Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo

pada bulan Juli 2020 hingga bulan Agustus 2020. Subjek penelitian terdiri dari 32

subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini.

Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok I merupakan kelompok

perlakuan dengan diberikan square stepping exercise berjumlah 16 subjek. Dan

kelompok II merupakan kelompok kontrol dengan diberikan square stepping

exercise di awal dan di akhir penelitian berjumlah 16 subjek.

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Hasil penelitian mengenai gambaran umum karakteristik subjek penelitian

dibagi menjadi karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.

1. Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin

Pada kelompok I terdapat 8 subjek (50%) berjenis kelamin laki-laki dan 8

subjek (50%) berjenis kelamin perempuan. Pada kelompok kontrol terdapat 7

subjek (43,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 9 subjek (56,3%) berjenis kelamin

perempuan.

41
42

TABEL 4.1

KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin Kelompok I Kelompok II

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

Laki-laki 8 50 7 43,8

Perempuan 8 50 9 56,3

Jumlah 16 100 16 100

Sumber : Data Primer, 2020

2. Karakteristik subjek berdasarkan usia

Karakteristik subjek dalam penelitian ini berdasarkan usia menunjukkan

bahwa subjek penelitian pada kelompok I berusia antara 60-73 tahun dengan usia

subjek termuda yaitu 60 tahun dan usia subjek tertua adalah 73 tahun. Rata-rata

usia subjek yaitu 66,5 tahun dan standar deviasi yaitu 4,953. Berdasarkan data

yang didapatkan, subjek penelitian dengan range usia 60-69 tahun adalah

sebanyak 11 subjek atau 68,8% dari total subjek penelitian. Subjek penelitian

dengan range usia 70-74 tahun adalah sebanyak 5 subjek atau 31,3% dari total

subjek penelitian.

Pada subjek penelitian pada kelompok II berusia antara 60-72 tahun

dengan usia subjek termuda yaitu 60 tahun dan usia subjek tertua adalah 72 tahun.

Rata-rata usia subjek yaitu 65,81 tahun dan standar deviasi yaitu 4,778.

Berdasarkan data yang didapatkan, subjek penelitian dengan range usia 60-69

tahun adalah sebanyak 10 subjek atau 62,5% dari total subjek penelitian. Subjek
43

penelitian dengan range usia 70-74 tahun adalah sebanyak 6 subjek atau 37,5%

dari total subjek penelitian.

TABEL 4.2

KARAKTERISTIK SUBJEK BERDASARKAN USIA

Usia Kelompok I Kelompok II

Jumlah Presentase Jumlah Presentase

60-69 11 68,8 10 62,5%

70-74 5 31,3 6 37,5

Jumlah 16 100 16 100

Sumber : Data Primer, 2020

B. Keadaan Subjek Penelitian

1. Keadaan awal nilai Time Up and Go Test

Pengukuran time up and go test sebelum diberi perlakuan pada kelompok I

didapatkan nilai minimum yaitu 14,10 detik dan nilai maksimum yaitu 19,23

detik. Rata-rata nilai time up and go test adalah 16,28 detik dan nilai standar

deviasi yaitu 1,51. Pada kelompok II didapatkan nilai minimum yaitu 14,07 detik

dan nilai maksimum yaitu 18,26 detik. Rata-rata time up and go test adalah 15,89

detik dan nilai standar deviasi yaitu 1,38.

2. Keadaan akhir nilai Time Up and Go Test

Pengukuran time up and go test setelah diberi perlakuan pada kelompok I

didapatkan nilai minimum yaitu 10,58 detik dan nilai maksimum yaitu 16,50

detik. Rata-rata nilai time up and go test adalah 13,22 detik dan nilai standar

deviasi yaitu 1,56. Pada kelompok II didapatkan nilai minimum yaitu 13,68 detik
44

dan nilai maksimum yaitu 19,56 detik. Rata-rata time up and go test adalah 16,33

detik dan nilai standar deviasi yaitu 1,93.

TABEL 4.3

NILAI TUGT AWAL DAN AKHIR PERLAKUAN PADA KELOMPOK I

DAN KELOMPOK II

Statistik Kelompok I Kelompok II

TUGT Awal TUGT Akhir TUGT Awal TUGT Akhir

Minimum 14,10 10,58 14,07 13,68

Maksimum 19,23 16,50 18,26 19,56

Rata-rata 16,28 13,22 15,89 16,33

Standar Deviasi 1,51 1,56 1,38 1,93

Sumber : Data Primer, 2020

C. Analisis Statistik

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data hasil pengukuran time up and go test sebelum

perlakuan menggunakan shapiro-wilk test. Pada kelompok I didapat nilai p =

0,827 (p>0,05) dan pada kelompok II didapat nilai p = 0,236 (p>0.05). Pada uji

normalitas data hasil pengukuran time up and go test setelah perlakuan

menggunakan shapiro-wilk test dengan hasil pada kelompok I didapat nilai p =

0,649 (p>0,05) dan pada kelompok II didapat nilai p = 0,361 (p>0,05). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil pengukuran time up and go
45

test pada kedua kelompok berdistribusi normal, sehingga uji beda data hasil

pengukuran time up and go test menggunakan uji parametrik.

