Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH METODE APPRECIATIVE INQUIRY DALAM

KATEKISASI SIDI DAN BAPTIS DEWASA DI GEREJA KRISTEN


SUMATERA BAGIAN SELATAN (GKSBS) BATUMARTA TIMUR
WILAYAH BATUMARTA X

Disusun Oleh :
CHRISTINA APRILLIA
N I M: 0220160463

PROGRAM STUDI TEOLOGI/KEPENDETAAN SEKOLAH TINGGI


AGAMA KRISTEN MARTURIA YOGYAKARTA
2020
PENGARUH METODE APPRECIATIVE INQUIRY DALAM
KATEKISASI SIDI DAN BAPTIS DEWASA DI GEREJA KRISTEN
SUMATERA BAGIAN SELATAN (GKSBS) BATUMARTA TIMUR
WILAYAH BATUMARTA X

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teologi/Kependetaan

Di susun Oleh :
CHRISTINA APRILLIA
N I M: 0220160463

PROGRAM STUDI TEOLOGI/KEPENDETAAN SEKOLAH TINGGI


AGAMA KRISTEN MARTURIA YOGYAKARTA
2020

i
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan siap untuk diuji

Disetujui pada tanggal:


25 November 2020

Pembimbing

Dr. Sri Sulastri, M.Pd,.


NIDN. 2317086901

Ketua Program Studi S-1 Teologi/Kependetaan

Pdt. Hery Windarta, M.Th,.


NIDN. 2310046901

ii
PENGESAHAN

Pengaruh Metode Appreciative Inquiry dalam Katekisasi Sidi dan Baptis


Dewasa Di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Batumarta
Timur Wilayah Batumarta X

Christina Aprillia
N I M. 0220160463

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Agama Kristen


Marturia Yogyakarta

Tanggal 17 Desember 2020

TIM PENGUJI

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan


Pdt. Hery Windarta, M.Th,. Penguji
NIDN. 2310046901 Utama …………..
Pdt. Em. Dr. Budyanto, M.Th. Penguji
NIDK. 9905545634 Pendamping …………..
Pdt. Seno Adhi Noegroho, M.Si.Teol. Sekretaris
NIDN. 2322117801 Penguji …………..
Dr. Sri Sulastri, M.Pd. Ketua Penguji
NIDN. 2317086901 …………..

Yogyakarta,
Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta
Ketua

Pdt. Dr. Budyanto, M.Th.


NIDK : 9905545634

iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Christina Aprillia


NIM : 0220160463
Program Studi : Teologi/Kependetaan
Sekolah : Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta
Alamat : Jl. Kedawung 137, Nologaten, Caturutunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta-55281
Judul Skripsi : Pengaruh Metode Appreciative Inquiry dalam Katekisasi Sidi
dan Baptis Dewasa di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) Batumarta Timur Wilayah Batumarta X

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya dan sepanjang
pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh
orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di
Perguruan Tinggi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu saya ambil dengan
peraturan penulisan ilmiah yang berlaku. Apabila sewaktu-waktu terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya, dan saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku di
Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta.

Yogyakarta, 25 November 2020

Christina Aprillia

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat, cinta kasih, dan
penyertaanNya maka peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan
judul: Pengaruh Metode Appreciative Inquiry dalam Katekisasi Sidi dan
Baptis Dewasa di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Batumarta Timur Wilayah Batumarta X. Peneliti percaya dan mengimani
bahwa Tuhan Yesus telah menyediakan masa depan yang indah bagi setiap
AnakNya, sehingga setiap tantangan dan hambatan yang ditemui dalam perjalanan
hidup ini, peneliti yakin semua yang terjadi merupakan proses yang harus penulis
lewati dengan penuh rasa syukur hingga pada akhir yang DIA janjikan, semua
akan indah pada waktunya.
Tentu setiap proses yang dilalui peneliti, Kasih Tuhan Yesus juga bekerja
pada pihak-pihak yang berada di sekitar peneliti, mereka memberi bantuan,
dukungan moril, dan finansial sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti untuk menyampaikan
rasa syukur dan terimakasih kepada mereka yang dengan setia dan ketulusan telah
mendukung penulis. Tidak dapat dipungkiri bahwa segala dukungan tersebut telah
membuat penulis mencapai gelar Sarjana Teologia (S.Th.) di Sekolah Tinggi
Agama Kristen (STAK) Marturia Yogyakarta. Ucapan terimakasih diperuntukan
kapada :
1. Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menuntut ilmu, menemukan
pengalaman baru, menemukan keluarga baru, mengembangkan diri dalam
dunia pendidikan dan pelayanan.
2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Dr. Sri Sulastri, M.Pd., yang dengan penuh
kasih setia memberikan waktu, kesabaran, pengetahuan, pengalaman, dan
juga senantiasa memberi semangat bagi peneliti dalam proses menulis dan
menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Seluruh dosen di STAK Marturia Yogyakarta, yang telah menjadi
pengajar, pembimbing, dan juga teman bagi peneliti selama empat tahun
belajar di STAK Marturia Yogyakarta.

v
4. Para karyawan STAK Marturia Yogyakarta yang telah mendukung penulis
dalam menjalankan studi dengan baik.
5. Keluarga besar Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Batumarta Timur wilayah Batumarta X sebagai tempat penelitian skripsi.
Terimaksih karena dengan besar hati telah menerima dan memberikan izin
bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.
6. Keluarga di Sumatera : “Bapak” dan “Mamak” tercinta, terimakasih untuk
doa, cinta, kasih sayang, semangat, jerih payah, kesabaran, dan segala
dukungan yang senantiasa diberikan. Peneliti menyadari apa yang peneliti
berikan saat ini belum dapat membalas apa yang sudah diberikan selama
ini.
7. Papa Pdt. Deny Davidson Talan, S.Th. dan mama Delvi Yuliana Penu,
yang juga selalu setia memberikan semangat, kasih sayang, doa, dukungan
dan dorongan yang positif bagi peneliti.
8. Seluruh teman dan sahabat di STAK Marturia Yogyakarta baik kakak
tingkat maupun adik tingkat, khususnya Angkatan 2016 yang unik dan
menyenangkan, terimakasih kesetiaan teman-teman untuk menghibur,
menemani, dan memberikan semangat bagi peneliti dalam setiap keadaan.
9. Semua pihak-pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan namanya dan yang
tanpa sepengetahuan peneliti telah memberikan dukungan doa dan
semangat.
Terimakasih untuk segala bentuk dukungan yang telah diberikan, kiranya
Tuhan Yesus Kristus memberkati dan membalas segala kebaikan dan ketulusan
saudara-saudara terkasih bagi peneliti. Pada akhirnya peneliti berharap agar
skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan bermanfaat bagi tugas
dan pelayanan setiap jemaat Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati.
Yogyakarta, November 2020
Peneliti

Christina Aprillia
NIM : 0220160463

vi
ABSTRAK

Christina Aprillia: Pengaruh Metode Appreciative Inquiry dalam Katekisasi


Sidi dan Baptis Dewasa di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
Batumarta Timur Wilayah Batumarta X. Skripsi. Yogyakarta: Progam Studi
Teologi/Kependetaan, Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta,
2020.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh positif metode
appreciative inquiry dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS
Batumarta Timur wilayah Batumarta X. Metode appreciative inquiry dalam
pelaksanaan katekisasi membantu meningkatkan kemampuan berpikir katekisan,
AI mampu membuat katekisan percaya diri untuk melakukan tindakan positif,
karena apapun tindakannya akan di lihat sebagai kelebihan dan keberaniannya.
Metode ini juga mampu menumbuhkan karakter positif katekisan. Katekisan di
latih untuk selalu optimis serta memandang segala sesuatu dari sisi positif tanpa
mengabaikan kelemahan yang dimiliki untuk dikembangkan ke arah yang lebih
baik dalam meraih kesuksesan dengan mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya.
Analisis dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif dengan Sig. 0,000 <
0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa metode appreciative inquiry
memberikan kontribusi pengaruh positif sebesar 71,2% atau dapat dibulatkan
menjadi 71% terhadap katekisasi sidi dan baptis di GKSBS Batumarta Timur
wilayah Batumarta X.
Penelitian ini mengungkap bahwa metode appreciative inquiry berpengaruh
positif dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur
wilayah Batumarta X.

Kata Kunci : Metode Appreciative Inquiry, Nilai Positif, Pelaksanaan Katekisasi


Sidi dan Baptis Dewasa.
Jumlah Halaman: xi +67 halaman. Bibliografi 23 (1990-2015).

vii
DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................... i


Persetujuan .............................................................................................. ii
Pengesahan ............................................................................................. iii
Pernyataan ............................................................................................... iv
Kata Pengantar ....................................................................................... v
Abstrak .................................................................................................... vii
Daftar Isi.................................................................................................. viii
Daftar Tabel ........................................................................................... xi
BAB 1 Pendahuluan ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah................................................................ 5
1.3. Batasan Masalah ..................................................................... 6
1.4. Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................. 7
1.7. Metodologi Penelitian............................................................. 7
1.8. Sistematika Penelitian............................................................. 8
BAB II Kajian Pustaka ............................................................................ 10
2.1. Metode Appreciative Inquiry .................................................. 10
2.1.1. Discovery ........................................................................ 12
2.1.2. Dream ............................................................................. 12
2.1.3. Design ............................................................................. 12
2.1.4. Destiny ........................................................................... 12
2.2. Apreciative Inquiry Membebaskan Daya Kekuatan ............... 13
2.3. Katekisasi ................................................................................ 14
2.3.1. Pengertian Katekisasi ........................................................ 14
2.3.2. Tahapan Menjadi Anggota Gereja .................................... 16
2.3.3 Tujuan Katekisasi .............................................................. 17
2.3.4. Metode Pembelajaran Katekisasi ...................................... 19
2.3.4.1. Metode Appreciative Inquiry .................................. 20
2.4. Profil Gereja............................................................................ 22

viii
2.4.1. Sejarah Singkat GKSBS Batumarta .................................. 22
2.4.2. GKSBS Batumarta Timur ................................................. 23
2.4.3. Profil GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta ........ 24
2.5. Hipotesis ................................................................................. 25
2.6. Kerangka Berfikir ................................................................... 26
BAB III Metodologi Penelitian ............................................................... 27
3.1. Metode Penelitian ................................................................... 27
3.2. Rancangan Penelitian.............................................................. 27
3.3. Definisi Variabel Penelitian .................................................... 28
3.3.1. Metode Appreciative Inquiry ............................................ 28
3.3.1.1. Discovery ................................................................. 28
3.3.1.2. Dream ...................................................................... 29
3.3.1.3. Design...................................................................... 29
3.3.1.4. Destiny..................................................................... 29
3.3.2. Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa ................................... 30
3.4. Subjek Penelitian .................................................................... 30
3.4.1. Populasi Penelitian ............................................................ 30
3.4.2. Sampel Penelitian .............................................................. 31
3.5. Instrumen Penelitian ............................................................... 31
3.5.1. Kisi-kisi variabel metode appreciative inquiry ................. 31
3.5.2. Kisi-kisi Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa .................... 35
3.6. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 36
3.6.1. Metode Kuisoner ............................................................... 36
3.6.2. Dokumentasi..................................................................... 36
3.6.3. Wawancara ........................................................................ 37
3.7. Tehnik Analisis Data .............................................................. 37
3.7.1. Deskripsi Data ................................................................... 37
3.7.2. Uji Persyaratan Analisis .................................................... 38
3.7.2.1. Uji Normalitas ......................................................... 38
BAB IV Analisis Data Dan Pembahasan ................................................ 40
4.1. Deskripsi Data ........................................................................ 40
4.1.1. Pengujian Instrumen .......................................................... 40

ix
4.1.1.1. Uji Validitas ............................................................ 40
4.1.1.2. Uji Reliabilitas......................................................... 47
4.2. Uji Persyaratan Analisis ......................................................... 52
4.2.1. Uji Normalitas Data .......................................................... 52
4.2.2. Uji Linieritas ..................................................................... 53
4.3. Analisis Regresi Linier Sederhana.......................................... 54
4.4. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ................................ 56
4.5. Analisis Korelasi Pearson ....................................................... 59
4.6. Uji Hipotesis ........................................................................... 60
4.7. Uji Signifikansi ....................................................................... 61
4.8. Pembahasan ............................................................................ 61
BAB V Kesimpulan ................................................................................ 64
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 64
5.2. Saran ....................................................................................... 64
5.3. Refleksi Teologis .................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Populasi Katekisan .................................................................... 31


Tabel 2 Kisi-kisi Angket Variabel Appreciative Inquiry ................................. 32
Tabel 3 Kisi-kisi Angket Variabel Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa .......... 35
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Metode Appreciative Inquiry (X) ......... 42
Tabel 5 Uji Validitas Data Variabel Metode Appreciative Inquiiry (X) ......... 44
Tabel 6 Hasil Uji Validitas Variabel Katekisasi Sidi dan Baptis
Dewasa (Y).......................................................................................... 45
Tabel 7 Uji Validitas Data Variabel X dan Y ................................................. 47
Tabel 8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ........................................................ 48
Tabel 9 Hasil Uji Cronbach‟s Alpha Variabel X ............................................. 48
Tabel 10 Item Statistic ...................................................................................... 50
Tabel 11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ...................................................... 51
Tabel 12 Hasil Uji Cronbach‟s Alpha Variabel Y ........................................... 51
Tabel 13 Item Statistic ...................................................................................... 52
Tabel 14 Uji Normalitas Menggunakan Kolomogrov-Smirnov ...................... 53
Tabel 15 Hasil Uji Linieritas ............................................................................ 54
Tabel 16 Skor Total Variabel X dan Y ............................................................ 56
Tabel 17 Variables Entered/Removed .............................................................. 56
Tabel 18 Koifisien ............................................................................................ 57
Tabel 19 Uji Nilai Signifikansi ........................................................................ 57
Tabel 20 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana .................................... 58
Tabel 21 Hasil Analisis Korelasi Pearson ...................................................... 60

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kehidupan gereja secara umum memandang bahwa katekisasi sebagai bagian
yang penting dalam pembinaan warga gereja. Katekisasi sebagai salah satu wadah
untuk dapat melaksanakan panggilan dan pengutusan gereja di tengah-tengah
dunia melalui persekutuan, pelayanan dan kesaksian. Pandangan secara khusus
terhadap pelayanan katekisasi yakni sebagai suatu proses pembimbingan dan
pengajaran kepada peserta katekisasi untuk mempersiapkan mereka menjadi
anggota gereja yang memahami dan melaksanakan tugas panggilannya kehidupan
secara utuh.
Peneguhan sidi merupakan salah satu syarat untuk menjadi bagian dalam
perjamuan kudus, juga menjadi syarat lain dalam gereja untuk menjadi anggota
gereja secara utuh. Pada akhir katekisasi, katekisan1 akan diterima menjadi
anggota gereja dengan melakukan peneguhan sidi dan mengakui iman di hadapan
jemaat. Pengakuan iman yang di dalam peneguhan sidi mempunyai makna bahwa
proses pembinaan dan pengajaran yang telah dilakukan selama katekisasi telah
selesai dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pengertian ini dapat
dikatakan bahwa katekisasi merupakan suatu proses pengajaran yang
diselenggarakan oleh gereja untuk mempersiapkan anggota jemaat memasuki
kedewasaan sehingga mereka dapat melaksanakan tugas panggilan dan
pengutusan di dunia.
Gereja melaksanakan katekisasi karena gereja menyadari bahwa sebagai
lembaga dan persekutuan, tidak hanya terpanggil untuk memberitakan Firman,
melayani Sakramen, menggembalakan anggota jemaat dan pelayanan sosial-
kemasyarakatan, tetapi juga perlu untuk mendidik dan membina warga
jemaatnya.2 Materi yang diterima oleh katekisan harus benar-benar mereka
mengerti, karena materi yang mereka pelajari itu bukan seperti materi yang biasa

1
Pengajar katekisasi disebut katekis atau katekhet, murid katekisasi disebut katekisan
atau katekumen. Sedangkan, proses belajar-mengajar disebut proses kateketis.
2
Abineno J.L C.H. Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001), hlm. 19.

