pada bulan Juli 2020 hingga bulan Agustus 2020. Subjek penelitian terdiri dari 32
subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini.
dibagi menjadi karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.
subjek (43,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 9 subjek (56,3%) berjenis kelamin
perempuan.
41
42
TABEL 4.1
Laki-laki 8 50 7 43,8
Perempuan 8 50 9 56,3
bahwa subjek penelitian pada kelompok I berusia antara 60-73 tahun dengan usia
subjek termuda yaitu 60 tahun dan usia subjek tertua adalah 73 tahun. Rata-rata
usia subjek yaitu 66,5 tahun dan standar deviasi yaitu 4,953. Berdasarkan data
yang didapatkan, subjek penelitian dengan range usia 60-69 tahun adalah
sebanyak 11 subjek atau 68,8% dari total subjek penelitian. Subjek penelitian
dengan range usia 70-74 tahun adalah sebanyak 5 subjek atau 31,3% dari total
subjek penelitian.
dengan usia subjek termuda yaitu 60 tahun dan usia subjek tertua adalah 72 tahun.
Rata-rata usia subjek yaitu 65,81 tahun dan standar deviasi yaitu 4,778.
Berdasarkan data yang didapatkan, subjek penelitian dengan range usia 60-69
tahun adalah sebanyak 10 subjek atau 62,5% dari total subjek penelitian. Subjek
43
penelitian dengan range usia 70-74 tahun adalah sebanyak 6 subjek atau 37,5%
TABEL 4.2
didapatkan nilai minimum yaitu 14,10 detik dan nilai maksimum yaitu 19,23
detik. Rata-rata nilai time up and go test adalah 16,28 detik dan nilai standar
deviasi yaitu 1,51. Pada kelompok II didapatkan nilai minimum yaitu 14,07 detik
dan nilai maksimum yaitu 18,26 detik. Rata-rata time up and go test adalah 15,89
didapatkan nilai minimum yaitu 10,58 detik dan nilai maksimum yaitu 16,50
detik. Rata-rata nilai time up and go test adalah 13,22 detik dan nilai standar
deviasi yaitu 1,56. Pada kelompok II didapatkan nilai minimum yaitu 13,68 detik
44
dan nilai maksimum yaitu 19,56 detik. Rata-rata time up and go test adalah 16,33
TABEL 4.3
DAN KELOMPOK II
C. Analisis Statistik
0,827 (p>0,05) dan pada kelompok II didapat nilai p = 0,236 (p>0.05). Pada uji
0,649 (p>0,05) dan pada kelompok II didapat nilai p = 0,361 (p>0,05). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil pengukuran time up and go
45
test pada kedua kelompok berdistribusi normal, sehingga uji beda data hasil
TABEL 4.4
SHAPIRO-WILK TEST
perlakuan perlakuan
2. Uji homogenitas
and go test sebelum perlakuan nilai p = 0,890 (p>0,05) yang berarti tidak ada beda
sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk nilai time up and go test sebelum
perlakuan pada dua kelompok tersebut bermula pada keadaan yang sama
(homogen).
TABEL 4.5
LEUVENE’S TEST
1. Uji variabel
Uji beda pre test kelompok I dan kelompok kontrol menggunakan uji t
(p>0,05) yang berarti tidak ada beda. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kelompok kontrol.
(paired samples t-test), didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada beda.
(paired samples t-test), didapatkan nilai p = 0,045 (p<0,05) yang berarti ada beda.
Uji beda post test kelompok I dan kelompok kontrol menggunakan uji t
(p<0,05) yang berarti ada beda. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
kontrol.
47
TABEL 4.6
D. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa time up and go test yang
Menurut Utomo dan Takarini (2009), time up and go test merupakan alat ukur
keseimbangan yang valid (korelasi TUG Test dengan DGI, r = - 0,754) dan efisien
sehingga memenuhi kriteria sebagai alat ukur keseimbangan yang baik. Pada
latihan keseimbangan yang dilakukan pada alas yang tipis dengan ukuran
250x100 cm, yang dibagi menjadi 40 kotak dengan ukuran 25x25 cm. Latihan ini
meliputi gerakan langkah ke depan, belakang, samping dan miring dengan pola
Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired samples t-test) untuk nilai pre
test dan post test pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000, dimana
48
jika nilai p<0,05 maka artinya terdapat pengaruh pemberian square stepping
hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhanusali,
dan dilakukan selama 4 minggu, dengan hasil penelitian yaitu bahwa square
merupakan latihan yang melibatkan sistem sensoris (multi sensoris faktor), yang
akan menstimulasi sistem sensoris visual dan sistem proprioseptif yang berada di
meningkatkan fungsi dari kedua sistem tersebut, maka akan mampu untuk
Kemudian, informasi tersebut akan diterima oleh cerebellum dan sebagian akan
fungsi motorik dengan aktifasi perbaikan fungsi motorik yang ada dalam pusat
kontrol arah sehingga keseimbangan dan mobilitas akan meningkat, terutama pada
usai lanjut. Square stepping exercise dapat meningkatkan fungsi saraf dengan
depan, belakang, samping dan miring selama melakukan square stepping exercise
dapat mengaktivasi otot sinergis dan agonis pada otot tungkai. Maka dari itu,
kekuatan tungkai sebesar 20%, hal ini yang menyebabkan keseimbangan menjadi
meningkat. Menurut Pereira, et.al, (2014), bahwa latihan square stepping exercise
dapat mengaktivasi otot sinergis dan otot agonis pada otot penggerak yang dapat
kecepatan pemrosesan (Coppin, et.al., 2006). Kemampuan kinerja tugas ganda ini
Square stepping exercise juga berfokus pada kinerja tugas ganda. Mencari urutan
langkah yang tepat, menempatkan kaki di dalam kotak dan berjalan, hampir
tingkat pengetahuan yang berbeda sehingga memiliki tingkat daya ingat dan
kepada subjek penelitian untuk tidak melakukan latihan selain latihan yang
diberikan peneliti kepada subjek penelitian, akan tetapi peneliti tidak dapat
F. Implikasi Klinis
implikasi klinis yang dapat diperoleh bagi para klinisi khususnya fisioterapis yaitu
lansia. Pemberian square stepping exercise juga dapat menjadi upaya promotif
lansia.