BAB I
PENDAHULUAN
keuangan di Jeddah tahun 1975, menjadi titik awal gagasan pendirian bank-bank
syariah di berbagai negara. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an,
mampu memobilisasi dana sebesar US $ 5 milyar yang sampai tahun 1999 telah
seperti Citibank, JP morgan, Deutsche Bank, ABN Amro dan American Express
Corporation yang telah memulai menggunakan jasa keuangan tanpa bunga ini
Bahkan uji coba dalam relatif terbatas telah dilakukan. Diantaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN 2
lebih khusus bagi pendirian bank Islam baru dimulai tahun 1990. MUNAS IV
MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) pada agustus 1990 membentuk kelompok kerja
perangkat hukum operasinya dalam UU No.7 tahun 1992 belum memuat sistem
syariah yang memadai. Baru di era reformasi, UU No.10 tahun 1998 memuat
secara rinci landasan operasi bank syariah dan memberi arahan bagi bank-bank
kian luas bagi pengembangan bank syariah. Bukan hanya menyebut bank syariah
1
Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Contoh dalam
aplikasi perbankan: Produk pembiayaan barang-barang investasi domestik maupun luar negri
seperti melalui L/C (Antonio,2001:101-107)
2
Pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka,
Contoh dalam aplikasi perbankan: Pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu relatif pendek,
yaitu 2-6 bulan. (Antonio,2001:111)
3
Kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. (Antonio,2001:115)
4
Dijelaskan lebih lengkap dalam bab II
5
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. (Antonio,2001:90)
6
Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. (Antonio,2001:117)
BAB I PENDAHULUAN 3
perlakuan yang sama diantara bank syariah dan konvensional, padahal saat itu
syariah, yang di tahun 1998 baru ada satu bank umum dengan 10 kantor cabang; 1
kantor cabang pembantu; serta 19 kantor kas, menjadi 2 bank umum syariah
dengan 123 kantor; 7 unit usaha syariah pada bank umum konvensional yang
tersebar dengan 39 kantor; serta 85 BPRS. Diakhir tahun 2003 jumlah bank
menggunakan konsep full Islamic banking dan konsep Dual Banking System,
hingga tahun 2000 terdapat dua bank dengan konsep full islamic Banking (Bank
Muamalat dan bank Syariah Mandiri) dan dua bank konvensional yang membuka
branch syariah (Bank IFI dan BNI Syariah). Sepanjang tahun 2001 – 2003
tabel 1.1)
7
Jumlah ini sangat kecil dibanding dengan 400 bank konvensional dan 8000 BPR konvensional
BAB I PENDAHULUAN 4
Tabel 1.1
Selain itu perkembangan bank syariah terlihat dari jumlah dana pihak
ketiga dan pembiayaan yang diberikan. Jumlah dana pihak ketiga yang
BAB I PENDAHULUAN 5
dikumpulkan bank syariah meningkat tajam dari Rp. 463,45 miliar di tahun 1997
menjadi Rp. 4,33 triliun pada oktober 2003. Pembiayaan yang disalurkan bank
syariah juga mengalami peningkatan dari Rp. 490,20 miliar di tahun 1997
menjadi Rp 4,68 triliun pada oktober 2003. Sejalan dengan itu, profit yang
dikumpulkan meningkat dari Rp. 25,14 miliar di tahun 2000 menjadi Rp 88,935
triliun pada November 2003. Akhir desember 2002 total aset perbankan syariah
syariah hingga maret 2003 hanya menyumbangkan 0,42 % dari total aset
perbankan nasional. Lebih lengkap disajikan dalam tabel 1.2 dan 1.3
Tabel 1.2
Maret 2003
Tabel 1.3
Grafik 1.1
BI, 2002). Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011 tersebut
memuat :
syariah;
BAB I PENDAHULUAN 7
serta
masyarakat luas.
daya saing bank syariah, serta meningkatkan kestabilan sistem, peran, dan
salah satu insentif depositor untuk menyimpan uangnya di bank syariah. Bahkan,
penelitian Erol dan El-Bdour (1989) di Sudan dan Turki membuktikan bahwa
bahwa alasan agama dan profit menjadi pertimbangan utama penabung bank
Pulau Jawa terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia (2000) bekerja
BAB I PENDAHULUAN 8
sama dengan beberapa universitas negeri8. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
bahwa dari 4.025 responden9, 94 persen berpandangan bahwa sistem bagi hasil
adalah sistem yang dinilai universal dan dapat diterima, serta menguntungkan.
faktor apa yang memotivasi depositor untuk menyimpan dananya di bank syariah,
mudharabah.