1
2

mereka terima seperti di sekolah. Pada kehidupan sehari-hari, sebagai warga


jemaat akan menghadapi berbagai persoalan yang memerlukan pegangan atau
pedoman yang benar, tanpa pedoman mereka bisa terombang-ambing, terancam
imannya, bahkan bisa kehilangan iman. Katekisasi sangat berperan penting dan
dibutuhkan untuk mengatasi kegelisahan ini.
Katekisasi sebagai wadah bagi gereja mempersiapkan jemaat untuk memiliki
pemahaman yang benar tentang Alkitab. Pengajaran katekisasi ini diperlengkapi
dengan dokrin-doktrin dasar di dalam kekristenan yang dipercayai oleh gereja.
Walaupun demikian yang terjadi di dalam katekisasi pada era ini, dimungkinkan
proses pelajaran yang disampaikan dalam kelas katekisasi itu kurang menarik
katekisan. Mereka kurang tertarik dengan apa yang disampaikan oleh katekis.
Seakan-akan apa yang mereka pelajari dalam kelas katekisasi, hanya didengar saja
dan tanpa ada rasa ingin mengetahui serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini tampak dalam kehidupan katekisan yang kurang
mencerminkan bahwa mereka adalah katekisan yang sedang belajar katekisasi.
Berbagai macam sifat-sifat yang tidak baik yang mereka miliki masih tetap ada di
dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh sederhananya masih banyak dari
mereka yang belum peduli dengan orang lain, melawan orang tua, merokok, seks
bebas, dan lain sebagainya.
Kasus-kasus demikian sering dijumpai dalam setiap keluarga dan menjadi
pergumulan orang tua katekisan, mereka sering bertanya: “mengapa anak kami
seperti ini, padahal mereka sudah belajar katekisasi?”. Dimungkinkan semua ini
bisa terjadi karena pelajaran kekristenan yang mereka pelajari kurang mereka
pahami dengan baik. Sebagian pelajaran kekristenan mereka pelajari di sekolah
dan juga kelas katekisasi, namun proses kateketis itu kurang menarik minat
mereka. Metode yang digunakan oleh pengajar baik di sekolah atau kelas
katekisasi telalu monoton, materi membosankan, dan lain sebagainya. Persoalan
demikian dimungkinkan dapat menjadi sumber utama katekisan kurang
memahami pelajaran katekisasi dan sifat-sifat mereka tidak berubah.
Di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X telah dilakukan katekisasi.
Melalui katekisasi gereja berharap dapat membantu pemeliharaan iman warga
jemaatnya, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan serta pengenalan akan
3

Tuhan secara lebih mendalam. Pada saat anak-anak sudah memasuki umur dua
belas tahun mereka wajib mengikuti katekisasi di gereja. Katekisan akan
mengikuti katekisasi selama dua sampai tiga tahun. Gereja memberikan tanggung
jawab penuh kepada Penatua yang dipercaya untuk mengajar dan membina murid
katekisasi.3
Di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X, katekisasi dilaksanakan
dalam dua minggu sekali pada hari Minggu pukul 13.00-14.00 WIB berdasarkan
keputusan bersama oleh Majelis gereja. Katekisan mengungkapkan bahwa mereka
terkadang sulit untuk memahami atau mengerti pengajaran yang disampaikan
katekis. Metode penyampaian materi oleh katekis atau guru katekisasi cenderung
monoton dan terpaku dengan bahan materi. Katekisan dalam proses pembelajaran
hanya mencatat materi dan mendengarkan, tidak ada keterlibatan khusus seperti
diskusi atau sharing. Sebenarnya, di akhir materi katekis memberikan satu hingga
dua pertanyaan dan terkadang pertanyaan yang diberikan dijawab oleh katekis itu
sendiri. Karena katekisan kurang memahami materi yang di ajarkan.4
Penyampaian materi menggunakan metode yang demikian mengakibatkan
katekisan cenderung tidak memperhatikan katekis pada saat mengajar, mereka
cenderung asik dengan kesibukan mereka sendiri. Kesibukan yang dilakukan para
katekisan seperti mengobrol dengan teman sebelahnya, sibuk mencatat materi
bahkan ada yang sibuk dengan gawainya masing-masing. Mereka banyak
mengabaikan dan tidak memperhatikan materi yang disampaikan katekis. Oleh
karena itu, proses kateketis di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X
cenderung pasif. Sebenarnya, materi katekisasi yang disampaikan katekis cukup
menarik, hanya saja metode yang dipakai katekis kurang mampu menarik
perhatian katekisan. Metode yang di pakai tidak sesuai dengan kriteria katekisan.
Katekisan memiliki harapan yakni katekis mampu membawa suasana belajar
lebih menarik dan aktif agar materi yang disampaikan dapat dipahami dan
dimengerti. Proses kateketis bisa menggunakan metode diskusi atau sharing
sehingga katekisan dapat bertukar pendapat dan pemikiran tentang materi yang

3
Wawancara dengan Pendeta GKSBS Batumarta Timur tentang katekisasi, pada hari
Kamis, 30 April 2020, pkl. 19.15 wib.
4
Wawancara dengan peserta katekisasi via whatsapp karena masih dalam masa karantina,
pada hari Kamis, 30 April 2020, pkl. 14.00 wib.
4

dibahas. Selanjutnya, katekisan menginginkan adanya game (permainan) di


tengah proses pembelajaran sehingga dapat membangun suasana belajar lebih
aktif dan katekisan tidak mengantuk. Katekis tidak boleh hanya terpaku dengan
bahan materi tetapi mampu memperhatikan katekisan.5 Proses kateketis yang
demikian dapat mempengaruhi tercapainya tujuan dari katekisasi. Dimungkinkan
juga dapat mengakibatkan katekisan memiliki pemahaman yang salah tentang
katekisasi. Katekisan dapat berfikir bahwa katekisasi hanyalah suatu formalitas
yang harus diikuti. Mereka mengikuti katekisasi hanya sekedar ikut-ikutan
(kewajiban yang harus mereka ikuti) dan tidak didasari dengan iman yang
sungguh-sungguh untuk belajar katekisasi.
Penelitian yang akan peneliti lakukan ialah ingin mengetahui bagaimana
metode appreciative inquiry dalam proses pembelajaran katekisasi sidi dan baptis
bagi katekisan baik untuk diterapkan. Metode appreciative inquiry (AI) yakni
belajar, menemukan dan mengapresiasi apa saja yang menghidupkan sistem.6
Appreciative inquiry dimulai dengan melihat kekuatan sumber daya yang dimiliki,
dan memanfaatkan kekuatan tersebut untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Metode appreciative inquiry mencoba melihat segala sesuatu dari sisi-sisi yang
baik demi menghidupkan sistem, diharapkan juga mampu menjadi metode yang
dapat memberi dampak positif dalam pengajaran katekisasi.
Metode appreciative inquiry dalam katekisasi dimungkinkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir katekisan, AI mampu membuat katekisan
percaya diri untuk melakukan tindakan positif, karena apapun tindakannya akan di
lihat sebagai kelebihan dan keberaniannya. Oleh karena itu, katekisan mampu
melahirkan visi baru dan merefleksikan tujuan yang ingin diraih berdasarkan
kemampuan kognitif yang dimiliki. Pendekatan ini juga dimungkinkan mampu
menumbuhkan karakter positif katekisan. Katekisan di latih untuk selalu optimis
serta memandang segala sesuatu dari sisi positif tanpa mengabaikan kelemahan
yang dimiliki untuk dikembangkan ke arah yang lebih baik dalam meraih
kesuksesan dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.

5
Hasil analisis penulis selama mengikuti proses belajar katekisasi yang pernah diikuti
terdahulu.
6
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis Melalui
Appreciative Inquiry (AI), (Yogyakarta: PT Kanisius, 2014) hlm.14
5

Penerapan metode appreciative inquiry menawarkan nuansa-nuansa baru


dalam pengajaran katekisasi. Penggunaan metode appreciative inquiry ini bisa
berupa seorang katekis mencoba membangun relasi dan suasana yang baik dengan
katekisan, mengutarakan kalimat-kalimat yang tidak menghakimi di awal
pertemuan misalnya “terimakasih untuk teman-teman yang sudah hadir mengikuti
katekisasi dan mau belajar bersama,...”. Dalam buku the power of appreciation
mengatakan bahwa;
Ketika anda memikirkan pikiran-pikiran yang bersifat menghargai, anda merasa enteng,
bahagia, gembira, antusias, dan damai, yang akan membuat anda berespons dengan perilaku
7
yang sesuai dengan perasaan positif ini.
Katekis memberi apresiasi atas kehadiran katekisan dan pemberian apresiasi
ini dapat menjadi suatu jembatan untuk menjalin relasi yang baik dengan
katekisan. Kemudian sebelum memulai materi, katekis mengajak katekisan untuk
memuji Tuhan, berdoa dan bermain game yang dapat membangkitkan semangat
murid untuk belajar. Pada saat materi diberikan, katekis diharapkan mampu
memberikan bahan sharing dalam setiap pokok bahasan.
Pengajaran katekisasi tidak terkesan monoton karena ada hubungan timbal
balik antara katekis dan katekisan. Katekisan merasa dihargai oleh katekis dan
begitu juga sebaliknya, katekis juga merasa dihargai oleh katekisan. Tidak saling
mengacuhkan dan sibuk dengan kepentingan masing-masing. Metode
appreciative inquiry yang demikian dimungkinkan dapat menjadi solusi yang baik
demi mengatasi masalah pengajaran katekisasi yang ada di GKSBS Batumarta
Timur wilayah Batumarta X. Oleh karena itu, melalui penelitian ini peneliti akan
mencoba menganalisa bagaimana pengaruh penerapan metode apreciative inquiry
dalam katekisasi yang ada di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka
peneliti menemukan beberapa persoalan sebagai berikut;
1) Katekisasi pada era ini dimungkinkan proses pelajaran yang disampaikan
dalam kelas katekisasi itu kurang menarik peserta katekisasi. Mereka

7
Noelle C. Nelson, Ph.D, dkk.., The Power Of Appreciation, Kunci Kehidupan Yang
Penuh Daya, (Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer, 2005), Hlm.14
6

kurang tertarik dengan apa yang disampaikan oleh pengajar. Seakan-akan


apa yang mereka pelajari dalam kelas katekisasi, hanya di dengar saja dan
tanpa ada rasa ingin mengetahui serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Murid katekisasi di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X
mengungkapkan bahwa mereka terkadang sulit untuk memahami atau
mengerti pengajaran yang disampaikan. Metode penyampaian materi oleh
katekis atau guru katekisasi cenderung monoton dan terpaku dengan bahan
materi.
3) Murid katekisasi di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X
berharap katekis mampu membawa suasana belajar lebih menarik dan
aktif agar materi yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti murid
katekisasi.
4) Metode appreciative inquiry dimungkinkan dapat menjadi solusi yang
baik demi mengatasi masalah katekisasi yang ada di GKSBS Batumarta
Timur wilayah Batumarta X.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada “Pengaruh Metode
Appreciative Inquiry dalam Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa di GKSBS
Batumarta Timur Wilayah Batumarta X”. Sehingga, penelitian yang dilakukan
peneliti tidak menyimpang dari judul yang sudah ada.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti
merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut;
1) Bagaimana metode pengajaran katekikasi di GKSBS Batumarta Timur
wilayah Batumarta X?
2) Adakah pengaruh terhadap penerapan metode appreciative inquiry dalam
katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur Wilayah
Batumarta X?
7

1.5. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas tujuan
penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagai berikut;
1) Membuktikan pengaruh penerapan metode appreciative inquiry dalam
katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur wilayah
Batumarta X.
2) Mengetahui pengaruh penerapan metode appreciative inquiry dalam
katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur wilayah
Batumarta X.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut;
1) Mengetahui pengaruh penerapan metode appreciative inquiry dalam
katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur wilayah
Batumarta X.
2) Memberikan sumbangan pengetahuan baru bagi pembaca dan gereja
dalam memenuhi kebutuhan pengajaran katekisasi demi meningkatkan
kualitas pelayanan dalam kehidupan bergereja.

1.7. Metodologi Penelitian


Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti dengan analisis data yang
bersifat kuantitatif atau stastistik.8 Metode yang digunakan penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti
dengan menggunakan subjek dan objek penelitian seseorang, lembaga dan
masyarakat sesuai dengan apa adanya.9

8
Prof. Dr.Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi : Mixed Methods, (Bandung:
Alfabeta, 2003) hlm. 11.
9
Handari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992) hlm. 63
8

1) Populasi dan sampel penelitian


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.10 Berdasarkan judul penelitian
yaitu pengaruh pengaruh metode appreciative inquiry dalam katekisasi sidi dan
baptis di GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X, maka subyek penelitian
ini adalah murid katekisasi GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X.
Objek dari penelitian ini adalah metode appreciative inquiry.
Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi.11 Peneliti dalam penelitian ini memilih orang-orang yang
mengetahui dan memahami permasalahan sehingga dapat dijadikan sebagai
narasumber kunci.
2) Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi
(pengamatan langsung), studi kepustakaan, angket kuestioner, dokumentasi, dan
wawancara.
3) Teknik analisis data
Untuk memproses data menjadi hasil penelitian maka penulis menggunakan
teknik deskriptif presentase, dengan data yang dikumpulkan baik dari observasi,
wawancara yang didapat dari responden dan dianalisa secara kuantitatif. Analisis
kuantitatif dijelaskan dalam bentuk presentase, kemudian ditebalkan sesuai
dengan paradigma variabel yang diteliti.

1.8. Sistematika Penelitian


Dalam penelitian ini, akan disajikan dalam 5 bab;
Bab 1 Pendahuluan
Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.

10
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2002)hlm.
52.
11
Prof. Dr. Sugiyono, Statiska Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2001) hlm . 57
9

Bab II Landasan Teori


Bab II berisi uraian pengertian metode, pengertian metode apreciative
inquiry, pengertian katekisasi sidi dan baptis, metode katekisasi, profil gereja,
kerangka berfikir dan hipotesis.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini akan menyampaikan tentang subyek dan objek penelitian, desain
penelitian, variabel penelitian, populasi, dan sampel, instrument penelitian dan
teknik analisa data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV akan menyampaikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari
penyajian data, pengolahan data dan pembahasan data.
Bab V Penutup
Bab IV berisi tentang, kesimpulan, saran, dan refleksi teologi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka ini akan dijelaskan tentang teori-teori mengenai : a)


appreciative inquiry b) katekisasi, c) tahapan menjadi anggota gereja, d) tujuan
katekisasi e) metode katekisasi, f) profil gereja, g) hipotesis, dan h) kerangka
berpikir.

