatan, politik, sosial, ekonomi dll.
Hak di bidang kesehatan
Semua orang berhak hidup sehat, begitu pula anak berkebutuhan khusus, mereka berhak
mendapat pengobatan untuk kesembuhan mereka. Dewasa ini juga sudah di teapkan
BPJS untuk membantu pengobatan masyarakat baik orang normal maupun cacat
fisik/mental.
Anak penyandang cacat juga berhak berpartisipasi dalam dunia politik, misalnya ikut
serta dalam pemilu. Meskipun dibantu, tapi hal itu menunjukan bahwa anak
berkebutuhan khusus juga berhak ikut serta dalam dunia politik.
Anak normal yang sering berkomunikasi dngan lingkungan sosialnya tentu saja sangat
mudah di terima, namun tak sama dengan anak berkebutuhan khusus, terkadang di
lingkungan sosialnya ia susah berkomunikasi entah karena memang sulit berkomunikasi
atau karena dikucilkan dari lingkungan.
Penyandang cacat bukan berarti tidak bisa apa-apa di bidang ekonomi, tidak sedikit
penyandang cacat yang mampu bekerja dan menghasilkan uang sendiri seperti layaknya
orang normal.
C.KESIMPULAN
1. Di Indonesia terdapat banyak sekali anak –anak baik yang normal maupun yang tak
normal. Semua anak di Indonesia mempunyai hak yang sama dalam kehidupannya.
Mereka berhak mendapatkan apa yang sudah menjadi hak mereka sejak lahir. Pendidikan
di Indonesia juga sudah mulai menyediakan fasilitas yang bagus untuk anak
berkebutuhan khusus, sudah banyak sekolah luar biasa untuk mendidik mereka yang
kurang dari segi fisik ataupunmental supaya tetap berprestasi seperti anak normal pada
umumnya. Tidak ada pembedaan dalam segi pelayanan bagi anak normal maupun
berkebutuhan khusus, hanya saja alat bantu belajar yang menjadi pembeda untuk sekolah
umum dan sekolah luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus.
2. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kelainan, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Juga anak tidak
mampu belajar karena sesuatu hal: cacat, autis, keterbelakangan mental, anak
gelandangan, memiliki bakat serta potensi lainnya. Oleh sebab itu negara mendukung
adanya pendidikan bagi mereka yang merupakan anak berkebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan. Jika dilihat
secara teori mungkin mereka tidak bisa dibandingkan dengan anak normal lainnya tetapi
dengan dilihat secara potensi anak berkebutuhan khusus sangat perlu diperhatikan. Tidak
hanya guru dan orang tua saja.
DAFTAR PUSTAKA
http:repository.usu.ac.id.bitstream
Aziz, Safrudin.2015. Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gava Media
Suparno. (2007). Bahan Ajar Cetak , Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. DIREKTORAT
JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL