Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memperhatikan

respon komunitas terhadap factor lingkungan (fisik, biologis, psikologis,

social dan cultural) (Stanhope dan Lancaster (1998). Respon komunitas akan

menggambarkan status kesehatan komunitas yang memerlukan bantuan agar

status kesehatan komunitas dapat dipertahankan, ditingkatkan, dan dipulihkan.

Strategi bantuan yang diberikan adalah pencegahan primer, pencegahan

sekunder dan pencegahan tertier dengan penekanan pada pencegahan primer.

Upaya ini dilakukan melalui proses kelompok, kerjasama (partnership), peran

serta masyarakat (PSM), komunikasi informasi motivasi (KIM). Klien

didalam keperawatan komunitas meliputi individu dalam konteks keluarga,

kelompok dan masyarakat

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan komunitas yang berlandaskan

kepada pendekatan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) sesuai

dengan KEPMENKES No. 279/MENKES/SK/VI/2006 tentang perkesmas.

Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan

kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan

tidak melupakan upaya – upaya pengobatan, perawatan serta pemulihan bagi

1
yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhdap

penyakit.

Kondisi perkesmas di tatanan pelayanan belum menunjukan kegiatan

yang terprogram dan dikenal oleh masyarakat maupun oleh profesi kesehatan

lain. Sehingga diperlukan upaya yang maksimal untuk membumikan

perkesmas ke lahan praktek komunitas. Selama ini setiap program yang

berada di puskesmas baik yang merupakan program wajib maupun program

pengembangan berjalan dan dilaksanakan secara sendiri – sendiri tanpa

terintegrasi dengan perkesmas.

Menurut hasil laporan LAKIP Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

(2010) evaluasi pencapaian sasaran tahun 2009/2010 untuk cakupan

pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma yang ada

pada Puskesmas Selabatu pada sasaran kelompok individu adalah tidak baik (

0%) dari pencapaian target sebesar 25 % dari jumlah kasus di Kota

Sukabumi, hal ini menunjukan adanya peningkatan penanganan kasus secara

kualitatif, karena pembinaan perkesmas memang diharapkan bersifat

komprehensif, agar kasus dapat lebih mudah diselesaikan dan untuk cakupan

pada sasaran kelompok khusus adalah tidak baik ( 0%) dari target pencapaian

10 % kasus di tingkat dinas kesehatan, hal ini dikarenakan selain kasus jarang

ditemukan pada kelompok khusus juga adanya tingkat kesulitan kerjasama

dengan pasien yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien individu atau

keluarga. Karena selain melibatkan banyak pihak, kelompok khusus juga

memiliki eksklusifitas berbeda di tengah masyarakat. Misalnya kelompok

2
pengguna narkoba, tidak sembarang orang dapat diterima di dalamnya,

sedangkan cakupan perkesmas pada sasaran keluarga adalah baik dari target

15 % pencapaian sebesar 56,6% dari jumlah kasus yang tangani.

Di Puskesmas Selabatu sebagai tempat pelaksanaan kegiatan

Residensi, terdapat ruangan khusus untuk pelaksanaan Perkesmas (Nursing

center), tapi pelaksanaan pekesmas belum berjalan secara optimal ditandai

dengan belum ada kesinergisan antara upaya kesehatan wajib dengan

program perkesmas terutama terkait dengan penanggulangan HIV AIDS yang

belum ada tindak lanjut dalam penanganan baik di tingkat keluarga maupun

di tingkat komunitas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas pada agregat remaja sebagai populasi rentang (Vulnerable

People) HIV AIDS melalui pendekatan Proses keperawatan Komunitas.

2. Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khususnya adalah :

a. Melakukan pemberdayaan pada masyarakat.

b. Melakukan pengkajian dan analisis masalah pada ageragat remaja di

kelurahan Selabatu

c. Merumuskan dan memprioritaskan diagnosa keperawatan pada agregat

remaja di keluarhan Selabatu

3
d. Menetukan perencanaan keperawatan pada agregat remaja di kelurahan

Selabatu.

e. melakukan implementasi keperawatan pada masyarakat kelurahan

Selabatu.

f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan komunitas pada sgregat

remaja di Kelurhan Selabatu

g. Melakukan pendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada agregat

remaja di Kelurahan Selabatu

BAB II

KAJIAN TEORETIS

KONSEP DAN MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

BERDASARKAN TEORI BETTY NEUMAN

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Definisi Komunitas

4
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal di suatu tempat,

saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai minat dan interest

yang umum. WHO (2000)

Komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar

pengalaman penting didalam hidupnya, (Spradley (1985)

Komunitas terdiri dari tiga dimensi, yaitu : tempat, kumpulan orang dan

sistem sosial.) Sounders (1991)

Dapat disimpulkan bahwa, komunitas adalah suatu kelompok

individu yang unik yang tinggal pada wilayah tertentu yang memiliki

keyakinan dan minat relative sama serta interaksi untuk mencapai tujuan.

2. Definisi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa dari praktik

keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk (American Nurses

Association, 1973).

Keperawatan komunitas merupakan sintesa praktek keperawatan dan

kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkandan

mempertahankan kesehatan penduduk. Praktek keperawatan ini bersifat

umum dan menyeluruh”. ANA, 1980, dikutip oleh Logan dan Dawkins,

(1987).

Perawat komunitas merupakan ujung tombak tenaga kesehatan

dalam membantu masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, dan

memulihkan kesehatan. Lebih lanjut, perawat diharapkan mampu

5
membantu masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap kesehatannya

sesuai dengan falsafah PHC ‘Primary Health Care

Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktik

keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada

pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri

sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok

khusus atau masyarakat (Ruth B. .Freeman, 1981).

Keperawatan komunitas adalah pelayanan yang memperhatikan

respon komunitas terhadap factor lingkungan (fisik, biologis, psikologis,

social dan cultural. (Stanhope dan Lancaster, 1998)

3. Asumsi dasar dan keyakinan

a. Asumsi dasar

1) Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks

2) Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan

sistem pelayanan kesehatan.

3) Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan dimana

hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktik

4) Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan

komunitas perlu dikembangkan ditatanan pelayanan kesehatan

utama

b. Keyakinan

1) Pelayanan kesehatan sebaiknya tersediah, dapat dijangkau dan

dapat diterima semua orang.

6
2) Penggunaan kebijakan seharusnya melibatkan penerima layanan

yaitu masyarakat

3) Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima

layanan perlu terjalin kerjasama yang baik

4) Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik

bersifat mendukung maupun menghambat, untuk itu perlu

diantisipasi

5) Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya peningkatan

kesehatan

6) Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

4. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya :

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health

general community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau

issue kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu

dan kelompok.

5. Sasaran Keperawatan Komunitas

Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok baik yang

sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang berisiko tinggi dalam

masyarakat.

7
1) Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan khusus dari aspek

biologi, psikologi, sosial dan spiritual.

2) Keluarga

a) Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan

tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan

perkawinan atau adopsi. Keluarga merupakan fokus pelayanan

kesehatan yang strategis :

b) Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan.

c) Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan

seluruh anggota keluarga.

d) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.

e) Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (Dicision making)

dalam perawatan kesehatan.

f) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-

usaha kesehatan masyarakat.

3) Kelompok khusus

Sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,

permasalahan (problem), kegiatan yang terorganisasi yang sangat

rawan terhadap masalah kesehatan antara lain:

a) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan husus sbagai akibat

perkembangan dan pertumbuhan (growth and development),

8
seperti: ibu hamil, bayi baru lahir, anak agaregat remaja, anak usia

sekolah dan usia lansia (lanjut usia).

b) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan, antara lain:kasus

penyakit kelamin, tuberculosis, AIDS, kusta dll.

Anderson (2000) menyebutkan ada 3 (tiga) tingkatan dalam penetapan

sasaran keperawatan komunitas, yaitu:

1. Tingkat individu; adapun sasarannya yaitu individu yang mempunyai

masalah kesehatan tertentu, dalam hal ini adalah masalah yang terbanyak

ditemukan dalam masyarakat pada umumnya yaitu, masalah kesehatan

seperti , hipertensi, ISPA, gastritis, rematik, TBC yang dijumpai pada

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan klinik. Tujuannya diarahkan

pada penanganan masalah kesehatan individu tersebut.

2. Tingkat keluarga; adapun sasarannya yaitu keuarga dengan anggota

keluarga yang bermasalah dalam kesehatannya. Tujuan diarahkan baik

kepada individu itu sendiri maupun keluarga secara menyeluruh yang

berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga.

3. Tingkat komunitas; pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu,

keluarga yang menjadi bagian dalam kesatuan komunitasnya, pelayanan

yang diberikan untuk kelompok, masyarakat yang mempunyai resiko

tinggi dalam memfokuskan komunitas sebagai klien.

6. Karakteristik Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

9
a. Pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan

kelompok.

b. Fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit.

c. Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif dan berkelanjutan

dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat.

d. Klien memiliki otonomi yang tinggi.

e. Fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan

pada kondisi sehat.

f. Pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin.

g. Perawat secara langsung dapat mengkaji dan mengintervensi klien dan

lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan

epidemiologi.

