Laporan Emergensi-1
Laporan Emergensi-1
MODUL EMERGENSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
OLEH :
IVON AIMLEKIA PUTRI (20011101111)
FRANKY IMANUEL SA’PANG (20011101112)
PETRIA FERLYN GERALDINE (20011101113)
AGNES MONICA SILALAHI (20011101114)
ANGELLITA MIEKE IRENE (20011101115)
ELSHADAI TAMPI (20011101116)
KALISTA LUMENTE (20011101117)
SEPTIANA FIRDAUS (20011101118)
STHEVANUS N. MOE (20011101119)
ALDI L. T. BANDASO (20011101120)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya, sehingga laporan tutorial dari skenario pada modul ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Laporan tutorial ini merupakan salah satu tugas pembelajaran yang dikerjakan berkelompok
untuk Modul Kedokteran Emergensi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Dalam penulisan laporan tutorial ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr.Windy Mariane Virenia Wariki ,M.Sc ,Ph.D selaku tutor yang
membimbing kelompok kami dalam tutorial maupun penyusunan laporan. Penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan
tutorial ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tutorial ini, masih banyak kekurangan
yang ada. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
dan perbaikan, sehingga akhirnya laporan tutorial ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Tim penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI……………........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................................
1.4 Manfaat .................................................................................................................
BAB 2. ISI................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Kedokteran Emergensi adalah modul keempat pada semester 6 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi. Pada kesempatan ini, dilaksanakan tutorial studi kasus Modul Kedokteran
Emergensi sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi situasi yang sebenarnya pada
waktu yang akan datang. Dalam laporan ini telah dipaparkan studi kasus oleh kelompok
tutorial 12.
B. Tujuan
○ Mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar dengan menyelesaikan
satu kurikulum pendidikan sehingga lulusan mempunyai cukup pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku untuk melakukan profesi kedokteran dalam satu standar
kompetensi kedokteran sesuai kebijakan umum pemerintah yang berdasarkan
Pancasila.
○ Mengembangkan institusi sebagai pusat penelitian IPTEKDOK yang bertaraf
nasional maupun internasional dan mengaplikasikan ilmu kedokteran untuk
kepentingan masyarakat.
○ Tercapainya kolaborasi kerjasama dan kemitraan yang efektif dan efisien
untuk menunjang hasil pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang maksimal.
BAB II
ISI
A. Kasus
Seorang perempuan 28 tahun, G1P0A0, hamil 28-29 minggu, dibawa ke Unit Gawat Darurat
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir. Penderita mengalami kejang saat sedang
berbelanja di pasar kemudian tersambar oleh sepeda motor sehingga penderita jatuh dengan
posisi terduduk. Setelah mengalami kecelakaan, penderita segera diantar oleh warga ke
rumah sakit karena terlihat ada darah yang keluar dari jalan lahir.
B. Kata Sulit
● Kejang
C. Kata Kunci
● G1P0A0,
● hamil 28-29 minggu
● Kluar darah dari jalan lahir
● Kejang
● Penderita jatuh dengan posisi duduk
D. Masalah Dasar
Seorang perempuan 28 tahun, G1P0A0, hamil 28-29 minggu, dibawa ke Unit Gawat Darurat
dengan keluhan darah keluar dari jalan lahir setelah jatuh dengan posisi terduduk dan ada
Riwayat kejang sbelumnya.
E. Identifikasi Masalah
LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana primary dan secondary survey pada pasien(pemeriksaan fisik)?
2. Bagaimana anamnesis yang dilakukan untuk kasus tersebut?
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dilakukan ssuai scenario?
4. Apa DD dan Db Sesuai scenario?
5. Apa yg menyebabkan ibu tersebut alami kejang?
6. Bagaimana tatlaksana terhadap ibu yg dpat dilakukan pada kasuus tersebut?
7. Bagaimana Riwayat dan tatalakksana yang dapat dilakukan untuk janinnya ?
8. Apakah perluh dilakukan terminasi terhadap janin?
9. Bagaimana prognosis dan komplikasi yang dpt trjadi?
10. Bagaimana edukasi pada pasien?
Dokter yang merawat pasien trauma hamil harus ingat bahwa ada dua pasien: ibu dan
janin. Perawatan awal terbaik bagi janin adalah untuk memberikan resusitasi yang
optimal bagi ibu. Pastikan jalan napas paten, ventilasi yang memadai, oksigenasi baik,
dan volume sirkulasi yang efektif. Kompresi uterus ke vena cava dapat mengurangi
aliran balik vena ke jantung sehingga menurunkan curah jantung dan memperburuk
keadaan syokà menggeser rahim ke sisi kiri untuk mengurangi tekanan pada vena
kava inferior. Jika pasien memerlukan pembatasan gerak tulang belakang pada posisi
telentang à posisikan tubuh pasien ke kiri sekitar 15–30 derajat (yaitu, naikkan sisi
kanan 4–6 inci) dan pertahankan pembatasan gerak tulang belakang dan dekompresi
vena cava.
Memantau detak jantung janin (normal denyut jantung janin adalah 120-160
denyut/menit. Detak jantung janin yang tidak normal, repetitive decelerations,
absence of accelerations or beat-to-beat variability dan aktivitas uterus yang sering
dapat menjadi tanda-tanda dekompensasi ibu dan/ atau janin (misalnya, hipoksia
dan/atau asidosis) dan harus segera dilakukan konsultasi kebidanan.
Primary Survey
5. Exposure/Environmental control
Jika pasien mampu berkomunikasi secara verbal, jalan napas tidak mungkin
dalam bahaya langsung; Namun, penilaian berulang dari patensi jalan napas adalah
bijaksana.
Untuk menilai kebutuhan oksigen sel dan jaringan yang paling akurat adala
dengan melakukan pengukuran saturasi oksigen menggunakan alat yang disebut
oximeter. Biasanya alat ini berfungsi sekaligus untuk mengukur frekuensi denyut
jantung (heart rate) oleh karena itu alat tersebut sering disebut pulse oximetry. Nilai
normal saturasi oksigen adalah 95%-100%
Volume darah, curah jantung, dan pendarahan adalah masalah peredaran darah
utama yang perlu dipertimbangkan. Unsur-unsur dari pengamatan klinis yang
menghasilkan informasi penting dalam hitungan detik adalah tingkat kesadaran, kulit
perfusi, dan nadi.
5) Exposure/Environmental control
Secondary Survey
Survei sekunder tidak dimulai sampai primer survei (ABCDE) selesai, aat
tambahan personil tersedia, bagian dari survei sekunder dapat dilakukan saat personel
lain hadir ke survei primer. Metode ini sama sekali tidak boleh mengganggu kinerja
survei primer, yang merupakan prioritas tertinggi.
History
→ AMPLE adalah
• Alergi
• Penyakit/Kehamilan sebelumnya
• Makanan terakhir
Anamnesis pada kasus emergency didasari dari kondisi pasien saat masuk rumah
sakit, apakah memungkinkan dalam melakukan anamnesis atau tidak. Dalam hal ini
apakah pasien sadar atau tidak, pasien balita, pasien bisu, atau beberapa pasien
dengan gangguan jiwa.
Dalam kondisi darurat, anamnesis tetap harus dijalankan bersamaan dengan
penanganan pasien (secondary survey).
Anamnesis terbagi menjadi 2 yaitu autoanamnesis (dengan pasien sendiri) dan
Heteroanamnesis/Alloanamnesis (dengan orang yang dianggap mengerti tentang
keadaan pasien) seperti keluarga, polisi, dan pendamping pasien.
Dalam kasus tidak disebutkan apakah pasien datang dengan keadaan sadar atau tidak.
Apabila pasien sadar, dapat dilakukan autoanamnesis dan apabila pasien tidak sadar,
dapat dilakukan alloanamnesis pada pendamping atau orang yang membawa pasien ke
layanan kesehatan, lalu dilanjutkan lakukan autoanamnesis jika pasien telah sadar
kembali.
B) MRI
MRI adalah alat yang berguna untuk mengevaluasi berbagai kondisi kebidanan
dan non-kebidanan selama kehamilan karena memiliki resolusi spasial dan kontras
yang sangat baik, bebas dari radiasi pengion, dan hasil yang tidak bergantung pada
operator. Indikasi klinis paling umum untuk MRI darurat selama kehamilan
mencakup kondisi ibu dan janin. Dalam semua kasus USG biasanya merupakan
pilihan diagnostik pertama namun, jika USG tidak mengarah pada kepastian
diagnosis, maka digunakan MRI untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Dimana
MRI dapat memberikan akurasi diagnostic dan visualisasi yang lebih besar pada
janin, plasenta dan rahim. Seperti visualisasi yang lebih baik dari area plasentasi
abnormal, mengidentifikasi hematoma dan membedakannya dari tumor. MRI
tidak mengakibatkan efek negatif terhadap janin, namun perlu diperhatikan bahwa
janin lebih sensitif terhadap kebisingan dan efek pemanasan yang dihasilkan oleh
mesin MRI.