2.1. Metode Appreciative Inquiry


Appreciative inquiry (AI) bermula pada tahun 1980-an, ketika David
Cooperrider, seorang mahasiswa doktoral dalam bidang “Organizational
Behavior” di Case Western Reserve University, dan mentornya, Suresh Srivasta,
sedang mengerjakan proyek perubahan organisasi bersama dengan “Cleveland
Clinic” di Cleveland, Ohio. Disitulah mereka menemukan hal-hal yang kemudian
berkembang menjadi pendekatan appreciative inquiry (AI). Pertama, mereka
menemukan bahwa pendekatan tradisional melalui diagnosis masalah dan umpan
balik menguras energi perubahan dari seluruh sistem. Makin banyak masalah
ditemukan, orang-orang makin menjadi loyo dan kehilangan semangat. Kemudian
mereka mulai saling mempersalahkan. Kedua, mereka menemukan bahwa tugas
mereka lebih berhasil kalau tidak dijalankan dengan intervensi, melainkan dengan
appreciative inquiry yakni dengan belajar, menemukan, dan mengapresiasi apa
saja yang menghidupkan sistem.12
Appreciative inquiry terdiri dari dua kata yaitu appreciative berarti menyadari
kehebatan orang-orang atau dunia di sekitar kita; menyatakan kekuatan,
kesuksesan, dan potensial di masa lalu atau masa sekarang. Inquiry artinya untuk
menanyakan, terbuka dalam melihat potensi dan kemungkinan baru.
Appreciative inquiry dapat dijelaskan melalui kata kerja “to appreciate” yang berarti
menghargai dan “to inquire” yang berarti menyelidiki, meneliti dan berusaha untuk
menemukan. Appreciative inquiry adalah suatu proses dan pendekatan pengembangan
organisasi untuk mengubah tata kelola yang tumbuh dan berkembang dari pemikiran
konstruksionis sosial dan aplikasinya pada tata kelola dan transformasi organisasional,

12
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan..., hlm.2.

10
11

merupakan pencarian kooperatif untuk menemukan apa yang terbaik pada


13
kelompok,organisasi mereka, dan dunia sekeliling mereka.
Pendekatan ini tidak terfokus pada masalah apa yang sedang dihadapi akan
tetapi pada kekuatan apa yang bisa dilihat dalam memecahkan masalah tersebut.
pendekatan ini melihat kapasitas masa lalu dan masa depan, seperti prestasi, asset,
potensial yang belum tereksplor, inovasi, kekuatan, pikiran mendalam,
kesempatan momen-momen penting, nilai kehidupan, tradisi, kemampuan
strategis, riwayat , ekspresi, kebijaksaan, dan visi dari suatu nilai dan masa depan
yang mungkin terjadi. Appreciative inquiry merupakan metode yang mengajak
masyarakat untuk melihat sisi-sisi baik yang ada untuk membawanya ke arah
yang lebih baik. Kunci dari metode ini ialah melihat sejarah terbaik yang pernah
didapat oleh seseorang atau organisasi.
Appreciative Inquiry (AI) adalah sebuah pendekatan yang menawarkan proses
untuk secara positif mengeksplorasi, secara kolektif berimajinasi, merancang, dan
melangkah ke masa depan.14 Paradigma appreciative inquiry tidak melihat
organisasi sebagai problematik. Tak ada satu organisasi pun dibuat sebagai sebuah
“masalah” melainkan sebaliknya, yakni sebagai solusi. Yang dicari adalah yang
menghidupkan dalam relasi-relasi yang sehat dengan komunitas yang luas.15
Pertanyaan-pertanyaan dalam metode ini tidak diajukan untuk menemukan
hal-hal yang negatif, melainkan untuk menguatkan kapasitas sistem yang ada
dalam memelihara, mengantisipasi, dan meningkatkan potensi yang positif. Gerak
maju berpangkal pada inti yang positif dengan agenda perubahan yang positif. AI
menghubungkan secara langsung energi dari inti yang positif dengan agenda
perubahan. Perubahan-perubahan, yang tak terpikirkan sebagai hal yang mungkin,
secara tiba-tiba dan secara demokratis digerakan.16 Yang dituju bukanlah negasi,
bukan kritik, bukan mendiagnosis penyakit, melainkan 4D.
Metode 4D tentang tangga perubahan bertahap yang menyerupai gerak
melingkar spiral, mulai dari tahap pencarian, membangun impian, merancang dan
implementasi (discovery, dream, design, destiny).
13
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan...,hlm.4
14
http://repository.upi.edu/16456/4/T_PD_1201536_Chapter1.pdf, di akses pada tanggal
16 September 2020, Pkl.19.00 Wib.
15
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan...,hlm.14
16
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan..., hlm.5.
12

Tahapan-tahapan metode AI dapat diuraikan seperti berikut;17


2.1.1. Discovery
Tahapan ini mengidentifikasi dan mengapresiasi apa yang terbaik dari
yang ada, apa yang menghidupkan dan menggerakan. Tahap ini adalah tentang
mencari, mengakui, dan memberi makna pada apa yang terbaik dimasa lalu
serta apa saja yang sekarang sudah/sedang „berjalan‟ dengan baik. Bagaimana
makna yang terbaik ini bisa diketahui. Tentunya melalui sharing dan dialog,
apresiasi individual dapat berkembang menjadi apresiasi kolektif.
2.1.2. Dream
Tahapan ini berpangkal pada hal positif yang sudah ditemukan, tahap ini
membayangkan keadaan baru yang mungkin sesuai dengan harapan-harapan
terdalam dan aspirasi-aspirasi tertinggi. Keberhasilan masa lalu digunakan
sebagai titik beranjak dalam menggambarkan suatu kondisi ideal yang
dikehendaki terjadi di masa depan atau yang menjadi mimpi bersama.
2.1.3. Design
Tahapan ini semua ikut serta mengonstrusikan arsitektur organisasional
untuk mencapai ideal yang diimpikan bersama. Melebihi visi, design,
merupakan pernyataan yang menggerakan, yang menghubungkan apa yang
telah ditemukan sebagai positif dengan apa yang diimpikan. Tentu saja masa
depan yang diinginkan harus dirancang secara visioner melalui rencana tindak
lanjut dan tahapan kerja bersama dengan cara-cara yang lebih bernas, segar
dan jitu. Melalui dialog dibangun komitmen menuju masa depan bersama.
Kunci fase ini adalah menciptakan konteks yang inklusif dan suportif untuk
konversasi (pembicaraan bersama) dan koreksi (penciptaan bersama).
2.1.4. Destiny
Tahapan ini dicapai melalui inovasi dan aksi kolektif. Semua partisipan
membangun masa depan, menciptakan apa yang seharusnya, memberdayakan,
belajar, menyesuaikan, berimprovisasi, dan membangun kapasitas.

17
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan...,hlm.5-8.
13

2.2. Apreciative Inquiry Membebaskan Daya Kekuatan18


Cooperiderr dan kawan-kawan mengadaptasikan pemikiran D. Whitney dan
A. Trosten – Bloom (2003) mengenai daya kekuatan appreciative inquiry.
Penelitian mereka menunjukan bahwa appreciative inquiry berfungsi baik dengan
melahirkan 6 kondisi pokok dalam organisasi. Melalui 6 kondisi ini, appreciative
inquiry membebaskan daya kekuatan dan potensi manusiawi yang ada. Oleh
karena itu, enam kondisi tersebut disebut dengan enam kebebasan.
1.) Free to be known in relationship. Appreciative inquiry menciptakan suatu
konteks di mana orang bebas untuk di kenal dan mengenal sebagai individu
maupun sebagai bagian dari jaringan berbagai hubungan.
2.) Free to be heard. Appreciative inquiry membuat ruang di mana orang
bebas untuk di dengar dan mendengar. Orang masuk dalam kehidupan
relasional dan didengarkan (Jawa : diwongake).
3.) Free to dream in community. Appreciative inquiry membuka peluang
untuk bebas bermimpi dalam komunitas.
4.) Free to choose to contribute. Appreciative inquiry membangun suatu
lingkungan di manA orang bebas untuk memilih kontribusi mana yang akan
diberikan. Kebebasan memilih akan membebaskan daya kekuatan menuju
keterlibatan dan kehausan untuk mempelajari apa saja demi terwujudnya tugas
yang di pilih
5.) Free to act with support. Appreciative inquiry menyediakan suatu konteks
untuk bebas bertindak dengan dukungan, yang merupakan tindakan ideal dari
interdependensi positif.
6.) Free to be positive. Appreciative inquiry membuka jalan untuk bebas
berlaku positif . Appreciative inquiry dapat mengubah wacana mematikan dan
negative thinking. Appreciative inquiry berfungsi membiarkan orang merasa
positif dan bangga akan apa yang dikerjakan.

18
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan...,hlm. 18
14

2.3. Katekisasi
2.3.1. Pengertian Katekisasi
Salah satu kurikulum gereja adalah katekisasi. Katekisasi merupakan
salah satu progam gereja yang di buat dalam bentuk pelayanan pendidikan
kristiani. Kata katekisasi atau katekese berasal dari bahasa Yunani yaitu
katekheo yang berarti menyampaikan informasi, petunjuk atau pengajar. Kata
ini sangat berhubungan dengan kata katekheis yang digunakan di dalam
kalangan gereja atau jemaat yang lebih khusus pengertiannya baik dalam
hubungan dengan pekabaran injil maupun kehidupan jemaat yaitu pengajaran
dalam kehidupan orang beriman dan percaya. Kata katekhein juga
mempunyai arti memberitakan, memberitahukan dan mengajar.19
Kata “katekisasi” juga berarti pelajaran. Istilah ini sudah lama dipakai
untuk pelajaran yang diberikan kepada siapa saja yang mau menerima dan
mengakui iman Kristen. Secara sistematis ajaran Kristen dilayankan kepada
orang yang di sebut „katekumen‟. Dengan mengikuti katekisasi mereka akan
mulai mengerti apa artinya menjadi Kristen. Di samping itu, mereka juga di
beri kesempatan untuk mendengar tentang jalan keselamatan dalam dan oleh
Yesus Kristus serta diajak mengikuti jalan itu. 20
Menurut tata gereja GKSBS, katekisasi adalah pendidikan iman
Kristiani yang dilakukan secara runtut, tertata dan terencana. Tujuan
katekisasi adalah untuk memperlengkapi anggota jemaat agar dapat
melaksanakan tugas panggilan gereja. Majelis Pimpinan Jemaat (MPJ)
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan katekisasi. Pokok-pokok Ajaran
GKSBS menjadi bahan dalam pengajaran katekisasi. Pelayanan katekisasi
menggunakan modul dan materi katekisasi yang dibuat dan diterbitkan oleh
Sinode GKSBS.21 PAG GKSBS ini memuat pokok-poko ajaran tentang
Alkitab, Allah, ciptaan manusia, keselamatan, gereja, ibadah, sakramen, sidi,
pernikahan Kristen, tradisi, akhir jaman, dan hal lainnya (seperti sunat, puasa,
kerja, dan setan). Katekisasi diberikan oleh gereja bukan terutama untuk

19
Ch L J Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru..., hlm. 5.
20
R.J Porter MA, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF Cempaka
Putih, 1990)
21
Badan Pekerja Sinode GKSBS, Tata Gereja GKSBS dan Tata Laksana Pasal, Bab III :
Katekisasi, 2015, Hlm 74.
15

memberikan pengetahuan agama Kristen yang sebanyak-banyaknya secara


ilmiah dan rasional, tetapi terutama untuk membawa orang mengenal dan
percaya kepada Tuhan Allah, kebenaran firmanNya, dan karya
penyelamatanNya di dalam Tuhan Yesus Juru Selamat. Oleh sebab itu, bagi
mereka yang ingin menjadi Kristen sepenuhnya (dengan menerima baptis
dewasa atau dengan sidi/mengakui iman percaya bagi mereka yang sudah
baptis kecil), terutama mereka harus percaya kepada Tuhan Allah, kebenaran
firmanNya dan karya penyelamatanNya di dalam Tuhan Yesus Kristus. 22
Katekisasi memiliki perbedaan dengan pelajaran agama yang diberikan
di sekolah. Pada pengajaran agama di sekolah diberikan sejumlah
pengetahuan tentang isi agama. Sedangkan katekisasi, di samping memberi
bahan pengetahuan, MPJ membimbing murid katekisasi untuk mengerti apa
artinya kepercayaan Kristen untuk mereka pribadi dan untuk kehidupan
mereka sebagai anggota jemaat dan masyarakat.23 Pada pendidikan katekisasi
gereja wajib membentangkan di hadapan mereka kebenaran dan keindahan
iman Kristen, serta menginsyafkan mereka tentang panggilan Tuhan, ialah
supaya mereka memilih Kristus sebagai satu-satunya tujuan hidup yang
24
benar. Oleh sebab itu, katekisasi merupakan titik berat dari segenap
pengajaran gereja.
Cara mengajar katekisasi pada hakikatnya mencerminkan bahwa
katekisasi tidak sama dengan “sekolah” melainkan merupakan bentuk
pengembalaan kepada calon-calon sidi. Jikalau cara mengajar itu mau
mencerminkan bahwa katekisasi adalah suatu bentuk pengembalaan, maka
MPJ memperhatikan muridnya satu persatu. MPJ dapat berperan sebagai
gembala yang harus berusaha supaya pengajarannnya bersifat percakapan
dengan murid-murid. Seorang gembala juga haruslah menjadi seorang teman
bagi mereka. Apabila kelas katekisasi bersifat pasif dapat menjadi suatu
evaluasi bagi penggembala bukan kepada calon-calon sidi.25

22
Pdt. Purwantara Rahmad, S.Th.,Katekismus Baru, (Yogyakarta,1992) hlm. 1
23
Dr. M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
hlm. 111.
24
E.G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008) hlm. 109
25
Dr. M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu?... hlm. 112.
16

Tugas dari pemimpin katekisasi menurut Abineno adalah: (1)


menyusun rencana katekisasi tahunan yang ditugaskan oleh Majelis Jemaat
kepadanya. Rencana katekisasi ini dapat memuat banyak hal: bukan saja
bahan-bahan pengajaran untuk satu tahun, tetapi juga buku-buku katekisasi
yang digunakan, metode atau cara yang di pakai, waktu yang dibutuhkan,
tujuan yang mau dicapai dan lain-lain.26 Unsur-unsur yang terkandung dalam
rencana katekisasi dimaksud oleh Abineno dapat dikategorikan sebagai
kurikulum katekisasi. Bagi sinode, penyusunan kurikulum menjadi tugas dan
tanggung jawab sinode tetapi setiap gereja berhak untuk menyusun kurikulum
sendiri menyesuaikan keadaan jemaatnya. (2) mempersiapkan katekisasi
(bahan yang hendak diajarkan kepada katekisan) dengan baik. (3) menilai
atau mengevaluasi setiap pengajaran yang diberikan. (4) mengadakan
percakapan dengan katekisan, khususnya hal-hal yang tidak dapat mereka
cerna atau sulit dipahami. (5) mengadakan pertemuan dengan para orang tua
dan Majelis Jemaat untuk membicarakan tugas mereka bersama. (6)
mengadakan kunjungan ke rumah para orangtua untuk membicarakan
keadaan anak-anak mereka yang sedang mengikuti katekisasi.27
2.3.2. Tahapan Menjadi Anggota Gereja
Anak-anak sejak lahir memang sudah menjadi milik Tuhan dan
terhisab pada Gereja Kristus. Berdasarkan kenyataan itu Tuhan memberi
perintah umat-Nya untuk membaptiskan anak-anak sebagai tanda dan materai
dari anugerah-Nya (Mat. 28:19).28 Ada hubungan erat antara baptisan anak-
anak dengan katekisasi dan peneguhan sidi. Peneguhan sidi dilaksanakan
sebagai lanjutan dari baptisan anak dan menyempurnakannya. Baptisan
merupakan tanda dan bukti bahwa seorang anak sudah masuk ke dalam
persekutuan Kristus dan sudah menjadi anggota tubuh Kristus. katekisan
26
Ch L J Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru...,Hlm. 106
27
Ch L J Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru...,Hlm. 106-118
28
Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Kutipan ini adalah perintah Yesus kepada
murid-murid_Nya, supaya mereka pergi mengabarkan Injil kepada semua bangsa. Siang-malam
murid-murid bersama Yesus, dan pada akhir tahun ketiga Ia menyuruh mereka mengajarkan
segala sesuatu yang telah mereka pelajari dari Dia. Itu bukan pekerjaan ringan, baik dari segi
materi maupun luasnya wilayah pengajaran, sebab mereka diperintahkan menjadikan semua
bangsa murid Yesus. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa tugas katekese oleh gereja
didasarkan atas perintah Yesus. Ia sendiri meletakan dasar katekese, bahkan menentukan isi dan
tujuannya.
17