8
Penelitian ini berjudul “Potensi,Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di
Pulau Jawa” dilaksanakan melalui kerjasama BI dengan LP-IPB di wilayah Jawa Barat, LP-
UNDIP di wilayah Jateng&DIY, dan UNIBRAW di wilayah Jatim.
9
Dengan 2% responden non muslim
BAB I PENDAHULUAN 9
jangka panjang?
syariah ?
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
syariah
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga, makin
tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan
dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat
adalah”harga” dari (penggunaan) loanable funds, atau bisa diartikan sebagai dana
yang tersedia untuk dipinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori klasik
besar dari tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk dana investasi tersebut
sebagai ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat
bunga, maka pengusaha akan terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya
untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat
berikut:
Grafik 1.3
i
Tabungan
i1
i0 Investasi 1
BAB I PENDAHULUAN
12
Investasi 0
0
Sumber : S0 S1 Penawaran dana / Loanable Funds
Nopirin (1992:71)
oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif mengapa
seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-
jaga, dan spekulasi (Budiono, 1982: 82). Tiga motif inilah yang merupakan
sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya
permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa
umumnya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif
tersebut.
orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan
akan uang untuk tujuan spekulasi. Dalam hal ini, permintaan besar apabila tingkat
keseimbangan di pasar uang. Alat analisis yang digunakan oleh John Hicks adalah
kurva IS-LM.
bunga, namun juga oleh tingkat pendapatan (Marginal propensity to save), yaitu
tabungan akan naik apabila pendapatan nasional naik. Sebaliknya, pendapatan (Y)
akan naik bila investasi (I) akan naik apabila tingkat suku bunga(i) turun. Dari
tingkat bunga keseimbangan di pasar dana investasi (loanable funds) pada setiap
keseimbangan yang terjadi di pasar uang (sebagai aktiva) pada setiap tingkat
Grafik 1.4
Tingkat Bunga ( r)
LM
BAB I PENDAHULUAN
14
re
IS
Y
0
Ye
Hicks adalah tingkat bunga yang merupakan tingkat bunga keseimbangan di pasar
Dalam Islam, hanya dikenal dua motif permintaan akan uang, yaitu motif
mencapai tujuan yang penting dan mendesak serta mendorong investasi yang
Permintaan akan uang ditujukan hanya untuk memenuhi dua tujuan pokok,
Md = Md trans + Md prec
permintaan akan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar
kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. Apabila harga
bayar tangguh meningkat, permintaan akan uang riil berkurang karena orang lebih
senang memegang barang yang pada waktu mendatang harganya meningkat. Pada
masa Rasulullah, permintaan akan uang dilandasi hanya oleh dua motif, yaitu
Setiap fungsi permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dapat
Md trans = f (Y)
pendapatan (Y) mempunyai koefisien yang positif dan harga bayar tangguh
+ -
BAB I PENDAHULUAN
16
Md = f (Y , Pt/Po)
dalam Islam hanya dikenal untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga. Perbedaannya
terletak pada perilaku permintaan akan uang untuk berjaga-jaga dan variabel yang
mempengaruhi.
Landasan filosofis teori dasar permintaan akan uang adalah arahan islam
agar sumber-sumber daya dimanfaatkan maksimum dan efisien. Dalam hal ini,
uang.
