Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

DISTRESS SPIRITUAL

Oleh Kelompok 2:
1. Ni
2. Ni
3. Ni
4. Ni
5. Ni Komang Raka Dewi ( 18101110013 )
6. Ni Putu Sekarinda Aulia P.D ( 18101110014 )
7. Ni Putu Sinta Dewi ( 18101110015 )
8. Ni Made Witari ( 18101110017 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITA MEDIKA TABANAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas yang berjudul ”
Asuhan keperawatan dengan Distress Spiritual”.

Dalam pembuatan Asuhan Keperawatan ini tentunya banyak hambatan dan rintangan
yang kami alami, akan tetapi hambatan dan rintangan tersebut dapat kami atasi. Kami
menyadari asuhan keperawatan ini belum sempurna, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun yang bermanfaat bagi kelompok kami.

Demikianlah kata pengantar ini kami buat. Jika ada salah dalam penulisan kami
mohon maaf.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Tabanan, 28 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Tujuan Makalah …………………………………………………………. 1
1.3 Rumusan Makalah ……………………………………………………….. 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi distress spiritual ……………………………………………. 5
2.2 Karakteristik distress spiritual……………………………………………. 5
2.3 Etiologi distress spiritual ……………………………………………. 6
2.4 Patofisiologi distress spiritual ……………………………………………. 7
2.5 Strategi pelaksaanaan asuhan keperawatan ………………………………. 7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Asuhan keperawatan dengan distress spiritual…………………………… 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidup yang
berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritual merubuan suatu
respons akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak
sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam menerima kenyataan yang terjadi.
Bagi individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di propinsi
NAD dn Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahan dari kejadian tersebut
akan menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yang telah dilakukan atau apa yang
akan terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasien terkadang ragu, bimbang atau antipati
dengan spiritual atau agama yang dianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual
harus pula diperhatikan atau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik
dan tidak berespons terhadap intervensi yang efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan distress spiritual ?

1.3 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui perawatan pasien dengan distress spiritual

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Distress Spiritual


Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan gangguan pada
aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah - masalah fisik atau psikososial yang
dialami. (Dochterman, 2004: 120).
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2005).
Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari
seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang. (Wilkinson, Judith
M., 2007: 490). Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan
individu dalam menemukan arti kehidupannya.
2.2 Karakteristik
Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain


a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

5
d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam


a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

2.3 Etiologi
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik  Abuse
b. Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).
1. Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan
sosial.

6
2. Faktor Presipitasi
a. Kejadian Stresfull
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan
hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam
menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
b. Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
2.4 Patofisiologi
Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari ikatan spiritual
sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal, penyakit yang
membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran, kelahiran, dan mati.
2.5 Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual
Tindakan Psikoterapeutik
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan
spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang
diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut
oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

7
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

8
BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

A. PENGKAJIAN
- Identitas: Umur menentukan peningkatan stress
B. RIWAYAT KESEHATAN
- Keluhan Utama : Biasanya yang dirasakan adalah pusing kepala
- Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya sejak kapan timbulnya stress tersebut
- Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya memiliki riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang dideritanya
- Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang
sama atau penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak
C. POLA FUNGSI KESEHATAN
Berikut ini adalah 11 Pola Fungsi yang harus dilakukan pengkajian pada pasien
Distress Spiritual :
1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
- Arti sehat dan sakit
- Pengetahuan status kesehatan saat ini
- Perlindungan terhadap kesehatan : Program skrining, kunjungan kepusat layanan
kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress, factor ekonomi
- Pemeriksaan diri sendiri : Riwayat, medis keluarga, pengobatan yang telah dilakukan
- Perilaku untuk mengatasi masalah
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
2. Pola Nutrisi / Metabolisme
- Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan
- Intake nutrisi (frekuensi, jumlah & komposisi) : (Makan sehari berapa kali, jumlahnya
berapa porsi dalam satu kali makan, jenis makanan apa saja yang dimakan.)
- Intake cairan (frekuensi, jumlah & jenis) : (Minum sehari berapa kali, jumlahnya
berapa porsi dalam satu kali makan, jenis minum apa yang diminum.)
- Nafsu makan : (Baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)
- Masalah dengan makan : (Ada atau tidak masalah dalam makan)