7. Falsafah Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

perhatian terhadap pengaruh lingkungan baik: biologis, sosial, kultural dan

spiritual terhadap kesehatan komunitas. Falsafah yang melandasi

keperawatan komunitas mengacu kepada falsafah atau paradigma

keperawatan secara umum yaitu: manusia yang merupakan titik sentral

dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-

nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini di susunlh paradigma

keperawatan komunitas yang terdiri 4 komponen dasar yaitu:

1) Manusia

10
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang

berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki nilai-

nilai, keyakinan dan mnat yang relatif sama serta adanya interaksi satu

sama lain untuk mencapai tujuan.komunitas merupakan sumber dan

lingkungan bagi keluarga. Komunitas sbagai klien yang di maksud

termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah

rawan, daerah kumuh.

2) Kesehatan

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan

yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stresor.

3) Lingkungan

Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien yang

bersifat biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.

4) Keperawatan

Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk menekan stresor atau

meningkatkan kemampuan klien atau komunitas menghadapi stresor

melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

8. Peran Perawat Komunitas

Peran dari seorang Perawat Komunitas adalah :

1) Pendidik (Educator)

11
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang

memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan

autonominya. Perawat selalu mengkajidan memotivasi belajar klien.

2) Advokasi (Advokat)

Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara

untuk dirinya.

3) Manajemen Kasus

Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan

menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi

fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.

4) Kolaborator

Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan

yang optimal.

5) Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi

setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan

peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan

rohani dalam kehidupan sehari-hari.

6) Peneliti

Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu

mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang

merupakan dasar dari praktik keperawatan.

12
7) Pembaharu (Change Agent)

Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu

terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama

dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan

peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

9. Model Keperawatan Komunitas Neuman

Neuman mengembangkan model pendekatan totalitas individu untuk

melihat masalah pasien, Model komunitas sebagai klien dikembangkan

menjadi model sebagai mitra, menekankan filosofi pelayanan kesehatan

primer yang menjadi landasannya. Dalam model komunitas sebagai mitra,

ada dua faktor sentral: pertama; fokus pada komunitas sebagai mitra

(ditandai dengan roda pengkajian komunitas di bagian atas, dengan

menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya), dan kedua pada

penerapan proses keperawatan.

13
Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk komunitas.

Inti/core meliputi demografi, nilai/keyakinan, dan sejarah penduduk

setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi

oleh delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini

terdiri atas; lingkungan, pendidikan, keamanan dan kenyamanan, politik

dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi,

dan rekreasi.

Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis putus-putus untuk

mengingatkan kita bahwa subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling

memengaruhi. Salah satu prinsip ekologi adalah segala sesuatu saling

berkaitan. Hal ini juga berlaku pada komunitas sebagai keseluruhan.

Kedelapan bagian tersebut menjelaskan garis besar subsistem suatu

komunitas dan memberikan gambaran kerangka kerja bagi perat kesehatan

komunitas dalam pengkajian.

10. Model Pengorganisasian Komunitas

Dalam pengorganisasian komunitas ada 3 model yang dipergunakan :

yaitu locality development, social planning, dan social action.

a. Locality development (pengembangan wilayah setempat) dengan

peran serta masyarakat dalam proses kemandirian.

Prinsip; :

 Menggunakan potensi yang ada dalam komunitas itu sendiri.

 Melibatkan komunitas secara aktif untuk menyelesaikan masalah

sesuai kemampuan komunitas.

14
 Perawat komunitas berperan sebagai fasilitator, coordinator dan

educator.

 Masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan masalah. Peran ini

secara bertahap menggantikan peran perawat.

b. Sosial Planning merupakan rencana para ahli dan menggunakan

birokrasi. Keputusan komunitas berdasarkan pada; fakta/data yang

dikumpulkan, dan membuat keputusan secara rasional.

Prinsip;

 Penyelesaian masalah bukan proses, harus cepat untuk mencapai

tujuan.

 Pendekatan langsung untuk merubah masyarakat dan pendekatan

pada perencanaan.

 Masyarakat bersifat aktif.

 Perawat komunitas berperan sebagai pengumpul fakta, analisa,

fasilitator dan pelaksana program.

c. Sosial action merupakan focus pada masyarakat.

Pendekatan dilakukan untuk mengatur masalah-masalah komunitas

yang bersifat ancaman misalnya wabah atau bencana. Penekanan pada

proses.

Focus utama model ini mentransfer kekuatan pada tingkat kelompok.

Masyarakat berperan sebagai pekerja untuk mengatasi masalah.

Perawat komunitas berperan sebagai aktifis dan negosiator.

11. Mengatasi Permasalahan Penolakan Pada Pembaharuan.

15
Pada dasarnya sering ditemukan pada suatu masyarakat yang sulit

untuk menghadapi perubahan, karena mereka sudah mempunyai rutinitas

yang sudah mereka mengerti atau jalani. Selain itu perubahan biasanya

berkorelasi dengan masalah keuangan, kebiasaan, nilai dan budaya.

Perubahan memang tidak dapat dilakukan dengan paksaan, seorang

perencana harus berusaha untuk meyakinkan dan dilakukan secara

perlahan dengan mengikut sertakan orang-orang yang berkepentingan

dalam proses perubahan yang dilakukan.

Ada beberapa alasan mengapa terjadi penolakkan pada perubahan;

a. Merasa terhina jika perubahan ataupun usulan perubahan itu datang

dari pihak luar.

b. Adanya alasan keuangan, ketidaktersediaan dana untuk melakukan

perubahan atau perubahan dirasakan tidak efisien sehingga dirasakan

terlalu banyak membutuhkan biaya.

c. Perubahan akan mengganggu proses menejemen, karena perubahan

biasanya menuntut adanya penambahan atau perubahan keterampilan

atau pengetahuan dan konsekuensinya membutuhkan tenaga baru

seklaigus akan mengganggu status quo.

d. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kondisi atau situasi

seperti saat ini sedangkan perubahan menuntut pengambilan risiko

yang cepat.

Seorang perencana harus berusaha dengan segala kemampuan dan

pengetahuan serta pengalamannya untuk tetap melakukan perubahan

16
dengan menggunakan prosedur-porsedur dan teknik-teknik perencanaan

dan perubahan yang terjadi nanti harus etap sesuai dengan tujuan atau visi

misi dari lembaga yang bersangkutan atau masyarakat.

Pada kenyataan yang terjadi secara umum bahwa sebuah organisasi

baru atau pegawai baru lebih banyak dari mereka yang mau mengambil

risiko karena mereka umumnya masih mempunyai semangat yang tinggi,

dan lama kelamaan suatu organisasi atau pegawai itu makin mapan dan

berkembang sehingga mulai terbentuk suatu prosedur dan peraturan-

peraturan yang mulai di formalkan. Kemudian suatu organisasi atau

pegawai mulai memikirkan bagaimana cara untuk bertahan (survive) dan

mulai memikirkan bagaimana membuat organisasi mereka itu lebih maju

ketimbang memikirkan penemuan-penemuan baru yang kemungkinan

akan mengganggu status kemapanan yang telah dicapai. Karena perubahan

juga tidak selalu menjamin adanya suatu inovasi dan suatu inovasi juga

tidak selalu menghasilkan pelayanan yang efektif atau lebih baik.

Perubahan biasanya terjadi karena adanya tuntutan perluasan

wilayan pelayanan dan atau ada data baru tentang program tertentu,

sehingga suatu organisasi harus merekrut tenaga baru dengan ide-ide baru

serta pengetahuan dan keterampilan yang lain. Namun kenyataannya

perekrutan tenaga baru cukup memakan waktu dan biaya yang tidak

sedikit, jika perekrutan dilakukan oleh lembaga khusus yang menangani

perekrutan terkadang hasilnya kurang memuaskan karena lembaga tersebut

kurang mengakomodir keinginan lembaga yang berkepentingan sehingga

17
jika ingin memanfaat lebaga seperti ini harus diterangkan dengan tepat

tenaga baru yang dibutuhkan secara detail.

Permasalah yang berkaitan dengan perubahan adalah karena adanya

hambatan pada keterbatasan sumber daya, biaya dan pembagian tugas.

Bahkan terkadang hambatan ini sudah mendarah daging dalam tubuh suatu

organisasi sehingga mereka pun tidak mengetahui jika mereka mempunyai

permasalahan. Dalam hal ini perencana sosial dapat bertindak sebagai

fasilitator atau penghubung antara lembaga dengan sumberdaya terkait.

Terkait dengan biaya atau sumber dana biasanya suatu lembaga telah

memiliki alokasi dana yang tetap, namun dengan adanya perubahan dapat

mengganggu stabilitas dana yang ada, mereka sudah menginfestasikan

dana mereka pada fasilitas, tenaga ahli (terutama dalam hal pelatihan

tenaga menjadi tenaga profesional).

