Anda di halaman 1dari 8

Di samping CFGF diet, anak juga perlu diet gula (Sugar-Free) yaitu tidak diberikan gula dalam bentuk

murni ataupun dalam makanan/minuman dari sumber apapun (gula pasir, gula
batu/Jawa/aren/kelapa, sirup, madu, sari kurma, dlsb). Masalahnya dengan pemberian gula ini
(disakarida/polisakarida), yaitu adanya sisa-sisa gula dalam saluran perncernaan yang tidak terserap
oleh usus, dan yang kemudian menjadi makanan/"pupuk" bagi jamur, sehingga jamur tumbuh
berlebihan yang akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut sebagai leaky-gut syndrome, yaitu
meningkatnya permeabilitas (daya serap) usus, sehingga bahan-bahan yang seharusnya tidak
terserap menjadi terserap (termasuk produk-produk/toksin dari jamur, bakteri, dan parasit) yang
akan mengganggu kerja syaraf/otak. Di samping itu juga terbentuk gas-gas yang akan menyebabkan
anak menjadi kembung serta adanya colicky-pain.

Gula/karbohidrat yang terdapat dalam makanan (misalnya buah dan sayuran), akan dicerna menjadi
glukose dan diabsorbsi secara perlahan, sehingga menghasilkan peningkatan pada gula darah yang
bertahap. Sedangkan gula dalam bentuk murni (misalnya gula pasir/batu/Jawa/aren/kelapa) atau
dalam bentuk makanan olahan (misalnya biskuit, coklat, dlsb) akan diserap secara cepat, sehingga
menyebabkan peningkatan pada gula darah secara cepat/mendadak. Peningkatan cepat/mendadak
ini (disebut hiperglikemia) merupakan kejutan bagi pankreas sehingga akan memaksa pankreas
memproduksi banyak insulin secara cepat untuk menghadapi glukose darah yang berlebihan ini,
sehingga sekitar satu jam kemudian kadar glukose darah malah akan turun drastis yang disebut
hipoglikemia, sehingga anak/orang yang bersangkutan perlu kembali mengkonsumsi gula lagi,
kemudian siklus roller-coaster gula darah ini akan terulang kembali. Siklus naik turunnya glukose
darah dalam waktu singkat ini terbukti menyebabkan berbagai masalah perilaku lainnya. Fase
hiperglikemia pada anak autistik akan menyebabkan hiperaktivitas dan stimulasi diri. Sedangkan fase
hipoglikemia pada mereka akan menyebabkan mereka merasa tidak karuan, sering disertai sakit
kepala, uring-uringan, tantrum, dan lesu.

Peningkatan gula darah selain hal tersebut di atas, juga akan memicu radikal bebas yang merusak,
oxidative stress, dan peradangan. Di samping itu, gula darah yang meningkat dapat berikatan
dengan peptida-peptida eksorfin (caseomorfin, gluteomorfin, dll) yang menghasilkan molekul-
molekul glikat yang merusak pembuluh-pembuluh darah serta syaraf-syaraf termasuk sel-sel otak.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Autisme: Sugar Free Diet Pada Autistik",
Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/lizarudy/552fc6256ea83470388b457e/autisme-sugar-free-diet-pada-
autistik
Kreator: Dr Rudy Sutadi Dan Kid ABA

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com

Tinggi/rendahnya peningkatan gula darah diukur dalam indeks glikemik. Bahan makanan karbohidrat
yang telah diproses, termasuk gula, mempunyai indeks glikemik yang tinggi, termasuk juga kentang,
wortel yang dimasak, dan kacang-polong. Sebaiknya anak autistik diberi karbohidrat dengan indeks
glikemik yang rendah seperti buah dan sayuran, serta sereal. Madu sebenarnya mengandung
fruktosa yang mempunyai indeks glikemik rendah, namun dalam pemrosesannya akan merusak
enzim-enzim dan bahan-bahan gizi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan peningkatan indeks
glikemiknya. Beras/nasi putih juga perlu diperhatikan, mungkin perlu dibatasi atau dihindari, dan
menggantinya dengan beras merah.

Selain itu, gula yang dikonsumsi oleh anak autistik akan menyebabkan lingkungan yang seperti lem
yang menjadi sarang parasit dan cacing untuk berkembang biak, selain juga seperti "pupuk" bagi
bakteri dan jamur untuk tumbuh berlebihan, seperti yang telah diterangkan di atas. Berbagai bahan
yang diproduksi oleh jamur, bakteri, cacing, dan parasit akan terserap oleh usus oleh karena adanya
leaky-gut syndrome (hiperpermeabilitas usus) yang kemudian akan "meracuni" otak dan syaraf anak
autistik. Sehingga pada anak-anak autistik, semakin banyak mereka mengkonsumsi gula, maka
semakin "toksik" kondisi mereka. Selain itu juga, penelitian ilmiah belum lama ini membuktikan
adanya gangguan/masalah autoimun pada autisme yang disebabkan ketidak-seimbangan sistem
imun yaitu overaktivitas Th1 dan penekanan Th2. Hal ini disebabkan oleh gula yang memperlemah
fungsi makrofag, sel-sel NK (natural killer), dan sel-sel darah putih lainnya.