9
- Makanan kesukaan : (Jenis makanan yang disukai)
- Alergi makanan : (Mempunyai alergi makanan apa tidak)
3. Pola Eliminasi
- Eliminasi Urin
- Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali, kapan saja waktu
untuk BAK, jumlah BAK nya berapa ml)
- Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan) : (warna urin, jernih atau tidak,
berbau apa tidak, ada endapan atau tidak)
- Faktor yang mempengaruhi BAK : (faktor yang mempengaruhi px untuk BAK apa
saja)
- Masalah eliminasi uri : (ada atau tidak)
- Eliminasi Alvi
- Pola BAB (frekuensi, waktu) : (BAB sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk
BAB)
- Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah) : (berbau apa tidak, jumlah BAB apa saja)
- Masalah dengan BAB : (ada atau tidak)
- Faktor yang mempengaruhi BAB : (faktoryang mempengaruhi px untuk BAK apa
saja)
- Penggunaan laksantif : (menggunakan atau tidak)
4. Pola Aktivitas – Latihan
- Pola aktifitas ysng dilakukan
- Aktivitas diwaktu luang : (Aktivitas yang ada dalam waktu luang)
- Masalah dalam aktivitas : (Ada masalah atau tidak dalam beraktivitas)
- Penggunaan alat bantu : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
- Aktivitas sejak sakit : (Apa saja aktivitas pada saat sakit)
5. Pola Istirahat Tidur
- Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas) : (Kapan saja tidur, tidur berapa kali
sehari, sering terbangun atau tidak)
- Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari : (Ada atau tidak dampak
yang dialami)
- Kesulitan tidur : (Merasa kesulitan tidur atau tidak)
- Alat bantu tidur : (Mengguanakan alat bantu tidur atau tidak)
6. Pola Kognitif Perseptual

10
- Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman) : (Mamp
mendengar, melihat, mencium bau secara normal atau tidak)
- Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
- Masalah perseptual : (Mempunyai masalah sensori perseptual)
- Perubahan memori : (Selama sakit mengalami perubahan memori atau tidak)
- Presepsi nyeri & penanganan nyeri (P,Q,R,S,T) : (Penyebab nyerinya apa, kualitas
nyerinya bagaimana, dibagian mana yang mengalami nyeri, skala nyerinya berapa,
kapan saja waktu yang dialami ketika nyeri)
7. Konsep Diri / Persepsi Diri
- Konsep diri :
Body Image : (Merupakan gambaran tubuh atau diri ketika sakit)
Self Ideal : (Merupakan ideal diri ketika sakit)
Self Esteem : (Harga diri ketika sakit)
Role : (Peran selama sakit terganggu atau tidak)
Identitas : (Menjelaskan tentang identitas)
8. Pola Hubungan – Peran
- Keefektifan peran : (Selama sakit peran yang dilakukan efektif atau tidak)
- Hubungan dengan orang terdekat : (Bagaimana hubungan dengan orang terdekat
selam sakit)
- Efek perubahan peran terhadap hubungan : (Ada atau tidak efek perubahan peran
terhadap hubungan dengan orang sekitar)
9. Pola Seksualitas – Reproduksi
- Dampak sakit terhadap seksualitas : (Ada atau tidak dampak sakit terhadap
seksualitas)
- Riwayat haid : Masih mengalami haid apa tidak)
- Tindakan pengendalian kelahiran : (Ada atau tidak tindakan yang dilakukan untuk
pengendalian kelahiran)
- Riwayat penyakit hubungan seksual : (Punya atau tidak riwayat penyakit hubungan
seksual)
10. Pola Koping – Toleransi Stress
- Penggunaan sistem pendukung : (Sistem pendukung apa yang digunakan)
- Stressor sebelum sakit :( (Adakah stres atau penyebab lain yang dapat menyebabkan
sakit)