merupakan orang-orang muda dalam fase perkembangannya yang paling


penting, di mana dalam usia ini mereka pada masa ini mudah di pengaruhi
sehingga kesan-kesan yang di terima mereka pada masa ini turut menetuka
sikap hidup mereka di kemudian hari. 29
Terdapat beberapa istilah tahapan untuk menjadi anggota gereja yang
utuh dalam konteks Kristen yaitu pembaptisan, katekisasi dan peneguhan
sidi. Pertama, yang harus dilakukan adalah pembaptisan yakni sebuah
upacara yang sakral yang dilaksanakan sebagai tanda bukti bahwa seseorang
sudah masuk ke dalam persekutuan dengan Kristus, mereka sudah menjadi
anggota dari Tubuh Kristus. Sehingga umat Kristen tidak dapat mengikuti
katekesasi dan peneguhan sidi di gereja apabila belum menerima baptisan.
Umumnya, seseorang sudah dianjurkan untuk di baptis pada waktu kecil,
setelah dewasa nanti melakukan pembaptisan ulang sebagai orang dewasa.
Selanjutnya yang kedua pendidikan katekisasi yaitu pengajaran agama
atau pembinaan iman yang menggunakan katekismus sebagai pedoman,
diakhiri pengakuan percaya dewasa atau sidi yang diadakan oleh pembina dan
disaksikan oleh anggota jemaat lainnya, pendidikan ini umumnya sudah
diwajibkan kepada anak sejak usia dua belas tahun. Setelah seseorang
melakukan katakesasi maka ia akan melewati tahap yang ketiga yaitu
peneguhan sidi yang tujuannya untuk menyempurnakan baptisan dan
pendidikan mereka. Setelah melaksanakan tahapan ini ia sudah dilantik
sebagai anggota gereja dalam arti penuh. Mulai saat itu ia bertanggung jawab
sendiri atas imannya, boleh ikut serta dalam perjamuan kudus dan
mempunyai hak dalam rangka pemilihan penjabat gereja.30
2.3.3 Tujuan Katekisasi
Abineno mengatakan bahwa katekisasi adalah pelayanan gereja, di
mana bukan saja dalam arti bahwa gereja yang menyelenggarakannya, tetapi
juga bahwa gereja yang bertanggungjawab atas perencanaan dan
pelaksanaanya. Tujuan katekisasi ialah bukan pertama-tama supaya anak-
anak diteguhkan menjadi anggota sidi dan dengan itu menjadi anggota penuh

29
E.G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,..., hlm. 108
30
Christian De Jonge, Apa Itu Calvinisme? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) hlm.
236.
18

dari gereja. Tujuan katekisasi sesungguhnnya ialah supaya anak-anak percaya


kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka dan
dengan itu mendapat persekutuan dengan Dia. Selain itu, katekisasi juga
bertujuan untuk membina anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka
dalam gereja dan kemudian mempertanggungjawabkan iman mereka di dalam
dunia. 31
Menurut G. Riemer tujuan katekisasi bukan untuk mempelajari satu
atau dua buku katekisasi saja. Bukan pula sekedar mengikuti dua atau tiga
tahun katekisasi sebagai syarat menerima baptisan. Tujuannya adalah agar
semua peserta belajar atau katekisan untuk hidup sebagai Kristen yang baik
dan benar. Ada perbedaan antara katekisasi anak dan katekisasi untuk orang
dewasa yang minta di baptis. Anak-anak Kristen sudah di ajar oleh orang oleh
orangtuanya mengenal Allah sebagai Bapa mereka dan Yesus Kristus sebagai
juruselamatnya. Padahal orang dewasa yang berkat pekabaran Injil datang ke
gereja untuk mina di baptis, belum memiliki pengetahuan tentang
kekristenan.
Tujuan katekisasi untuk orang dewasa yang demikian ialah mengantar
mereka kepada pengenalan Allah semesta alam, dan kepada Yesus Kristus
yang adalah Juruselamat mereka yang satu-satunya, dan supaya mereka
membuka diri untuk “dihidupi” oleh Roh Kudus. Mereka akan belajar hal
seperti berikut;
1) Bersekutu dengan Allah
2) Menjadi murid Kristus
3) Dihidupi oleh Roh Kudus
4) Menjadi orang Kristen yang hidup dalam jemaat
5) Menjadi orang Kristen yang bersaksi dalam dunia.32
Berkenaan dengan pendidikan katekesasi, yang mana inti tujuannya
ialah pengajaran mengenai jalan keselamatan yang benar dan panggilan untuk
orang Kristen dalam tugasnya untuk gereja dan masyarakat, juga untuk

31
Ch L J Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi: Pedoman Guru,...Hlm. 99-100
32
G. Riemer, Ajarlah Mereka: Kualitas Umat Kristiani Ditentukan Oleh Pembinaan
Kini, Pedoman Ilmu Katekese, (Yayasan Komunikasi Bina Kasih /OMF: JSksrts,1998 ),hlm.211-
212.
19

menghendaki calon anggota gereja agar mampu mempunyai pengetahuan


yang dalam dan luas mengenai kepercayaan dan gerejanya.33
2.3.4. Metode Pembelajaran Katekisasi
Pengertian metode dalam kamus besar bahasa indonesia didefinisikan
sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
pembelajaran adalah suatu proses untuk menuju yang lebih baik. 34 Supriyono
mendefinisikan metode pembelajaran sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas.35 Berdasarkan definisi metode pembelajaran secara
umum tersebut, peneliti menyimpulkan definisi metode pembelajaran adalah
langkah-langkah dan cara yang digunakan pengajar atau pendidik dan
disajikan dengan kekhasan dari seorang pengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Melihat Pendidikan Agama Kristen (PAK), metode penyampaian
materi secara teoritis dapat dibedakan menjadi dua metode yaitu metode
otoriter dan metode kreatif. Metode otoriter merupakan metode di mana
seorang pengajar hanya sebagai informan atau pemberi informasi kepada
murid, dan murid itu hanya tinggal diam menerima dan mendengarkan saja,
tidak boleh meragukan isi ajaran yang di anggap mutlak kebenarannya. Hal
inilah yang dinamakan Paulo Freire sebagai “narrative education” atau
“banking education36”. “Domesticating education” menyebutnya juga
sebagai “pendidikan yang menjinakan”. Sedangkan metode kreatif, metode
ini memberikan kebebasan kepada murid untuk turut berfikir, berpartisipasi
dalam proses belajar mengajar. Guru tidak sebagai peguasa tunggal yang
dituruti tanpa boleh mempertanyakan pelajaran, melainkan ia menjadi
penolong dan pendamping bagi murid. Terdapat dialaog antara murid dan

33
E.G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen...,hlm. 108.
34
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
35
Agus Supriyono, Jenis-jenis Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2009), Hlm. 1.
36
Paulo Freire, Pendidikan gaya bank atau banking education berusaha mengendalikan
pikiran dan tindakan, mengarahkan murid agar menyesuaikan diri terhadap pengajar, dan
menghalangi kemampuan kreatif seorang murid.
20

guru. Inilah yang dinamakan Paulo Freire pendidikan yang membebaskan


“liberating education” atau “problemposing education”.37
Pada umunya, gereja-gereja melaksanakan metode katekisasi secara
monologis, yaitu pengajar atau katekis menyampaikan bahan kepada
katekisan. Sebenarnya ada juga cara lain misalnya dengan cara dialogis, agar
dapat mengetahui apa yang sebenarnya di kandung dalam hati calon anggota
adalam menghayati pelbagai hal yang berkaitan dengan masalah kehidupan
ini, kendati semua pelaksanaan katekisasi itu tetap menjadi tanggungjawab
gereja.
Apapun metode yang dipakai dalam pengajaran katekisasi, sasarannya
adalah supaya pelajaran katekisasi itu pada akhirnya dipahamai oleh
katekisan dan mampu mempraktekan dalam kedudukannya selaku anggota
jemaat kelak. Dengan demikian, pelajaran katekisasi tak hanya merupakan
bahan yang di cerna secara kognitif, melainkan juga menjadi bagian hidup
38
katekisan yang dihayati secara efektif. Pada akhirnya melalui proses
katekisasi dalam kehidupan jemaat ialah hadirnya anggota-anggota jemaat
baru yang siap untuk mewujudkan persekutuan dengan penuh kasih dan
melaksanakan tugas pengutusan berupa kesaksian dan pelayanannya dengan
militan dalam ketaatan kepada pesan Tuhan Yesus.
2.3.4.1. Metode Appreciative Inquiry
Setiap kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu suatu
tuntutan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran
dapat menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
sesuai dengan isi pembelajaran tersebut. Salah satu metode yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah dengan
menggali berbagai hal yang positif, sehingga murid memiliki
kemampuan mengatur potensi untuk meraih kesuksesan atau tercapai
nya tujuan dari pembelajaran tersebut.

37
Eli Tanya, Gereja dan Pendidikan Agama Kristen: Mencermati Peranan pendagogis
Gereja, (Cipanas: STT Cipanas, 1999), Hlm. 37-38
38
Henoch, Budhiadi. 1996. Metode Katekisasi, Jurnal Pelita Zaman,Volume 11 No.1,
https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=648&res=jpz diakses 15 September 2020.
21

Menurut Piaget (dalam Ibrahim dan Nur,2000), pedagogi yang


baik harus melibatkan pemuda dengan situasi-situasi dimana pemuda
itu harus mandiri melakukan eksperimen/discovery.39 Seperti halnya
yang telah peneliti paparkan sebelumnya bahwa tahapan discovery ini
tentang mencari, mengakui, dan memberi makna pada apa yang terbaik
di masa lalu serta apa saja yang sekarang sudah/sedang „berjalan‟
dengan baik. Proses kateketis dengan metode AI melalui tahapan
discovery mengarahkan katekisan mencoba melihat sesuatu,
mengajukan sebuah pertanyaan, menemukan atau menganalisa sendiri
jawabannya, mencocokan apa yang katekisan temukan pada suatu saat
dengan apa yang di temukan oleh teman-teman katekisan lainya, dan
kemudian menbandingkan hasil temuan mereka.
Metode AI dalam katekisasi membimbing katekisan untuk
melakukan observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengarkan,
bertanya, menyimpulkan dan mengkomunikasikannya). Metode AI
diharapkan mampu melatih katekisan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah, karena kemampuan ini harus tumbuh pada situasi
belajar yang memungkinkan katekisan mengasah kesadaran akan
kemampuan dirinya mampu menghadapi setiap permasalahan materi
katekisasi yang diberikan.
Penggunaan metode AI dapat berhasil jika ada feed back atau
hubungan timbal balik yang baik antara katekis dan katekisan. Oleh
karena itu, keberhasilan metode dipengaruhi oleh komunikasi yang baik
dan positif antara katekis dan katekisan. Seorang katekis harus
berupaya sebaik mungkin memahami potensi yang dimiliki setiap
katekisan sehingga dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan memberikan kesempatan kepada katekisan untuk berfikir dan
memahami materi yang dipelajari.
Menumbuhkan pemahaman yang baik bisa dilakukan dengan
cara memberikan apresiasi terhadap katekisan dalam setiap usahanya
membangun pengetahuan, prestasi, dan menguasai materi katekisasi.
39
http://repository.upi.edu/16456/4/T_PD_1201536_Chapter1.pdf,, di akses pada tanggal
17 September 2020, Pkl. 22.31 Wib.
22

Kemampuan komunikasi yang baik membebaskan komentar,


penguatan, investigasi yang apresiatif terhadap katekisan. Selain sangat
bermanfaat membangun pemahaman dalam proses kateketis, juga pada
akhirnya membentuk suatu perubahan pada diri katekisan sesuai
dengan minat dan kemampuan masing-masing, jika sudah terjadi feed
back apresiatif antara katekis dan katekisan maka diharapkan tujuan
pembelajaran katekisasi tersebut dapat tercapai. Katekisan tidak hanya
menguasai materi, akan tetap juga secara otomatis karakter sebagai
orang beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus tercermin di
dalam kehidupan katekisan.

2.4. Profil Gereja


2.4.1. Sejarah Singkat GKSBS Batumarta
GKSBS Batumarta adalah gereja yang warga jemaatnya merupakan
jemaat pendatang atau transmigrasi. Keberadaan orang-orang Kristen di
daerah proyek transmigrasi Batumarta-Baturaja, bermula dengan adanya
progam dalam memeratakan penduduk dan kesejahteraan masyarakat yaitu
progam transmigrasi. Berdasarkan progam pemerintah tersebut, ditanggapi
dengan positif oleh salah satu pendeta yag menjadi pengurus Klasis Kediri
Jawa Timur yaitu Pdt. Suharto. Pdt. Suharto merupakan pendeta dari Gereja
Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sidorejo. Beliau kemudian merintis jalan untuk
mentransmigrasikan warga Kristen dengan menghadap Departemen
transmigrasi Kab. Kediri. Alhasil, berkat dari anugerah Tuhan usaha tersebut
di terima oleh Departemen Kab. Kediri.
Kemudian beliau memulai dengan mengumpulkan warga yang
berminat untuk transmigrasi keluar pulau Jawa dan terkumpulah beberapa
warga jemaat yang termasuk Klasis Kediri. Pada tahun 1977, beliau berhasil
memberangkatkan transmigrasi ke daerah pemukiman proyek transmigrasi
Air Sugihan dan Baturaja. Pada bulan Oktober 1977, berangkatlah 20 KK
warga jemaat Sidorejo Pare Kediri menuju daerah pemukiman baru di
Baturaja, Oku Timur, Sumatera Selatan.
23

Pada bulan Oktober 1977 warga jemaat transmigrasi tiba di daerah


pemukiman baru proyek transmigrasi Batumarta unit 11 blok F. Setibanya di
daerah ini, Bapak Sutowiryo segera menyerahkan Atestasi ke wilayah Klasis
Bltag Buay Madang. Selanjutnya, penggembalaan warga baru tersebut oleh
Klasis Buay Madang diserahkan pada jemaat Mudo Sentoso yang langsung
ditangani oleh pendeta jemaat Mudo Sentoso yaitu Bp. Pdt. Kuncoro
Hadiprayitno.40
Mendengar cerita sejarah Gereja dari para tua-tua gereja yang
menceritakan bahwa GKSBS Batumarta adalah Gereja yang jemaatnya
merupakan jemaat pendatang atau transmigrasi. Keberadaan jemaat di daerah
pemukiman Batumarta ini adalah jemaat Transmigrasi dari pulau Jawa pada
tahun 1977. Pada saat pertama kali mereka sampai di Batumarta belum
menemui gereja di setiap wilayahnya jadi mereka melakukan ibadah di
rumah-rumah jemaat secara bergantian dengan dilayani oleh seorang pendeta
konsulen yang diutus oleh MPK (Majelis Pekerja Klasis) Blitang Buay
Madang yakni Pdt. Kuncoro Hadiprayitno. Kemudian singkat cerita setelah
mengalami pertumbuhan kuantitas dan kuallitas gereja yang hidup dan sangat
pesat mereka mulai mendirikan tempat-tempat ibadah di setiap wilayahnya
yang kemudian tumbuh mejadi gereja yang tumbuh besar dalam iman dan
persekutuan „GKSBS Batumarta‟41
2.4.2. GKSBS Batumarta Timur
Pada awalnya Gereja GKSBS Batumarta ini memiliki 11 wilayah
gereja di Batumarta yang memiliki warga jemaat 281 KK (Kepala Keluarga)
dan dalam penggembalaan dua pendeta yaitu Pdt. Selvi Birodoko, S.Th dan
Pdt. Deny Davidson Talan, S.Th. Sebelas wilayah gereja ini diantaranya
ialah GKSBS Batumarta wilayah G.2, GKSBS Batumarta Tegal Arum,
GKSBS Batumarta F.2, GKSBS Batumarta D.3, GKSBS Batumarta A.5,
GKSBS Batumarta E.5, GKSBS Batumarta Wuryorejo F.6, GKSBS

