Anda di halaman 1dari 4

Lansia atau lanjut usia merupakan seseorang yang usianya sudah mencapai

60 tahun ke atas (Kholifah, 2016). Lansia atau lanjut usia akan sering mengalami

masalah kesehatan akibat dari kemunduran sel– sel tubuh, salah satunya yaitu

masalah kardiovaskuler yang sering dialami lansia adalah penyakit hipertensi

(Widyaningrum, 2019). Banyaknya lansia yang menderita hipertensi dikarenakan

memiliki masalah dalam menjalankan kepatuhan minum obat. Lansia yang tidak

patuh atau tidak mau minum obat biasanya disebabkan oleh penurunan daya ingat

untuk mengkonsumsi obatnya akibat usia yang semakin bertambah dan semakin

tua (Fadhilah, 2020).

Faktor lain juga menjadi pemicu memperparah penyakitnya yaitu

pengobatan yang tidak rutin dan pemeriksaan yang tidak lengkap yang disebabkan

oleh peranan anggota keluarga yang tidak mendampingi atau mengawasi penderita

yang mengakibatkan penyakitnya menjadi kambuh (Devi Widyaningrum & Dwi

Retnaningsih, 2019).

Menurut World Health Organization (2021) di perkirakan diseluruh dunia

terdapat 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun yang menderita hipertensi

dan diperkirakan sekitar 46% orang dewasa tidak menyadari menderita penyakit

hipertensi (WHO, 2021). Di Indonesia berdasarkan data dari Riskesdas tahun

2018 yaitu 34,1% yang mengalami hipertensi, prevalensi hipertensi pada usia ≥18

tahun yang terdiagnonis oleh dokter yaitu 8,4 % dan yang rutin minum obat

antihipertensi sebanyak 8,8%. Kemudian data penderita Hipertensi di Indonesia

yang diperoleh melalui pengukuran tekanan darah pada umur ≥18 tahun

didapatkan prevalensi Hipertensi tertinggi berada di Bangka Belitung 30,9%,


diikuti Kalimantan Selatan 30,8%, dan di Kalimantan Timur mencapai angka

29,6% (Riskesdas, 2018).

Dalam menyembuhkan dan mengontrol penyakit hipertensi terdapat dua

macam terapi yaitu terapi farmakologi dengan minum obat dan non farmakologi

yaitu dengan memodifikasi pola hidup yang sehat dan menggunakan bahan–bahan

alami (Daulay, Arinil Hidayah, 2020). Saat seseorang menjalani program

pengobatan dengan jangka waktu yang panjang, biasanya akan merasakan efek

samping obat ataupun biaya pengobatan, hal ini akan mempengaruhi keberhasilan

dan kepatuhan dalam mengokonsumsi obat (Siti, 2020). Penelitian yang dilakukan

oleh Sumarni & Rukmasari (2020) menyebutkan bahwa lansia penderita penyakit

hipertensi tidak akan lepas dari konsumsi minum obat setiap harinya sehingga

lansia memerlukan orang terdekat untuk selalu mengingatkan waktu minum obat.

Dukungan keluarga sangat penting untuk lansia penderita hipertensi,

dukungan ini di- berikan dengan cara memberi motivasi atau semangat dan selalu

mengingatkan pasien dalam hal minum obat, serta menjadi pendengar yang baik

saat penderita sedang bercerita, mengawasi penderita untuk minum obat, adanya

dukungan keluarga juga membuat penderita tidak merasakan terbebani karena

penyakit yang di alaminya atau dideritanya. Keluarga sangat berperan penting

sebagai orang yang paling dekat dengan pasien yang dapat memberikan dukungan

agar penderita mau patuh untuk menjalani pengobatan dengan waktu yang lama

dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada penderita hipertensi (Siti, 2020)
Menurut Rukmasari (2020) menyatakan bahwa dukungan keluarga yang

diberikan kepada seseorang merupakan sikap, fungsi menerima anggota keluarga

lain dalam bentuk dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan

penilaian, dan keakraban yang bertujuan agar anggota keluarga yang menderita

penyakit hipertensi akan merasakan perhatian dari anggota lainnya

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan

begitu saja, karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor kontribusi

yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan

pasien (Zainuri, 2015). Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan perilaku dari anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga bersifat

instrumental dalam memutuskan dimana penanganan harus diberikan (Suprianto,

2015)

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas jambu pada tanggal 24

september 2023 dengan 8 orang klien pasien hipertensi lansia. Di dapatkan bahwa

4 orang menyatakan tidak patuh meminum obat karena waktu minum obat yang

tidak teratur seperti hanya 3 kali dalam seminggu, pasien juga mengatakan

terkadang bosan dengan efek samping obat yang ditimbulkan seperti pusing,

mengantuk,lemas karena mengganggu aktifitas pasien, dari 4 orang menyatakan

patuh meminum obat selama satu minggu pasien selalu minum obat dan

menghabiskannya sesuai dengan waktunya.Dari hasil dukungan keluarga 5 orang

memiliki dukungan keluarga yang kurang karena keluarga tidak memberi

semangat pasien untuk sembuh dan tidak selalu mengantar pasien melakukan

pemeriksaan rutin, 3 orang memiliki dukungan keluarga yang baik, karena


keluarga selalu mau mengantarkan pasien untuk berobat dan selalu mensupport.

Dari hasil studi pendahuluan terlihat bahwa kepatuhan pasien untuk meminum

obat kurang di sebabkan oleh dukungan keluarga yang kurang, maka dari itu

peneliti menjadi sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia penderita hipertensi

di Puskesmas Jambu.

Daftar pustaka

Kholifah, Siti Nur Dan Wahyu Widagdo.2016.Keperawatan Keluarga Dan

Komunitas.Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia

Penderita Hipertensi Devi Widyaningrum 2019 Stikes Widya Husada Semarang

Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas Vol. 2 No. 2

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskessmas Pamarican Kabupaten Ciamis Tahun

2020 (Fadhilah, 2020).

Anda mungkin juga menyukai