Kebijakan ini berdampak pada pola permintaan akan uang untuk motif
berjaga-jaga. Semakin tinggi tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif
yang dianggurkan, permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana
dapat dianalogikan sebagai berikut. Ahmad yang memiliki kekayaan berupa tanah
yang hanya dianggurkan tidak mendapatkan nilai tambah dari kekayaannya. Agar
tanah tersebut memiliki nilai tambah, Ahmad harus mengelola tanah itu secara
Secara matematis, permintaan akan uang untuk mazhab kedua ini dapat
Md = Md tr + Mdpr
Md trans = f (Y)
Md prec = f (Y, μ )
Tingkat dues of iddle fund diwakili oleh nilai μ. Semakin tinggi nilai μ,
semakin kecil permintaan uang untuk berjaga-jaga karena biaya resiko untuk
membayar pajak terhadap uang tersebut menjadi naik. Secara ilmiah, dalam
kondisi seperti ini orang akan berusaha memperkecil jumlah pajak terhadap
nilai relatif rendah, tindakan memegang atau menyimpan uang tunai relatif tidak
beresiko. Tinggi rendahnya tingkat resiko menyimpan uang tunai (Ω) dipengaruhi
Ω=μ–ψ
Permintaan akan uang dalam mazhab ini erat kaitannya dengan konsep
berikut:
yanga da dalam sektor riil.” Teori ini kemudian menjembatani pertumbuhan uang
uang tersebut secara ekonomis. Artinya, nilai uang tidak harus selalu bertambah
seiring dengan pertambahan waktu, tetapi pertambahan nilai itu bergantung pada
usaha yang dilakukan. Secara makro ekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya
mikroekonomi.
kapasitas dan volume sektor riil, semakin meningkat permintaan akan uang.
ekonomi (X), Kebijakan pemerintah dalam regulasi ekonomi (Y) dan informasi
permintaan akan uang dan penawaran akan uang dipengaruhi oleh besarnya
investasi uang disektor rill. Jika investasi meningkat permintaan uang tunai
sebagai berikut :
sektor riil adalah penjumlahan total permintaan akan uang oleh individu atau
inflasi, rb menunjukkan profit sharing antara sohibul maal dan mudharib dalam
yang ada terhadap permintaan uang atau terhadap penawaran uang. Variabel bebas
y, pendapatan riil yang dimiliki oleh seorang individu akan berhubungan secara
banyaknya permintaan akan uang. Jika harga barang secara umum/tingkat inflasi
semakin tinggi, orang cenderung memilih menyimpan uang dalam bentuk barang,
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
Consult Inc., Paper: Mutasowifin (2003), serta hasil penelitian yang sudah ada
yang berhubungan, untuk kemudian diolah dengan program E-views 3.0 dan
kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh
(bagi hasil) sesuai kesepakatan dalam kontrak. Aplikasi dalam perbankan syariah
diterapkan pada time deposit (tabungan berjangka) dan saving deposit (tabungan).
Mudharabah adalah elemen Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dana
Pihak Ketiga yang tercatat secara aggregat dalam Statistik Perbankan Syariah
Bank Indonesia ini terdiri atas giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito
yang lebih ditentukan oleh naik turunnya tingkat suku bunga SBI dan kondisi
pasar, bagi hasil dipengaruhi oleh profit yang diperoleh oleh peminjam dana
mereka.
Data bagi hasil sebelum tahun 2000 hanya berasal dari satu bank syariah
yaitu Bank Muamalat yang diolah dari laporan keuangan tahunan. Data
Bank Indonesia10.
ini adalah tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) tiga bulan dari
3. Pendapatan Nasional
bahwa kemudahan dan kedekatan lokasi kantor bank syariah dengan pusat
Data jumlah kantor cabang dan kantor cabang pembantu diperoleh dari
Untuk data yang tidak dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk
kuartalan, maka dilakukan interpolasi data, seperti model interpolasi linear yang
Cara penghitungan bagi hasil dan mekanisme penerbitan sertifikat IMA (Investasi Mudharabah
10
Antarbank) dalam PUAS (Pasar Uang antarbank Syariah) akan dijelaskan dalam bab 3.
BAB I PENDAHULUAN
23
……………(1.1)
hanya cocok diterapkan pada data yang bersifat aliran (flow) dan tidak pada data
ekonometrik. Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model kointegrasi
Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
yang digunakan oleh Sudi Haron & Norafifah Ahmad (2000) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh suku bunga konvensional dan tingkat bagi hasil bank syariah
(+) (-)
11
Stok adalah kuantitas pada waktu tertentu dan flow adalah kuantitas per unit waktu.