40
Uraian singkat sejarah gereja GKSBS Batumarta. Sejarah ini hanya ditulis dalam
bentuk lembaran kertas yang terdiri dari dua halaman dan tidak diketahui penulisnya. Lembaran
ini didapatkan peneliti dari salah satu majelis GKSBS Batumarta Timur. Beliau mengutarakan
bahwa lembaran ini adalah arsip berharga peninggalan tua-tua gereja pada waktu gereja GKSBS
Batumarta di rintis.
41
Hasil wawancara dengan para tua-tua gereja pada saat melaksanakan tugas pelayanan
Pra Stage di GKSBS Batumarta dan GKSBS Btumarta Timur pada Juni-Juli 2019.
24

Batumarta I.6, GKSBS Batumarta GKSBS 8, Batumarta 9 Suka Damai , dan


GKSBS Batumarta 10.
Karena semakin banyaknya kebutuhan pelayanan dan lain hal, tahap
demi tahap gereja GKSBS Batumarta mulai mendewasakan dan membagi
wilayah pelayanan. Pada tanggal 01 Juni 2018 diantara 11 wilayah GKSBS
Batumarta terdapat 4 wilayah Gereja yaitu GKSBS Batumarta wilayah G.2,
GKSBS Batumarta Tegal Arum, GKSBS Batumarta F.2 dan GKSBS
Batumarta D.3 yang mendewasakan diri dan menjadi Gereja GKSBS Betania
Oku. GKSBS Batumarta memiliki 4 wilayah gereja diantaranya adalah
GKSBS Batumarta A.5, GKSBS Batumarta E.5, GKSBS Batumarta
Wuryorejo F.6 dan GKSBS Batumarta I.
Setelah melalui proses pendewasaan wilayah gereja, pada tanggal 26
Juni 2019 terdapat 3 wilayah gereja yaitu GKSBS Batumarta GKSBS 8,
Batumarta 9 Suka Damai , dan GKSBS Batumarta 10 mendewasakan diri dan
menjadi Gereja GKSBS Batumarta Timur. Pada saat ini GKSBS Batumarta di
gembalakan oleh Pdt. Selvi Birodoko, S.Th., GKSBS Betania OKU
digembalakan oleh pendeta konsulen yaitu Pdt. Selvi Birodoko, S.Th., dan
GKSBS Batumarta Timur digembalakan oleh Pdt. Deny Davidson Talan,
S.Th,.
2.4.3. Profil GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta

Gambar 1 GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X


Sumber : Foto di ambil pada tanggal 8 Desember 2020 Pkl. 17.08 wib
25

GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X merupakan alamat


secretariat gereja dan pusat kegiatan GKSBS Batumarta Timur. Tempat
pastori pendeta GKSBS Batumarta Timur terletak di sebelah gedung gereja
GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X. Gereja ini memiliki jumlah
warga jemaat yaitu 80 Kepala Keluarga atau 200 Jiwa. Gereja GKSBS
Batumarta Timur wilayah Batumarta X memiliki satu pendeta yaitu Pdt.
Deny Davidson Talan, S.Th dan 12 majelis yang terdiri dari penatua dan
diaken.
Lingkungan gereja ini terletak di daerah perdesaan jauh dari daerah
perkotaan. Gereja ini terletak di Dusun V, Batumarta X, Kec. Madang Suku
III, Kab. Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan. Lingkungan di desa ini
dikelilingi perkebunan karet. Sehingga, mayoritas pekerjaan warga jemaat
adalah sebagai seorang petani karet. Namun, tidak hanya bekerja sebagai
petani karet bahkan beberapa warga jemaat juga ada yang bekerja sebagai
guru, bidan, dan wiraswasta. Kehidupan warga jemaat juga kental dengan
hidup saling berelasi dan membaur dengan masyarakat sekitar. Tidak ada
kesan fanatisme dari lingkungan masyarakat karena hubungan antar gereja
dan lingkungan masyarakat sekitar cukup baik.

2.5. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik dengan data.42
Oleh sebab itu, hipotesis yang diajukan oleh penelitian ini adalah:
1) H0 = Tidak Ada Pengaruh Positif Metode Appreciative Inquiry dalam
Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa di GKSBS Batumarta Timur Wilayah
Batumarta X.
42
Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.96.
26

2) Ha = Ada Pengaruh Positif Metode Appreciative Inquiry dalam Katekisasi


Sidi dan Baptis Dewasa di GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta
X.

2.6. Kerangka Berfikir

Metode Appreciative
Inquiry (AI) Katekisasi

Sidi/Baptis Dewasa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis.
Sugiyono menyatakan bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.43
Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metodde penelitian
merupakan langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian.
Menguasai metode penelitian bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah
penelitian, namun juga dapat mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif deskriptif atau stastistik deskriptif. Penelitian stastistik
deskriptif adalah stastistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum.44 Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
metode appreciative inquiry dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS
Batumarta Timur wilayah Batumarta X.

3.2. Rancangan Penelitian


Guna mempermudah menyusun skripsi ini, penelitian dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
1) Menetapkan kerangka penelitian dengan segenap permasalahan dan
hipotesisnya,

43
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), Hlm.6.
44
Prof. Dr. Sugiyono, Stastika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), Hlm. 29.

27
28

2) Menentukan dan menyusun instrumen-instrumen yang diperlukan yakni


instrumen tes dari daftar pertanyaan, norma penilaian, tabel penilaian, dan
lain-lain,
3) Melaksanakan uji coba instrument tes, menganalisis, dan merevisi sebelum
digunakan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan,
4) Melaksanakan kajian secara teoritis tentang permasalahan yang
disampaikan dalam penelitian,
5) Melaksanakan penelitian dengan menyampaikan instrumen tes,
mengambil data yang relevan dengan masalah penelitian
6) Melakukan analisis data dengan melakukan verifikasi dan tabulasi data
yang diperoleh di lapangan,
7) Membuat kesimpulan, saran, dan pendapat ditujukan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan,
8) Menyusun dan melaporkan hasil penelitian dan disampaikan kepada
Dewan Penguji Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK)
Marturia Yoyakarta,
9) Menyampaikan presentasi hasil penelitian dihadapan Dewan Penguji
Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia Yoyakarta,
10) Menerbitkan dan menggandakan hasil penelitian setelah dinyatakan lulus
oleh dewan Skripsi di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Marturia
Yoyakarta.

3.3. Definisi Variabel Penelitian


3.3.1. Metode Appreciative Inquiry45
Berdasarkan teori yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa
metode ini memiliki 4 pilar yang menjadi kunci utama yaitu sebagai berikut;
3.3.1.1. Discovery
Tahap ini adalah tentang mencari, mengakui, dan memberi
makna pada apa yang terbaik dimasa lalu serta apa saja yang sekarang
sudah atau sedang „berjalan‟ dengan baik melalui sharing dan dialog.
Berdasarkan dialog dan sharing, katekisan dapat menemukan sebuah

45
J.B. Banawiratma, Pemberdayaan Diri Jemaat Dan...,Hlm.5
29

makna yang dapat membangun pengetahuan baru bagi mereka.


Appreciative inquiry mampu membuat katekisan percaya diri untuk
melakukan tindakan positif, karena apapun tindakannya akan di lihat
sebagai kelebihan dan keberaniannya.
3.3.1.2. Dream
Berdasarkan makna yang katekisan temukan dalam tahapan
discovery, katekisan diajak untuk membayangkan kemungkinan-
kemungkinan positif yang terjadi di masa depan melalui pengalaman
baik yang pernah dialami katekisan dalam kehidupan sehari-hari.
Katekisan di latih untuk selalu optimis serta memandang segala sesuatu
dari sisi positif tanpa mengabaikan kelemahan yang dimiliki untuk
dikembangkan ke arah yang lebih baik dalam meraih kesuksesan
dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.
3.3.1.3. Design
Design merupakan pernyataan yang menggerakkan, yang
menghubungkan apa yang telah ditemukan sebagai positif dengan apa
yang diimpikan. Katekis mengarahkan katekisan untuk
memprioritaskan pengalaman-pengalaman baik. Berdasarkan makna
baru yang katekisan temukan, mereka dapat merencanakan pengalaman
baik untuk diterapkan di masa depan. Katekisan mampu melahirkan visi
baru dan merefleksikan tujuan yang ingin diraih berdasarkan
kemampuan kognitif yang dimiliki.
3.3.1.4. Destiny
Tahapan ini dicapai melalui inovasi dan aksi kolektif. Semua
partisipan membangun masa depan, menciptakan apa yang seharusnya,
memberdayakan, belajar, menyesuaikan, berimprovisasi, dan
membangun kapasitas. Berdasarkan tahapan ini, katekisan mulai
beraksi atau melakukan hal-hal yang mendukung terjadinya perubahan
dan hasil yang diinginkan. Mengidentifikasi bagaimana energi dan
semangat untuk belajar katekisasi tetap terjaga. Komitmen dan
kemauan untuk membangun pengalaman baik harus tetap ada dalam
diri katekisan.
30

3.3.2. Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa


Pandangan secara khusus terhadap pelayanan katekisasi yakni sebagai
sebuah proses pembimbingan dan pengajaran kepada peserta katekisasi
untuk mempersiapkan mereka menjadi anggota gereja yang memahami dan
melaksanakan tugas panggilannya kehidupan secara utuh. Keberhasilan
Katekisasi dalam penelitian ini di klasifikasikan sebagai berikut; ketekunan,
ketertarikan, keaktifan, penghargaan, dan dorongan.

3.4. Subjek Penelitian


3.4.1. Populasi Penelitian
Sugiyono mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu.46
Dengan demikian maka, populasi katekisan di GKSBS Batumarta
Timur Wilayah Batumarta X, sebanyak 15 katekisan. Data populasi katekisasi
diuraikan sebagai berikut;

46
Prof. Dr. Sugiyono, Stastika Untuk Penelitian,...,Hlm. 61.
31

Tabel 1
Data Populasi Katekisan GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta
X Tahun 2020
No Nama Usia (Th)
1 Anang Hermanto 17
2 Aprillia Yustika Dewi 17
3 Bagas Putro Raharjo 18
4 Diki Mariyanto 17
5 Dina Kristiani 16
6 Dwi Maria 17
7 Galuh Kurniawan 20
8 Kensya Selvin Natalia 16
9 Kristian Pratama 22
10 Oktoresa Tambunan 20
11 Pio Kristina 16
12 Rut Sela Natalia 16
13 Rimbo Beni Saputra 20
14 Setya Paulus 25
15 Sutopo 16
Sumber: Dokumen GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X
3.4.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi.47 Sampel dari penelitian ini berdasarkan dari seluruh
populasi yang ada.

3.5. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.48 Dengan demikian,
penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Instrumen penelitian
47
Prof. Dr. Sugiyono, Stastika Untuk Penelitian,..., Hlm. 62.
48
Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014) Hlm. 102
32

yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuisoner yang dibuat
sendiri oleh peneliti. Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu: instrumen penilaian metode appreciative inquiry dan instrumen katekisasi
sidi dan baptis. Penelitian ini menggunakan jenis instrumen angket atau kuisoner
dengan pemberian skor sebagai berikut;
1) SS : Sangat Setuju Diberi skor 5
2) S : Setuju Diberi skor 4
3) RG: Ragu-ragu Diberi skor 3
4) TS : Tidak Setuju Diberi skor 2
5) ST : Sangat Tidak Setuju Diberi skor 1
Agar mendapatkan sebuah hasil penelitian yang memuaskan, peneliti
menyusun rancangan kisi-kisi instrumen penelitian. Arikunto menyatakan bahwa
kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang
disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi
bertujuan untuk menunjukan keterkaitan antara variabel yang diteliti dengan
sumber data atau teori yang diambil.49 Penelitian ini akan memberi penjelasan dari
setiap variabel yang ada, selanjutnya menentukan indikator yang diukur, hingga
menjadi item pernyataan.
3.5.1. Kisi-kisi variabel metode appreciative inquiry
Dalam penelitian ini indikator metode appreciative inquiry terdiri atas:
Tabel 2
Kisi-kisi Angket Variabel Appreciative Inquiry
No Variabel Kategori Keterangan Jumlah No.
Butir Butir
Item
1 Metode Discovery Memberikan apresiasi 2 1,2
Appreciati terhadap katekisan
ve Inquiry dalam setiap usahanya
dalam membangun
pengetahuan

49
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), Hlm. 162.
33

Memfasilitasi katekisan 1 3
untuk lebih mandiri
melakukan eksperimen
Mengarahkan katekisan 2 4,5
mengidentifikasi atau
mencari sebuah makna
melalui sharing dan
dialog
Memberikan 4 6,7,8,
kesempatan kepada 9,
katekisan untuk berfikir
dan memahami materi
yang dipelajari
Menumbuhkan rasa 2 10,11
percaya diri katekisan
untuk melakukan
tindakan positif, karena
apapun tindakannya
akan di lihat sebagai
kelebihan dan
keberaniannya
Dream Katekisan diajak untuk 2 12,13
membayangkan
kemungkinan-
kemungkinan positif
yang mungkin terjadi di
masa depan melalui
pengalaman baik yang
pernah dialami
katekisan dalam
kehidupan sehari-hari.
34

Katekisan di latih untuk 1 14


selalu optimis serta
memandang segala
sesuatu dari sisi positif
Design Katekis mengarahkan 1 15
katekisan untuk
memprioritaskan
pengalaman-
pengalaman baik
Merencanakan 1 16
pengalaman baik untuk
diterapkan di masa
depan
Katekisan mampu 1 17
melahirkan visi baru
dan merefleksikan
tujuan yang ingin diraih
berdasarkan
kemampuan kognitif
yang dimiliki
Destiny Menciptakan suasana 2 18,19
belajar yang
menyenangkan
Membangun energi dan 2 20,21
semangat katekisan
untuk belajar katekisasi
Mendorong katekisan 3 22,
untuk melakukan aksi 23,24
positif yang nyata
dalam kehidupan
sehari-hari
35

Membimbing katekisan 1 25
untuk berkomitmen

Jumlah 25

3.5.2. Kisi-kisi Katekisasi Sidi dan Baptis


Dalam penelitian ini, indikator katekisasi sidi dan baptis terdiri atas;
Tabel 3
Kisi-kisi Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa
No Variabel Kategori Keterangan Jumlah No.
Butir Butir
Item
1 Katekisasi Tekun Katekisasi 2 1,2
Sidi dan memotivasi
Baptis ketekunan katekisan
Ketertarikan Katekisasi 3 3,4,5
menumbuhkan
ketertarikan
katekisan untuk
berpartisipasi
(membaca,
mendengarkan,
mencari,
mempertanyakan
dan menemukan
jawaban)
Penghargaan Memberikan 3 6,7,8
penghargaan atau
apresiasi dalam
membangun
semangat katekisan
36

Mengaktifkan Menggerakan proses 6 9,10,1


pembelajaran 1,12,1
3,14
Dorongan Mendorong 6 15,16,
katekisan melakukan 17,18,
pengalaman baik 19,20
JUMLAH 20

3.6. Tehnik Pengumpulan Data


Pengumulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1. Metode Kuisoner
Kuisoner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisoner merupakan tehnik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuisoner dapa
berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberkan
kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.50
Metode angket atau kuesioner telah dilengkapi dengan alternatif
jawaban sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang telah
disediakan dan menjawabnya sesuai dengan keadaannya dirinya. Penskoran
instrumen dibuat dengan menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif
jawaban. Skala linkert merupakan skala yang digunakan untuk mengkukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.
3.6.2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Tehnik pengumpulan data dengan dokumentasi ini digunakan untuk

50
Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,...,Hlm. 142.
37

mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen, dalam


penelitian, fungsi data berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan
sebagai data pendukung dan pelengkap data bagi primer yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara. 51
Dokumen dijadikan sebagai data untuk membuktikan penelitian,
karena dokumen merupakan sumber yang stabil, dapat berguna sebagi bukti
untuk pengujian, mempunyai sifat yang alamiah, tidak reaktif, sehingga
mudah ditemukan dengan teknik kajian isi, hal ini bisa memperluas
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Data yang dimaksud adalah
berupa arsip, foto kegiatan, buku-buku, makalah, presensi, dan dokumen yang
ada.
3.6.3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
52
telepon. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan melalui komunikasi
jaringan telepon atau via WhatsApp.