Terdapat beberapa strategi dalam mengingatkan masyarakat

terhadap perubahan, diantaranya:

a. Pendidikan untuk perubahan biasanya berbentuk workshop, seminar,

pelatihan yang bertujuan uantuk mengembangkan profesionalitas dan

pengembangan keterampilan. Strategi ini dapat berhasil apabila

peserta terlibat langsung dalam penyusunan atau pelaksanaan program

atau kebijakan. Selain itu peserta didik mempunyai pengalaman

lapangan serta peserta didik harus mempunyai otoritas untuk

melakukan perubahan atau keterampilan baru mereka.

18
b. Adaptasi dengan sumber daya yang terbatas, dimana lembaga

pelayanan harus beradaptasi terhadap sumber daya yang terbatas

dengan mengembangkan fungsi atau pelayanan yang sesuai dan dapat

memanfaatkan sumber daya yang terbatas tersebut.

c. Melakukan pengurangan insentif, dimana setiap perubahan yang

dilakukan selalu berimplikasi pada masalah dana sehingga seorang

perencana harus pandai melakukan negosiasi dimana jika perubahan

itu dilakukan dengan paksaan akan menghasilkan penolakan, namun

perubahan itu dapat dilakukan dengan menonjolkan keuntungan yang

didapat dan cara yang tidak merugikan organisasi atau masyarakat.

d. Semakin banyak perubahan yang terjadi maka semakin banyak pula

aktifitas/ tenaga ahli. Perubahan juga membawa berbagai variasi dan

inovasi pelayanan

e. Menggunakan jasa konsultan untuk meningkatkan penerimaan

inovasi/ perubahan. Konsultan dapat memberikan masukan atau

berbagi pengalaman mereka dalam membantu lembaga-lembaga

pelayanan sosial lainnya, walaupun terkadang memang mereka tidak

mempunyai pengalaman yang sama dengan lembaga yang akan

dibantu, namun pengalaman lain pun dapat membantu banyak untuk

mengadakan perubahan.

f. Menghubungkan 2 lembaga yang mempunyai program pelayanan

yang sama atau yang mempunyai ideologi yang berbeda atau metode

yang berbeda pula untuk saling bekerjasama. Umumnya lembaga yang

19
satu lebih baik daripada lembaga yang lainnya, sehingga ada tranfer

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.

g. Perubahan juga harus memperhatikan pihak-pihak yang mengalami

dampak langsung dari perubahan. Karena umumnya penolakan akan

perubahan itu berasal dari pihak yang dirugikan.

h. Perubahan yang terjadi dapat saja menyebabkan adanya tindakan

menutup diri dan penolakan, untuk itu maka perubahan harus berjalan

secara perlahan dan berkelanjutan. Terkadang perubahan itu tidak

perlu terjadi pada semua bidang, jika program pelayanan masih dapat

atau masih layak maka dapat dipertahankan.

i. Program pelayanan dapat saja dipertahankan karena masih layak,

dikembangkan jika program tersebut kurang efektif dan efisien dan

dihilangkan diganti dengan program pelayanan baru.

j. Organisasi selalu berusaha untuk mempengaruhi para perencana,

demikian sebaliknya perencana pun akan berusaha untuk

mempengaruhi lembaga/ masyarakat. Perencana tidak boleh

berasumsi bahwa ia mengetahui segalanya, dalam melakukan

perencanan-perencana harus memperhatikan semua hal yang berkaitan

dengan lembaga/masyarakat termasuk didalamnya ideology,

kepentingan dan lain sebagainya. Kerjasama dan kolaborasi sangat

dibutuhkan dan menentukan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas

20
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai

klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan

klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri

dari lima tahapan :

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data

yang bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang

perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah Pengkajian Komunitas

Pengkajian dalam asuhan keperawatan komunitas menggunakan

model Newman (Health Care System Model). Pengkajian meliputi data

inti komunitas dan subsistem komunitas. Kaitannya dalam pemberdayaan

masyarakat, pengkajian dapat dilakukan dengan kegiatan Survei Mawas

Diri.

mawas diri merupakan kegiatan pengumpulan dan pengkajian

masalah kesehatan yang berhubungan dengan HIV/ AIDS serta sumber

daya yang dimiliki masyarakat, yang dilakukan oleh anggota masyarakat

setempat di bawah bimbingan petugas lapangan. Tujuan dari survei mawas

diri antara lain :

a. menemukan masalah kesehatan yang berhubungan dengan HIV/ AIDS

yang ada di wilayah setempat

b. memetakan masalah kesehatan yang ada

c. memunculkan sikap peduli terhadap lingkungan dan kesehatan

lingkungan,

21
Metoda pengumpulan data yang digunakan dapat bervariasi bisa

dengan wawancara, observasi, pengukuraan, FGD, angket, dll. Sumber

data antara lain Tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan,

organisasi PKK, kepemudaan, keluarga, petugas kesehatan, aparat

pemerintahan (kecamatan, desa, RW, RT), dll. Secara ringkas jenis data

yang perlu dikaji dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengkajian Data Inti (Core)

(1) Riwayat atau sejarah

 Bagaimana riwayat berdirinya wilayah tersebut, apakah ada catatan

tertentu dalam sejarah yang berkaitan dengan masalah HIV/ AIDS

di masyarakat.

(2) Nilai dan keyakinan yang dianut masyarakat

 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yang dianut masyarakat

terkait masalah HIV/ AIDS. Bagaimana stigma yang berkembang

di masyarakat tentang HIV/ AIDS

 Tanyakan tentang norma yang berlaku di masyarakat.

 Identifikasi tentang pola budaya yang banyak diyakini masyarakat

yang terkait dengan masalah HIV/ AIDS

(3) Agama

 Bagaimana iklim keagamaan di wilayah tersebut?

 Siapakah tokoh-tokoh agama yang biasa dijadikan panutan oleh

masyarakat?

 Apakah sebaran agama homogen?

22
(4) Demografi

 Komposisi penduduk, umur dan jenis kelamin

 Jumlah populasi kelompok yang beresiko terhadap HIV/ AIDS

(remaja, ibu hamil, Wanita Pekerja Seksual, Pengguna Narkoba

Suntik, dan kelompok beresiko lainnya)

 Pekerjaan penduduk

(5) Statistik vital

 Kelahiran bayi dari ibu HIV positif

 Angka kejadian HIV di wilayah berdasarkan usia dan jenis kelamin

 Angka keadian AIDS di wilayah berdasarkan usia dan jenis

kelamin

 Kematian akibat HIV/ AIDS

Data Subsistem Komunitas

(6) Lingkungan fisik

 Bagaimana tampak kondisi komunitas?

 Apa yang bisa kita lihat tentang perumahan, orang dan perilaku

beresiko terkait dengan masalah HIV/ AIDS

(7) Pelayanan kesehatan dan sosial

 Apakah terdapat penderita yang menderita HIV/ AIDS

 Pelayanan pengobatan tradisional yang biasa digunakan

masyarakat/ kelompok beresiko dalam mengatasi masalah

kesehatan

 Apakah terdapat klinik pelayanan kesehatan

23
 Apakah terdapat Puskesmas/rumah sakit/ balai pengobatan, dan

bagaimana masyarakat menjangkaunya

 Apakah terdapat pelayanan kesehatan di luar komunitas yang dapat

dijangkau?

 Adakah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang dapat

dioptimalkan dalam mengatasi masalah HIV/ AIDS?

 Adakah kelompok-kelompok masyarakat yang dapat dijadikan

mitra dalam mengatasi masalah HIV/ AIDS di wilayah tersebut

(kader, kader PKK, karang taruna, dll)

 Adakah sumberdaya lokal dan luar yang dapat dioptimalkan dalam

mengatasi masalah HIV/ AIDS di wilayah (LSM, perusahan, pihak

donor, dll)

(8) Sosial ekonomi

 Jumlah yang tidak bekerja (pengangguran), bagaimana proporsi?

 Status sosial ekonomi penduduk?

(9) Keamanan dan transportasi

 Jenis sarana transportasi yang tersedia?

 Bagaimana fasilitas perlindungan untuk masyarakat (polisi,

kebakaran, sanitasi)

 Bagaimana kejadian kriminalitas khususnya yang berhubungan

dengan narkoba suntik?

 Apakah penduduk merasa aman?

24
(10) Politik dan pemerintahan

 Apa kebijakan pemerintah untuk komunitas sehubungan dengan

masalah HIV/ AIDS?

 Apakah masyarakat dilibatakan dalam pengambilan keputusan

untuk wilayah?

(11) Pendidikan

 Apakah pernah diadakan pendidikan kesehatan sehubungan dengan

HIV/ AIDS?

 Apakah terdapat sarana pendidikan informal sehubungan dengan

HIV/ AIDS, misalnya sekolah ibu, dll?

 Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat?

(12) Komunikasi

 Apakah terdapat area dimana orang berkumpul?

 Apakah surat kabar masuk ke wilayah?

 Apakah sarana TV dan radio ada di wilayah?

 Apa jenis komunikasi formal dan informal yang ada di wilayah?

(13) Rekreasi

 Dimana tempat anak-anak bermain?

