4.2 Reaksi
kelapa, minyak sawit, minyak wijen, margarin, dan lilin menggunakan berbagai
pelarut organik, diantaranya air, etanol, n-heksana, dan kloroform. Dari hasil
pengamatan, diperoleh diameter noda pada kertas saring yang telah dikeringkan
dalam oven. Pada pelarut akuades, dihasilkan noda yang kecil pada tiga sampel yang
ada yakni pada minyak kelapa tradisional 1,95 cm dan minyak wijen 1,5 cm
sehingga dapat dikatakan bahwa kelarutan minyak/lemak dalam air sangat kecil. Hal
ini disebabkan karena air adalah pelarut polar sedangkan minyak bersifat non polar,
sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur membentuk satu fasa. Adapun pada
pelarut etanol menghasilkan noda terkecil untuk beberapa sampel minyak kelapa
dengan diameter 2,00 cm; pada minyak sawit dengan diameter 1,10; lilin dengan
diameter 0,70; mentega dengan diameter 2,40. Hal ini menandakan bahwa sampel
minyak kurang larut sedikit disbanding pada pelarut air, hal ini tidak sesuai dengan
teori karena tingkat kepolaran etanol lebih rendah daripada air. Hal ini kemungkinan
minyak/lemak yang digunakan yaitu, minyak kelapa 3,45 cm; minyak kelapa
tradisional dengan diameter 3,45 cm; minyak wijen dengan diameter 2,00 cm;
minyak sawit dengan diameter 2,55 cm; mentega dengan diameter 3,00 cm; dan
pada lilin berdiameter 2,45 cm. Semua jenis sampel minyak/lemak mulai semakin
larut karena kloroform merupakan pelarut non polar sehingga noda yang
ditimbulkan lebih besar dari pada yang ditimbulkan pada etanol karena kloroform
menghasilkan noda pada kelima jenis sampel minyak/lemak tersebut yaitu minyak
kelapa dengan diameter 2,50 cm; minyak wijen dengan diameter 2,30 cm; minyak
sawit dengan diameter 3,30 cm; mentega dengan diameter 3,40 cm; minyak kelapa
tradisional dengan diameter 2,60 cm; dan lilin dengan diameter 2,05 cm. Hal ini
diameter paling besar karena sampel minyak larut pada pelarut non polar. Namun
dari hasil pengamatan, hanya pada sampel minyak wijen dan minyak sawit diperoleh
kelarutan minyak/lemak yang sesuai dengan teori, sedangkan pada sampel minyak
kelapa, minyak kelapa tradisional, mentega, dan lilin menunjukkan kelarutan yang
tidak sesuai. Hal ini mungkin terjadi akibat kesalahan dalam melakukan percobaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak
ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu minyak atau lemak
dengan rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu minyak
atau lemak dengan rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang
rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan
Dari hasil pengamatan, diperoleh diameter noda yang ditetesi diatas kertas
saring dan dikeringkan di dalam oven. Dimana noda dengan diameter terbesar
merupakan noda untuk tingkat kelarutan yang besar, jadi pelarut yang digunakan
adalah pelarut yang baik. Hal ini disebabkan karena semakin larut minyak dan lemak
dalam suatu pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin
terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada
suatu kertas saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga
pelarutnya menguap, akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar.
Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak
larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak,
sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan
hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada
kertas saring.
air < etanol < kloroform < n heksana. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu
pelarut, maka partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi
secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas
saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnya menguap,
akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, kelarutan minyak yang paling baik adalah dalam
n-heksana. Urutan kelarutan pelarut dalam lemak adalah etanol < air < kloroform <
n-heksana. Hal ini tidak sesuai dengan teori. Kemungkinan disebabkan kesalahan
Pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak, larutan air dan minyak
dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan air bersifat polar sehingga tidak
bercampur dengan pelarut organik yang bersifat non polar. Oleh sebab itu keduanya
mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Selanjutnya, pada lapisan air dicampur
kembali dengan pelarut organik (n-heksana) dan dipisahkan lagi sehingga diperoleh
kembali lapisan organik dan digabungkan untuk kemudian lapisan air dan lapisan
organik diteteskan pada kertas saring lalu dikeringkan dalam oven dan diukur
diameternya.
yang ditetesi lapisan air diperoleh hasil yakni sampel minyak kelapa 3,40 cm;
minyak sawit 1,55 cm; minyak wijen 2,40 cm; mentega 2,10 cm; lilin 2,15 cm;
minyak kelapa tradisional 2,55 cm. Hasil ini bertentangan dengan teori dan hasil
praktikum, dimana air tidak melarutkan minyak dan lemak. Pada kertas saring yang
ditetesi lapisan organik, diperoleh hasil yakni sampel minyak kelapa 3,85 cm;
minyak sawit 1,65 cm; minyak wijen 2,05 cm; mentega 1,45 cm; lilin 1,75 cm;
minyak kelapa tradisional 2,05 cm. Hal ini menandakan bahwa minyak/lemak larut
dalam pelarut organik n-heksana. Hal ini sudah sesuai teori bahwa terbentuknya
baik dalam pelarut kloroform karena minyak/lemak bersifat non polar sehingga
dapat larut dalam kloroform yang bersifat non polar. Hal ini menandakan bahwa
kloroform adalah pelarut yang baik untuk digunakan dalam ekstraksi minyak/lemak.