Pencitraan MRI dapat secara akurat mendeteksi solusio plasenta dan harus
dipertimbangkan setelah temuan USG negative. Perdarahan akibat solusio muncul
sebagai area dengan intensitas sinyal sedang hingga tinggi pada T1 dan intensitas
sinyal tinggi pada T2 weighted image, terletak di antara plasenta dan dinding
rahim. Namun tidak dapat memberikan gambaran lokasi plasenta sebaik USG
transvaginal, selain itu MRI tidak tersedia pada semua pelayanan kesehatan.
C) Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Kadar hemoglobin(hb) untuk mengetahui adanya anemia pada
ibu dan juga dapat dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit untuk mengetahui
apakah ibu mengalami infeksi. Pemeriksaan darah lain sesuai indikasi seperti
malaria, HIV, Sifilis dan lain lain. Pemeriksaan golongan darah dan Rh
dibutuhkan jika transfusi darah diperlukan.
Pemeriksaan darah dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan darah pada solusio plasenta dapat ditemukan proteinuria,
tandatanda koagulasi konsumtif seperti penurunan kadar fibrinogen (< 200
mg/dL), protrombin, faktor V dan VIII, serta trombosit (< 100.000).
Pemeriksaan golongan darah dan Rh dibutuhkan jika transfusi darah
diperlukan.
- Pemeriksaan Koagulasi (Fibrinogen, PT/aPTT, D-dimer)
Proses kehamilan akan meningkatkan aktivitas koagulasi dan bersifat
fisiologis karena merupakan usaha tubuh dalam menghentikan pendarahan,
namun jika aktivitas koagulasi terlalu meningkat, dapat mengganggu
kehamilan hingga kematian. Fibrinogen atau faktor I adalah protein plasma
yang berperan penting dalam pembekuan darah. Pemeriksaan fibrinogen
dilakukan untuk mengukur jumlah fibrinogen dalam darah, sedangkan
Pemeriksaan PT/aPTT dilakukan untuk menilai adanya gangguan pembekuan
darah. Pemeriksaan D-dimer yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk
diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas; suatu
kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal. Pemeriksaan
ini berperan penting dalam memprediksi kegawatan maupun proses
penyembuhan, contohnya pada kasus preeklampsia dan eklampsia
berhubungan dengan komplek abnormalitas koagulasi yang berkaitan dengan
peningkatan fungsi dari trombosit, aktivasi sistem fibrinolitik, formasi trombin
dan percepatan keadaan hiperkoagulasi. Preeklamsi dan eklamsi sering
menyebabkan kematian. Salah satu komplikasi yang ditakutkan dan
mengancam pada preeklampsia berat dan eklampsia adalah terjadinya
koagulopati atau DIC. Pada keadaan ini terjadi kelainan hematologi berupa
proses pembekuan bersamaan dengan terjadinya perdarahan karena
fibrinolisis.
2. Pemeriksaan Penunjang Kejang
A) EEG
EEG merupakan metode untuk merekam aktivitas elektris otak pada permukaan
kulit kepala. EEG merekam fluktuasi potensial elektris yang muncul sebagai
akibat dari aktivitas sel-sel otak. Jika hasil EEG menunjukkan adanya
gelombang epileptiform menunjukkan adanya aktivitas listrik otak yang tidak
normal. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnostik utama untuk mengevaluasi
pasien dengan serangan kejang yang jelas atau yang meragukan. Hasil
pemeriksaan EEG akanmembantu dalam membuat diagnosis, mengklarifikasikan
jenis serangan kejang yang benar dan mengenali sindrom epilepsi.
ANAMNESIS:
Keluhan: keluar darah dari jalan lahir
Riwayat: kejang saat berbelanja di pasar lalu tersambar motor hingga posisi terduduk
Kemungkinan hal-hal lain:
- nyeri hebat pada perut akibat trauma yang dialami
- pencetus kejang: panas (saat berbelanja di pasar)
DIAGNOSIS:
Perdarahan antepartum et causa Solusio plasenta
Kejang et causa Eklampsia
DIAGNOSIS BANDING:
PLASENTA PREVIA SOLUSIO PLASENTA
3. Disfungsi endotel
Ketidak seimbangan antara faktor-faktor relaksasi dan kontraksi, antara faktor-faktor
antikoagulan dan prokoagulan, antara faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan
dan proliferasi sel.
4. Stres oksidatif
Molekul leptin meningkat pada sirkulasi wanita, menginduksi stres oksidatif.