3.7. Teknik Analisis Data


3.7.1. Deskripsi Data
Analisis data bertujuan untuk menggambarkan keadaan masing-
masing variabel. Dari data yang diperoleh dideskripsikan dengan membuat
tabulasi untuk tiap-tiap variabel. Selanjutnya akan disajikan data dari masing-
masing variabel berikut:
a) Mencari rentang variabel dengan tabel distribusi berkelas (bergolong)

51
Widoyoko, S. Eko Putro, Teknik Penyusunan Penelitian , (Yogyakarta: Pelajar, 2012),
Hlm.33-34.
52
Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,...,Hlm. 137-
138.
38

b) Mencari tedensi sentral yang terdiri dari : mean, modus, median, dan
standar deviasi
c) Mencari kedudukan masing-masing variabel
d) Mencari histogram distribusi frekuensi bergolong
Untuk mengetahui pengaruh metode appreciative inquiry dalam
katekisasi sidi dan baptis digunakan skor rerata ideal (Mi) dan simpangan
baku (SBi). Penentuan tingkat kecendrungan dibagi ke dalam empat kategori
sebagai berikut;
>Mi + 1,5 SBi = sedang
Mi < s.d ≤ (Mi + 1,5 SBi) = cukup
(Mi – 1,5 SBi) < s.d ≤ Mi = kurang
≤ (Mi – 1,5 SBi) = rendah
Interval kategori variabel didasarkan pada skor tertinggi dan skor
terendah dari variabel, kemudian dicari skor rerata ideal (Mi) dan skor
simpangan baku (SBi)
Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
Sbi = 1/6 (skor teringgi + skor terendah)

3.7.2. Uji Persyaratan Analisis


Sebelum melakukan analisis data statistik, terlebih dahulu dilakukan
uji persyaratan terhadap data yang telah didapatkan. Persyaratan-persyaratan
itu adalah uji normalitas sebaran variabel.
3.7.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
distribusi data dari variabel penelitian mengikuti ciri-ciri
distribusi normal secara teoritis atau tidak. Apabila hasil uji
normalitas ternyata normal, maka hasil perhitungan statistik
dapat digeneralisasikan pada populasi.
Uji normalitas dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan bantuan komputer melalui progam SPSS-20.
Singgih Santoso (2000) SPSS Mengolah Data Statistik
Secara Profesional, mengemukakan dalam uji normalitas
39

dapat digunakan uji Komororov-Smirnov, kriterianya adalah


signifikasi untuk dua sisi hasil perhitungan lebih besar dari
5% (jika p > 0,05) maka sebaran variabelnya normal.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data


Penelitian ini menggunakan metode kuantitantif deskriptif, sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah murid katekisasi di GKSBS Batumarta timur
wilayah Batumarta X, melalui instrumen penelitian angket metode appreciative
inquiry dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa.
Pada saat data untuk melakukan penelitian telah terkumpul, selanjutnya
dilakukan pembuatan instrumen penelitian berupa kuisoner. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian, menyusun
instrumen penelitian berupa kuisoner yang lalu disampaikan kepada responden.
Responden dipercaya untuk mmberikan penilaian pada instrumen penelitian ini
berjumlah 15 responden yang berasal dari seluruh populasi penelitian yang ada.
Kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas instrumen, untuk mengetahui
apakah data yang dipakai valid atau tidak.
Pekerjaan terakhir adalah perhitungan stastistik dan pelaporan hasil. Dari
hasil angket yang telah diperoleh dari responden kemudian ditabulasi ke dalam
tabel yang mendeskripsikan semua nilai dan jumlah dari data respon. Tabulasi
data ini dibuat untuk mempermudah perhitungan statistik berikutnya, yaitu guna
mengetahui nilai kecendrungan. Selanjutnya, hasil perhitungan yang telah
dianalisis dituangkan dalam hasil pembahasan penelitian.
4.1.1. Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen merupakan bagian penting dalam penelitian.
Dengan instrumen yang valid dan reliable dalam pengumpulan data,
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realiable. Instrumen yang
telah teruji validitas dan realibitasnya akan menjadi penentu syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.
4.1.1.1. Uji Validitas
Validitas menurut Arikunto (2002) adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kesasihan suatu instrumen penelitian. Suatu
instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya

40
41

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.


Metode yang dipakai peneliti untuk menguji validitas data adalah
menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation. Uji validitas
dengan metode Corrected Item-Total Correlation dengan cara
mengkorelasikan skor masing-masing skor item dan melakukan koreksi
terhadap efek spurious overlap (nilai koefisien korelasi overestimasi).53
Berikut akan diuraikan hasil analisis uji validitas data;

53
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, (Yogyakarta :
Mediakom, 2013), Hlm.19-25.
42

Tabel 4
Hasil Uji Validitas Variabel Metode Appreciative Inquiry (X)
dengan Teknik Corrected Item-Total Correlation
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
item1 219,53 163,410 ,563 ,709
item2 219,60 165,543 ,270 ,714
item3 219,67 158,952 ,681 ,701
item4 219,47 165,124 ,462 ,712
item5 219,80 163,886 ,458 ,710
item6 219,93 157,067 ,825 ,697
item7 220,00 158,143 ,569 ,701
item8 220,40 157,686 ,565 ,700
item9 219,87 155,695 ,669 ,696
item10 220,40 160,400 ,492 ,705
item11 220,07 175,781 -,396 ,733
item12 219,93 172,067 -,164 ,726
item13 219,40 167,114 ,327 ,716
item14 219,53 168,552 ,122 ,719
item15 219,47 163,981 ,571 ,710
item16 219,80 162,029 ,477 ,707
item17 219,60 165,114 ,387 ,713
item18 219,80 166,457 ,096 ,721
item19 219,67 162,810 ,552 ,708
item20 219,53 159,552 ,687 ,702
item21 219,53 170,552 -,046 ,723
item22 220,07 168,067 ,052 ,722
item23 219,93 161,924 ,503 ,707
item24 220,00 162,714 ,472 ,708
item25 219,53 162,267 ,663 ,707
skortotal 112,13 42,552 1,000 ,800

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan metode Corrected


Item-Total Correlation diatas terdapat output dari variabel metode
appreciative inquiry (X). Dari output tersebut dapat diketahui nilai
43

korelasi antara tiap item dengan skor total item yang sudah dikoreksi.
Nilai korelasi ini dibandingkan dengan r tabel. Apabila r hitung lebih
besar dari r tabel (r hitung > r tabel ) dan r nilai positif, maka item
pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan sebaliknya apabila (r
hitung < r tabel) maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Dari hasil uji validasi diatas, r tabel dicari pada signifikasi
0,05% yang ditunjukan pada tabel sebesar 0,514. Dengan demikian,
berikut dapat disampaikan hasil uji validasi dengan 15 responden
(N=15);
44

Tabel 5
Uji Validitas Data Variabel Metode Appreciative Inquiiry (X)
No Item r Hitung r Tabel Keterangan
Pernyataan
Item1 0,563 0,514 Valid
Item2 0,270 0,514 Tidak Valid
Item3 0,681 0,514 Valid
Item4 0,462 0,514 Tidak Valid
Item5 0,458 0,514 Tidak Valid
Item6 0,825 0,514 Valid
Item7 0,569 0,514 Valid
Item8 0,565 0,514 Valid
Item9 0,669 0,514 Valid
Item10 0,492 0,514 Valid
Item11 -0,396 0,514 Tidak Valid
Item12 -0,164 0,514 Tidak Valid
Item13 0,327 0,514 Tidak Valid
Item14 0,122 0,514 Tidak Valid
Item15 0,571 0,514 Valid
Item16 0,477 0,514 Tidak Valid
Item17 0,387 0,514 Valid
Item18 0,096 0,514 Tidak Valid
Item19 0,552 0,514 Valid
Item20 0,687 0,514 Valid
Item21 -0,046 0,514 Tidak Valid
Item22 0,052 0,514 Tidak Valid
Item23 0,503 0,514 Valid
Item24 0,472 0,514 Valid
Item25 0,663 0,514 Valid
45

Tabel 6
Hasil Uji Validitas Variabel Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa (Y)
dengan Teknik Corrected Item-Total Correlation
Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
item1 166,53 124,695 ,310 ,670
item2 167,00 119,857 ,449 ,657
item3 167,47 118,410 ,541 ,653
item4 166,87 122,124 ,372 ,663
item5 167,33 125,238 ,091 ,673
item6 166,93 121,924 ,382 ,663
item7 167,27 113,781 ,737 ,638
item8 166,73 122,495 ,380 ,664
item9 166,93 119,638 ,303 ,660
item10 167,20 114,600 ,536 ,644
item11 167,47 121,838 ,137 ,671
item12 168,73 125,210 -,015 ,686
item13 167,27 124,067 ,038 ,680
item14 167,53 122,695 ,109 ,673
item15 167,13 121,981 ,307 ,664
item16 167,27 113,067 ,499 ,642
item17 167,07 114,638 ,569 ,643
item18 167,27 123,067 ,143 ,670
item19 166,47 126,552 ,000 ,675
item20 167,13 122,410 ,226 ,666
skortota
85,73 31,638 1,000 ,594
l

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan metode Corrected


Item-Total Correlation diatas terdapat output dari variabel katekisasi
46

sidi dan baptis dewasa (y). Dari output tersebut dapat diketahui nilai
korelasi antara tiap item dengan skor total item yang sudah dikoreksi.
Nilai korelasi ini dibandingkan dengan r tabel. Apabila r hitung lebih
besar dari r tabel (r hitung > r tabel ) dan r nilai positif, maka item
pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan sebaliknya apabila (r
hitung < r tabel) maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Dari hasil uji validasi diatas, r tabel dicari pada signifikasi
0,05% yang ditunjukan pada tabel sebesar 0,514. Dengan demikian,
berikut dapat disampaikan hasil uji validasi dengan 15 responden
(N=15);
47

Tabel 7
Uji Validitas Data Variabel Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa (Y)
No Item Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan
Item1 0,310 0,514 Tidak Valid
Item2 0,449 0,514 Tidak Valid
Item3 0,541 0,514 Valid
Item4 0,372 0,514 Tidak Valid
Item5 0,091 0,514 Tidak Valid
Item6 0,382 0,514 Tidak Valid
Item7 0,737 0,514 Valid
Item8 0,380 0,514 Tidak Valid
Item9 0,303 0,514 Tidak Valid
Item10 0,536 0,514 Valid
Item11 0,137 0,514 Tidak Valid
Item12 -0,015 0,514 Tidak Valid
Item13 0,038 0,514 Tidak Valid
Item14 0,109 0,514 Tidak Valid
Item15 0,307 0,514 Tidak Valid
Item16 0,499 0,514 Tidak Valid
Item17 0,569 0,514 Valid
Item18 0,143 0,514 Tidak Valid
Item19 0,000 0,514 Tidak Valid
Item20 0,226 0,514 Tidak Valid
4.1.1.2. Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam
mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
menunjukan hasl yang sama. Jadi alat yang reliabel secara konsisten
memberi hasi ukuran yang sama. Metode uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan Cronbach‟s Alpha.
Menurut Uma Sekaran, pengambilan keputusan untuk uji
reliabilitas sebagai berikut;
1) Cronbach‟s Alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
48

2) Cronbach‟s Alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima


3) Cronbach‟s Alpha 0,8 = reliabilitas baik
Sedangkan menurut Nunnally seperti yang dikutip oleh Imam
Ghazali(2005), alat ukur dapat dikatakan reliabel jika nilai
reliabilitasnya > 0,600, di mana 0,600 adalah standarisasi nilai reanilitas
menurut pernyataan Nunnally.54 Berikut adalah hasil uji reliabilitas
variabel metode appreciative inquiry (x) dan variabel katekisasi sidi
dan baptis (y);
1) Reliability variabel metode appreciative inquiry (x)

Scale: ALL VARIABLES


Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Valid 15 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 15 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti ditujukan pada tabel 8
diatas dapat disampaikan bahwa seluruh sumber data adalah valid tanpa
ada yang dikeluarkan atau excluded karena seluruh variabe pada data
berada dalam produser atau aturan yang ada pada SPSS.
Tabel 9
Hasil Uji Cronbach’s Alpha
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,883 14

54
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.30.
49

Berdasarkan hasil output data seperti tersebut pada tabel 9


menunjukan bahwa dengan 14 items pernyataan (11 item tidak
digunakan), angka Cronbach‟s Alpha adalah 0,883 > 0,600 maka
dengan demikian dapat dikatakan bahwa reliabilitas diterima. Karena
nilai diatas 0,600 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam
penelitian ini reliabel.
50

Tabel 10
Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
item1 4,73 ,458 15
item3 4,60 ,632 15
item6 4,33 ,617 15
item7 4,27 ,799 15
item8 3,87 ,834 15
item9 4,40 ,828 15
item10 3,87 ,743 15
item15 4,80 ,414 15
item17 4,67 ,488 15
item19 4,60 ,507 15
item20 4,73 ,594 15
item23 4,33 ,617 15
item24 4,27 ,594 15
item25 4,73 ,458 15

Berdasarkan hasil ouput data pada tabel 10 di atas adalah item


pernyataan yang digunakan untuk menganilis data selanjutnya.
51

2) Reliability Variabel Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa (y)

Scale: ALL VARIABLES


Tabel 11
Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Valid 15 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 15 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti ditujukan pada tabel


11 diatas dapat disampaikan bahwa seluruh sumber data adalah valid
tanpa ada yang dikeluarkan atau excluded karena seluruh variabel pada
data berada dalam produser atau aturan yang ada pada SPSS.

Tabel 12
Hasil Uji Cronbach’s Alpha
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,813 4

Berdasarkan hasil output data seperti tersebut pada tabel 12


menunjukan bahwa dengan 4 items pernyataan (16 item tidak
digunakan), angka Cronbach‟s Alpha adalah 0,813 > 0,600 maka
dengan demikian dapat dikatakan bahwa reliabilitas diterima atau
dipercaya. Karena nilai diatas 0,600 maka dapat disimpulkan bahwa
alat ukur dalamm penelitian ini reliabel.
52

Tabel 13
Item Statistics
Mean Std. N
Deviation
item3 4,00 ,655 15
item7 4,20 ,775 15
item10 4,27 ,961 15
item17 4,40 ,910 15

Berdasarkan hasil ouput data pada tabel 13 di atas adalah item


pernyataan yang digunakan untuk menganilis data selanjutnya.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diatas didapat dua output dari


yang pertama adala variabel metode appreciative inquiry (x) dan
variabel katekisasi sidi dan baptis dewasa (y). Dari output tersebut
dapat diketahuii nilai reliabilitas Cronbach‟s Alpha tiap variabel. Untuk
variabel metode appreciative inquiry (x) nilai cronbach‟s alpha sebesar
0,883 dan untuk variabel katekisasi sidi dan baptis dewasa (y) sebesar
0,813. Karena nilai kedua variabel tersebut diatas 0,600, maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel dan diterima.

