Anda di halaman 1dari 10

DM GESTASIONAL

Definisi : Intoleransi Karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali


semasa hamil. Wanita dengan DM gestasional memiliki risiko
lebih besar untuk menjadi penderita DM seterusnya ( Pdu tipe II )
Diagnosis berdasarkan 100 gram OGTT
 Kadar gula dalam plasma
♀ Puasa : > 90 mg / dl
♀ 1 jam PP : > 165 mg / dl
♀ 2 jam PP : > 145 mg / dl
♀ 3 jam PP : > 125 mg / dl
 Kadar gula dalam plasma atau serum
♀ Puasa : > 105 mg / dl
♀ 1 jam PP : > 190 mg / dl
♀ 2 jam PP : > 165 mg / dl
♀ 3 jam PP : > 145 mg / dl
TEST SCREENING
 Dulu : 100 gr OGTT dilakukan pd wanita hamil dgn kriteria/faktor ttt :
 Riwayat melahirkan bayi besar
 Riwayat obstetri jelek
 Riwayat keluarga DM
 Adanya glukosuri pada kehamilan ini
 Kemudian : 50 gr OGTT 1 jam PP untuk semua wanita hamil > 30 th atau
lebih muda bila ada faktor risiko. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl
maka dilakukan 100 gr OGTT ( s/d 3 jam PP ).
 Test screening dilakukan pada usia kehamilan 24–28 minggu ( saat tsb tjd
perubahan metabolisme karbohidrat mencapai maksimal ). Dapat
dilakukan sebelumnya namun apabila negatip, harus diulang 24–28
minggu. Bila hanya ada 1 kriteria dalam 3 jam OGTT, maka tes harus
diulang 1 bulan kemudian.
PENANGANAN
 Seorang wanita hamil dg DM memerlukan terapi insulin bila kadar gula
puasa >100 gr/dl atau 2 jam PP >120 mg/dl
 Terapi diet : 30 – 35 Kcal/kgBB ideal terbagi dalam 3 jadwal dengan satu
atau dua kali snack. Diit haruslah tinggi protein (125 gr/hr), tinggi serat,
tinggi karbohidrat.
 Adanya kadar gula melebihi nilai ambang akan meningkatkan terjadinya
kematian perinatal. Untuk mengurangi risiko tersebut, yang mungkin
disebabkan oleh hiperglikemi janin dengan akibat hiperinsulinemia janin,
maka perlu ditambah insulin selain diit.
 Terapi insulin akan mengurangi kadar gula ibu (juga kadar glukosa dan
insulin janin). Dengan demikian dapat mengurangi kejadian makrosomi,
hipoglikemi neonatus, hiperbilirubinemia, dan RDS.
 Dosis insulin : > 28 minggu  mulai dengan kombinasi 20 U NPH insulin
(human) dan 10 U reguler insulin (human), dicampur dalam 1 spuit dan
disuntikkan setiap pagi sebelum sarapan. Bila usia kehamilan lebih muda
dapat diberikan separoh dosis di atas.
PENCEGAHAN MAKROSOMIA
 Bila metabolisme terkontrol, kematian perinatal tidak akan melebihi
populasi umum. Namun demikian makrosomi tetap lebih tinggi. Untuk
itu, berbagai usaha dilakukan untuk mencegah makrosomia : insulin
profilaksis diberikan pada wanita DM walau kadar gula darah tidak
melebihi harga normal.
JOR - YnnoS 1
PENANGANAN OBSTETRIK
 Hitung gerak / aktivitas janin bila usia kehamilan > 28 minggu.
 NST saat kira – kira 36 minggu, atau lebih awal bila ada komplikasi.
 Test lain : profil biofisik atau CST.
 Bila ada hipertensi, tes kesejahteraan janin dilakukan seminggu dua kali.
 USG untuk :
a. mengevaluasi pertumbuhan janin.
b. Mencari adanya hidramnion.
c. Memperkirakan berat janin.
d. Membantu memilih cara persalinan.
Pertumbuhan berlebihan pada lingkar abdomen dapat dideteksi pada
minggu ke 32. jadi, makrosomia terjadi pada tr. III
SAAT DAN CARA PERSALINAN
 Adanya DM gestasional bukan merupakan indikasi untuk terminasi
persalinan lebih awal, kecuali bila didapatkan adanya komplikasi, Yaitu :
pre-eklamsia, kecenderungan makrosomia atau lainnya, sehingga
terminasi diperlukan sebelum terjadinya persalinan spontan.
 Karena maturasi paru terjadi lebih lambat ok hiperinsulinemia janin,
maka induksi persalinan atau operasi sesar elektif seharusnya dilakukan
amniosentesis untuk melihat kematangan paru.
 DM gestasional bukan merupakan indikasi untuk operasi sesar, kecuali
adanya makrosomia untuk menghindari CPD atau distosia bahu.
Trial of labor tidak dilakukan bila TBJ > 4500 gr.
Bila TBJ antara 4000 – 4500 gr masih dapat dipertimbangkan atas dasar
luas panggul, riwayat persalinan lalu, dan kemajuan persalinan.
 Bila direncanakan induksi persalinan : oksitosin dimasukkan dalam
Normal saline (dalam Piggyback). Kadar gula darah diukur tiap 1 atau 2
jam dengan target 70–120 mg/dl. Bila kadar gula >120 mg/dl, tambahkan
insulin 10 U/L dalam cairan infus.
 Harus dihindarkan terjadinya hiperglikemia ok akan menyebabkan
asidosis pada janin.
TINDAK LANJUT
 Karena wanita hamil dengan DM cenderung untuk menderita DM
seterusnya, maka harus dilakukan test 75 gr OGTT pada 2 jam kira kira 6
minggu post partum. Kriteria DM bila kadar gula plasma :
a. puasa : >140 mg/dl pd dua kali kesempatan ato 2 jam PP : >200 mg/dl
b. 30, 60, atau 90 menit : > 200 mg/dl. (salah satu)
Faktor resiko tinggi :
1. wanita U>35th
2. DM dalam keluarga
3. R/ makrosomi
4. Malformasi kongenital
5. Lahir mati sebelumnya
6. Obesitas
7. HT dan glukosuria
Akibat pada post partum
- ½ penderita DM gestasional tanpa euglikemi puasa, DM ditemukan
menetap selama 1 th dan 15 % mengalami Gluk. toleransi yang abnormal
- 50 % DM gestasional akan mengalami DM nyata jika hiperglikemi puasa
ditemukan selama kehamilan, peny DM cenderung menetap setelah
melahirkan