Wanita dengan solusio sedang atau berat dengan janin yang hidup
Dianggap darurat yang mengancam jiwa ibu dan janin mengoreksi hipovolemia,
anemia, dan hipoksia pada ibu dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan
fungsi plasenta yang masih terimplantasi. Persalinan sesar darurat diindikasikan jika
janin tertekan (misalnya, bradikardia) atau ibu tidak stabil secara hemodinamik dan
persalinan tidak segera terjadi
A. Eklampsia
1) Prognosis
Hasil tergantung pada tingkat keparahan penyakit, kondisi medis yang ada
bersamaan, dan usia kehamilan ketika kondisi berkembang.
● Outcome maternal dan perinatal menguntungkan pada pasien dengan
preeklampsia ringan yang mengembangkan penyakit setelah minggu ke-33
kehamilan.
● Tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi lebih tinggi pada pasien yang
mengalami preeklampsia sebelum usia kehamilan 33 minggu, pasien dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, dan pasien di negara berkembang.
Lima persen pasien dengan hipertensi mengalami preeklampsia berat, dan
sekitar 25% wanita dengan eklampsia mengalami hipertensi pada kehamilan
berikutnya. Sekitar 2% wanita dengan eklampsia berkembang menjadi
eclampsia pada kehamilan berikutnya. Wanita multipara dengan eklampsia
memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembangnya hipertensi esensial; mereka
juga memiliki angka kematian yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya
daripada wanita primipara.
Ada bukti bahwa preeklampsia terkait dengan risiko peningkatan jangka panjang
terhadap penyakit serebrovaskular dan kardiovaskular (bertambah pada kasus
yang berat atau dengan onset dini).
1) Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin
karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang
mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena
mortalitas dan morbiditas perinatal yang tinggi di samping morbiditas ibu,
yang lebih berat. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk
baik terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang
demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah satu
komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga
bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh
pasien. Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan
tepat waktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal.
Selain itu, Angka kekambuhan pada kehamilan berikutnya adalah 11% setelah
satu episode dan 25% setelah dua episode. Risiko jangka panjang bagi bayi
baru lahir terkait dengan paparan hipoksia di dalam rahim; cerebral palsy
adalah komplikasi yang paling sering terjadi.
● Persalinan prematur
Sekitar 40% hingga 60% kasus terkait dengan persalinan prematur
● Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
● Asfiksia perinatal
● Kematian perinatal
Kematian janin masih terjadi dalam sebagian besar kasus ketika
plasenta terpisah lebih dari 50%. Kematian neonatal terutama terkait
dengan persalinan prematur (lebih dari 50% kasus). Pengiriman segera
janin melalui operasi caesar dapat menghasilkan tingkat kelangsungan
hidup sebesar 75%. Keterlambatan dalam mengidentifikasi kondisi
janin yang terancam telah terkait dengan 60% kematian perinatal yang
dapat dicegah dalam kasus ablasi plasenta.
Dalam melakukan edukasi pada pasien, jelaskan lebih dahulu kondisi pasien dan
bayinya. Beritahukan Tindakan apa yang telah dilakukan dan komplikasi serta
prognosis pada ibu dan bayi misalnya sebagai berikut :
Ibu dengan kondisi eklampsia harus mengonsumsi beberapa jenis obat, keluarga dan
orang terdekat sebaiknya mengingatkan untuk mengonsumsi obat
● Stabilisasi tekanan darah
● Pencegahan kejang (MgSO4)
● Steroid agar janin matur < 34 minggu
○ Dapat mencegah :
■ Respiratory distress syndrome
■ Perdarahan intracranial
■ Necrotizing enterocolitis
Serta edukasi kepada keluarga pasien bahwa pasien memerlukan fasilitas kesehatan
dengan NICU dalam persalinannya jika kurang dari 32 minggu.
Kematian Pada bayi yang lahir prematur, orang tua perlu diedukasi mengenai
Tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua sang bayi. Tim medis harus
sensitif terhadap berbagai kemampuan atau kemauan keluarga untuk berbagi dalam
perawatan bayi mereka dengan tetap menjaga tingkah laku untuk tidak menghakimi
keluarga. Selain itu, perbedaan budaya, norma, dan latar belakang keluarga harus
dihormati. Tujuan utama edukasi orang tua adalah untuk memperkuat perasaan orang
tua akan kompetensi dirinya dan memperkuat interaksi antara orang tua dan bayi.
Edukasi menurut WHO sebagai berikut :
● Semua bayi perlu dilindungi dari infeksi: semua orang yang menyentuh ibu
atau bayi harus memiliki tangan yang bersih. Pemeriksaan medis dan prosedur
harus dilakukan hanya jika diperlukan.