(Parkin,1995:130)
BAB I PENDAHULUAN
24
Dimana :
Dimana :
Dimana :
12
Dalam paper Muhammad Ghafur, ia menggunakan model ADL (Autoregressive Distributed
Lags) menggnakan data tahunan dari 1993 sampai 2001 dengan lag ADL(4,4)
BAB I PENDAHULUAN
25
Apabila kita melakukan uji kointegrasi, kita perlu suatu model untuk
Diperoleh :
Dimana :
pada periode t
13
Sebelum melakukan estimasi ECM, harus dipastikan Y dan X terkointegrasi (Koop,2000:161)
14
ECM merupakan salah satu properti statistik dimana kita tidak perlu menghawatirkan masalah
spurious regression yang terjadi.Apabila variabel Y dan X terkointegrasi, equilibrium error akan
stasioner. Artinya kita dapat menggunakan estimasi OLS dan melakukan test menggunakan t-stast
dan p-values dengan metode standar (Koop,2000:160)
BAB I PENDAHULUAN
26
(KCP)
dihitung nilai ut-1 yang lalu digunakan sebagai explanatory variable pada
Diperoleh :
Dimana :
Vt = residual periode t
Run Test, uji parsial (t-stat), uji keseluruhan (F-stat), uji koefisien determinasi;
sebagai berikut :
Dengan menggunakan tabel Dickey Fuller yang sesuai dengan model time series
(2) , null hypothesis yang menyatakan adanya sifat stasioner dalam model (2) akan
16
Apabila model (3) dimodifikasi dengan bentuk first difference dari variabel independennya,
maka disebut augmented dickey-fuller (ADF) test. Tes statistik ADF memiliki asimtot distribusi
yang sama dengan statistik DF, sehingga critical value DF tetap digunakan (Gujarati, 2003:817)
17
Proses stokastik disebut stasioner bila mean dan variance-nya konstan dalam rentangan waktu
dan nilai covariance diantara dua periode waktu hanya bergantung pada jarak lag diantara dua
periode waktu dan tidak pada waktu aktual pada saat covariance tersebut dihitung. (Gujarati,2003:
797)
BAB I PENDAHULUAN
28
ditolak apabila nilai t-statistik yang diperoleh berkaitan dengan koefisien regresi
model ini lebih kecil dari tabel dickey-fuller pada tingkat signifikansi tertentu.
Uji ini dikembangkan berdasarkan adanya persepsi model data yang tidak
stasioner dapat terjadi kointegrasi jangka panjang antara tiap variabel yang diuji.
Langkah Pertama :
Ordinary Least Square (OLS) dari X terhadapY dan peroleh nilai residualnya.
Yt = α0 + α1 Xt1 + α2 Xt2 + ut
Langkah Kedua :
Lakukan uji stasioneritas (Unit Root Test) pada residual menggunakan ADF
critical value.
terkointegrasi dan apabila hipotesis unit root tidak ditolak, maka kointegrasi tidak
terjadi.
Rob Engle dan Clive Granger memperoleh hadiah nobel economics tahun 2003 karena perhatian
18
Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang
menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar
dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena
semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
dengan hipotesis:
19
varians atau standar deviasi memberikan indikasi seberapa dekat atau luasnya nilai X tersebar
disekitar nilai rata-ratanya.(Gujarati,2003:880)
BAB I PENDAHULUAN
30
- Apabila nilai F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel
(Gujarati, 2003:537)
Dari beberapa model lag yang menjadi alternatif, harus diketahui lag mana
yang memberikan hasil estimasi terbaik21. Dalam penelitian ini digunakan Akaike
Information Criterion (AIC)22 sebagai dasar pemilihan. Kriteria Informasi ini telah
telah umum digunakan dalam data time series untuk menentukan lag yang tepat.
Dimana :
Dari beberapa model alternatif lag, masing-masing dihitung nilai AIC nya.