4.2. Uji Persyaratan Analisis


Sebelum melakukan analisis data statistik, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan terhadap data yang telah didapatkan. Uji persyaratan akan dibahas
dalam uji normallitas data dan uji linieritassebagai berikut;
4.2.1. Uji Normalitas Data
Pengujian pengaruh metode appreciative inquiry dalam katekisasi sidi
dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta X
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Sebelum
dilakukan analisis regresi linier sederhana terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi regresi linier sederhana yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Test dengan cara mengukur jika nilai
53

yang di hasilkan kurang dari 0,05 maka persebarannya dianggap tidak normal
sebaliknya jika hasil yang didapat lebih dari 0,05 maka dinyatakan
persebarannya normal, 55 dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 14
Uji Normalitas Menggunakan Kolomogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Appreciat Katekisas
ive i
Inquiry Sidi/Bapt
(X) is
Dewasa
(Y)
N 15 15
Mean 112,13 85,73
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 6,523 5,625
Absolute ,231 ,159
Most Extreme
Positive ,114 ,147
Differences
Negative -,231 -,159
Kolmogorov-Smirnov Z ,895 ,615
Asymp. Sig. (2-tailed) ,400 ,844
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan output tabel 14 diatas, didapatkan nilai signifikansi pada


tabel 14 (Asymp. Sig. (2-tailed)) untuk variabel metode appreciative inquiry
(x) sebesar 0,400 dan untuk variabel katekisasi sidi dan baptis dewasa (y)
sebesar 0,844. Karena signifikansi untuk kedua variabel lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel tersebut
dinyatakan normal.

55
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.34
54

4.2.2. Uji Linieritas


Penelitian ini harus ada pengujian linieritas yang bertujuan untuk
mengetahui variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan linier
atau tidak mempunyai hubungan, dengan cara mencari tau nilai sig.
Devination from linearity dari variabel X dan variabel Y. Jika nilai sig > 0,05
maka bisa dinyatakan kedua variabel tersebut mempunyai hubungan
sebaliknya jika nilai didapat < 0,05 maka berarti kedua variabel tersebut tidak
linier.56 Hasil dari perhitungan uji linieritas dari penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 15
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combine
363,267 10 36,327 1,824 ,295
d)
Katekisasi
Between Linearity 177,885 1 177,885 8,931 ,040
Sidi/Baptis
Groups Deviation
(Y) *
from 185,382 9 20,598 1,034 ,529
Appreciative
Linearity
Inquiry (X)
Within Groups 79,667 4 19,917
Total 442,933 14
Berdasarkan hasil output data tabel 15 ddari hasil uji linieritas diatas
diketahui nilai sig. Devination from linearity adalah 0,529 signifikan. Hal ini
berarti hasil tersebut dapat dikatakan lebih tinggi dari pada 0,05 dan
menyatakan bahwa kedua variabel ini mempunyai hubungan linier atau dapat
disebut variabel metode appreciative inquiry (x) dan variabel katekisasi sidi
dan baptis dewasa (y) mempunyai hubungan linier. Dengan ini, maka asumsi
linieritas terpenuhi.

56
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.40
55

4.3. Analisis Regresi Linier Sederhana


Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini juga
untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif
atau negatif.57
Dasar untuk membandingkan nilai signifikansi jika nilai sig. Kurang dari 0,05
maka bisa dinyatakan variabel independen berpengaruh dengan variabel
dependen, tetapi jika nilai sig. Lebih dari 0,05 maka variabel independen
dinyatakan tidak berpengaruh dengan variabel dependen.
Uji regresi sederhana dilakukan dengan persamaan:
Y = a + bX
Keterangan:
Y : variabel terikat
a : konstanta regresi
bX : nilai turunan atau peningkatan variabel independen
Berikut adalah hasil analisis regresi linier sederhana;

57
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.110
56

Tabel 16
Skor Total Variabel X dan Y
Skor Total Skor Total
Variabel X Variabel Y
121 94
120 93
118 92
116 91
115 91
113 89
113 87
113 85
112 84
112 82
111 82
111 80
107 79
106 79
94 78

4.4. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana


Tabel 17
Variables Entered/Removeda
Mode Variables Variables Method
l Entered Removed
Metode AI
1 . Enter
(X)b
a. Dependent Variable: Katekisasi Sidi dan
Baptis (Y)
b. All requested variables entered.
Berdasarkan output data pada tabel 17 diatas maka dapat disampaikan bahwa
antara variabel x dan variabel y tidak ada yang di hapus removed artinya oleh data
57

dilanjutkan dengan Metode Appreciative Inquiry sebagai variabel x (independen)


dan Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa sebagai variabel y (dependen).

Tabel 18
Koifisien
Model Summary
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of
l Square the Estimate
1 ,844a ,712 ,690 3,131
a. Predictors: (Constant), Metode AI (X)
Nilai R yang merupakan simbol dari koefisien. Pada tabel 18 diatas nilai
korelasi sebesar 0,844. Nilai ini dapat diintrepretasikan bahwa hubungan kedua
variabel penelitian ini berada pada kategori sangat kuat atau cukup. Melalui tabel
diatas juga diperoleh nilai R Square atau koefisien Determinasi (KD) yang
menunjukan seberapa bagus model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel
independen dan variabel dependen. Nilai KD yang diperoleh sebesar 71,2 %.
Sehingga dapat ditafsirkan bahwa variabel independen X memiliki pengaruh
kontribusi sebesar 71,2 % terhadap variabel Y.
Tabel 19
Uji Nilai Signifikansi
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 315,495 1 315,495 32,184 ,000b
1 Residual 127,438 13 9,803
Total 442,933 14
a. Dependent Variable: Katekisasi Sidi dan Baptis (Y)
b. Predictors: (Constant), Metode AI (X)
Berdasarkan tabel uji signifikansi tabel 19 diatas, digunakan untuk
menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriteria dapat ditentukan
berdasarkan uji nilai signifikansi (Sig), dengan ketentuan jika nilai Sig. < 0,05.
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai Sig. = 0,000, berarti Sig. < dari kriteria
58

signifikan (0,05). Dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data


penelitian adalah signifakan, atau model persamaan memenuhi kriteria.
Tabel 20
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz t Sig.
Coefficients ed
Coefficient
s
B Std. Beta
Error
(Constan
4,130 14,407 ,287 ,779
t)
1
Metode
,728 ,128 ,844 5,673 ,000
AI (X)
a. Dependent Variable: Katekisasi Sidi dan Baptis (Y)

Dari hasil uji diatas maka dapat dibentuk persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = a + bX
Y = 4,130 + 0,728 (X)
Berdasarkan hasil dari constant (a) sebesar 4,130 sedangkan nilai dari
appreciative inquiry adalah 0,728. Hasil tersebut dapat diartikan sebagai berikut;
1) Konstanta sebesar 4,130 berarti bahwa jika metode appreciative inquiry
(x) nilainya 0, maka katekisasi sidi dan baptis dewasa nilainya 4,130.
2) Koefisien regresi metode appreciative inquiry (x) 0,728 artinya jika
metode appreciative inquiry mengalami kenaikan satu satuan maka
katekisasi sidi dan baptis dewasa mengalami kenaikan peningkatan sebesar
0,728 satuan.
59

4.5. Analisis Korelasi Pearson


Analisis korelasi pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu
variabel dengan variabel lain secara linier. Data yang digunakan berskala interval
atau rasio. Nila korelasi (r) adalah 0 sampai -1 (untuk hubungan negatif), semakin
mendekati 1/-1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat. Sebaliknya, nilai
semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.
Menurut sugiyono (2010) pedoman untuk menginterpretasikan hasil koefisien
korelasi sebagai berikut;
1) 0,00 – 0,199 = Sangat Rendah
2) 0,20 – 0,399 = Rendah
3) 0,40 – 0,599 = Sedang
4) 0,60 – 0,799 = Kuat
5) 0,80 – 1,000 = Sangat Kuat58

58
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.100.
60

Tabel 21
Hasil Analisis Korelasi Pearson Metode Appreciative Inquiry
dalam Katekisasi Sidi dan Baptis Dewasa
Correlations
Metode Katekisasi
AI (X) Sidi dan
Baptis (Y)
Pearson
1 ,844**
Correlation
Metode AI (X) Sig. (2-
,000
tailed)
N 15 15
Pearson
,844** 1
Correlation
Katekisasi Sidi dan
Sig. (2-
Baptis (Y) ,000
tailed)
N 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antara variabel
metode appreciative inquiry (X) dengan katekisasi sidi dan baptis dewasa (Y)
mempunyai hubungan sangat kuat karena mempunyai nilai korelasi sebesar 0,844.

4.6. Uji Hipotesis


Uji t (uji koefisien regresi sederhana) digunakan untuk mengetahui apakah
metode appreciative inquiry (variabel independen (x)) berpengaruh signifikan
terhadap katekisasi sidi dan baptis dewasa (variabel dependen(y)). Adapun
tahapannya sebagai berikut;
1) H0 = Tidak ada pengaruh metode appreciative inquiry dalam katekisasi
sidi dan baptis.
2) Ha = Ada pengaruh metode appreciative inquiry dalam katekisasi sidi dan
baptis.
61

Berdasarkan output pada data tabel 20 Coefficients kolom t diperoleh nilai


diperoleh sebesar 5,673. Tahap selanjutnya ialah menentukan t tabel, tabel
distribusi t dicari pada α 5% dengan derajat kebebasan (df) n-2 atau 15-2 = 13.
Selanjutnya dengan pengujian (signifikansi 5% atau 0,05) hasil diperoleh dengan t
tabel stastistik sebesar +1,771 / -1,771.
Berdasarkan asumsi bahwa;
H0 diterima jika (–t tabel ≤ t hitung ≤t tabel)
H0 ditolak jika ( t hitung > t tabel) 59
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, Ha diterima karena
nilai t hitung > t tabel (5,673 > 1,771). Artinya metode appreciative inquiry
berpengaruh dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa.

4.7. Uji Signifikansi


Berdasarkan output pada data tabel 20 Coefficients kolom sig. diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000, adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut;
Ho diterima jika signifikansi > 0,05.
Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.
Berdasarkan kriterian pengujian signifikansi tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Karena nilai
signifikansi 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak, dan Ha diterima. Artinya terbukti
bahwa metode appreciative inquiry berpengaruh signifikan dalam katekisasi sidi
dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X.

4.8. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis diduga bahwa terdapat hubungan antara
pengaruh metode appreciative inquiry dengan katekisasi sidi dan baptis dewasa
menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa metode appreciative inquiry memiliki pengaruh yang signifikan
dan positif dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta Timur
Wilayah Batumarta X. Pada hasil analisis tabel 18 juga menunjukan bahwa
koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,712 atau 71,2 %. Sehingga dapat

59
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, ..., Hlm.115
62

ditafsirkan bahwa variabel metode appreciative inquiry (independen X) memiliki


pengaruh kontribusi sebesar 71,2 % terhadap katekisasi sidi dan baptis dewasa
(dependen Y).
Oleh karena itu maka metode appreciative inquiry dapat berpengaruh secara
signifikan dan positif dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS
Batumarta Timur wilayah Barumarta X. Metode appreciative inquiry memberikan
ruang bagi katekisan dan katekis untuk membangun mimpi dan mencapai tujuan
katekisasi secara bersama-sama. Metode appreciative inquiry memberikan ruang
dimana katekisan bebas untuk didengar dan mendengar, melalui peluang yang
diberikan katekis dari diskusi atau sharing. Selain itu, metode ini sekaligus
mampu menggali potensi dan kekuatan positif yang dimiliki oleh katekisan
sehingga mereka mampu untuk turut berkontribusi dengan rasa percaya diri dalam
memecahkan masalah yang diberikan berdasarkan kemampuan spesifik yang
mereka miliki tersebut. Metode ini juga mengharuskan katekis untuk mengenal
kekuatan positif dari masing-masing katekisan sehingga katekisan termotivasi
untuk turut berperan aktif dalam untuk menyelesikan masalah yang diajukan.
Katekisan mengungkapkan melalui penerapan metode appreciative inquiry
dalam katekisasi sidi dan baptis di GKSBS Batumarta Timur wilayah Batumarta
X bahwa pengaruh yang didapatkan ialah sebagai berikut (hasil wawancara
terlampir);
1) Pelaksanaan katekisasi tidak terkesan monoton
2) Ketekisan merasa lebih enjoy dan santai karena katekis tidak terus
menerus fokus dalam buku materi tetapi aktif untuk bertanya atau
menjalin hubungan timbal balik atau feed back dengan katekisan.
3) Katekis selalu memberikan kesempatan katekisan untuk bertanya atau
mengungkapkan pendapat atau argumen yang dimilikinya sehingga
katekisan merasa dihargai oleh katekis melalui diskusi dan sharing.
Katekis juga mengapresiasi apapun yang menjadi pendapat yang mereka
ungkapan dengan melihat segala keterbatasan dan kelemahan yang
dimiliki katekisan.
4) Materi yang disampaikan katekis mudah dipahami dan di ingat karena
katekisan terlibat aktif dalam proses katekisasi. Katekisan tidak hanya
63

terlibat untuk mendengarkan materi saja, tetapi katekisan juga terlibat


untuk berfikir menemukan dan mencari jawaban dari sebuah pertanyaan
sehingga mereka tidak mengantuk.
5) Pelaksanaan katekisasi memotivasi katekisan untuk mengim-
plementasikan tindakan positif sebagai orang beriman dan percaya dalam
kehidupan sehari-hari karena materi yang disampaikan katekis dapat
mereka pamahi dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut;
1) Metode appreciative inquiry memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif dalam katekisasi sidi dan baptis dewasa di GKSBS Batumarta
Timur Wilayah Batumarta X dengan Sig. 0,000 < 0,05. Hasil penelitian
membuktikan bahwa metode appreciative inquiry memberikan kontribusi
pengaruh positif sebesar 71,2% atau dapat dibulatkan menjadi 71%
terhadap katekisasi sidi dan baptis, 29% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti oleh peneliti.
2) Penerapan metode appreciative inquiry dalam katekisasi sidi dan baptis
dewasa di GKSBS Batumarta Timur Wilayah Batumarta X memberikan
pengaruh positif dan signifikan, yaitu: pelaksanaan katekisasi tidak
monoton; katekisan merasa lebih enjoy dan santai dalam proses katekisasi;
katekisan mampu memahami materi dengan baik; sharing dan diskusi
menggerakan suasana katekisasi lebih aktif; katekisan merasa dihargai dan
diapresiasi sebagai pribadi karena tidak hanya menjadi pendengar;
katekisan termotivasi melakukan tindakan positif untuk membentuk
karakter sebagai orang beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristtus.

5.2. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan, ada beberapa saran yang peneliti
sampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, yakni sebagai
berikut;
1) Bagi pengajar katekisasi atau katekis, kemampuan utama yang dituntut
untuk dimiliki katekis dalam melaksanakan metode appreciative inquiry
adalah penguasaan dan keterampilan menggunakan pertanyaan-
perntanyaan positif untuk menggali pengalaman-pengalaman inspirantif,
kisah-kisah sukses, impian tentang masa depan, serta kekuatan-kekuatan

64
65

yang mendorong katekisan agar aktif berperan serta untuk memecahkan


suatu masalah dan melakukan hal baik dimasa depan. Katekis adalah
fasilitator dalam proses pelaksanaan katekisasi, maka katekis hendaknya
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberi
kesempatan bagi katekisan untuk memunculkan ide-ide atau gagasan
dengan cara mereka sendiri dan berdasarkan kekuatan positif yang
dimiliki. Katekisan juga hendaknya diberi kesempatan untuk menilai
jawaban temannya sehingga dalam belajar katekisan menjadi lebih berani
untuk mengungkapkan berbagai alasan yang tepat terhadap suatu hal, lebih
percaya diri, dan kreatif dalam menemukan jawaban terhadap masalah
berdasarkan sudut pandangnya.
2) Bagi murid katekisasi atau katekisan, hendaknya perlu menyadari
pentingnya mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam pelaksaksanaan
katekisasi dan memandang bahwa katekisasi bukan sebagai rutinitas tetapi
atas dasar panggilan sebagai umat percaya. Karena katekisasi melatih
katekisan untuk mengetahui dan siap akan tanggung jawab yang akan
mereka laksanakan setelah menjadi warga dewasa.

