KB IMPLANT
Di Susun Oleh :
AMELIA LODIK
21761027
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................................3
B. Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................5
A. Pengertian Kontrasepsi dan Cara Kerja Kontrasepsi Implant............................................5
1. Pengertian Kontrasepsi.....................................................................................................5
2. Cara Kerja Kontrasepsi Implant.......................................................................................5
B. Indikasi dan Kontraindikasi...............................................................................................6
1. Indikasi.............................................................................................................................6
2. Kontra Indikasi.................................................................................................................6
C. Jenis-jenis Impant...............................................................................................................7
1. Norplant............................................................................................................................7
2. Implanon...........................................................................................................................7
3. Jadena dan Indoplant........................................................................................................7
4. Uniplant............................................................................................................................7
5. Capronor...........................................................................................................................7
D. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implant.................................................................8
1. Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :.....................................................................8
2. Kerugian Kontrasepsi Implant..........................................................................................9
E. Efek Samping...................................................................................................................12
F. Pemasangan dan Pencabutan Implant...................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan
kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah
dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB) yang
merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan
bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti.
Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan
masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan
bermakna. Seperti diketahui bahwa KB mencakup dua tujuan utama : a) Pengaturan jarak
kelahiran (“spacing”) dan b) memenuhi keinginan suami-istri untuk tidak ingin lagi menambah
anak (“limiting”). Masyarakat Indonesia dapat menerima hampir semua metode medis teknis KB
yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu metode KB yaitu Metode Modern Kontrasepsi
Hormonal. Metode modern kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga, yaitu kontrasepsi suntik,
kontrasepsi oral, dan kontrasepsi implan.
Materi hand out yang akan dipelajari kali ini adalah kontrasepsi implan. Kontrasepsi implan
disebut juga alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), karena insersinya pada bagian subdermal.
Kontrasepsi implan berisi hormon progestin dalam dosis rendah, yang mempunyai masa kerja
panjang.
Tujuan akhir dari hand out ini adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai
pelayanan kontrasepsi implan. Kontrasepsi implan yang akan dibahas meliputi pengertian dan
cara kerja kontrasepsi implan, jenis-jenis kontrasepsi implan, keuntungan dan kerugian
kontrasepsi implan yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab, brain storming dan
penugasan.
Pada dasarnya setiap orang termasuk mahasiswa memiliki kemampuan untuk
menstransformasikan dirinya sendiri. Untuk memperbaiki kemampuan ini merupakan salah satu
aktivitas yang menantang, namun juga sangat mengasyikkan, berguna dan menyenangkan. Oleh
karena itu, mari kita mulai petualangan penempaan kemampuan diri ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kontrasepsi
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks.
Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi
sperma.
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan
sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada
hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Oval: Lendir serviks menjadi kental Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi. Mengurangi transportasi sperma Menekan ovulasi
1. Indikasi
a. Pemakaian KB yang jangka waktu lama;
b. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat;
2. Kontra Indikasi
a. Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab;
g. Pasca keguguran;
j. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan
sabit (sickle cell);
C. Jenis-jenis Impant
1. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama
penggunaan, kemudian menurun sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat
ini norplant yang paling banyak dipakai.
2. Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang dimasukkan
kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya
adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa
kerjanya.
4. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg nomegestrol
asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama kerja 1 tahun.
5. Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari bahan
pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh. Bahan
pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan
pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat penggunaan
kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan
secara bedah. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton.
Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16
mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel.
Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali
lebih cepat dibandingkan silastic.
Jenis – jenis implan mempengaruhi lama kerja alat kontrasepsi tersebut. Lama kerja ini
dipengaruhi oleh jenis hormon yang digunakan serta dosis hormon yang terkandung dalam
kapsul implan. Implan yang dapat mengalami biodegradasi menghantar progestin dalam kadar
konstan untuk suatu periode waktu yang bervariasi dari sebuah wahana yang larut dalam jaringan
tubuh. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah.
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat
efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1
kehamilan per 100 perempuan.
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu
satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada
jenis norplant.
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam
setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik
normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada
wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek
pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan
implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan
memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah
pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis
rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan
kontrasepsi implan.
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian
subdermal di bagian dalam lengan atas.
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap
kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui
tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-
pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan
dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80%
pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan
volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga
terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur
dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah
tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
a. Nyeri kepala
Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira 20%
wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan
dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga,
diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas
androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis
apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan
Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada
hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
c. Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling
umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel
yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar
globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan
peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda
dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada
kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak
berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene
kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik
topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal).
Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan
implan.
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita.
Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan berbagai
derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan
implan merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami
tidak separah yang dibayangkan.
Pada kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses
pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi yang dibuat
untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil yang
biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan
oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa
bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu
insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam
melakukan pemasangan serta pencabutan implan.
f. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti
herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko
menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode
perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
h. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan
tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel
yang rendah di dalam darah.
Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000 wanita
per tahun penggunaan.
Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika
kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30% kehamilan
pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.