 Apakah jenis rekreasi yang ada di masyarakat dan bagaimana

resikonya terhadap penularan HIV/ AIDS?

25
Persepsi

(14) Masyarakat

 Bagaimana persepsi dan keyakinan masyarakat tentang HIV/

AIDS?

 Apakah mereka mengidentifikasi adanya suatu ancaman dan

kekuatan dalam mengatasi masalah HIV/ AIDS di wilayahnya?

(15) Kelompok beresiko

 Bagaimana persepsi dan keyakinan mereka tentang HIV/ AIDS?

 Informasi apa saja yang sudah didapatkan tentang HIV/ AIDS?

 Apa masalah atau risiko masalah yang dapat mereka identifikasi ?

 Bagaimana norma subyektif yang ada pada diri mereka?

 Siapa yang dipersepsikan dapat memberi pengaruh pada kelompok

tersebut?

 Bagaimana kekuatan niat mereka untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS

Analisa Data Komunitas

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Klasifikasi data

Proses klasifikasi data dimaksudkan untuk mengelompokan data secara

keseluruhan sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat

tentang gambaran yang ada di komunitas.

Pengklasifikasian data mengacu kepada :

26
a. Tujuan yang ingin dicapai

b. Merujuk kepada Program Nasional

c. Isu yang akan dimunculkan

Penyajian data hasil pengklasifikasian ini dapat berupa tabel atau diagram

yang menginformasikan tentang distribusi dan frekuensi.

Interpretasi data

Data yang telah diklasifikasikan akan menghasilkan informasi tentang

gambaran nyata yang terjadi di komunitas. Dengan mengaitkan antara

beberapa data akan didapatkan suatu kesimpulan masalah yang ada di

masyarakat, baik aktual, resiko, maupun potensial. Analisa interpretasi

data akan lebih mudah dilakukan dengan membuat matrik seperti di bawah

ini:

Data Kemungkinan penyebab Masalah Keperawatan

Prioritas masalah

Setelah ditemukan masalah kesehatan, maka langkah selanjutnya adalah

menyusun prioritas masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan, salah satunya adalah sebagai berikut:

27
tak
jika
perawat
menyelesaikan

penyelesaian

keahlian

penyelesaian masalah
Kesadaran masyarakat

masyarakat

mempengaruhi
akan adanya masalah

yang dapat dicapai


terselesaikan
Ketersediaan
yang relevan
Kemampuan

Konsekuensi

Percepatan
Motivasi

masalah

masalah
Masalah Keperawatan

Jumlah Nilai
maslah

PRIORITAS
dalam

dalam
untuk
Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria: Kriteria:
* tinggi * tinggi * tinggi * tinggi * tinggi * tinggi
* sedang * sedang * sedang * sedang * sedang * sedang
* rendah * rendah * rendah * rendah * rendah * rendah

Bobot 5 Bobot 5 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8

(i)
1
2
Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa keperawatan komunitas merupakan gambaran kebutuhan atau

respon komunitas terhadap masalah HIV/ AIDS yang dihadapinya. Dengan

mengacu kepada upaya pelayanan kesehatan promotif dan preventif, maka dalam

rumusan diagnosa keperawatan komunitas harus merefleksikan pendekatan

promotif dan preventif. Menurut Mucke, rumusannya berisi hal-hal sebagai

berikut:

1. Resiko terjadinya…(kebutuhan/respon komunitas terhadap masalah

kesehatan)

2. Pada masyarakat…(target/sasaran)

3. Sehubungan dengan…(data primer dan sekunder)

Contoh diagnosa keperawatan komunitas :

28
1. Resiko terjadinya penyebaran HIV pada kelompok remaja kelurahan X

sehubungan dengan tingginya penggunaan narkoba khususnya narkoba

suntik (20%) pada kelompok remaja tersebut

2. Resiko terjadinya penyebaran HIV pada kelompok ibu rumah tangga

sehubungan dengan ketidaktahuan ibu-ibu rumah tangga tentang cara

penularan dan pencegahan HIV/AIDS

3. Potensial peningkatan pengetahuan pada kelompok ibu-ibu PKK tentang

pencegahan penularan HIV/ AIDS

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas

Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan asuhan

keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh

perawat. Rencana keperawatan komunitas disusun dengan memperhatikan banyak

faktor, terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatya

masyarakatlah yang memiliki rencana tersebut. Sebaliknya, perawat hanyalah

sebagai fasilitator dan motivator dalam menggerakan dinamika masyarakat untuk

dapat menolong dirinya sendiri.

Sebagai tenaga keperawatan profesional, tentunya perawat dituntut tidak

hanya sekedar menyusun rencana asuhan keperawatan saja, tetapi harus mampu

pula memastikan bahwa rencana tersebut merupakan upaya yang paling

maksimal, artinya perawat tidak saja dituntut untuk berperan di level pelaksanaan

di masyarakat saja (grassroot), namun pula harus merambah kepada level

pengambil keputusan (decision maker), dengan aktif melakukan lobi, negosiasi,

29
serta advokasi terhadap apa yang telah direncanakan untuk dapat diwujudkan. Hal

ini akan memaksa perawat untuk mampu bekerja sama dengan berbagai pihak,

baik dari kalangan birokrat pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, maupun

kalangan bisnis. Oleh karenanya penting dilakukan pendekatan strategi yang

mantap dengan memanfaatkan berbagai data primer, sekunder dan tersier sebagai

bukti (evidence-base).
Prioritas Masalah

Keterangan
Standar/
P. Jawab
Aktifitas
Strategi

Tempat
Tujuan

Waktu

Biaya

Proses penyusunan rencana dapat dilakukan dalam Musyawarah Masyarakat Desa

yang difasilitasi oleh perawat. Pembahasan tentang Musyawarah Masyarakat Desa

akan dilakukan secara terpisah pada pembahasan berikutnya.

Implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas

Implementasi sering dikatakan sebagai fase aksi dari proses keperawatan.

Di dalam asuhan keperawatan komunitas, implementasi bukan hanya merupakan

tindakan keperawatan, tetapi merupakan tindakan kolaborasi bersama klien

maupun profesi lain. Hal yang harus diingat dalam implementasi asuhan

keperawatan komunitas adalah tujuan utama, yaitu menolong masyarakat untuk

dapat menolong dirinya sendiri mencapai level sehat yang optimum. Dalam

30
melaksanakan implementasi ini dapat dibagi dalam 2 kegiatan, yaitu fase

persiapan dan fase tindakan.

Ketika dalam fase persiapan, perawat harus yakin terhadap: what, who,

why, when, where, dan how. Pada fase persiapan ini dapat digunakan perawat

untuk mengklarifikasi rencana asuhan keperawatan dan berbagai fasilitas yang

diperlukannya. Hal yang penting untuk diingat bahwa implementasi asuhan

keperawatan ini meminta fleksibilitas dan penyesuaian terhadap hal-hal yang tidak

dapat diantisipasi sebelumnya.

Fase tindakan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk:

1. Mengaplikasikan teori yang tepat ke dalam tindakan yang dilaksanakannya

untuk mencegah dan menanggulangi masalah HIV/ AIDS di masyarakat.

2. Menolong memfasilitasi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif

untuk pengimplementasian rencana asuhan keperawatan.

3. Mempersiapkan masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan.

4. Memonitor dan mendokumentasikan perkembangan dari implementasi.

Secara umum, ada 4 tahap yag dapat dilakukan dalam memobilisasi

masyarakat pada tahap pelaksanaan :

1. Menentukan peran setiap orang dalam menjalankan apa yang telah

direncanakan

2. Memperkuat kemampuan tim/ anggota masyarakat dalam

menjalankan apa yang direncanakan

3. Memonitor perkembangan aktivitas masyarakat

31
4. Menyelesaikan masalah, menjembatani perbedaan, dan memediasi

jika ada konflik selama pelaksanaan program

Evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas

Evaluasi merujuk kepada pengukuran dan penetapan dari efektifitas dalam

pencapaian tujuan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan tindakan penyelidikan

yang mengaitkannya dengan standar dan kriteria keberhasilan. Dalam asuhan

keperawatan komunitas, evaluasi juga dilakukan untuk mengukur mutu pelayanan

(quality of services), program, dan penampilan perawat. Program ini sering

disebut sebagai Total Quality Management (TQM), karena hal ini merefleksikan

peningkatan perhatian dengan mengukuran dan peningkatan kualitas asuhan

keperawatan yang diberikan kepada masyarakat. Makna dari manajemen qualitas

berarti:

1. Pengorganisasian yang dihasilkan dari pengkajian yang berkualitas

2. Penetapan standar atau kriteria

3. Pengumpulan informasi yang terus menerus sebagai kegiatan rutin

4. Jaminan bahwa informasi didasarkan pada total populasi atau sample yang

representatif

5. Suatu proses yang menyajikan hasil dari review pada klien

Tabel evaluasi :

Impleme
Dx. Kep.