Semakin rendah angka perhitungan AIC semakin baik performance dari model
tersebut.
yang pasti diantara explanatory variabel (variabel penjelas) dalam model regresi.
penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil
perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel (Gujarati,
2003:354)
parsial diantara regresor dalam bentuk matriks. Rule of Thumb dari pengukuran ini
adalah semakin tingginya nilai korelasi parsial sepasang regresor, maka terdapat
gangguan (error term) dalam suatu model24 yang terjadi karena beberapa faktor :
observasi saat terjadi kelesuan ekonomi sehingga data time series berikutnya
mendukung.
4. Manipulasi data akibat data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang
23
Pada data Cross Section disebut spatial autocorrelation
24
Ketidakberadaan masalah autokorelasi penting karena merupakan salah satu asumsi CLRM
(Classical Linear Reggression Model)
BAB I PENDAHULUAN
33
waktu dan residual. Sedangkan Uji formal yang dapat dilakukan adalah uji
Gambar 1.1
Reject H0
Zone of No not reject H0 or Zone of
evidence of Reject H0*
Indecicision H0* or both Indecicision evidence of
positive
autocorrelation negative
autocorrelation
Dengan hipotesa :
H0 : No positive autocorrelation
Ketentuan :
Tabel 1.6
Sumber : Table 12.6, Basic Econometrics 4rd edition, Damodar Gujarati, 2003:470
ekonometrika. Penulis memilih melakukan tes ini disamping durbin watson test
lebih besar.
Uji ini dilakukan dengan menampilkan residual (ut) dan residual yang
Melihat residual yang random ini dapat kita bedakan kedalam kelompok positif
n1 = jumlah simbol +
n2 = jumlah simbol –
k = jumlah run
n1 + n2
H1 : Terdapat autokorelasi
autokorelasi.
26
Prediksi sederhana dapat dilihat dari jumlah run. Run yang terlalu banyak menunjukkan
autokorelasi positif, run yang terlalu sedikit menunjukkan autokorelasi positif (Gujarati, 2003:465)
BAB I PENDAHULUAN
36
JANGKA PANJANG
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana
Draft Skripsi
Disusun Oleh
Erna Rachmawati
B1B99035
Menyetujui
Tabel 1.4
November 2003
(korporasi)
5. Bank BRI (Bank Rakyat Tabungan Mudharabah Rp.50.000,-
Indonesia) Syariah Tabungan Haji Rp.500.000,-
Mudharabah Rp.2.500.000,- (individu
Deposito Mudharabah dan korporasi)
Rp.1.000.000,-
Giro Wadiah (individu)
Rp.5.000.000,-
(korporasi)
6. Bank Bukopin Syariah Tabungan Wadiah Rp.25.000,-
Tabungan Haji Wadiah Rp.500.000,-
Deposito Mudharabah Rp.8.000.000,-
(individu)
Giro Wadiah Rp.8.000.000,-
(korporasi)
Rp.500.000,- (individu)
Rp.1.000.000,-
(korporasi)
7. Bank BII (Bank Internasional Tabungan Platinum Rp.100.000.000,-
Indonesia) Syariah Mudharabah Rp.100.000.000,-
Deposito Platinum (individu)
Mudharabah Rp.100.000.000,-
Giro Platinum Wadiah (korporasi)
Rp.100.000.000,-
(individu)
Rp.100.000.000,-
(korporasi)
Sumber : Tabel 3 dalam Special Reports, Business Profile Indocommercial,
DAFTAR PUSTAKA
Insani Press,2001
Badan Pusat Statistik (BPS) (2000), Sensus Penduduk tahun 2000 Seri L2.2
Boediono (1982), Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5,
Ghafur, Muhammad (2003), Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Suku Bunga dan
Singapore.
Haron, Sudin, dan Nurafifah Ahmad (2000), The Effect of Conventional Interest
Rates and Rate of Profit Funds Deposited with Islamic Banking System in
Indonesia, BPFE-Yogjakarta
Karim, Adiwarman (2002), Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro, IIIT
Jakarta
Bank Muamalat dan Bank BNI Syariah), Thesis S2, Universitas Gadjah
Koop, Gary (2000), Analysis of Economic Data, John Wiley & Sons, Ltd.,
England.
United States
Rao, B. Bhaskara (1994), Cointegration for the Applied Economist, ST. Martin’s
Press, Inc.