2 JOR - YnnoS
Mortalitas perinatal dan maternal
Inciden malformasi kongetal 3x >sering (tu. penyakit jantung bawaan
dan Neural tube defect)
Hipoglikemi, hipokalsemi, hiperbilirubinemi dan ARDS sering terjadi pada
DM gestasional
Mortalitas maternal meningkat 10x akibat ketoasidosis, PE, HT,
Pielonefritis, koma diabetikum, embolism.
Perawatan antenatal
1. Stabilisasi gula darah ( IDDM : NST 3 hari sekali, NIDDM : tiap 1 mgg dan
dapat rawat jalan)
- Kadar gula darah maternal harus normal (1jam pp<140)
- USG utk konfirm usia kehamilan, adanya kelainan congenital, dan IUGR
- CTG
- Gerak anak
- Test kematangan paru
- Hindari infeksi yang dapat menyebabkan ketoasidosis
Penentuan saat persalinan
1. Persalinan direncanakan 38 mgg kecuali disertai kelainan lain
2. NST secara serial bila perlu dengan CST
3. IDDM diterminasi saat 38-39 mgg, sedang NIDDM diterminasi atas indikasi
obstetri
Metode persalinan
DM klas A & B sering dg SC untuk menghindari trauma persalinan
Kriteria Induksi persalinan :
1. Janin tidak besar / panggul tdk sempit
2. Paritas tidak tinggi
3. Cx lunak
4. Letak kepala
Kontrasepsi
Pil kombinasi dan IUD merupakan kontra indikasi
Metode rintangan merupakan cara terbaik diikuti sterilisasi
~ JOR – YnnoS ~