TABEL 4.4

HASIL UJI NORMALITAS DATA PENGUKURAN TUGT DENGAN

SHAPIRO-WILK TEST

Nilai p sebelum Keterangan Nilai p setelah Keterangan

perlakuan perlakuan

Kelompok I 0,827 Normal 0,649 Normal

Kelompok II 0,236 Normal 0,361 Normal

Sumber : Data Primer, 2020

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas menggunakan leuvene’s test, didapatkan hasil time up

and go test sebelum perlakuan nilai p = 0,890 (p>0,05) yang berarti tidak ada beda

sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk nilai time up and go test sebelum

perlakuan pada dua kelompok tersebut bermula pada keadaan yang sama

(homogen).

TABEL 4.5

HASIL UJI HOMOGENITAS DATA PENGUKURAN TUGT DENGAN

LEUVENE’S TEST

Nilai p sebelum perlakuan Keterangan

Kelompok I dan kelompok II 0,890 Homogen

Sumber : Data Primer, 2020


46

1. Uji variabel

a. Uji beda pre test kelompok I dan kelompok kontrol

Uji beda pre test kelompok I dan kelompok kontrol menggunakan uji t

tidak berpasangan (independent sample t-test), didapatkan nilai p = 0,448

(p>0,05) yang berarti tidak ada beda. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan square stepping exercise dan

kelompok kontrol.

b. Uji beda pre dan post kelompok I

Uji beda antara pre-post kelompok I menggunakan uji t berpasangan

(paired samples t-test), didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada beda.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian square stepping exercise

sebanyak 3x seminggu selama 4 minggu terhadap keseimbangan lansia.

c. Uji beda pre dan post kelompok kontrol

Uji beda antara pre-post kelompok kontrol menggunakan uji t berpasangan

(paired samples t-test), didapatkan nilai p = 0,045 (p<0,05) yang berarti ada beda.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh diberikannya square stepping exercise

diawal dan diakhir penelitian terhadap keseimbangan lansia.

d. Uji beda post test kelompok I dan kelompok kontrol

Uji beda post test kelompok I dan kelompok kontrol menggunakan uji t

tidak berpasangan (independent sample t-test), didapatkan nilai p = 0,000

(p<0,05) yang berarti ada beda. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

signifikan antara kelompok perlakuan square stepping exercise dan kelompok

kontrol.
47

TABEL 4.6

HASIL UJI BEDA KELOMPOK I DAN KELOMPOK II

Variabel Nilai p Keterangan

Pre test kelompok 1 & II 0,448 tidak ada beda bermakna

Pre-post kelompok I 0,000 beda bermakna

Pre-post kelompok II 0,045 beda bermakna

Post test kelompok I & II 0,000 beda bermakna

Sumber : Data Primer, 2020

D. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa time up and go test yang

merupakan alat ukur untuk mengetahui keseimbangan dinamis pada lansia.

Menurut Utomo dan Takarini (2009), time up and go test merupakan alat ukur

keseimbangan yang valid (korelasi TUG Test dengan DGI, r = - 0,754) dan efisien

sehingga memenuhi kriteria sebagai alat ukur keseimbangan yang baik. Pada

penelitian ini latihan diberikan untuk meningkatkan keseimbangan pada lansia

berupa square stepping exercise. Square stepping exercise merupakan jenis

latihan keseimbangan yang dilakukan pada alas yang tipis dengan ukuran

250x100 cm, yang dibagi menjadi 40 kotak dengan ukuran 25x25 cm. Latihan ini

meliputi gerakan langkah ke depan, belakang, samping dan miring dengan pola

langkah yang dibuat semakin kompleks (Shigematsu, et.al., 2008).

Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired samples t-test) untuk nilai pre

test dan post test pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000, dimana
48

jika nilai p<0,05 maka artinya terdapat pengaruh pemberian square stepping

exercise terhadap peningkatan keseimbangan lansia. Penelitian ini menunjukkan

hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan

Pramita, dkk (2018), menunjukkan hasil bahwa pemberian square stepping

exercise sebanyak 3x dalam seminggu dan dilakukan selama 4 minggu dapat

meningkatkan keseimbangan dan kognitif pada lansia. Penelitian ini juga

menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhanusali,

et.al., (2016), dimana pada penelitiannya membandingkan square stepping

exercise dengan balance training exercise yang dilakukan sebanyak 3x seminggu

dan dilakukan selama 4 minggu, dengan hasil penelitian yaitu bahwa square

stepping exercise lebih efektif meningkatkan keseimbangan pada lansia daripada

balance training exercise.

