Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN STUDI KASUS

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

“Teknik Pemeriksaan Radiografi CT Abdomen Kontras IV dengan


Klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum”

Di Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo,

Kota Mojokerto

Disusun Oleh :

Rizki Aditiya Pratama Putra

151610383016

Semester VI

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI RADIOLOGI


PENCITRAAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan Laporan Kasus Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi CT Abdomen Kontras IV
dengan Klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum” di Instalasi Radiologi RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto

Nama : Rizki Aditiya Pratama Putra

NIM : 151610383016

Tanggal : 15 April – 15 Juni 2019

Tempat : Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo,


Kota Mojokerto

Mengetahui, Instruktur Klinis


Penanggung Jawab

Agus Subiyantoro, dr. SpRad Fitriyah Hidayati,S.ST


NIP. 197608133 21503 1 001 NIP. 19810731 200801 2 005

Koordinator Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan


Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Lailatul Muqmiroh, dr. Sp.Rad (K)


NIK. 197607202015043201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan dengan tepat waktu yang berjudul “Teknik
Pemeriksaan Radiografi CT Abdomen Kontras IV dengan Klinis Ileus Obstruksi
Susp. CA Rectum” sebagai salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) jurusan
D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu dibutuhkan kritik, masukan dan saran yang bersifat
membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan pembahasan yang
penulis berikan untuk sempurnanya laporan ini. Semoga dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan juga penulisnya.

Surabaya, 07 Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I ......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................4
2.1 Anatomi-Fisiologi Abdomen ..........................................................................4
2.2 Patologi Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum .....................................................7
2.3 Media Kontras ................................................................................................8
2.4 Teknik Pemeriksaan CT Abdomen Kontras IV.............................................10
BAB III ..................................................................................................................12
3.1 Paparan Kasus ..............................................................................................12
BAB IV ..................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................19
4.2 Saran ........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi di bidang kesehatan sangatlah berkembang pesat,
maka dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan terutama untuk
memberikan diagnosa sebuah penyakit. Berbagai teknologi telah dikembangkan
untuk mempermudah pekerjaan manusia. Seperti halnya pada bidang
kedokteran mengalami pengembangan diberbagai cabang ilmunya seperti
radiologi. Ilmu radiologi diawali dengan penemuan sinar Rontgen oleh Wilhelm
Roentgen pada tahun 1895 di Jerman sewaktu melakukan eksperimen dengan
sinar katoda. Penemuan beliau dapat digunakan untuk melihat bagian anatomi
dari tubuh manusia yang awalnya tidak dapat dilihat dengan cara konvensional.
Radiologi merupakan ilmu kedokteran untuk menghasilkan citra diagnostik
maupun terapi yang baik dengan menggunakan pancaran dari gelombang
radiasi. Ilmu radiologi dibagi menjadi dua yaitu radiodiagnostik dan radioterapi.
Radiologi diagnostik merupakan penggunaan berbagai teknik radiologi
yang sebagian besar non invasif untuk mendiagnosa berbagai kondisi medis.
Modalitas yang digunakan untuk menunjang radiologi diagnostik antara lain
Genaral X-Ray, CT Scan, USG dan MRI.
CT ditemukan secara independen oleh seorang insinyur Inggris bernama Sir
Godfrey Hounsfield dan Dr Alan Cormack. Hal ini segera menjadi andalan
untuk mendiagnosis penyakit medis. CT scanner pertama mulai diinstal dan
dioperasikan secara luas pada tahun 1974.
Computed tomography (CT) adalah bentuk khusus dari tomografi dimana
computer digunakan untuk membuat rekonstruksi matematika dari pesawat
tomografi atau slice. (Thayalan,2014)
CT Scan mempunyai kemampuan untuk membedakan bagian-bagian yang
kecil diantara jaringan lunak dan ini lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaanradiologi konvensional dengan meningkatkan kontras