JOR - YnnoS 3
DM PRAGESTASIONAL

EFEK PADA JANIN


 Penyebab utama kematian perinatal pada kehamilan dengan IDDM adalah
adanya kelainan kongenital janin dan IUFD yang tidak dapat dijelaskan.
Kelainan kongenital janin ini disebabkan oleh adanya perubahan nyata
dalam kontrol kadar glukosa ibu selama masa kritis embriogenesis janin
yaitu minggu ke 5 – 8 kehamilan.
 Percobaan pada hewan : anti-oksidan vit E dan asam lipoat ketika
diberikan pada tikus DM yang hamil akan dapat mencegah malformasi
janin. Hipotesa : keadaan hiperglikemi menginduksi molekul–molekul
radikal bebas oksidatip yang bersifat embriotoksik dan anti-oksidan
tersebut menghambat proses tersebut. Selain itu, hiperglikemi
berkurangnya aktivitas gen spesifikdefisiensi asam arakidonatdefek
neural tube.
 IUFD pada DM pragestasional tidak dapat dijelaskan karena tidak nampak
nyata adanya insufisiensi plasenta, solusio plasenta, IUGR, ataupun
oligohidramnion. Pdu janin besar untuk masa kehamilan dan mati
sebelum lahir, pdu pada > 35 mgg. Hipotesa I : adanya hiperglikemi
gangguan transport oksigen dan metabolisme janinpH janin menurun
pCO2, laktat, dan eritropoetin meningkatIUFD. Hipotesa II :
osmolaritas meningkatedema vili korioniktransport oksigen terganggu
IUFD.
 Hidramnion (causa ?) mungkin disebabkan oleh poliuri janin akibat
hiperglikemi.
 Wanita yang DM-nya tidak teregulasi berisiko tinggi untuk terjadinya
abortus spontan. Untuk penanganan wanita dengan IDDM yang ingin hamil
haruslah dimulai dari konsepsi. Selain itu diperlukan pemantauan akan
adanya retinopati, nefropati, dan penyakit arteri koroner.
EFEK PADA IBU
 Kematian ibu akibat DM pragestasional jarang, walaupun begitu akan
meningkat 10 kali lipat bila mengalami ketoasidosis, disertai hipertensi
sebelumnya, preeklampsia, dan pielonefritis. Juga adanya penyakit
jantung koroner (klas H).
 Nefropati diabetik.
 Retinopati diabetik.
 Neuropati diabetik.
 Gastropati diabetik : menyebabkan mual muntahgangguan nutrisi. Tx :
metoclopramid dan antagonis reseptor H2.
 Preeklampsia : sering merupakan komplikasi yang menyebabkan
diperlukannya persalinan preterm.
 Ketoasidosis : disebabkan oleh hiperemesis gravidarum, pemakaian -
simpatomimetik dan tokolitik, infeksi, dan pemakaian kortikosteroid
untuk maturasi janin. IUFD terjadi 20% pada ketoasidosis.
 Infeksi : tersering tr. Genitalia (ok vaginitis candida antepartum atau
infeksi puerpuralis) dan tr. Pernapasan.
EVALUASI AWAL
1. Tentukan adanya DM dan usia kehamilan dengan seksama.
2. klasifikasi DM menurut kriteria White.
3. Riwayat persalinan lalu.
4. Adanya retinopati secara fundoskopik.
5. Urinalisis dan kultur.
6. Ukur tekanan darah basal.
4 JOR - YnnoS
7. Ukur kadar HbA1c (glycosilated haemoglobin) basal.
8. Pemberian intruksi mengenai dosis insulin, diet, dan monitor kadar gula
darah di rumah.
Regulasi gula darah Ibu
♀ Regulasi darah di pertahankan <100mg/dl. Hiperglikemi ibu dan fluktuasi
gula darah ibu akan menyebabkan Hiperglikemi janin menyebabkan
hiperplasi sel   Hiperinsulinemi menyebabkan makrosomi.
♀ Ketoasidosis menyebabkan kematian janin
♀ DM gestasional (DM klas A1 umumnya memerlukan diet. insulin dipakai
bila terjadi peningkatan GD puasa dan pp
♀ IDDM memerlukan insulin infus selama persalinan untuk mencegah
hipoglikemi neonatus
♀ Sample yang baik diambil 80 menit setelah makan pagi, tidak dapat
dipakai GDA dan glukosuria krn hamil mempunyai GFR yang besar.