Menurut Shigematsu, et.al, (2008), bahwa latihan square stepping exercise

merupakan latihan yang melibatkan sistem sensoris (multi sensoris faktor), yang

akan menstimulasi sistem sensoris visual dan sistem proprioseptif yang berada di

persendian. Kedua sistem sensoris tersebut merupakan sistem yang berfungsi

untuk membantu mempertahankan keseimbangan pada lansia. Sehingga dengan

meningkatkan fungsi dari kedua sistem tersebut, maka akan mampu untuk

meningkatkan keseimbangan pada lansia. Informasi proprioseptif yang diterima

melalui kolumna dorsalis pada medula spinalis akan ditransmisikan ke otak.

Kemudian, informasi tersebut akan diterima oleh cerebellum dan sebagian akan

disalurkan ke korteks serebri. Mekanisme tersebut dapat memberikan peningkatan

kesadaran akan suatu posisi tertentu, sehingga mampu meningkatkan


49

keseimbangan individu. Square stepping exercise juga mampu meningkatkan

fungsi motorik dengan aktifasi perbaikan fungsi motorik yang ada dalam pusat

kortikal. Perbaikan dalam pusat kortikal akan mempengaruhi vestibular dan

kontrol arah sehingga keseimbangan dan mobilitas akan meningkat, terutama pada

usai lanjut. Square stepping exercise dapat meningkatkan fungsi saraf dengan

mengurangi respon latensi, secara efektif merekrut otot postural dan

meningkatkan interpretasi informasi sensorik. Langkah multidirectional ke arah

depan, belakang, samping dan miring selama melakukan square stepping exercise

dapat mengaktivasi otot sinergis dan agonis pada otot tungkai. Maka dari itu,

square stepping exercise banyak meningkatkan aspek kebugaran fungsional dari

ekstremitas bawah, sehingga dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan

resiko jatuh pada lansia.

Menurut Orr, et.al, (2006), mengungkapkan bahwa saat melakukan square

stepping exercise dengan melangkah ke berbagai arah, otot penggerak tungkai

secara aktif akan melakukan fase konsentrik sehingga dapat meningkatkan

kekuatan tungkai sebesar 20%, hal ini yang menyebabkan keseimbangan menjadi

meningkat. Menurut Pereira, et.al, (2014), bahwa latihan square stepping exercise

dapat mengaktivasi otot sinergis dan otot agonis pada otot penggerak yang dapat

meningkatkan komponen-komponen mobilitas fungsional tertentu sehingga

terjadinya peningkatan mobilitas.

Menjaga keseimbangan dan mencegah jatuh membutuhkan proses

kognitif. Fungsi kontrol eksekutif adalah prediktor independen untuk jatuh,

keseimbangan, dan kecepatan berjalan (Schoor, et.al., 2002). Kinerja dalam


50

aktivitas tugas ganda bergantung dengan fungsi eksekutif dan kemampuan

kecepatan pemrosesan (Coppin, et.al., 2006). Kemampuan kinerja tugas ganda ini

dapat ditingkatkan dengan menargetkan fungsi eksekutif (Silsupadol, et.al., 2009).

Square stepping exercise juga berfokus pada kinerja tugas ganda. Mencari urutan

langkah yang tepat, menempatkan kaki di dalam kotak dan berjalan, hampir

dilakukan secara bersamaan. Sehingga square stepping exercise dapat

menstimulasi fungsi eksekutif dan meningkatkan keseimbangan kognitif lansia

(Panse, et.al., 2017).

E. Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah masing-masing subjek memiliki

tingkat pengetahuan yang berbeda sehingga memiliki tingkat daya ingat dan

pemahaman yang berbeda dalam berkomunikasi antara peneliti dengan subjek.

Kelemahan penelitian ini adalah walaupun peneliti sudah mengedukasikan

kepada subjek penelitian untuk tidak melakukan latihan selain latihan yang

diberikan peneliti kepada subjek penelitian, akan tetapi peneliti tidak dapat

mengontrol aktivitas dan kegiatan subjek penelitian.


51

F. Implikasi Klinis

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

implikasi klinis yang dapat diperoleh bagi para klinisi khususnya fisioterapis yaitu

pemberian square stepping exercise dapat meningkatkan keseimbangan pada

lansia. Pemberian square stepping exercise juga dapat menjadi upaya promotif

dan preventif dalam meningkatkan dan mempertahankan keseimbangan pada

lansia.

Anda mungkin juga menyukai