Tanggal Evaluasi Modifikasi Paraf


ntasi

32
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam melaksanakan
evaluasi :
1. Tentukan siapa yang akan belajar dari proses evaluasi
2. Format evaluasi yang representatif bagi semua tim dan orang lain yang
berminat untuk mengikuti proses evaluasi
3. Tentukan apa yang ingin dipelajari oleh peserta dari proses evaluasi
4. Kembangkan rencana evaluasi beserta instrumen nya
5. Pimpin lajunya proses evaluasi
6. Analisa hasil evaluasi dengan anggota tim
7. Berikan umpan balik kepada komunitas
8. Catat dan sebarkan hal-hal penting serta rekomendasi dari proses evaluasi
untuk masa yang akan datang
9. Jika dibutuhkan, persiapkan untuk pengorganisasian ulang

33
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA DI

KELURAHAN SELABATU KECAMATAN CIKOLE

A. Pengkajian

1. Data inti (Core) Komunitas

a. Kondisi geografis keluarahan Selabatu

1) Letak Geografis

- Tinggi dari permukaan laut : 300M

- Curah Hujan rata-rata pertahun : 2.800 M

- Luas Wilayah : 96,46 Ha

- Tanah darat : 80,72 Ha

- Persawahan : 15,74 Ha

2) Batas Wilayah

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parung Seah

- Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Cikole

- Sebelah Selatan berbatasan dengan keluarahan Gunung payuh

- Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarahan Karamat

3) Kondisi jarak dari Pusat Pemerintahan Keluarahan

- Jarak dari Pusat Kecamatan : 1,5 Km

- Jarak dari Kota Sukabumi : 0,75 Km

- Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 120 Km

- Jarak dari Ibu Kota Negara : 180 Km

34
b. Sarana- prasarana

1) Sarana peribadatan :

- Mesjid : 17 Mesjid

- Mushola/Langgar : 10 buah

- Gereja : 5 buah

2) Posyandu : 15 Posyandu

3) Sarana Kesehatan :

- Balai Pengobatan ; 1 buah

- Puskesmas : 1 buah

- Puskesmas Pembantu : 1 buah

- Apotik : 1 buah

- Praktik Dokter : 1 buah

4) Sarana Pendidikan

- Taman kanak-kanak : 3 buah

- Sekolah Dasar : 10 buah

- Sekolah Menengah Pertama : 3 buah

- Sekolah Menengah Atas : 4 buah

- Madrasah Ibtidayah : 1 buah

- Madrasah Diniyah : 2 buah

c. Jumlah Kader Kesehatan (Posyandu dan lansia) : 53 orang masih aktif

2. Data agregat remaja Keluarahan Selabatu

35
Jum lah populasi remaja (13 – 21 tahun) di Kelurahan Selabatu berjumlah

1478 Jiwa ( Data dari kelurahan Selabatu, 2011). Pengambilan sampel 10 %

dari populasi yaitu 148 jiwa dengan tingkat kepercayaan 90 %

Data pada agregat remaja disusun dalam bentuk distribusi frekuensi di bawah

ini :

Diagram 1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Selabatu
Tahun 2011

205; 45%
254; 55%
LAKI
WANITA

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011

Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin
sebagian besar berjenis kelamin laki- laki lebih banyak yaitu 55 %, sebagian
kecil 45 %.

Diagram 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur Di Kelurahan Selabatu
Tahun 2011

36
2% 0% 1% 4%
25% 13%

0-1 TAHUN
1-3 TAHUN
4-6 TAHUN
7-12 TAHUN
13-21 TAHUN
22-35 TAHUN
36-60 TAHUN
16% > 60 TAHUN
39%

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan golongan
umur sebagian besar berumur umur 13-21 tahun (39 %) yaitu usia remaja dan
sebagian kecil berumur 1-3 tahun (1%)
Diagram 3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Selabatu

2% 0% 2%
15%
17% 6%
2% BLM SEKOLAH
TK
SD
TAMAT SD
SMP
TAMAT SMP
SMA
TAMAT SMA
27% D III
26% S1

2%

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan
pendidikan sebagian besarsementara pendidikan SMP dan SMA sama-sama 27 %
dan sebagian kecil belum sekolah (0,2%)

37
Diagram 4
Penggunaan Waktu Luang Pada Remaja
Di Kelurahan Selabatu

2% BEGADANG
27% 20%
KURSUS KETERAMPILAN

3% MAIN BAND

OLAH RAGA
9%
EKSTRA KURIKULER
15%
24%
WARNET

LAIN-LAIN (NGERUMPI DG
TEMAN, TIDUR)

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan waktu luang pada remaja
yaitu ekstrakurikuler (27 %), begadang (2%) ini berarti remaja dikeluarhan
selabatu lebih banyak menggunakan waktu luang ke hal yang posistif.
Diagram 5
Kebiasaan Tidak Sehat Pada Remaja

22%

1%
MEROKOK
MINUM-MINUM ALKOHOL
PENGGUNAAN OBAT-
OBATAN
TIDAK MELAKUKAN

76%

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kebiasaan tidak sehat pada remaja
sebagian besar tidak melakukan hal yang negatif (77%), tapi masih ada yang
melakukan kebutuhan yang tidak sehat yaitu merokok (27 %) dan menggunakan
obat terlarang (1%)
Diagram 6
Pelaksanaan Ibadah/Shalat Pada Remaja

38
32%

YA (TERATUR)
KADANG-KADANG

68%

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa pelaksanaan ibadah /shalat pada remaja
lebih banyak pelaksanaanya kadang-kadang (tidak teratur) (68 %), ini berarti
remaja belum menyadari bahwa ibadah itu merupakan kewajiban bagi setiap umat
terutama ummat Islam.
Diagram 7
Kegiatan Di Luar Sekolah Yang Dilakukan Remaja

25% 18%

10%
KEAG AMAAN
KARANG TRUNA
OLAH RAG A
BAND
9% PRAMU KA
KURS US

3% 34%

Sumber : Hasil Pendataan Agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan di luar sekolah yang
dilaksanakan remaja lebih banyak kegiatan olah raga (35 %), karang taruna
(25%), ini berati bahwa remaja sudah melaksanakan hal yang positif.
Diagram 8
Status kepemilikan rumah yang di tempati remaja

39
5% 22%

SEWA
MENUMPANG
RUMAH DINAS
MILIK SENDIRI
1%

72%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja Bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa status kepemilikan rumah yang
ditempati remaja.adalah milik sendiri (orang tua), 22% menumpang dengan sanak
keluarga.
Diagram 9
Kepadatan penghuni yang ditempati remaja

43%

< 8 M2
57% > 8 M2

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011

Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kepadatan penghuni yang di tempati
remaja lebih banyak < dari 50 M2 (57%).
Diagram 10
Kepemilikan halaman rumah yang ditempati remaja

16%

YA
TIDAK

84%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011

40
Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kepemilikan halaman rumah yang di
tempati remaja lebih banyak yang memiliki halaman rumah yaitu 84 %

Diagram 11
Pemamfaatan halaman rumah oleh remaja

33%

YA
TIDAK

67%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa Pemamfaatan halaman rumah oleh
remaja yaitu lebih banyak melakukan mengatakan Ya (67%)
Diagram 12
Tanaman pekarangan rumah yang di tanam remaja

16%
4%

TNM BUNGA HIAS


12% TOGA
SAYURAN
TIDAK ADA

68%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa tanama pekarangan rumah yang di
tanam remaja lebih banyak adalah tanaman bungan hias (68%) yang paling sedikit
adalah taman obat keluarga (TOGA)

Diagram 14
Sarana kesehatan yang di gunakan remaja

41
5% 3%
9%

PUSKESMAS
RUMAH SAKIT
DOKTER PRAKTIK
BIDAN/PERAWAT

83%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang digunakan remaja
yaitu paling banyak adalah Puskesmas (83%).

Diagram 15
Jika ada anggota keluarga yang sakit

6%

MERAWAT/MENGOBATI
SENDIRI
KEYANKES

94%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga membawa lebih banyak ke pelayanan kesehatan (94%), 6% yang
merawat/mengobati sendiri.
Diagram 16
Pandangan remaja tentang HIV AIDS

42
30%

PENYAKIT MENULAR
PENYAKIT KUTUKAN

70%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga membawa lebih banyak ke pelayanan kesehatan (94%), 6% yang
merawat/mengobati sendiri

Diagram 17
Pengetahuan remaja tentang cara penularan HIV AIDS

36%

53% TAHU
TIDAK TAHU
TAHU SEBAGIAN

11%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga membawa lebih banyak ke pelayanan kesehatan (94%), 6% yang
merawat/mengobati sendiri.
Diagram 18
Pengetahuan remaja tentang pencegahan penularan HIV AIDS

43
39%

51%
TAHU
TIDAK TAHU
TAHU SEBAGIAN

10%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang pencegahan
penularan HIV AIDS lebih banyak mengatakan tidak tahu (51 %)

Diagram 19
Sumber remaja mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi
termasuk HIV-AIDS

9%
37%

KORAN
MAJALAH
BUKU
TV
PETUGAS KESEHATAN
49%

2
3 %
%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa sumber remaja mendapatkan informasi
mengenai kesehatan reproduksi termasuk HIV AIDS lebih banyak melalui TV
yaitu 49 %, 9% petugas kesehatan.