Jadi, restrictive-diet bagi penyandang autistik tidak hanya CFGF, tetapi lengkapnya adalah CFGFSF
(Casein-Free, Gluten-Free, dan Sugar-Free) diet.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Autisme: Sugar Free Diet Pada Autistik",
Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/lizarudy/552fc6256ea83470388b457e/autisme-sugar-free-diet-pada-
autistik

Kreator: Dr Rudy Sutadi Dan Kid ABA

Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.

1. Makanan mengandung tepung dan susu

Anak autisme tidak boleh mengonsumsi makanan yang mengandung gluten


(protein yang ada pada tepung dan gandum) dan kasein (protein pada susu). Ini
karena membahayakan jaringan saraf pada tubuh anak dengan autisme.

"Makan remahan roti atau biskuit sedikit saja, itu sudah ada efeknya. Harus
hindari roti, biskuit, dan kue," kata Diana.

Segala susu dan produk olahan susu juga harus dihindari anak autisme. Susu
kedelai atau soya kedelai juga tidak boleh.

2. Rumah kotor

Keadaan rumah harus selalu bersih setiap hari. Tak hanya rumah saja,
lingkungan sekitar rumah, seperti taman dan beranda juga harus terjaga
kebersihannya.

3. Obat sirup

Anak autisme tidak boleh minum obat sirup. Kandungan gula pada sirup dapat
membahayakan saluran pencernaan. Jika sakit dan perlu minum obat, berikan
obat dalam bentuk tablet.

"Biar lebih mudah diminum. Tabletnya dihancurkan jadi bentuk bubuk (puyer),
baru bisa diberikan pada anak," Diana mengungkapkan.
4. Makanan sumber fenol tinggi

Kadar fenol tinggi dapat memengaruhi sistem saraf anak. Fenol adalah zat kimia
yang biasa terdapat pada buah sayuran, seperti jeruk, tomat, anggur, dan ceri.
Makanan yang mengandung bahan pengawet dan perasa makanan juga tidak
boleh.

"Makanan yang enggak bolehnya memang banyak, tapi tetap banyak juga
makanan yang boleh. Anak saya masih boleh makan buah kesemek, naga putih,
dan jambu putih," tutur Diana.

3. Garam dapur

Soal garam juga tidak bisa sembarangan, menggunakan garam biasa (garam dapur). Anak
autisme harus makan menggunakan garam khusus, yakni garam laut (sea salt). Garam
laut lebih sehat daripada garam dapur.

Pada garam dapur sudah ditambahkan zat kimia lain, yang bisa membahayakan kesehatan
anak autisme.

4. Alat masak dan makan stainless

Jangan gunakan panci atau alat masak dan makan apapun yang terbuat dari stainless. Ini
dikarenakan bahan stainless mengandung kadar logam, yang bisa saja membahayakan
anak autisme.

"Kalau soal peralatan masak, semua panci jadi pakai panci kaca. Pokoknya, pakai saja
alat masak dan makan, yang terbuat dari bahan gelas dan kaca," jelas Diana. Memasak
nasi pun tidak boleh menggunakan rice cooker.

5. Air minum

Diana rutin mengecek air yang ada di rumahnya. Air yang biasa dipakai untuk
minum maupun mencuci pakaian terkandung logam berat. Untuk kebutuhan
minum, ia menggunakan air mineral.

Selain itu, penyaring udara juga diperlukan agar lingkungan rumah menjadi
nyaman dan aman dari bakteri berbahaya, yang mungkin akan terhirup anak.

6. Sabun
Untuk mencuci alat makan dan pakaian, Diana hanya menggunakan satu jenis
sabun, yakni sabun colek B29.

"Sabun colek B29 ini kandungan bahan kimianya paling rendah. Saya pakai buat
cuci piring sampai pakaian," Diana menjelaskan.

7. Alat makan bersama

Penggunaan alat makan bersama perlu dihindari agar anak autisme tidak
terpapar bakteri yang mudah menular. Alat makan untuk anak autisme harus
khusus, yang tidak mengandung logam berat, seperti stainless.

"Saya masak di rumah pakai panci kaca. Alat makan juga pakai kaca. Bisa juga
pakai alat makan yang terbuat dari kayu," ujar Diana.

Selain itu, spons cuci piring juga harus sendiri. Tidak boleh menggunakan spons
untuk mencuci alat makan bersama.

Obesitas atau kegemukan tampaknya menjadi hal yang harus dihindari.


Berbagai macam obat diet dan cara diet banyak beredar di masyarakat.
Dengan persentase yang menjanjikan bisa membuat tubuh Anda bisa lebih
indah untuk dilihat. Namun, diet tidak hanya dilakukan Anda yang terkena
obesitas atau sekadar memperindah bentuk tubuh. Ternyata diet juga
dilakukan oleh anak-anak autis. Lantas bagaimana cara dietnya ?