1
enhancement, sehingga berbagai jaringan lunak dan jaringan tubuh cepat
dibedakan.
Tindakan pemeriksaan CT Abdomen Kontras IV yang dilakukan di sebuah
ruangan unit radiologi dengan menggunakan CT Scan 128 Slice. Dalam hal
pemeriksaan radiologi, citra medis yang dihasilkan haruslah tepat dikarenakan
agar dokter pengirim dapat memberikan tindakan selanjutnya kepada pasien.
Oleh sebab itu, sebagai radiografer harus mengetahui teknik dan cara yang tepat
pada pemeriksaan radiologi agar gambar yang dihasilkan bagus serta dapat
dievaluasi dengan mudah oleh dokter radiologi sehingga agar tidak terjadi
kesalahan dalam diagnosa sebuah penyakit.
Selama menjalankan PKL di Unit Radiologi RSU dr. Wahidin Sudiro
Husodo, Kota Mojokerto penulis menemukan permintaan pemeriksaan CT
Abdomen Kontras IV, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
mengenai tujuan dilaksanakannya pemerikasaan tersebut. Oleh karena itu
penulis mengangkat kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi CT
Abdomen Kontras IV dengan Klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi CT Abdomen Kontras IV dengan
klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi CT Abdomen Kontras IV
dengan klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi penulis, dapat membuka wawasan serta memperdalam pengetahuan
penulis tentang proses pemeriksaan radiografi CT Abdomen Kontras IV dengan
klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum di Instalasi Radiologi RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo, Kota Mojokerto

2
Bagi Rumah Sakit, sebagai masukkan bagi Instalasi Radiologi RSU Dr.
Wahidin Sudiro Husodo, Kota Mojokerto tentang pemeriksaan radiografi CT
Abdomen Kontras IV dengan klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum
Bagi Prodi Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga, guna
menambah wacana pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi tentang
pemeriksaan radiografi CT Abdomen Kontras IV dengan klinis Ileus Obstruksi
Susp. Ca Rectum.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Abdomen


Dinding abdomen terdiri daripada kulit, fascia superfiscialis, lemak,
otot-otot, fascia transversalis dan parietal peritoneum (Shaikh, 2014). Selain
itu, posisi abdomen ada diantara toraks dan pelvis (Moore, 2014).
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak
diantara toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
abdomen yang terbentuk dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang
ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling
sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
horizontal dan dua bidang bayangan vertikal.
Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen
menjadi sembilan daerah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan
horizontal melalui setinggi tulang rawan iga ke sembilan, yang bawah
setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan
kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga ke delapan hingga ke pertengahan
ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah:
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal
kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian dari hepar.
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan
kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.

4
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kiri, sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum
dan ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus
(pada kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan
ovarium kiri

Gambar 2.1.1 Pembagian Regio Abdomen. (Griffith, 2003)

Untuk kepentingan klinis rongga abdomen dibagi menjadi tiga regio


yaitu : rongga peritoneum, rongga retroperitoneum dan rongga pelvis.
Rongga peritoneal dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bawah. Rongga
peritoneal atas, yang ditutupi tulang tulang toraks, termasuk diafragma,
liver, lien, gaster dan kolon transversum. Area ini juga dinamakan sebagai
komponen torako-abdominal dari abdomen. Sedangkan rongga peritoneal
bawah berisi usus halus, sebagian kolon ascenden dan descenden, kolon
sigmoid, caecum, dan organ reproduksi pada wanita (Trauma, 2012)

Rongga retro peritoneal terdapat di abdomen bagian belakang, berisi


aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pancreas,
ginjal, dan ureter, permukaan paskaerior kolon ascenden dan descenden
serta komponen retroperitoneal dari ronggapelvis. Sedangkan rongga pelvis
dikelilingi oleh tulang pelvis yang pada dasarnya adalah bagian bawah dari

5
rongga peritoneal dan retroperitoneal. Berisi rektum, kandung kencing,
pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi interna pada wanita (Griffith,
2003)

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari


oral sampai rectum) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi danenergi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuangbagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.

Gambar 2.1.2 Anatomi Abdomen. (Romans, Louis E,, 2011)

6
2.2 Patologi Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum
Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah
obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak
aliran cairan dan elektrolit baik didalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi maupun oleh muntah (Sjamsuhidayat, 1997 : 842)
Berdasarkan proses terjadinya ileus obstruksi dibedakan menjadi
ileus obstruksi mekanik dan non mekanik. Ileus obstruksi mekanik terjadi
karena penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya
tumor atau hernia sedangkan ileus obstruksi non mekanik terjadi karena
penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 1983).
Menurut Ester (2001 : 49) patofisiologi dari obstruksi usus atau
illeus adalah: Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus
dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian
tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang
menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan
hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi
terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus
lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus
halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari
usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat
usus berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat.
Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses
yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus
mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut
segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang
menyebabkan nekrosis dan peritonitis