44
Diagram 20
Frekuensi remaja mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi
termasuk HIV-AIDS

16%

7%

3%
HARIAN
MINGGUAN
BULANAN
TIDAK TENTU

75%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi remaja mendapatkan informasi
tentang kesehatan reproduksi termasuk HIV-AIDS lebih banyak mengatakan tidak
tentu (75%).
Diagram 21
Rata-rata penghasilan Kepala Keluarga

15%
32%

18% < 900.0000


900.000 - 1.500.000
1.500.000 - 2. 500.000
> 2. 500.000.

35%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata penghasilan Kepala Keluarga
lebih banyak Rp. 900.000 – 1.500.000,- (35 %)
Diagram 22
Jenis perkumpulan yang diikuti remaja

45
31% 34%

KARANG TARUNA/ORGANISASI
PENGAJIAN RUTIN
CLUB SEPAK BOLA
TIDAK ADA

9% 26%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jenis perkumpulan yang diikuti remaja
sebagian besar adalah karang taruna (34 %)

Diagram 23
Peran remaja dalam perkumpulan atau organisasi tersebut

11; 11%

PIMPINAN/PENGURUS INTI
ANGGOTA

91; 89%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa peran remaja dalam perkumpulan atau
organisasi tersebut sebagian besar sebagai anggoata (91,89%), sebagian kecil
sebagai pimpinan pengurus (11,11%)

Diagram 24
Jenis kriminalitas yang dilakukan remaja

46
26%

PERKELAHIAN
TDK ADA

74%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jenis krinimilitas yang dilakukan remaja
sebagian besar tidak ada (74%), sebagian kecil perkelahian (26%)

Diagram 25
Jenis rekreasi yang dilakukan oleh remaja

29%

45%
NONTON TV
BERKUNJUNG KERUMAH
SAUDARA
BERKUNJUNG TEMPAT
WISATA

26%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa jenis rekreasi yang dilakukan remaja
sebagian besar yaitu nonton TV, sebagian kecil berkunjung tempat wisata (29%)

Diagram 26
Pemahaman remaja tentang seks pra nikah

11%

HUB SEX SBLM MENIKAH


53% HUB SEX TANPA IKATAN
NIKAH
36%
TIDAK TAHU

47
Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011
Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa pemahaman remaja tentang seks pra
nikah sebagian besar mengatakan hubungan seks sebelum menikah (53 %),
hubungan seks tanpa ikatan nikah (36%), tidak tahu (11%)

Diagram 27
Penyebab remaja melakukan hubungan seks

9% 11%

PERGAULAN BEBAS
MARAKNYA PEREDARAN
VCD PORNO
PENGARUH DARI MEDIA
ELEKTRONIK

80%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa penyebab remaja melakukan hubungan
seks sebagian besar mengatakan pergaulan bebas (80%), pengaruh dari media
elektronik (11 %), dan sebagian kecil maraknya peredaran VCD Porno (9%)

Diagram 28
Remaja membahas atau menanyakan dengan keluarga mengenai
kesehatan reproduksi terutama HIV AIDS

44%

PERNAH
56%
TIDAK PERNAH

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011

48
Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa remaja membahas atau menanyakan
dengan keluarga mengenai kesehatan reproduksi terutama HIV AIDS sebagia
besar mengatakan tidak pernah (56%)

Diagram 29
Risiko remaja akibat perilaku seks bebas

28%

KTD
TERKENA PMS TERUTAMA
HIV AIDS

72%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa risiko remaja akibat perilaku seks bebas
sebagian besar mengatakan risiko kehamilan tidak diinginkan (KTD) (72 %),
sebagian kecil mengatakan terkena PMS terutama HIV AIDS

Diagram 30
Mengapa seorang remaja mau melakukan seks bebas

10% 9%

DIPAKSA OLEH PACAR


SUKA SAMA SUKA
INGIN MENCOBA
59% MENGANGGAP SEX
23% MERUPAKAN BAGIAN DR
CINTA

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :

49
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa seorang remaja mau melakukan seks
bebas sebagian besar mengatakan dipaksa oleh pacar, sebagian kecil mengatakan
seks bagian dari cinta.

Diagram 31
Faktor penyebab remaja jatuh kedalam persoalan seks bebas dan narkoba

11% 7%

PENGARUH LINGKUNGAN &


PERGAULAN
KURANGNYA INFORMASI
TTG SEX & BAHAYA
NARKOBA
SITUASI YANG MENDUKUNG

82%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa faktor penyebab remaja jatuh kedalam
persoalan seks bebas dan narkoba, sebagian besar pengaruh lingkungan dan
pergaulan (87%) dan sebagian kecil situasi yang mendukung (7%).

Diagram 33
Kondisi keluarga menyebabkan remaja kedalam persoalan seks bebas

7% 29%
22%

KESULITAN EKONOMI
PERCERAIAN ORANG TUA
ORG TUA SIBUK /CUEK
SENGAJA DIPERDAGANGKAN

42%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kondisi keluarga yang menyebabkan
remaja kedalam persoalan seks bebas, sebagian besar disebakan karena perceraian
orang tua (42 %) dan sebagian kecil sengaja diperdagangkan (7%).

50
Diagram 34
Kondisi keluarga menimbulkan remaja terjerumus persoalan narkoba

29%

49%
PERCE RA I A N ORG TU A
O RG T UA SIBUK
E K ON OM I BE RL EBI HA N/O RT U
BA NY AK U AN G

22%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa kondisi keluarga menimbulkan remaja
terjerumus persoalan narkoba, sebagian besar mengatakan perceraian orang tua
(49 %), sebagian kecil mengatakan orang tua sibuk (22%)

Diagram 35
Cara remaja menghindari seks bebas nan narkoba

22%

42%
MENGHINDARI PERGAULAN
BEBAS
MENINGKATKAN PENGETAHUAN
TTG KES. REPRODUKSI
BERHATI-HATI MEMIL IH TEMAN
MENINGKATKAN AMAL IBADAH
24% 11%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa cara remaja menghindari seks bebas dan
narkoba sebagian besar mengatakan menghindari pergaulan bebas (42%) dan
sebagian kecil mengatakan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi (11%).

Diagram 36
Dampak psikolois dari perilaku seks bebas dan kecanduan narkoba

51
22% 24%

7% PERASAAN TAKUT
DEPRESI
RENDAH DIRI
MERASA BERDOSA

47%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa dampak psikologis dari perilaku seks
bebas dan kecanduan narkoba sebagia besar mengatakan depresi (47%), sebagian
kecil mengatakan perasaan takut (7%).

Diagram 37
Dampak sosial akibat melakukan hub seks sebelum menikah

29% 16%

DIKUCILKAN
PUTUS SEKOLAH KRN HAMIL
DIANGGAP WANITA TAK
BERMORAL
TEKANAN MASYARAKT YG
MENCELA KEADAAN TSB
13% 42%

Sumber : Hasil pendataan agaregat remaja bulan November 2011


Intrepretasi data :

52
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa dampak sosial akibat melakukan
hubungan seks sebelum menikah sebagian besar mengatakan putus sekolah karena
hamil (42 %), sebagian kecil mengatakan dianggap wanita tak bermoral (13%)

3. Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH

1 Kurangnya Risiko Terjadinya


1) pemahaman remaja tentang seks pra Pengetahuan Peningkatan
nikah sebagian besar mengatakan Remaja Terkait Penularan HIV
hubungan seks sebelum menikah (53 HIV AIDS AIDS Pada
%), hubungan seks tanpa ikatan nikah Populasi rentan
(36%), tidak tahu (11%). khususnya Remaja
2) penyebab remaja melakukan di Kelurahan
hubungan seks sebagian besar Selabatu
mengatakan pergaulan bebas (80%),
pengaruh dari media elektronik (11
%), dan sebagian kecil maraknya
peredaran VCD Porno (9%)
3) remaja membahas atau menanyakan
dengan keluarga mengenai kesehatan
reproduksi terutama HIV AIDS
sebagia besar mengatakan tidak
pernah (56%)
4) risiko remaja akibat perilaku seks
bebas sebagian besar mengatakan
risiko kehamilan tidak diinginkan
(KTD) (72 %), sebagian kecil
mengatakan terkena PMS terutama
HIV AIDS
5) seorang remaja mau melakukan seks
bebas sebagian besar mengatakan
dipaksa oleh pacar, sebagian kecil
mengatakan seks bagian dari cinta.
6) faktor penyebab remaja jatuh kedalam
persoalan seks bebas dan narkoba,
sebagian besar pengaruh lingkungan
dan pergaulan (87%) dan sebagian
kecil situasi yang mendukung (7%).
7) kondisi keluarga yang menyebabkan
remaja kedalam persoalan seks bebas,
sebagian besar disebakan karena
perceraian orang tua (42 %) dan
sebagian kecil sengaja

