Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

IMAN KEPADA KITAB-KITAB SUCI


MATA KULIAH TAFSIR AQIDAH

Dosen Pengampu :
Muslih, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Muhammad Amin Husaini (11200340000031)
Muhammad Syauqi Azhari Dienullah (11200340000166)
Salsabila (11200340000182)

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2022

1
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman,
dan Islam kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
nabi Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke
zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Alhamdulillah atas izin Allah SWT, kami kelompok 5 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Iman Kepada Kitab-Kitab Suci", sebagai tugas Kelompok
dari mata kuliah Tafsir Aqidah tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengajar Mata Kuliah Tafsir Aqidah, Pak Muslih, M.Ag. yang telah banyak
memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami. Tak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang kami banggakan,
yang turut memberikan dukungan dan kesempatan kepada kami untuk menyusun
makalah ini.
Sekiranya makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran dari dosen serta
teman-teman sekalian sangat bermanfaat untuk kami, sehingga kami dapat
mengevaluasi kesalahan-kesalahan kami serta menjadi pembelajaran untuk kami
agar menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 4

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4

C. TUJUAN ...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

A. PENGERTIAN KITAB-KITAB SUCI ........................................................ 5

B. NAMA-NAMA KITAB SUCI..................................................................... 6

C. FUNGSI KITAB SUCI ................................................................................ 9

D. HUBUNGAN AL-QUR’AN DENGAN KITAB-KITAB SEBELUMYA 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang muslim beriman kepada seluruh kitab suci yang telah Allah
turunkan dan kepada lembaran-lembaran wahyu (shuhuf) yang diberikan kepada
sebagian rasulnya. Ia menyakini bahwa semua itu adalah kalamullah (firman Allah)
yang Dia wahyukan kepada para rasulnya agar dengan wahyu itu mereka
menyampaikan ajaran (syariat) dan agama-Nya.
Diantara kitab suci yang paling agung itu ada empat, yaitu Alquran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., Taurat yang diturunkan kepada Nabi
Musa AS, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS dan Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa AS. Dan beriman bahwasannya Al-Quran al-Karim adalah kitab
yang teragung dari kitab-kitab yang lainnya, sebagai batu ujian bagi kitab-kitab
yang lain itu dan menghapus semua ajaran dan hukum yang ada didalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pegertian kitab-kitab suci
2. Nama-nama kitab suci
3. Fungsi kitab suci
4. Hubungan Al-Qur’an dengan kitab-kitab sebelumya

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pegertian kitab-kitab suci
2. Untuk Mengetahui Nama-nama kitab suci
3. Untuk Mengetahui Fungsi kitab suci
4. Untuk Mengetahui Hubungan Al-Qur’an dengan kitab-kitab sebelumya

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KITAB-KITAB SUCI
Secara etimologi kata “kitab” adalah bentuk mashdar dari kata (ka-ta-ba)
yang berarti menulis. Setelah menjadi mashdar berarti tulisan, atau yang ditulis.
Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub, dalam Bahasa Indonesia kitab berarti buku.
Secara terminologis, kitab (al-kitab, kitab Allah, al-kutub, kitab-kitab Allah)
adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Kata
“Al-Kitab” dalam Al-Qur’an dipakai untuk beberapa pengertian:
1. Menunjukkan semua kitab suci yang pernah diturunkan kepada para
Nabi dan Rasul, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah:177
“kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan
barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada
Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab suci dan nabi-nabi….”
2. Menunjukkan semua kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Qur’an,
sebagaimana disebutkan dalam Q.S Ar-Raad:43 “Dan orang-orang kafir
berkata, Engkau (Muhammad) bukanlah seorang Rasul. Katakanlah,
cukuplah Allah dan orang yang menguasai ilmu Al-Kitab menjadi saksi
antara aku dan kamu."
3. Menunjukkan kitab suci tertentu sebelum Al-Qur’an, seperti Taurat
sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Furqon: 35 “ Dan sungguh kami
telah memberikan kitab ( Taurat) kepada Musa dan kami telah
menjadikan Harun saudaranya menyertai dia sebagai wazir
(pembantu).”
4. Menunjukkan kitab suci Al-Qur’an secara khusus sebagaimana
disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah: 2 “ Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”
Disamping al-kitab untuk menunjukkan kitab suci yang diturunkan Allah
SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya, Al-Qur’an memakaikan juga istilah lain
yaitu :

5
1. Shuhuf, bentuk jamak dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai
untuk menunjukkan kitab-kitab suci sebelum Al-Qur’an, khususnya
yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan nabi Musa sebagaimana yang
dinyatakan dalam Q.S al-A’ala : 18-19 “ Sesungguhnya ini terdapat
dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.”
2. Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku, dipakai untuk
menunjukkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum al-Qur’an
sebagaimana yang dinyatakan dalam Q.S Ali-Imran : 184 “ Jika mereka
mendustakan engkau (Muhammad), maka (ketahuilah) rasul-rasul
sebelum engkau pun telah didustakan (pula), mereka membawa
mukjizat-mukjizat yang nyata, Zubur dan kitab yang memberi
penjelasan yang sempurna.”