7
2.3 Media Kontras
Ada 2 (dua) tipe kontras untuk menunjukkan opasitas pada tractus
gastromtestinal yaitu barium sulfat suspensions dan water soluble solution
(diatrizoate meglumine atau diatrizoate sodium) (Bontrager, 2001).
Media kontras dilakukan melalui mulut dan rectum untuk pemeriksaan
CT-Abdomen dan pelvis (media kontras rectal digunakan jika media kontras
oral tidak dapat masuk ke rectum). Media kontras melalui oral untuk melihat
atau membedakan organ pada tractus gastrointestinal.
Media kontras adalah senyawa yang digunakan untuk memindai struktur
jaringan lunak seperti pembuluh darah, lambung, rongga perut dan rongga
tubuh lainnya yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan sinar X biasa. Media
kontras memiliki berat atom besar (baik logam atau iodium) yang dapat
mengabsorbsi jumlah sinar X yang berbeda secara bermakna dari jaringan
lunak di sekitarnya sehingga struktur yang diamati dapat terlihat pada
pemeriksaan radiografi.
Seiring dengan ada teknologi yang semakin maju dan juga
penggunaan alat CT-scan, upaya peningkatan kualitas pencitraan juga
semakin berkembang. Terdapat berbagai aplikasi terkait hal ini, salah
satunya adalah dengan pemberian media kontras secara intravena.

2.4 Prosedur Pemeriksaan CT Abdomen Kontras


CT Abdomen Kontras merupakan pemeriksaan radiografi
menggunakan modalitas CT Scan untuk mengevaluasi organ – organ yang
berada dalam regio abdomen dengan menggunakan media kontras.
2.4.1 Persiapan Pasien
Pasien tidak diperbolehkan makan , kecuali teh, kopi hitam,
bubur, jelly selama 4 jam sebelum pemeriksaan. Satu jam
sebelum pemeriksaan pasien minum larutan air yang
dicampur oleh obat kontras, untuk media kontras oral).
(Procedure of CT Abdomen and or Pelvis, 2014). Kemudian
juga hindari pemakaian benda logam disekitar tubuh pasien

8
dan juga cek bun dan creatin atau riwayat infeksi. Beri
informed consent kepada pasien.
2.4.2 Persiapan Alat
- 2 syring Injektor dan injektor double head
- Coillet conektor tipe y
- Spuit 50 ml ( untuk kateter)
- Spuit 3 ml
- Folly kateter 22-24 F (dewasa)
- Dexametason 1 ampul
- Kontras 80-100 ml ( IV)
- Kontras 10 ml ( oral dan Enema)
- Aqua 1500 ml
- PZ 100ml
- Klem
- Kateter
- Gunting
- Underpack
- Apron
- Tempat mengaduk media kontras
- Gel
- Injector

2.4.3 Persiapan Bahan


- Media Kontras Oral
Air mineral 800 ml – 1000 ml. Kemudian dibagi 4 gelas
yang sudah dicampur dengan kontras per gelas 250 ml.
Gelas Pertama : 1 jam sebelum pemeriksaan. Gelas ke
dua s/d gelas ke 4 : diminum tiap 15 menit sesudah satu
jam tadi. Setelah gelas ke empat (terakhir) 5 menit
kemudian pemeriksaan CT dapat dilakukan.

9
- Media Kontras IV
Jumlah kontras 1 cc / kg berat badan. Bisa menggunakan
injector. Jika menggunakan injector. Ditambahkan saline
untuk flushing perbandingannya dengan kontras 1:2.
- Media Kontras Rectal
Obat kontras dimasukkan lewat rectal menggunakan
kateter. Obat kontras dicampur dengan larutan aqua.
Jumlah obat yang dimasukkan sejumlah 200 ml.

2.5 Teknik Pemeriksaan


- Patient Positioning

Topogram Examination Patient Positioning

Pasien supine dimeja

Axial pemeriksaan. Dengan

AP topogram/scout posisi feet first. Kedua


Pemeriksaan
(dimulai dari batas tangan diarahkan ke atas
Abdominal-pelvic
atas abdo-pelvic kepala agar tidak

region) superposisi dengan


bagian abdomen.

10
- Pemilihan Protokol dan Scan Parameter

Gambar 2.5.3 Parameter CT Abdomen (Romans, Louis E,, 2011)

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


Nama :X
Umur : 34 Th
Jenis kelamin : Laki Laki
Permintaan pemeriksaan : CT Abdomen Kontras
Hari, Tanggal : 24 April 2019
Diagnosa atau klinis : Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum
Pada tanggal 24 April 2019 pasien yang berinisial X setelah
diperiksa di Instalasi Radiologi RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo untuk
dilakukan CT Abdomen Kontras guna menunjang diagnosa penyakit pada
pasien.