53
diperdagangkan (7%).
8) kondisi keluarga menimbulkan remaja
terjerumus persoalan narkoba,
sebagian besar mengatakan perceraian
orang tua (49 %), sebagian kecil
mengatakan orang tua sibuk (22%)

1) Jumlah Kader kesehatan : 53 orang Potensial


dan masih aktif peningkatan
2) Jumlah Posyandu ada 15 Posyandu pembedayaan
3) Sangat aktif membantu melakukan masyarakat untuk
pendataan masalah kesehatan pada mencegah dan
populasi rentan agregat remaja menanggulangi
penyakit HIV AIDS masalah HIV AIDS
di kelurahan
Selabatu

54
B. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Perioritas Masalah

Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun
penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut ;

No Diagnosis Keperawatan Kriteria Jumlah Keterangan


A B C D E F G H I J K L
1 Risiko penyebaran HIV AIDS 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 48 Keterangan kriteria :
Pada Populasi rentan A. Sesuai dengan peran perawat
khususnya Remaja di komunitas
Kelurahan Selabatu B. Risiko Terjadi
berhubungan dengan C. Risiko parah
Kurangnya Pengetahuan D. Potensi untuk pendidikan kesehatan
Remaja Terkait HIV AIDS E. Interest untuk komunitas
F. Kemungkinan diatasi
G. Relevan dengan program
H. Tersedianya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedianya sumber dana
2 Potensial peningkatan 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 42 Keterangan pembobotan :
pembedayaan masyarakat untuk 1. Sangat rendah
mencegah dan menanggulangi 2. Rendah
masalah HIV AIDS di kelurahan 3. Cukup
Selabatu 4. Tinggi
5. Sangat tinggi
C. Perencanaan

No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Strategi Sasaran Indikator Waktu/ Penanggu


Implementasi Tempat ng jawab
1. Risiko Tujuan Jangka

55
penyebaran Panjang :
HIV AIDS Pada Dalam 6 bulan tidak
Populasi rentan terjadinya
khususnya peningkatan
Remaja di penularan HIV AIDS
Kelurahan pada populasi rentan
Selabatu khususnya remaja di
berhubungan Kelurhan Selabatu
dengan
Kurangnya Tujuan Jangka 1.Pendidikan 1. Bina Suasana Kepala 1) Bina suasana 13 Desember Parel
Pengetahuan Pendek : kesehatan pada dan advokasi Keluarahan terjalin dan 2011 Jam (Mahasis
Remaja Terkait Dalam waktu 1 agregat remaja dengan Kepala dan Kepala 10 .00 Wib. wa)
HIV AIDS minggu : tentang Kesehatan keluarhan aparatntnya kelurahan Kantor
Pengetahuan pada Reproduksi dan Selabatu untuk serta menyatakan Kepala
remaja tentang penyakit HIV mendapatkan pimpinan dukungan Keluarahan
kesehatan AIDS dukungan Puskesmas penuh dan
reproduksi dan terhadap Selabatu terhadap Puskesmas
penyakit HIV kegiatan terselenggaran Selabatu
AIDS meningkat nya kegiatan

2. Berkoordinasi PJ. Progra 2) Koordinasi 14 Desember Parel.


dengan PJ PKPR, PJ dapat 2011 jam
Program PKPR Program dilaksanakan 10..00 Wib di
dan Program HIV AIDS dan Puskesmas
HIV AIDS dan dan menyiapkan Selabatu
Koordinator Koordinator daftar nama
Kader RW 1 s.d kader setiap remaja
RW 9 RW 1 s.d perwakilan
RW 9. yang akan
3. Berkoordinasi diundang
denganPemateri

56
dari LSM Ketua LSM 3) Koordinasi 14 Desember Parel
Rumah Cemara, Rumah dapat 2011 jam
Pemateri dari Cemara , dilaksanakan 11.00 Wib
Puskesmas Puskesmas dan siap
Selabatu (dr. Eki Selabatu ( dr. membantu
Lukita) Eki Lukita membawakn
materi
4. Menyajikan
materi tentang
HIV AIDS dan Remaja 4) Materi dapat 19 Desember Kepala
penyakit IMS disampaikan 2011 jam Puskemas
lainnya kepada agregat 09.00-09.45
remaja oleh dr Wib
Eki Lukito
5. Menyajikan Remaja 5) Materi dapat 19 Desember
materi tentang disampaikan 2011 jam
Kesehatan kepadaagregat 09.45- 10.15
Reproduksi remaja oleh PJ Wib di Aula
PKPR Puskesmas
Selabatu

6. Menyajikan Agregat 6) Materi dapat 19 Desember


materi tentang remaja disampaikan 2011 jam
Perilaku berisiko kepada agregat 10.15- 10.45
terjadinya HIV remaja oleh Wib di Aula
ADS Ketua LSM Puskesmas
Rumah Cemara Selabatu

7. Memotivasi Agregat 7) Remaja 20 Desember


epada remaja remaja termotivasi dan 2011 jam

57
untuk menyatakan 11.45- 11.15
menyampaikan kesiapan untuk Wib di Aula
materi tersebut menyampaikan Puskesmas
kepada teman- mater i tentang Selabatu
temanya di HIV AIDS
sekolah kepada teman-
temannya

2. Potensial Tujuan Jangka


peningkatan Panjang :
pembedayaan Dalam 6
masyarakat pembedayaan
untuk masyarakat untuk
mencegah dan mencegah dan
menanggulangi menanggulangi
masalah HIV masalah HIV AIDS
Refreshing Kader 1. Bina Suasana Kepala 1) Bina suasana 13 Desember Parel
AIDS di di kelurahan kesehatan tentang dan advokasi Keluarahand terjalin dan 2011 Jam (Mahasis
kelurahan Selabatu semakin Kesehatan dengan Kepala an Kepala 11 .00 Wib. wa)
Selabatu meningkat Reproduksi dan keluarhan aparatntnya kelurahan 20 Desember
penyakit HIV AIDS Selabatu untuk serta menyatakan 2011 Jam
Tujuan Jangka mendapatkan pimpinan dukungan 08.00 – 11.30
Pendek : dukungan Puskesmas penuh Wib
Dalam waktu 2 terhadap Selabatu terhadap
minggu : kegiatan terselenggara
Pengetahuan Kader nnya kegiatan
kesehatan tentang
kesehatan reproduksi
dan penyakit HIV 2. Berkoordinasi PJ. Progra 2) Koordinasi 14 Desember Parel.
AIDS dengan PJ PKPR, PJ dapat 2011 jam
Program PKPR Program dilaksanakan 09.00 di

58
dan Program HIV AIDS dan Puskesmas
HIV AIDS dan dan menyiapkan Selabatu
Koordinator Koordinator daftar nama
Kader RW 1 s.d kader setiap kader
RW 9 RW 1 s.d kesehatan
RW 9. perwakilan
yang akan
diundang

3. Berkoordinasi Ketua LSM 3) Koordinasi 14 Desember Parel


dengan LSM YLKI (Bpk dapat 2011 jam
YLKI, Pemateri Agus), dilaksanakan 11.00 Wib
dari Puskesmas Puskesmas dan siap
Selabatu (dr. Selabatu ( dr. membantu
Eki Lukita) Eki Lukita membawakn
materi

4. Menyajikan Kader 4) Materi dapat 20 Desember Kepala


materi tentang Kesehatan disampaikan 2011 jam Puskemas
HIV AIDS dan kepada kader 09.00-09.45
perilaku kesehaan olehWib di Aula
beresiko tertular dr Eki LukitoPuskesmas
HIV . Selabatu
5. Menyajikan Kader 5) Materi dapat 20 Desember
materi tentang Kesehatan disampaikan 2011 jam
Kesehatan kepada kader 09.45- 10.00
Reproduksi kesehatan Wib di Aula
oleh PJ PKPR Puskesmas
Selabatu
6. Menyajikan Kader 6) Materi dapat
materi tentang Kesehatan disampaikan 20 Desember

59
Peran dan kepada kader 2011 jam
Tugas Kader kesehatan 10.00- 10.30
kesehatan oleh Wib
Parellangi

7. Menyajikan Kader 7) Materi dapat 20 Desember


materi tentang Kesehatan disampaikan 2011 jam
Peran dan kepada kader 10.30- 11.00
Tugas Kader kesehatan Wib di Aula
kesehatan oleh Puskesmas
Parellangi Selabatu
8. Memotivasi 8) Kader
kader kesehatan termotivasi 20 Desember
untuk dan 2011 jam
melakukan menyatakan 11.00- 11.15
penyuluhan kesiapan Wib di Aula
tentang HIV untuk Puskesmas
AIDS setiap ada menyampaika Selabatu
kegiatan n penyuluhan
tentang HIV
AIDS

D. Implementasi

No Masalah Rencana Kegiatan Strategi Implementasi Indikator Waktu/Tempat Penanggung


jawab
1. Risiko
penyebaran 2.Pendidikan kesehatan pada 1. Bina Suasana dan 1) Bina suasana 13 Desember Parel