B. NAMA-NAMA KITAB SUCI


A. Q.S. Ali Imran ayat 3
ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه َوأَنزَ َل ٱلت َّ ْو َر َٰىةَ َوٱ ْ ِْل‬
‫نجي َل‬ َ ‫ق ُم‬ َ َ‫علَيْكَ ٱ ْل ِك َٰت‬
ِ ‫ب بِٱ ْل َح‬ َ ‫ن ََّز َل‬
"Dia menurunkan Al Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan
sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan
menurunkan Taurat dan Injil," (QS. Ali Imran: 3).
Allah menurunkan Al-Qur’an kepadamu dengan penuh kebenaran
dan hujjah yang jelas sesuai dengan kitab-kitab samawi sebelumnya. Dia
juga menurunkan Taurat dan Injil sebelum Al-Qur’an kepada Musa AS dan
Isa AS untuk memberi petunjuk kepada manusia. Dia menurunkan Al-
Furqan yaitu kitab pemisah antara yang haq dengan yang bathil, yaitu Al-
Qur’an, kitab-kitab dan shuhuf-shuhuf lainnya. Ini adalah penyebutan
sesuatu yang umum untuk menyebut beberapa bagiannya. Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an dan kitab
lainnya yang menunjukkan kepada keesaan dan kesucian-Nya dari sesuatu
yang tidak pantas bagi-Nya, bagi mereka itu azab yang dahsyat pada hari
kiamat. Allah itu Maha Kuat lagi Maha Kuasa atas perintah-Nya. Dia akan

6
menghukum orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya dan menentang para
rasul-Nya yang mulia. Intiqam adalah hukuman akibat dosa yang telah lalu
Kosakata at-Taurat berasal dari bahasa Ibrani artinya syariat,
menurut orang Yahudi Taurat itu terdiri dari lima kitab, mereka mengatakan
bahwa penulisnya adalah Nabi Musa, adapun kelima kitab tersebut yakni :
kitab Kejadian, Kitab Keluaran, kitab Lawiyin, kitab Bilangan, dan
Tasniyatul ‘Isytira’. Sedangkan kaum Nasrani menamakan seluruhnya
sebagai Perjanjian Lama, yang isinya ialah kitab-kitab para nabi, sejarah
para penguasa dan raja raja Bani Israil sebelum Isa Al-Masih. Taurat
menurut informasi Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Musa agar disampaikan kepada umatnya, yang berisikan tentang hukum
hukum dan syariat.
kosakata al-Injil berasal dari bahasa Yunani, artinya pengajaran baru
atau berita gembira. menurut kaum Nasrani kitab Injil memuat secara
ringkas perjalanan hidup Nabi Isa Al-Masih dan ajaran-ajarannya. Tetapi
tidak ada satu sanad pun yang bersambung sampai ke Nabi Isa. Mereka
berbeda pendapat mengenai sejarah penulisannya sehingga berisi banyak
pendapat simpang siur.
Sedangkan Injil menurut Al-Quran ialah apa yang diwahyukan oleh
Allah kepada Rasul-Nya, yakni Isa, yang didalamnya terkandung berita
gembira mengenai kedatangan Nabi Muhammad SAW (QS. As-Shof :6)
yang kelak menyempurnakan syariat dan hukum yang dibawa Nabi Isa AS.
kitab Injil juga memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata seperti
perintah-perintah Allah SWT agar manusia mengesakannya dan tidak
menyekutukan-nya dengan sesuatu apapun
B. Q.S. An-Nisa Ayat 163
ٰٓ
َ ‫اِنَّا ا َ ۡو َح ۡينَا اِلَ ۡيكَ َك َما ا َ ۡو َح ۡينَا ا َِٰلى نُ ۡوح َّوالنَّ ِب ّٖينَ مِ ۡن بَعۡ د ِّٖه ۚ َوا َ ۡو َح ۡينَا ا َِٰلى ا ِۡب َٰره ِۡي َم َواِسۡ مَٰ ع ِۡي َل َواِسۡ حَٰ قَ َويَعۡ قُ ۡو‬
‫ب‬
‫س َل ۡيمَٰ نَ ۚ َو َٰات َۡينَا دَ ٗاودَ زَ ب ُۡو ًرا‬
ُ ‫س َو َٰه ُر ۡونَ َو‬ َ ُ‫ب َوي ُۡون‬ َ ‫َو ۡاۡلَسۡ َباطِ َوع ِۡيسَٰ ى َواَي ُّۡو‬
“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad)
sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi
setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail,