 HbA-1c menggambarkan kronisitas hiperglikemi


- Pada kehamilan normal Hba-1c turun pada tr 1- 2 dan akan
kembali normal pada tr 3
- IDDM hamil dan DM gestasional kadarnya meningkat
- Peningkatan HbA-1c meningkatkan kelainan kongenital dan
abortus spontan
- Peningkatan HbA-1c pada tr-3 berhub dg peningkan BB lahir

HbA-1c KADAR GD Keterangan


N N Terkontrol 4-8 mgg terakhir
Tinggi Tinggi Tak terkontrol 4-8 mgg terakhir
Tinggi N Px tdk disiplin/diet saat diperiksa
Hiperglikemi temporer dg GD
N Tinggi
tewrkontrol

KLASIFIKASI WHITE
Klas Kadar gula plasma Terapi
GTT yang abnormal dengan kadar gula darah
A1 puasa normal (< 105 mg/dl) dan post pandrial Diet
normal (<120 mg/dl)
GTT yang abnormal dengan kadar gula darah
A2 Diet + insulin
puasa abnormal atau post pandrial abnormal
IDDM
Onset mulia usia > 20 tahun
B Diet + insulin
Durasi < 10 tahun
Tanpa penyakit pembuluh darah atau retinopati
IDDM
Onset mulia usia 10 - 20 tahun
C Diet + insulin
Durasi 10 - 20 tahun
Retinopati
IDDM
Onset mulia usia < 10 tahun
D Diet + insulin
Durasi > 10 tahun
Retinopati
F Nefropati diabetik Diet + insulin
H Penyakit jantung Diet + insulin
JOR - YnnoS 5
R Retinopati proliferatif Diet + insulin
MORBIDITAS DAN MORTALITAS NEONATUS
 Distres pernapasan (Pdu maturasi paru janin pada DM terjadi lambat)
 Hipoglikemi : penurunan mendadak kadar glukosa darah janin stlh lahir.
 Hipokalsemia : etiologi ?
 Hiperbilirubinemia : ? (berhubungan dengan prematuritas dan polisitemia
dengan hemolisis)
 Hipertrofi (kardiomiopati) jantung : ok bayi makrosomi dan
hiperinsulinemia. Hal ini menyebabkan gagal jantung.
 Perkembangan intelektual dan psikomotor : mengalami gangguan dalam
perkembangannya.
 Risiko menderita DM :
a. Bila ibu DM : 1 – 3 %
b. Bila ayah DM : 6 %
c. Bila kedua orang tua DM tipe I : 20 %.
DETEKSI DIABETES PADA IBU
 Dulu : screening dilakukan secara terbatas pada wanita dengan keluarga
DM atau BOH (IUFD dengan sebab tak jelas) atau bayi cacat/makrosomia.
Adanya kegemukan, hipertensi, dan glukosuria juga merupakan faktor
risiko.
 Sekarang : direkomendasikan agar screening dilakukan pada semua
wanita hamil 24–28 mgg dengan mengukur kadar gula 1 jam setelah
mengkosumsi 50 gr glukosa. Bila >140 mg/dl dilanjutkan dengan OGTT.
DM KLAS A
 Karena pada klas ini angka kejadian IUFD masih lebih tinggi dari populasi
normal, maka :
a. harus berkunjung tiap minggu.
b. Diet 1800–2200 kalori.
c. Bila kadar GDP >105 mg/dl atau 2 JPP >120 mg/dl  beri insulin dan
monitor kesejahteraan janin dimulai pada 34 minggu.
 Bila pada kehamilan sebelumnya penderita memerlukan insulin, pernah
IUFD, hipertensi, atau cenderung preeklamsia pada kehamilan sekarang.
Maka ia diperlakukan sama dengan penderita IDDM (dalam hal monitor
kesejahteraan janin) walaupun klasifikasinya tidak berubah.
PENANGANAN
Prakonsepsi
 Regulasi kadar gula darah sebelum dan pada awal kehamilan.
 Pengukuran kadar Hb A1 atau Hb A1-c akan menggambarkan keadaan
kadar gula dalam sirkulasi pada 4–6 mgg terakhir  berguna untuk
menilai metabolisme awal. (risiko malformasi akan meningkat bila
kadarnya >10%).
 Pemberian folat 400 g/hr akan mengurangi risiko defek neural tube bila
diberikan pra konsepsi dan awal kehamilan.
Trimester I
 Regulasi kadar gula darah biasanya dengan diet dan insulin. OAD tidak
dianjurkan ok dapat menimbulkan hiperglikemi pada janin  kelainan
kongenital (bila diberikan pada awal masa kehamilan).
 Kadar glukosa pada trimester I tidaklah stabil, diikuti dengan periode
stabil dan kemudian diikuti dengan peningkatan kebutuhan insulin pada
usia 24 minggu. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya produk
hormon-hormon selama kehamilan yang merupakan antagonis insulin.
 Kadar glukosa darah sedapat mungkin dipertahankan sampai 143 mg/dl
untuk mendapatkan outcome yang baik.
6 JOR - YnnoS
Trimester II
 Dilakukan pemeriksaan kadar  fetoprotein serum pada 16–20 mgg dan
USG pada 18–20 mgg untuk mendeteksi adanya defek neural tube atau
kelainan yang lain.
Trimester III
 Kunjungan tiap minggu untuk mengevaluasi kadar gula darah dan adanya
preeklamsia.
 Serial USG dengan interval 3–4 mgg untuk menilai adanya IUGR atau
makrosomia dan juga jumlah air ketuban. (mulai 26-32 minggu
tergantung adanya risiko untuk terjadinya IUFD).
 MRS untuk DM yang tak terkontrol dan hipertensi.
 Untuk menghemat beaya rumah sakit : pada IDDM sejak usia kehamilan
34 minggu sampai melahirkan.
Persalinan
 Persalinan sebaiknya mendekati aterm. Bila rasio lesitin : sfingomielin >
2,0 pada 38 mgg, maka persalinan akan efektif.
 Bila usia kehamilan pasti, mk persalinan direncanakan pada >38 minggu.
 Bila didptkan hipertensi berat, persalinan dilakukan walau rasio L:S < 2,0.
 Hindari penggunaan  simpatomimetik untuk tokolitik pada PPI, juga
pemberian kortikosteroid untuk maturasi paru.
 Pada DM klas B dan C  sebaiknya operasi sesar untuk menghindari
trauma persalinan ok bayi besar pada aterm
 Adanya penyakit vaskuler menyebabkan kegagalan induksi persalinan 
operasi sesar.
 Induksi persalinan bila nilai pelvik baik dan bayi tidak terlalu besar.
 Hindari insulin long acting saat persalinan, ok pdu kebutuhan insulin akan
menurun tajam setelah persalinan. Dianjurkan reguler insulin.
Lebih baik : insulin infus dalam pump.
 Perhatikan terapi cairan (hidrasi) dan glukosa untuk menjaga agar tetap
normoglikemia.
 Infeksi harus dideteksi dengan cepat dan diobati dengan adekuat.
Kontrasepsi
 Estrogen dalam kontrasepsi oral menyebabkan tromboemboli.
Meningkatkan resiko stroke.
 Progestin-only oral atau parenteral dapat digunakan ok efek pada
metabolisme karbohidrat minimal.
 IUD meningkatkan risiko infeksi
 Steril postpartum dianjurkan pada penderita DM pragestasional.