0,20
Implan
0,28
* Centers for Disease Control and Prevention, Ectopic Pregnancy in the United States
E. Efek Samping
1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-
kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.
3. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya waktu.
5. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui.
Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan (Gunawan, 1999).
F. Pemasangan dan Pencabutan Implant
1. Pemasangan Implant:
a. Pelaksanaan Pelayanan
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan maupun
pencabutan implan.
Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun
di rumah sakit,serta harus:
5) Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir
(air kran dan lain-lain).
b. Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implan,
petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas
perlu melakukan hal-hal sbb:
1) Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang
implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi
efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien
2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan
pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih
yang mengalir sudah cukup
3) Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang sarung
tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
4) Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti septik:
gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan implan.
6) Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai, taruh pada
wadah kering dan bertutup.
8) Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%.
Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
c. Persiapan
1) Persiapan Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik
pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di
daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi
resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan implan Norplant.
d) Kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakkan
implan Norplant;
e) Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril (atau didisinfeksi tingkat
tinggi)Sabun untuk mencuci tangan;
f) Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon iodin
lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok anti karat;
h) Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch);
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan kalpel atau
trokar tajam untuk membuat insisi;
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat dibawah
kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan;
7) Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya dipasang
(untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang kapsul yangsudah terpasang tersebut
dengan jari tengah dan masuk trokar pelan-pelan disepanjang tepi jari tersebut);
8) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat
dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat;
9) Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipasang dan periksa
seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam kapsul dipasang dalam posisi
benar dan pada bidang yang sama dibawah kulit;
e. Persiapan Pemasangan
1) Langkah 1
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta
membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik
tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk
menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
2) Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih.
3) Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri)
diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus disangga dengan baik
dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk
memudahkan pemasangan.
4) Langkah 4
5) Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
6) Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan
jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat
diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-
alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi
satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam
kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
. 1) Langkah 1
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2) Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna
mencegah kontaminasi silang).
3) Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan
jumlahnya.
4) Langkah 4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk
memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan,
hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh kulit yang
tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan
gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai
tindakan. Hapus antiseptik yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak
terlihat.
5) Langkah 5
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan.
Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
6) Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat
anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul
implan.
7) Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk
memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi
untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum,
masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan
lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil
menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul
g. Pemasanagan Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat
anestesi telah bekerja :
1) Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit.
Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
2) Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam
menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :
b) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah
memasang setiap kapsul.
3) Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung
trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti
kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah
kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut
lainnya.
4) Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal.
Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari. Trokar harus
selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila
berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5) Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
6) Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau
klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil
dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau pertikel lain.
7) Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada
tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
8) Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik
tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda
(2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Hal yang
penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak
mendorong kapsul ke jaringan.
9) Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan
kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan
jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah
kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan
untuk memasang kapsul berikutnya.
10) Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan
kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya
geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama
dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk
tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan
mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai
masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11) Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi
pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
12) Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
13) Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau
terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali di
tempat yang tepat.
14) Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar
pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit.
a) Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril untuk
menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut;
b) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis
dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).
2) Perawatan klien :
a) Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum yang
mungkin terjadi selama pemasangan;
b) Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau
efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah
pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
2. Pencabutan Implan :
2) Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa;
4) Terjadi kehamilan.
b. Prosedur Pengangkatan :
1) Alat-alat yang diperlukan: selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul
Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu furseps bengkok.
2) Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6), kalau perlu kapsul di dorong kearah tempat
insisi akan dilakukan.
3) Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang.
5) Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul
Norplant.
6) Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain
kearah ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
7) Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalo perlu dibantu
dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan
jaringan sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut
pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar.
8) Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk mengeuarkan kapsul kedua sampai keenam. Jika
sewaktu mengeluarkan kapsul terjadi perdarahan maka hentikan terlebih dahulu perdarahannya.
9) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak terjadi perdarahan tutup luka dengan kassa
steril kemudian di plester.
11) Informasikan kepada pemakai untuk tidak membasahi luka selama 3 hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kontrasepsi implan adalah kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestin dosis
rendah, diinsersikan subdermal dengan masa kerja panjang.
2. Kontrasepsi implan mencegah terjadinya kehamilan dengan cara membuat lendir serviks
menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma
dan menekan ovulasi.
3. Terdapat enam jenis kontrasepsi implan yaitu norplant, implanon, jadena, indoplant,
uniplant dan capronor.
4. Beberapa keuntungan kontrasepsi implan antara lain efektivitas implan sangat tinggi,
metode yang baik untuk wanita menyusui serta kembalinya kesuburan setelah pengangkatan
terjadi cepat. Beberapa kerugian yang berhubungan dengan penggunaan implan, diantaranya
menyebabkan kekacauan dalam pola perdarahan haid hingga 80% pengguna, terutama selama
tahun pertama penggunaan.
B. Saran
1. Untuk Pasien : Bila Anda ingin menghentikan pemakaian implan, segera kunjungi pekerja
kesehatan yang memasangnya atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot sendiri di rumah.
Bari, Abdul, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.