60
HIV AIDS Pada agregat remaja tentang advokasi dengan terjalin dan Kepala 2011 Jam 10 .00 (Mahasiswa)
Populasi rentan Kesehatan Reproduksi dan Kepala keluarhan kelurahan Wib di kantor
khususnya penyakit HIV AIDS Selabatu untuk menyatakan Lurah dan
Remaja di mendapatkan dukungan penuh Pskesmas
Kelurahan dukungan terhadap terhadap Selabatu
Selabatu kegiatan terselenggarannya
berhubungan kegiatan
dengan
Kurangnya 2. Berkoordinasi 2) Koordinasi dapat 14 Desember Parel.
Pengetahuan dengan PJ dilaksanakan dan 2011 jam 10..00
Remaja Terkait Program PKPR menyiapkan daftar Wib di Puskesmas
HIV AIDS dan Program HIV nama remaja Selabatu
AIDS dan perwakilan yang
Koordinator Kader akan diundang
RW 1 s.d RW 9

3. Berkoordinasi 3) Koordinasi dapat 14 Desember Parel


denganPemateri dilaksanakan dan 2011 jam 11.00
dari LSM Rumah siap membantu Wib
Cemara, Pemateri membawakn
dari Puskesmas materi
Selabatu (dr. Eki
Lukita)

4. Menyajikan materi 4) Materi dapat 19 Desember Kepala


tentang HIV AIDS disampaikan 2011 jam 09.00- Puskemas
dan penyakit IMS kepada agregat 09.45 Wib di
lainnya remaja oleh dr Eki Aula Puskesmas
Lukito Selabatu

61
5. Menyajikan materi 5) Materi dapat 19 Desember
tentang Kesehatan disampaikan 2011 jam 09.45-
Reproduksi kepadaagregat 10.15 Wib di
remaja oleh PJ Aula Puskesmas
PKPR Selabatu

6. Menyajikan materi 6) Materi dapat 19 Desember


tentang Perilaku disampaikan 2011 jam 10.15-
berisiko terjadinya kepada agregat 10.45 Wib di
HIV ADS remaja oleh Ketua Aula Puskesmas
LSM Rumah Selabatu
Cemara

7. Memotivasi epada 7) Remaja termotivasi 20 Desember


remaja untuk dan menyatakan 2011 jam 11.45-
menyampaikan kesiapan untuk 11.15 Wib di
materi tersebut menyampaikan Aula Puskesmas
kepada teman- mater i tentang Selabatu
temanya di sekolah HIV AIDS kepada
teman-temannya

2. Potensial
peningkatan Refreshing Kader kesehatan 1. Bina Suasana dan 1) Bina suasana 13 Desember Parel
pembedayaan tentang Kesehatan advokasi dengan terjalin dan Kepala 2011 Jam 11 .00 (Mahasiswa)
masyarakat Reproduksi dan penyakit Kepala keluarhan kelurahan Wib di kantor
HIV AIDS Selabatu untuk menyatakan Lurah Selabatu
untuk
mendapatkan dukungan penuh dan Puskesmas
mencegah dan dukungan terhadap terhadap Selabatu
menanggulangi kegiatan terselenggarannya
masalah HIV kegiatan

62
AIDS di
kelurahan
Selabatu 2. Berkoordinasi 2) Koordinasi dapat 14 Desember Parel.
dengan PJ dilaksanakan dan 2011 jam 09.00
Program PKPR menyiapkan daftar di Puskesmas
dan Program HIV nama kader Selabatu
AIDS dan kesehatan
Koordinator Kader perwakilan yang
RW 1 s.d RW 9 akan diundang
3. Berkoordinasi 3) Koordinasi dapat 14 Desember Parel
dengan LSM dilaksanakan dan 2011 jam 11.00
YLKI, Pemateri siap membantu Wib
dari Puskesmas membawakn
Selabatu (dr. Eki materi
Lukita)
4. Menyajikan materi 4) Materi dapat 20 Desember Kepala
tentang HIV AIDS disampaikan 2011 jam 09.00- Puskemas
dan perilaku kepada kader 09.45 Wib di
beresiko tertular kesehaan oleh dr Aula Puskesmas
HIV . Eki Lukito Selabatu

5. Menyajikan materi 5) Materi dapat 20 Desember


tentang Kesehatan disampaikan 2011 jam 09.45-
Reproduksi kepada kader 10.00 Wib di
kesehatan oleh PJ Aula Puskesmas
PKPR Selabatu

6. Menyajikan materi 6) Materi dapat 20 Desember


tentang Peran dan disampaikan 2011 jam 10.00-
Tugas Kader kepada kader 10.30 Wib di

63
kesehatan kesehatan oleh Aula Puskesmas
Parellangi Selabatu

7. Menyajikan materi 7) Materi dapat 20 Desember


tentang Peran dan disampaikan 2011 jam 10.30-
Tugas Kader kepada kader 11.00 Wib di
kesehatan kesehatan oleh Aula Puskesmas
Parellangi Selabatu

8. Memotivasi kader 8) Kader termotivasi 20 Desember


kesehatan untuk dan menyatakan 2011 jam 11.00-
melakukan kesiapan untuk 11.15 Wib di
penyuluhan tentang menyampaikan Aula Puskesmas
HIV AIDS setiap penyuluhan tentang Selabatu
ada kegiatan HIV AIDS

BAB IV
USULAN UPAYA PENGEMBANGAN PROGRAM
No STRATEGI PROGRAM SASARAN
1 Mengoptimalkan pencegahan dan  Mengadakan pendidikan kesehatan tentang Remaja
penanggulangan HIV AIDS kesehatan reproduksi remaja dan penyakit IMS
terutama pada kelompok rentan

64
(agregat remaja) terutama HIV AIDS secara berkesinambungan di
sekolah-sekolah.

2 Mengoptimalkan penberdayaan  Refreshing kader kesehatang secara berkala Kader Kesehatan


masyarakat untuk pencegahan dan tentang Kesehatan reproduksi remaja dan penyakit
penanggulangan HIV AIDS IMS termasuk HIV AIDS
terutama pada kelompok rentan  Pembentukan Kelompok Remaja Peduli AIDS Remaja
(agregat remaja) (RPA)
Tokoh Masyarakat
 Pembentukan kelompok Warga Peduli AIDS
(WPA)
 Melibatkan keder kesehatan dalam memberikan Kader Kesehatan
pendindikan kesehatan (penyuluhan) pada
masyarakat.

65
BAB V

KESIMPULAN

1. Melakukan pemberdayaan pada masyarakat dengan melibatkan kader

kesehatan dalam proses keperawatan komunitas, mulai dari pengkajian

sampai dengan evaluasi

2. Melakukan pengkajian/pendataan dan analisis masalah pada ageragat remaja

di kelurahan Selabatu bersama kader kesehatan dengan teknik smpling Non

probability sampling kuaota sampling (10 % dari total populasi remaja 1478

= 148 orang)

3. Merumuskan dan memprioritaskan diagnosa keperawatan pada agregat

remaja di keluarhan Selabatu, ditemukan dua masalah keperawatan komunitas

yaitu risiko penyebaran HIV AIDS pada kelompok rentan remaja di

kelurahan Selabatu Kecamatan Cikole Kota Sukabumi

4. Menetukan perencanaan keperawatan pada agregat remaja di kelurahan

Selabatu bersama kader dan tokoh masyarakat

5. melakukan implementasi keperawatan pada masyarakat kelurahan Selabatu

bersama masyarakat kelurhan Selabatu

6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan komunitas pada sgregat remaja di

Kelurhan Selabatu

7. Melakukan pendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada agregat

remaja di Kelurahan Selabatu, yaitu terjadi peningkatan pengetahuan pada

kader dan masyarakat khususnya remaja di Kkelurhan Selabatu.

66
DAFTAR PUSTAKA

Achyar K.A.H. (2011). Asuhan Keperawatan Komunitas; Teori & Praktik, Jakarta
: EGC

Anderson E.T & McFarland J. (2007). Buku Ajar Keperawatan komunitas Teori
dan Praktik edisi 3. Jakarta : EGC

Haroen Hartiah, dkk. (2011).Modul Asuhan Keperawatan Komunitas dalam


Penanggulangan HIV AIDS, Bandung : Tidak dipublikasikan

Kelurahan Selabatu. (2010). Laporan Kegiatan Tahunan 2010, Sukabumi : Tidak


dipublikasikan.

67
Mubarak W.I (2009), Ilmu Keperawatann Komunitas Pengantar dan Teori,
Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam & Kurniawati. (2009). Asuhan Keperawatan pada pasien Terinfeksi


HIV AIDS, Jakarta : Salemba Medika

Stanhope & Lancaster. (1992). Community Health Nursing, Proces and Practice
for Promoting Health (terjemahan oleh Ikatan Alumni Pendidikan
keperawatan Padjadjaran Bandung tahun 1998).

Sugiyono. (2011). Statistik untuk penelitian, Bandung : ALFABETA

Sumijatun, dkk. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

68

Anda mungkin juga menyukai