JOR - YnnoS 7
Suspect DM

Gula darah 2 jam PP

< 135 mg/ dl >135 mg/dl

PAN teratur OGTT (3 jam )

BSN N BSN N BSN abnormal


OGTT N OGTT abnormal

Ulangan OGTT DM Klas A DM Klas B - F


Tiap trimester
Diet (2000 – 2200 kal)
BSN tiap 2 minggu

Deliver at term Komplikasi (-) Kompliikasi (+)

MRS

Monitor fetal well being +


Normal status
pemeriksaan fungsi ginjal
MRS 34 mgg home glucose
Monitoring programe
Abnormal

Amniosintesis
Terminasi
LS > 3 LS < 3

Induced labor (with


intensive intrapartum care Ulang tiap minggu

Penanganan (lihat Bagan)


Medik
 Diet DM : cukup diet tanpa insulin (1200–1800 kal/hari)
 Insulin : untuk penderita yang sebelumnya mendapat insulin
diteruskan dengan dosis yang sama sampai dijumpai tanda–
tanda dosis perlu ditingkatkan (monitor BSN/red. urine).
Insulin tidak boleh diberikan 3 jam pertama sebelum partus
(ok saat inpartu kebutuhan glukosa meningkat)
Obstetrik
Ibu hamil dengan BSN >120 mg/dl  OGTT
a. Bila BSN (N), OGTT (N) ulang OGTT tiap trimester 
tunggu persalinan sampai se-aterm mungkin.
b. Bila BSN (N), OGTT abnormal  Klas A  diet, PAN lebih
sering, ulangan BSN tiap 2 minggu.
1) Bila komplikasi (-)  tunggu partus se-aterm mungkin.
2) Bila komplikasi (+) MRS (evaluasi gula darah/hr, RFT, pemeriksaan
retina, urinalisis, dan kultur urine) kemudian tentukan umur
kehamilan & fetal assesment.
c. Klas B – F  MRS (sama dengan b2)
Untuk C dan b2  < 30 mgg : kontrol tiap 2 minggu.
> 30 minggu : fetal assesment
MRS pd mgg 34test maturasi paru pd mgg 36bila matur : terminasi.