5.3. Refleksi Teologis


Katekisasi merupakan salah satu wadah untuk menyiapkan katekisan menjadi
warga dewasa yang kuat dalam iman dan membentuk karakter positif katekisan.
Setiap kegiatan mengandung tujuan tertentu, yaitu tuntutan agar subyek belajar
setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan,
keterampilan dan sikap sesuai dengan isi pembelajaran tersebut. Salah satu
metode yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan pembelajaran
adalah dengan menggunakan metode appreciative inqury, metode yang menggali
berbagai hal positif, keberminatan katekisan akan sesuatu yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif serta karakter positif, sehingga katekisan
memiliki kemampuan mengatur potensinya untuk menerapakan pengalam positif
didalam kehidupannya sebagai warga jemaat dewasa.
Seperti perkataan Tuhan Yesus Kristus dalam Matius 7:7 mengatakan bahwa
“carilah, maka kamu akan mendapakan”. Ayat ini seakan menegaskan apa yang
66

dicari, maka itulah yang akan didapatkan. Ketika kita mencari sesatu yang positif,
maka yang positif pulalah yang didapatkan. Sebaliknya, apabila kita mencari yang
negatif, maka yang negatif pulalah yang didapatkan. Pendeta Anugerah Kristian60
juga pernah mengatakan bahwa “semakin seseorang memikirkan kelemahannya,
maka ia akan menjadi sangat lemah. Tetapi, ketika seseorang mampu memikirkan
kekuatannya, ia akan menjadi sangat kuat”. Sekalipun banyak sekali pergumulan
dan hambatan dalam sebuah organisas atau komunitas, juga termasuk pelaksanaan
katekisasi, yang perlu dilakukan ialah fokus pada kekuatan dan nilai-nilai positif
yang ada bukan pada kelemahan. Keberhasilan pencapaian tujuan katekisasi juga
berasal dari kekuatan kerjasama atau feed back yang baik antara katekis dan
katekisan, saling berusaha untuk menjalankan pelaksanaan katekisasi dengan
suasana yang menyenangkan, saling bertukar pikiran dan pendapat, saling
menghargai pendapat, dan hal-hal positif lainnya.
Hasil penelitian ini mengajarkan pada peneliti bahwa kekuatan positif dapat
membangkitkan dan memotivasi untuk bangkit dari segala pergumulan dan
tantangan yang ada dalam kehidupan. Ketika seseorang hanya fokus pada
kelemahan atau keterbatasnya dan tidak mau berusaha untuk membuat suatu
perubahan yang positif, maka yang terjadi ialah ia akan menjadi sangat lemah.
Sebaliknya, ketika seseorang memikirkan kekuatan positif yang dimilikinya, ia
akan menjadi sangat kuat untuk bangkit dari pergumulannya dan mencapai tujuan
yang dimiliki. Hal yang paling diharapkan untuk terus ada dan ditingkatkan
adalah saling mengapresiasi. Sederhana, namun memiliki daya pengaruh positif
bagi kemampuan yang dimiliki seseorang.
Seperti kisah Yesus yang mengampuni perempuan yang kedapatan berzinah
(Yohanes 8:1-11). Ketika Ahli Taurat dan orang Farisi membawa perempuan
berzinah kepada Yesus dengan maksud untuk diadili dihadapan mereka. Mata
hati orang Farisi dan Ahli Taurat yang buta hanya melihat satu hal : menghukum
orang berdosa. Akan tetapi, Tuhan Yesus yang pengasih menentang mereka
dengan berkata “siapa yang tidak berdosa, yang pertama menghukum”, suasana
menjadi sunyi dan seorang demi seorang pergi. Karena tidak ada yang suci selain
Dia, Yesus penuh dengan cinta kasih, apresiasi dan pengampunan. Hanya dengan
60
Pdt. Anugerah Kristian, M.Th. adalah dosen di Sekolah Tinggi Agama Kristen
Marturia Yogykarta.
67

satu kalimat Tuhan Yesus mengampuni perempuan berzinah “pergilah, dan


jangan berbuat dosa lagi”. Yesus adalah teladan bagi setiap orang percaya. Dunia
mengajarkan agar kita menghargai berdasarkan penampilan. Sebaliknya, Tuhan
Yesus mengajarkan agar kita menghargai berdasarkan kasih dan kerendahan hati.
DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L C.H,. (2001). Sekitar Katekese Gerejawi : Pedoman Guru. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Badan Pekerja Sinode GKSBS. (2015). Tata Gereja GKSBS dan Tata Laksana
Pasal, Bab III: Katekisasi.
Banawiratma, J.B. (2014). Pemberdayaan Diri Jemaat dan Teologi Praktis
Melalui Appreciative Inquiry (AI). Yogyakarta : PT Kanisius.
Bons-Storm, M. (2004). Apakah Penggembalaan Itu?. Jakarta : BPK Gunung
Mulia.
De Jonge, Christian. (2008). Apa Itu Calvinisme?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eko Putro, S., Widoyoko. (2012). Teknik Penyusunan Penelitian. Yogyakarta:
Pelajar
Enklaar, I.H., E.G. Homrighausen. (2008). Pendidikan Agama Kristen. Jakarta :
BPK Gunung Mulia.
Henoch, Budhiadi. (1996). Metode Katekisasi, Jurnal Pelita Zaman,Volume 11
No.1, https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=648&res=jpz. Diakses
15 September 2020.
Nawawi, Handari. (1992). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Nelson, Noelle C. (2005). The Power Of Appreciation, Kunci Kehidupan Yang
Penuh Daya. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
Porter, R.J. (1990) Katekisasi Masa Kini. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF
Cempaka Putih.
Priyatno, Duwi. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta
: Mediakom.
Rahmad, Purwantara. (1992). Katekismus Baru. Yogyakarta.
Riemer, G. (1998). Ajarlah Mereka: Kualitas Umat Kristiani Ditentukan Oleh
Pembinaan Kini, Pedoman Ilmu Katekese. Jakarta : Yayasan Komunikasi
Bina Kasih.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Kombinasi : Mixed Methods. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. (2001). Statiska Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Supriyono, Agus. (2009). Jenis-jenis Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Tanya, Eli. (1999). Gereja dan Pendidikan Agama Kristen: Mencermati Peranan
pendagogis. Gereja. Cipanas: STT Cipanas.
(2020, September 16). Retrieved from
http://repository.upi.edu/16456/4/T_PD_1201536_Chapter1.pdf,
(2020, September 17). Retrieved from
http://repository.upi.edu/16456/4/T_PD_1201536_Chapter1.pdf.
LAMPIRAN
Hasil Wawancara Pasca Penelitian

No Pertanyaan Responden
1 Menurut saudara bagaimana A Menurut saya pelaksanaan katekisasi
pelaksanaan katekisasi selama ini menarik, menuntun saya
selama ini, terutama untuk mengerti apa itu dewasa
sebelum adanya penerapan mengenai iman Kristen. Namun,
metode appreciative terkadang penyampaian pengajar
inquiry? kurang menarik perhatian murid
katekisasi sehingga suasana
pelaksaan katekisasi monoton.
B Sangat bosan mbak karena proses
pembelajaran sangat monoton,
pengajar hanya fokus pada materi
dan buku. Saya kesulitan untuk
memahami materi dengan baik.
Metode pembelajaran yang dipakai
pengajar selama ini kuranng seru,
banyak yang mengantuk pada saat
belajar katekisasi.
C Menurut saya pelaksanaan katekisasi
selama ini berjalan dengan baik dan
tidak ada kendala dalam memahami
materi yang disampaikan.
D Menurut saya kurang seru mbak
karena pengajar hanya fokus pada
buku materi. Pengajar katekisasi
juga sering memberikan pertanyaan
di dalam proses pembelajaran tapi
terkadang kami tidak bisa menjawab
karena kami tidak bisa memahami
materi dengan baik.
E Menurut saya menarik mbak, apalagi
dalam pengajaran tersebut tidak
monoton seperti ngobrol padahal
sedang katekisasi. Pengajar
menjelaskan, murid katekisasi asik
dengan kesibukan masing-masing.
2 Menurut saudara bagaimana A Sangat menarik mbak. Melalui
pelaksanaan katekisasi metode ini, murid diberikan
menggunakan metode kesempatan untuk bertanya dan
appreciative inquiry mencari jawaban secara bersama-
kemarin? sama. Sehingga kita dituntut untuk
mau berfikir dalam mencari jawaban
dari pertanyaan teman kita dan
kitapun tidak mengantuk.
B Metode ini membuat pelaksaanan
katekisasi semakin seru, asik, dan
santai/enjoy mbak. Karena pengajar
tidak fokus ke materi secara terus
menerus, tetapi sering memberikan
pertanyaan sederhana untuk
memancing murid untuk bercerita.
Bahkan, apapun jawaban yang kita
jabarkan diapresiasi oleh pengajar.
C Sangat menarik mbak. Pengajar
seringkali memberikan ruang bagi
murid untuk diskusi dan sharing
mbak, nyari jawaban dari setiap
pertanyaan bersama-sama. Pengajar
juga mampu membuat suasana
belajar yang menyenangkan
sehingga murid tidak merasa bosan.
Bahkan dengan metode
pembelajaran yang seperti ini
membuat pelaksaanaan katekisasi
tidak terasa lama.
D Menurut saya baik mbak. Karena
melalui metode pelaksaanaan
katekisasi yang seperti ini melatih
keberanian murid untuk percaya diri
untuk menyatakan pendapatnya.
Penyampaian materi oleh pengajar
jelas, singkat dan mudah untuk
dipahami murid.
E Melalui penerapan metode ini di
dalam katekisasi, saya merasa bahwa
metode ini membantu saya untuk
memahami dan mengingat materi
dengan baik mbak. Karena dalam
proses pembelajaran pengajar tidak
memulu yang bicara, tapi kami juga
sebagai murid juga diberikan
kesempatan untuk menyampaikan
pendapat dan saling bertukar pikiran
dengan teman yang lain.
KUISIONER PENELITIAN
PENGARUH METODE APPRECIATIVE INQUIRY DALAM KATEKISASI
SIDI DAN BAPTIS DEWASA DI GKSBS BATUMARTA TIMUR WILAYAH
BATUMARTA X

PETUNJUK MENGERJAKAN
1. Berilah tanda silang (X) untuk jawaban yang Anda anggap sesuai dengan
keadaan Anda pada kotak yang disediakan di sebelah kanan setiap
pernyataan
2. Setiap jawaban memperoleh skor yang telah ditentukan, sehingga tidak
ada jawaban yang tidak pendapat nilai
3. Pilihlah salah satu jawaban “
Ss (A) : artinya sangat setuju
S (B) : artinya setuju
Rg (C) : artinya ragu-ragu
Ts (D) : artinya tidak setuju
St (E) : tidak sangat tidak setuju

PERNYATAAN

A. METODE APPRECIATIVE INQUIRY

No Pernyataan Jawaban
Ss S Rg Ts St
5 4 3 2 1
1. Mengapresiasi kehadiran katekisan di
awal pertemuan katekisasi menjadi
sarana untuk membangkitan semangat
belajar
2. Pelaksaaan katekisasi dapat berjalan
dengan baik apabila terdapat komunikasi
yang baik antara katekis dan katekisan
3. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
untuk melatih kemandirian katekisan
4. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
untuk menemukan sebuah makna baru
“pengetahuan baru”
5. Sharing dan saling berdialog dapat
menghidupkan pelaksaan katekisasi
6. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
untuk saling bertukar pikiran dengan
katekisan yang lain
7. Katekis memberi kesempatan katekisan
untuk mengungkapkan pendapat
8. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
bagi katekisan untuk berfikir lebih kritis
9. Katekis mengarahkan katekisan untuk
memahami materi dengan baik
10. Katekis melihat setiap tindakan
katekisan di dalam pelaksanaan
katekisasi sebagai kelebihan atau
keberanian katekisan
11. Penghargaan atau pemberian apresiasi
dari katekis dapat menumbuhkan rasa
percaya diri katekisan
12. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
untuk mengungkap pengalaman-
pengalaman positif yang pernah di alami
katekisan
13. Pelaksanaan katekisasi mendorong
katekisan untuk membayangkan
tindakan positif yang dapat dilakukan di
masa depan
14. Pelaksaan katekisasi melatih katekisan
untuk selalu optimis dalam memandang
sesuatu dari sisi positif
15. Pelaksanaan katekisasi mendorong
katekisan untuk melakukan tindakan-
tindakan positif
16. Merencanakan tindakan positif di dalam
proses katekisasi dapat membentuk
karakter positif katekisan
17. Pelaksanaan katekisasi menjadi sarana
katekisan untuk merefleksikan tujuan
yang ingin diraih
18. Pelaksanaan katekisasi dengan suasana
belajar yang menyenangkan
mempermudah katekisan dalam
memahami materi
19. Hubungan timbal balik antara katekis
dan katekisan menjadi jalan tercapainya
tujuan pembelajaran
20. Keinginan atau motivasi yang sungguh-
sungguh untuk mau belajar menjadi
kunci keberhasilan pelaksanaan
katekisasi
21 Apresiasi dan penghargaan yang
diberikan katekis menjadi semangat dan
energi baru katekisan
22 Katekis mendorong katekisan untuk
melakukan tindakan nyata setelah
pelaksanaan katekisasi
23 Pelaksanaan katekisasi menjadi media
katekisan untuk menyesaikan masalah
24 Pelaksanaan katekisasi menjadi media
untuk melatih kebenarian katekisan
untuk menghadapi persoalan
25 Adanya komitmen melakukan tindakan
baik menjadi sarana katekisan untuk
memulian Nama Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari

B. KATEKISASI SIDI DAN BAPTIS DEWASA


No Pernyataan Jawaban
Ss S Rg Ts St
5 4 3 2 1
1. Pelaksanaan katekisasi menjadi motivasi
katekisan untuk lebih tekun belajar
tentang kebenaran iman percaya
2. Pelaksanaan katekisasi melatih katekisan
untuk lebih tekun dalam menggali dan
mencari materi lebih dalam
3. Pelaksanaan katekisasi dengan dialog
dapat menjadi sarana katekisan untuk
menceritakan apa yang ditemukan dalam
proses pembelajaran
4. Dengan sharing dan bertukar pikiran
katekisan dapat menganilisis materi
5. Dialog antar katekisan dapat menjadi
solusi mudah untuk memecahkan
masalah dengan cepat
6. Metode sharing menjadi kekuatan bagi
katekisan merasa di hargai sebagai
individu
7. Katekisan dapat lebih memperhatikan
katekis pada saat memberikan materi
8. Katekisan dapat memberikan respon
positif terhadap materi yang diberikan
katekis
9. Katekisan menemukan nilai-nilai positif
dari setiap materi yang disampaikan
10. Katekisan mampu memahami materi
dengan baik
11. Katekisan lebih aktif melakukan
tindakan positif di dalam proses
pembelajaran katekisasi
12. Suasana belajar terkesan tidak monoton
13. Katekis mampu membawa suasana
belajar lebih menyenangkan sehingga
katekis lebih fokus dan tidak mengantuk
14. Keaktifan di dalam pelaksanaan
katekisasi dapat mengurangi kebosanan
15. Katekisan dapat menemukan
pengalaman positif
16. Katekisan mampu menerapkan
pengalaman positif didalam kehidupan
sehari-hari
17. Katekisan dapat memotivasi teman yang
lain untuk berkotmitmen melakukan hal
baik
18. Pelaksanaan katekisasi dapat
menumbuhkan perubahan pada diri
katekisan sesuai dengan minat dan
kemampuan masing-masing
19. Pelaksanaan katekisasi dapat
menumbuhkan karakter sebagai orang
beriman dan percaya kepada Tuhan
Yesus Kristus.
20. Pelaksanaan katekisasi menjadi media
katekisan untuk mengapresiasi segala
sesuatu
.

Anda mungkin juga menyukai