11
- Metode koping yang biasa digunakan : (Metode apa saja yang biasnya digunakan
agar tidak menyebabkan stres)
- Faktor – faktor yang mempengaruhu koping : (Apa saja faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi koping)
- Efek penyakit terhadap tingkat stress : (Penyakit yang diderita menjadikan efek
peningkatan stres atau tidak)
- Penggunaan alkohol & obat lain untuk mengatasi stress : (Apakah mengguanakan
alkohol dan obat lain untuk mengatasi stres)
11. Pola Nilai – Kepercayaan
- Agama : (Agama apa yang dianut)
- Kegiatan keagamaan & budaya : (Ba gaimana kegiatan dalam keagamaan dan
budayanya selama sakit)
D. PEMERIKSAAN FISIK
- Kepala dan Leher :
1. Rambut : Rambut bersih atau tidak, warna raambutnya apa, beruban atau tidak,
rambutnya rontok apa tidak, ada benjolan atau tidak.
2. Wajah : Bentuk wajahnya simetris apa tidak, ada lukaapa tidak.
3. Mata : Simetris atau tidak kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah mda, pucat,
atau icterus, sklera putih atau tidak,reaksi pupil bai atau tidak.
4. Hidung : Bersih atau tidak, terdapat serumen atau tidak.
5. Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, terdapat lesi atau tidak.
6. Mulut : Mukosa bibir kering apa tidak, warna bibirnya apa, ada sariawan atau tidak.
7. Gigi : Ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang masih ada berapa, ada karies apa
tidak
8. Leher : Ada benjolan atau tidak, edema atau tidak.
9. Pemeriksaan Thorak
- Pulmonum
Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan dalam batas normal
apa tidak (normal: 16-20 kali/menit) pola pernafasan cupnca atau tidak, menggunakan
alat bantu pernfasan atau tidak
Palpasi : Tactil fremitus
Perkusi : Suara paru sonor, redup, pekak
Auskultasi : Suara nafas (vesikuler, bronkovesikuler, bronkhial), suara tambahan
(wheezing, ronkhi, dan lain-lain)

12
- Jantung
Inspeksi : Bentuk precodium simetris atau tidak, perubahan bentuk seperti cekung dan
kembung, denyut appeks jantung normal berbentuk tonjolan kecil, denyut nadi ada
dada simetris atau tidak denyut vena pada dada dan punggung normalnya tidak terlihat
Palpasi : Denyut appeks jantung normal biasanya dipalpasi
Perkusi : Jantung kondisi normal bila luas kanan dan kiri seimbang
Auskultasi : Suara jantung normal bila tidak ada suara bising dan tidak terdengar
melemah
10. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris apa tidak, datar(flat), cekung, atau buncit, umbilicus
keluar atau tidak, ada luka atau tidak
Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak, terdapat apendisitis
atau tidak
Perkusi : Normal(timpani), pekak, atau redup
Auskultasi : Peristaltic usus, normalnya 5-35x/menit atau tiap 5-15 detik sekali.
11. Genetalia Anus :
Genetalia : Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia apa tidak, terpasang kateter
apa tidak
Anus : Pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak
12. Ekstremitas : Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berap
13. Integument : Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Lab
- Foto Rontgen
- Usg

13
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distres spiritual berhubungan dengan gangguan sosio-kultural ditandai dengan merasa
menderita atau tidak berdaya, tidak mampu beribadah, koping tidak efektik.

II. INTERVENSI
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Distres spiritual Setelah dilakukannya SIKI : Dukungan - Klien mampu
asuhan keperawatan Spiritual menyampaikan
Klien mampu - Identifikasi perasaan
menyatakan mencapai perasaan khawatir yang
kenyamanan dari khawatir, dialami serta rasa
pelaksanaan praktik kesepian dan kesepian dan
spiritual sebelumnnya ketidakberdayaan ketidak
dan merasa kehidupannya berdayaan.
berarti/bermakna dengan - Identifikasi - Klien mampu
kriteria hasil : pandangan menyampaikan
SLKI : Status Spiritual tentang hubungan bagaimana
1. Verbalisasi makna antara spiritual pandangannya
dan tujuan hidup dan kesehatan terhadap spiritual
meningkat. dan
2. Perasaan takut kesehatannya.
- Berikan
menurun - Klien dapat dapat
kesempatan
3. Kemampuan mengekspresikan
mengekspresikan
beribadah membaik perasaannya
perasaan tentang
tentang penyakit
penyakit dan
dan kematian.
kematian

14
- Yakinkan bahwa - Klien percaya
perawat bersedia bahwa perawat
mendukung akan bersedia
selama masa mendukung
ketidakberdayaan selama masa
ketidakberdayaan
- Klien selalu
- Sediakan privasi menjaga privasi
dan waktu tenang dan selalu ada
untuk aktivitas waktu tenang
spiritual untuk aktivitas
spiritual
- Klien mampu
- Fasilitasi melakukan
melakukan ibadahnya
kegiatan ibadah - Klien mampu
- Anjurkan metode melakukan
relaksasi, metode relaksasi
mediasi, dan secara
imajinasi terbimbing
terbimbing - Klien selalu
- Atur kunjungan bersedia
dengan menemui
rohaniawan (mis, rohaniawan
ustad, pendeta, (mis : ustad,
room, biksu) pendeta, room,
biksu )

15
IV. IMPLEMENTASI

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat


intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan
karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar
dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani,
2009). Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilak keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).

V. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat
dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada
penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab
mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994
dalam Deswani, 2009).

16

Anda mungkin juga menyukai