8 JOR - YnnoS
ASPEK OBSTETRI KEHAMILAN DENGAN DIABETES
I. Perawatan kehamilan dengan diabetes dibagi 2 yaitu :
a. Perawatan dari kelainan metabolisme karbohidrat.
 Diabetes dan kehamilan diusahakan selalu euglikemia (akan
menurunkan perinatal mortality, icterus neonatorum, kelainan
bawaan)
 Menghindari obat anti diabetes oral (teratogenik)
 Diet : - kenaikan BB minimal 11 Kg
- Protein 1,5 gr/KgBB/hr
- Kalori 2000–2200 kal/hari dimana 65 % tdr atas karbohidrat
b. Perawatan kehamilan.
 PAN lebih sering dengan konsultasi internis dan ahli gizi.
 MRS pada trimester II untuk evaluasi DM nya.
 Trimester III evaluasi usia kehamilan dengan USG dan keadaan janin
dengan OCT dan estriol urine.
 Maturasi janin dilihat pd L/S ratio air ketuban (matur bila L/S > 3)
 Evaluasi janin :
o Klas A mulai 37 minggu
o Klas B/C mulai 36 minggu
o Klas D – R mulai 34 minggu
 Waktu persalinan :

Stress test (-)  diulang tiap minggu  dilahirkan bila L/S > 3

Bila (-)
Meragukan  diulang dalam 24 jam  pemeriksaan estriol darah tiap hari
Bila (+)
<3
Stress test (+)  L / S >3 dilahirkan

 Pemberian betametason bila penundaan tidak bisa dilakukan.


II. Komplikasi
A. Ibu
 Makin berat kelainan akibat DM: nefropati, vasculopati.
 Komplikasi oleh karena adanya kehamilan : ketoasidosis, toxemia,
hidramnion, infeksi saluran kencing.
 Pada persalinan : inersia & atoni uteri, distosia bahu (ok bayi
besar), kelahiran mati, meningkatnya partus buatan (termasuk SC),
mudah infeksi.
 Pada kala nifas : infeksi puerpuralis, penyembuhan luka lama.
B. Janin
Abortus, partus prematurus, kel letak, insufisiensi plasenta sampai
kematian dalam rahim. Makrosomia, hipoglikemia, RDS, kelainan
bawaan, hiperbilirubinemia, hipoklasemia.

PENGARUH KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA DM  memperberat


♀ Metabolisme KH   emesis gravidarum
♀ Pembesaran rahim memerlukan glikogen
♀ Janin butuh KH untuk pertumbuhannya
♀ Pancreas dan adrenal janin  mempengaruhi metabolisme.
♀ Insulinase yang dihasilkan plasenta.
♀ Hormon plasenta : koriosomatotropin, estrogen,
JOR - YnnoS 9
progesteron  mengurangi khasiat insulin.
♀ Persalinan membutuhkan energi.
♀ Laktasi mengambil nutrisi dari ibu terutama KH
PENGARUH DM TERHADAP :
1. KEHAMILAN :
 Infertil
 Abortus / Prematuritas / IUFD
 Hidramnion
 Preeklampsia / eklampsia
 Kelainan letak oleh karena bayi besar
 Insufisiensi plasenta
2. PERSALINAN
 Inersia uteri  HPP
 Distosia bahu
 Lahir mati oleh karena asfiksia
 Sering tindakan SC oleh karena CPD
 Mudah infeksi
3. NIFAS
 Infeksi sampai sepsis
 Luka persalinan / operasi sukar sembuh.
4. ANAK
 Cacat bawaan
 Bayi besar
 Dismatur
 Asfiksia terutama > 36 minggu  IUFD
 Kematian neonatal oleh karena hipoglikemia
 Persalinan yang sukar
 Kelainan saraf & jiwa dibelakang hari.
~ JOR – YnnoS ~

10 JOR - YnnoS

Anda mungkin juga menyukai