SKENARIO B BLOK 8
Disusun Oleh :
NIM: 04011382126196
Kelas: Omega
Kelompok: 18
(Pemeriksaan Laboratorium)
A. Pemeriksaan KOH
1. Pengertian
Pemeriksaan dengan menggunakan KOH adalah teknik pemeriksaan
sederhana dengan menggunakan mikroskop biasa. Solutio KOH yang alkalis
dapat menyebabkan penghancuran sel-sel corneocyte. Dengan
pembersihan/penghancuran tersebut memungkinkan untuk identifikasi/melihat di
bawah mikroskop bahan-bahan exogenous non protein misalnya hypha, spora dan
serabut fiberglass.
Diagnosis dermatofitosis yang dilakukan secara rutin adalah pemeriksaan
mikroskopik langsung dengan KOH 10-20%. Pada sediaan KOH tampak hifa
bersepta dan bercabang tanpa penyempitan. Terdapatnya hifa pada sediaan
mikroskopis dengan kalium hidroksida (KOH) dapat memastikan diagnosis
dermatofitosis. Pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mengidentifikasi
struktur jamur merupakan teknik yang cepat, sederhana, terjangkau, dan telah
digunakan secara luas sebagai teknik skrining awal. Teknik ini hanya memiliki
sensitivitas hingga 40% dan spesifisitas hingga 70%. Hasil negatif palsu dapat
terjadi hingga pada l5% kasus, bahkan bila secara klinis sangat khas untuk
dermatofitosis. Sensitivitas, spesifisitas, dan hasil negatif palsu pemeriksaan
mikroskopik sediaan langsung dengan KOH pada dermatofitosis sangat bervariasi.
2. Prosedur
a. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kaca objek, Kaca
penutup, Skalpel atau gelas alas untuk mengambil kerokan, Bunsen, Plat steril,
Erlenmeyer, magnetic stirrer, Timbangan, Gelas Ukur, Penangas air, Autoklaf,
Lamintar Air Flow, cawan petri, Tabung reaksi, pengaduk dan inkubator.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalium hidroksida
(KOH) 10%, Kapas Alkohol 70%, pewarna Lactophenol Cotton Blue (LPCB),
Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Kloramfenikol, Akuadest steril, kultur
jamur yang akan diidentifikasi, Bubuk agar Mueller-Hinton, dan Cakram
Griseofulvin.
Cara kerja:
1. Bersihkan objek glass dan cover glass menggunakan alkohol 70% dan tissue
untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel.
2. Teteskan sedikit larutan LPCB di tengah permukaan objek glass.
3. Ambil sedikit hifa jamur yang berada di bagian tepi, taruh di permukaan
objek glass yang telah ditetesi LPCB.
4. Uraikan hifa secara hati-hati menggunakan dua jarum pentul steril sambil
diamati menggunakan stereomikroskop.
5. Tutup sediaan jamur menggunakan cover glass secara hati-hati dan usahakan
tidak ada gelembung udara dalam preparat.
6. Bersihkan kelebihan LPCB dengan kertas hisap
7. Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga kuat.
Amati morfologi jamur yang terlihat serta bagian-bagiannya.
C. Kultur jamur
Kultur jamur merupakan metode diagnostik biasanya digunakan hanya pada kasus
yang berat dan tidak berespon pada pengobatan sistemik. Kultur perlu dilakukan
untuk menentukan spesiesnya karena semua spesies dermatofita tampak identik pada
sediaan langsung. Sangat penting bagi masing-masing laboratorium untuk
menggunakan media standar yakni tersedia beberapa varian untuk kultur. Seperti
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang ditambahkan dengan antibiotik
chloramphenicol dan cycloheximide. Media kultur diinkubasi pada suhu kamar 26°C
maksimal selama 4 minggu dan dibuang bila tidak ada pertumbuhan.
D. Lampu wood
Penggunaan lampu wood menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm (sinar hitam) yang
dapat digunakan untuk membantu evaluasi penyakit kulit dan rambut. Dengan lampu
wood, pigmen fluoresen dan perbedaan warna pigmentasi melanin yang halus bisa
divisualisasi. Lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma
dimana akan tampak floresensi merah bata (Yossela T., 2015).
ANALISIS MASALAH
Dermatofitosis
Microsporum canis
.
Daftar Pustaka
Asali, Teresa., etc all. 2018. Uji Resistensi Jamur Penyebab Tinea Pedis pada Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Pontianak terhadap Griseofulvin. Jurnal FK
UNTAN.