3.2 Prosedur pemeriksaan


1. Pesiapan Pasien
Pasien tidak diperbolehkan makan , kecuali teh, kopi hitam, bubur,
jelly selama 4 jam sebelum pemeriksaan. Kemudian juga hindari
pemakaian benda logam disekitar tubuh pasien dan juga cek bun dan
creatin atau riwayat infeksi. Dan juga informed consent kepada pasien
sebelum melakukan tindakan.
2. Persiapan Alat
- Spuit 50 ml
- Spuit 1 ml
- Kontras 60 ml ( IV)
- Alcohol swab
3. Persiapan Bahan
Bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan ini
menggunakan water soluble menggunakan media IV. Jumlah kontras 1
cc / kg berat badan.

12
4. Teknik Pemeriksaan
Perawat mendaftarkan identitas penderita ke loket radiologi dan dari
loket memprogram kapan akan dilakukan pemeriksaan dan memberi
pengarahan tentang persiapan yang harus dilakukan penderita sekaligus
dilakukan informed consent kepada pasien
Setelah dilakukan program penderita datang ke radiologi untuk
diperiksa. Penderita mengganti baju dengan baju pasien yang telah
disediakan, setelah itu penderita tidur terlentang diatas meja
pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan. Dan dilakukan skin test
untuk mengetahui apakah terdeteksi adanya infeksi.

- Patient Positioning

Topogram Examination Patient Positioning

Pasien supine dimeja

Axial pemeriksaan. Dengan

AP topogram/scout posisi feet first. Kedua


Pemeriksaan
(dimulai dari batas tangan diarahkan ke atas
Abdominal-pelvic
atas abdo-pelvic kepala agar tidak

region) superposisi dengan


bagian abdomen.

13
- Protokol dan Scan Parameter

Gambar 3.2.4.4 Scan Parameter CT Abdomen di CT Scan


GE 128 Slice, Instalasi Radiologi RSU Dr Wahidin Sudiro
Husodo

5. Hasil
- Pre Kontras

14
15
- Post Kontras

Gambar 3.2.4.5 Hasil CT Abdomen, Instalasi Radiologi RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo

16
6. Pembahasan
Pemeriksaan CT Abdomen dengan klinis Ileus Obstruksi Susp. Ca
Rectum di Unit Radiologi RSU dr. Wahidinn Sudiro Husodo
menggunakan media kontras IV. Pemeriksaan ini memerlukan berbagai
persiapan seperti pasien harus puasa selama 4 jam sebelum
pemeriksaan. Dan juga kita perlu menyiapkan bahan – bahan kontras
yang nantinya akan digunakan.
Media kontras IV ialah jalur untuk masuknya kontras melalui
intravena untuk mengetahui gambaran anatomi pembuluh darah pada
CT Abdomen. Pada kasus ini hanya menerapkan media kontras IV saja
yang mana jika pada literatur CT Abdomen rutin memerlukan 3 media
kontras antara lain oral, IV dan rectal dikarenakan klinis yang di derita
oleh pasien yaitu Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum maka digunakan
media kontras IV saja.
Sebagaimana yang kita ketahui, Ileus Obstruksi terbagai dua yaitu
mekanik dan non mekanik. Ileus obstruksi mekanik terjadi karena
penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya tumor
atau hernia sedangkan ileus obstruksi non mekanik terjadi karena
penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 1983).
Pada kasus ini, Ileus Obstruksi mekanik yaitu Ca Rectum. Oleh
karena itu, disini memakai media kontras IV saja karna untuk melihat
letak dan struktur tumor tersebut selain itu kita juga bisa melihat feeding
artery yang menyuplai tumor tersebut. Media kontras oral dan rectal
tidak memungkinkan untuk digunakan karena jika media kontras rectal
dapat merusak struktur dari rectal tersebut yang mana letak tumor
berada pada rectal itu sendiri.
Dan Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami
distensi akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus
halus, pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam
usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan
banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan
pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi

17
hipovolemia mungkin akan berakibat fatal (J.Corwin, 2001). Oleh karna
itu, media kontras oral juga tidak memungkinkan digunakan.
Hasil expertise CT Abdomen Kontras
- Tampak penebalan dengan penyempitan lumen rectum, dengan
gambaran dilatasi colon di segmen proximal dari rectum
- Tampak gambaran feces yang dominan di colon ascenden
sampai dengan descenden
- Hepar: ukuran normal, densitas normal, massa/kista(-), VH/VP
normal, IHBD/EHBD tak tampak melebar
- GB: ukuran normal, massa/batu(-), penebalan dinding(-)
- Lien: ukuran normal, densitas normal, massa/kista(-)
- Pancreas: ukuran normal, densitas normal, massa/kista(-),
dilatasi duct pancreaticus(-)
- Ginjal kanan/kiri: ukuran normal, densitas normal, PCS
normal, batu/kista(-)
- Buli: ukuran normal, batu/massa(-)
- Tak tampak densitas cairan di cavum abdomen
- Basal paru kanan kiri tampak baik
- Osteofite di corpus VL 5
- Tak tampak pembesaran KGB
Kesimpulan:
- Penebalan dinding rectum dan penyempitan lumen rectum
disertasi dilatasi colon di segmen proximal dari rectum,
menyokong gambaran Ca Rectum
- Spondilosis Lumbalis
- Saat ini tak tampak tanda metastasis

18
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari kasus tersebut yaitu pemeriksaan CT Abdomen Kontras dengan klinis
Ileus Obstruksi Susp. Ca Rectum dapat kita simpulkan

4.1.1 Pemeriksaan tersebut membutuhkan persiapan yang khusus seperti, tidak


boleh makan yang mempunyai serat yang tinggi dengan kata lain bisa
puasa. Dengan begitu, dapat memudahkan proses mendiagnosa hasil
gambar, karna makanan akan menimbulkan gambaran feces pada
gambar. Selain itu, pada pemeriksaan CT Abdomen tidak boleh bergerak
dikarenakan akan mengganggu gambaran radiografi serta harus
mengikuti instruksi yang diberikan seperti menahan nafas saat
pemeriksaan untuk mendapatkan gambaran yang baik. Dan juga harus
memberi pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada keluarga
pasien agar lebih informatif.
4.1.2 Prosedur yang digunakan pada pemeriksaan CT Abdomen Kontras di
Unit Radiologi Rumah Sakit dr. Wahidin Sudiro Husodo, Kota
Mojokerto menggunakan modalitas CT Scan GE 128 Slice ,
menggunakan media kontras IV dengan jumlah 60 cc dikarenakan agar
melihat letak dan struktur tumor tersebut, selain itu kita juga bisa melihat
feeding artery yang menyuplai tumor tersebut. Media kontras oral tidak
dapat digunakan dikarenakan dapat membuat pasien mengalami distensi,
jika media kontras rectal dapat merusak struktur dari rectal tersebut yang
mana letak tumor berada pada rectal itu sendiri.
4.1.3 Pada pemeriksaan ini memperoleh hasil bacaan yaitu tampak penebalan
dinding rectum dan penyempitan lumen rectum disertasi dilatasi colon di
segmen proximal dari rectum.

19
4.2 Saran
Dalam pemeriksaan yang invasif seperti CT Abdomen Kontras, harap
berkomunikasi dengan pasien atau keluarga pasien dengan jelas. Beri
penjelasan prosedur pemeriksaan tersebut agar saat pemeriksaan mendapatkan
hasil yang maksimal. Selain itu, beri parameter scanning yang tepat mengingat
pemeriksaan ini dilakukan dengan media CT Scan yang seperti kita ketahui,
CT Scan mempunyai dosis yang cukup tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related


Anatomy. Mosby A Harcourt Science Company, St . Louis London
Philadelphia Sydey Toronto.

Griffith, J. R. (2003) Anatomy at a Glance, Journal of Pediatric and Adolescent


Gynecology.

J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta

Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 1983

Mercy Medical Center. 2014. Procedure of CT Abdomen and or Pelvis. Cedar


Rapids IA.

Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. 7th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Price, J. L. (1997). Handbook of organizational measurement. International


Journal of Manpower. Vol.18, No. 4/5/6. Page(s) 502

Romans, Louis E,, 2011. Computed Tomography for Technologist. China. Wolters
Kluwer Health.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

Thayalan, K. 2014. The Physics of Radiology and Imaging. New Dehli: Jaypee
Brothers Medical Publiser (P) Ltd.
.

20

Anda mungkin juga menyukai