Autis merupakan gangguan perkembangan yang menyerang anak pada


usia balita hingga tiga tahun dengan deteksi dini lebih cepat. Gangguan
perkembangan tersebut ternyata berpengaruh terhadap makanan yang
dikonsumsi anak-anak autis.

Diet GFCF menjadi salah satu diet yang bisa dilakukan oleh anak autis,
guna mencegah gangguan pencernaan lain yang mengakibatkan semakin
parahnya perkembangan anak autis. Diet GFCF ialah diet Gluten Free
Casein Free di mana anak penyandang autis menghilangkan konsumsi
gluten dan casein.

Gluten merupakan protein yang terdapat pada tumbuhan. Sedangkan


Casein merupakan phospo protein dari susu yang mempunyai struktur
mirip gluten. Dalam proses pencernaan di saluran tubuh, makanan dipecah
menjadi komponen komponen yang lebih sederhana sehingga dapat
diserap oleh usus halus untuk dipergunakan oleh tubuh. Proses
pemecahan menjadi bentuk sederhana ini dilakukan oleh enzim yang ada
di saluran pencernaan.

Bahan makanan yang mengandung protein (yang terbentuk dari rangkaian


beberapa asam amino) dalam saluran pencernaan dipecah menjadi asam
amino tunggal dan bentuk paling sederhana inilah yang diserap oleh tubuh.
Anak penyandang autis mempunyai masalah dalam proses mencerna/
memecah protein gluten dan casein. Akibatnya struktur protein gluten dan
casein dalam saluran cerna anak autis tidak terpecah sempurna menjadi
asam amino tunggal melainkan masih dalam bentuk peptida ( rangkaian
beberapa asam amino).

Lalu akan terjadi masalah di mana peptida akan keluar dari saluran
pencernaan ( diserap oleh tubuh) masuk dalam ke dalam darah ( pada
normal hal ini seharusnya tidak terjadi ) dan kondisi ini disebut Leaky gut
(Kebocoran saluran cerna) di mana dinding usus halus tidak mampu lagi
menjadi dinding pemisah antara isi usus halus dan darah.

Cara Diet Untuk Anak Autis

Diet tersebut tentunya bisa dilakukan oleh orang tua penyandang autis.
Diet GFCF bisa dilakukan dengan kontrol secara teratur. Diet GFCF
baiknya dilakukan setiap minggu, dengan jadwal sebagai berikut :

Minggu ke I

Kurangi dan kalau mungkin hapuskan makanan yang berasal dari terigu
dalam bentuk mie.

Solusi : Cari makanan mirip mie yang berasal dari tepung beras.

Seperti : Bihun, rice spaghetti, corn spaghetti, rice & corn fetucinni,
kwetiauw beras.

Minggu ke II

Selain mie di atas, kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang
berupa biskuit. Biskuit yang ada di pasaran bebas terdiri dari susu, terigu,
zat aditif (perenyah, pengawet, perasa, dll).

Solusi : Cari biskuit dari tepung beras.

Seperti : Produk Oma Lina’s (Kue semprit, kue chocollatechip cookies, kue
krispi)
Minggu ke III

Selain mie, biskuit, roti – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan
yang berupa roti. Roti biasanya dominan mengandung tepung terigu dan
ragi.

Solusi : Buatkan makanan yang bebas dari tepung sebagai camilan.

Seperti : singkong goreng, ubi goreng, kentang goreng.

Minggu ke IV

Selain mie, biskuit, roti – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan
yang berasal dari susu sapi, seperti: susu bubuk untuk anak yang banyak
di pasaran, keju – kurangi atau kalau mungkin hapuskan makanan yang
berasal dari susu sapi, seperti: susu bubuk untuk anak yang banyak di
pasaran, keju, coklat yang dijual di pasaran.

Solusi : Susu kedelai dengan tambahan aroma pandan, aroma jahe, bisa
juga ditambah dengan coklat Paskesz (bukan dari produk susu), susu
kentang (Vance dari Free)

Bila diperlukan, kurangi atau hapuskan susu kedelai. Sebagai


penggantinya, pakailah air tajin dari beras.

Minggu ke V

Selain mie, biskuit, roti, susu – kurangi atau kalau mungkin hapuskan
makanan yang banyak mengandung gula, seperti: sirup, permen, minuman
kotak yang dijual di pasaran, soft drink.

Solusi : No sugar, ganti dengan gula merah, Stevia.

Minggu ke VI

Selain mie, biskuit, roti, susu, gula – atur buah-buahan yang biasa
dikonsumsi anak. Hindari apel, anggur, melon, Selain mie, biskuit, roti,
susu, gula – atur buah-buahan yang biasa dikonsumsi anak. Hindari apel,
anggur, melon, tomat, jeruk, strawberry.

Konsumsi: pepaya, nenas, sirsak, kiwi. Bila perlu dalam bentuk pudding.
Diet GFCF tentu perlu kerjasama antara orang tua dan anak penyandang
autis. Dengan diet GFCF perkembangan anak autis akan lebih baik dengan
catatan hindari makanan yang mengandung pengawet, perasa, pewarna
dan msg. *Athurtian

Anda mungkin juga menyukai