● Semua bayi perlu tetap hangat: segera setelah lahir, bayi harus dikeringkan
dengan baik dan ditempatkan di perut ibunya. Jika mereka bernapas normal,
dan setelah tali pusar dipotong, mereka harus diletakkan di dada ibunya,
dengan kontak kulit dengan kulit, hingga setelah pemberian ASI pertama.
Mereka tidak boleh langsung dimandikan.
● Sebagian besar bayi akan bernapas normal setelah dikeringkan dengan baik.
Mereka yang tidak mulai bernapas sendiri membutuhkan bantuan: ventilasi
dengan kantong dan masker biasanya akan membantu mereka.
● ASI adalah yang terbaik: seperti bayi yang lahir pada waktu yang tepat, ASI
adalah nutrisi terbaik untuk bayi prematur. Bayi sebaiknya diberi ASI secepat
mungkin setelah lahir. Sebagian besar bayi prematur yang tidak mampu
mengkoordinasikan refleks menyedot dan menelan dapat diberi ASI ibu yang
diekspresikan melalui cangkir, sendok, atau tabung nasogastrik.
Setelah bayi stabil secara medis, keluarga harus mulai berpartisipasi sejauh mungkin
dan sesuai dengan yang diinginkan dalam perawatan bayi mereka. Beberapa jenis
kegiatan untuk mendukung keterlibatan keluarga adalah:
Program intervensi dini terbukti dapat menurunkan tingkat stres orang tua yaitu ayah
dan ibu bayi prematur hingga menyamai pasangan yang memiliki bayi lahir cukup
bulan. Deater-Deckard dan Bulkley menemukan bahwa terdapat pola efek positif yang
konsisten terhadap adaptasi maternal, interaksi orang tua-anak, dan aspek yang lebih
luas di lingkungan rumah.
Referensi :
Mochtar R. Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;
2012.
Giordano JC, Parpinelli MA, Cecatti JG, Haddad SM, Costa ML, Surita FG, et al. The
burden of eclampsia: results from a multicenter study on surveillance of severe
maternal morbidity in Brazil. PLoS ONE. 2014; 9(5):1-10.
Fong A, Chau CT, Pan D, Ogunyemi DA. Clinical morbidities, trends, and demographics of
eclampsia: a populationbased study. Am J Obstet Gynecol. 2013; 209(3):1-13.
Herman, S, Hermanto TJ. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan. Kendari: Yayassan
Avicenna Kendari. 2020.
WHO. Newborn health: Caring for preterm babies . 2013 (diakses 21 Mei 2023 dari :
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/newborn-health-caring-for-prete
rm-babies)
Kuklina EV et al. Hypertensive disorders and severe obstetric morbidity in the United States.
Obstet Gynecol. 113(6):1299-306, 2009. Available from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19461426/ [cited 2023 Mei 21]
Gill P, Tamirisa AP, Van Hook JW. Acute Eclampsia. [Updated 2023 Feb 27]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459193/ [cited 2023 Mei 21]
Magley M, Hinson MR. Eclampsia. [Updated 2023 Jan 30]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554392/ [cited 2023 Mei 21]
Anggraeni W, Pramono BA. 2013. Analisis Faktor Risiko Terhadap Luaran Maternal dan
Perinatal pada Kasus Eklampsia di RSUP Dr. Kariadi Tahun 2011-2012. [Tesis]. Semarang:
Faculty of Medicine Diponegoro University; 2013. Available from :
http://eprints.undip.ac.id/44202/ [cited 2023 Mei 16]
Hall DR. Abruptio placentae and disseminated intravascular coagulopathy. Semin Perinatol.
33(3):189-95, 2009. Available from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19464510/ [cited 2023
Mei 21]
Jain V et al. Guidelines for the management of a pregnant trauma patient. J Obstet Gynaecol
Can. 37(6):553-74, 2015. Available from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26334607/ [cited
2023 Mei 21]
Oyelese Y et al. Placental abruption. Obstet Gynecol. 108(4):1005-16, 2006. Available from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17012465/ [cited 2023 Mei 21]
Downes KL et al: Maternal, labor, delivery, and perinatal outcomes associated with placental
abruption: a systematic review. Am J Perinatol. 34(10):935-57, 2017. Available from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28329897/ [cited 2023 Mei 21]
Sirait BI. Perdarahan Antepartum. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia; 2021. Available
from :
http://repository.uki.ac.id/9627/1/PerdarahanAntepartumTahunAkademik2021sampai2022.pd
f [cited 2023 Mei 16]
Hariyono, Bahrudin, Afif. Modul Pembelajaran Keperawatan Gadar. Jombang : Icme Press ;
2019.