7
Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman.
Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.”
Ayat berikut menjelaskan bahwa Wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad, sesungguhnya telah diturunkan kepada nabi-nabi
sebelumnya. Ayat ini juga menyebutkan Kitab Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Daud
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad, Nabi Nuh dan
para nabi yang datang setelahnya. Wahyu yang diberikan kepada para nabi
memiliki arti yang berbeda dengan wahyu yang diberikan kepada makhluk
lain. Karena wahyu itu memiliki empat makna :
1. Isyarat, seperti dalam Firman Allah: Maka dia keluar dari mihrab
menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka;
bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang. (Maryam/19:11).
2. Ilham, seperti dalam firman Allah: Dan Kami ilhamkan kepada
ibunya Musa, "Susuilah dia (Musa), (al-Qashash/28:7).
3. Insting (naluri) seperti dalam firman Allah: Dan Tuhanmu
mengilhamkan kepada lebah, "Buatlah sarang di gunung-gunung, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. (an-
Nahl/16:68).
4. Bisikan halus, seperti dalam firman Allah: Dan demikianlah untuk
setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan
manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
lain perkataan yang indah sebagai tipuan. (al-An'am/6:112).
Wahyu yang dimaksud dalam ayat ini adalah wahyu dalam
pengertian agama. Artinya, bisikan halus dan pemahaman makrifat yang
ditemukan Nabi di dalam hatinya, dengan keyakinan penuh bahwa
pemahaman itu datang secara langsung atau melalui perantara dari Tuhan.
Allah juga memberikan wahyu kepada Nabi Isa, Ayyub, Yunus,
Harun, Sulaiman dan memberikan Kitab Zabur kepada Daud. Menurut
Imam Qurthubi, Kitab Zabur berisi 150 surah, didalamya tidak mengandung
hukum-hukum, hanya nasihat, Hikmah, pujian dan sanjungan kepada Allah.

8
C. Q.S. Al-Insan Ayat 23
ً ‫علَ ۡيكَ ٱ ۡلقُ ۡر َءانَ ت َِنز‬
‫يل‬ َ ‫إِنَّا نَحۡ ُن ن ََّز ۡلنَا‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur”
kitab yang keempat adalah Al-Quran, diturunkan kepada rasul
terakhir yang juga telah disebutkan pada kitab-kitab sebelumnya, yaitu
Muhammad bin Abdullah. Al-Quran kitab terakhir yang juga berisi syariat-
syariat sebelum Al-Quran yang didalamnya memuat Tauhid, Syari’at, kisah
para rasul sebelumnya, Hikmah, Mau’idzah, keilmuan dan tuntutan dalam
berbagai aspek kehidupan manusia
Al-Quran adalah kitab petunjuk bagi umat manusia yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril secara berangsur-angsur yakni
sekitar 23 tahun dimasa kerasulannya. Tujuannya agar para sahabat mudah
menghafal serta memahami Al-Quran itu sendiri.
Terkadang ayat-ayat diturunkan dengan maksud untuk menjelaskan
peristiwa-peristiwa yang membutuhkan bimbingan dari Allah. Dengan cara
ini, turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsung dapat menjadikan iman
dan ketaqwaan mereka bertambah kuat dan. Pada saat yang sama, ayat ini
juga membantah pendapat sebagian orang bahwa Al-Qur'an itu sihir, bahan
renungan yang bisa dipelajari atau merupakan perkataan manusia.
Meski Al-Quran merupakan kitab suci orang muslim namun
pedomannya tidak hanya ditujukan kepada kaum muslim saja, namun juga
bagi seluruh umat manusia. Didalamnya memuat tuntunan aqidah, syari’at,
akhlak, kisah-kisah nabi dan umat terdahulu termasuk kitab-kitab nya.
Setidaknya ada empat kitab suci yang tertulis dalam Al-Quran. Zabur yang
diturunkan kepada Nabi Daud AS, Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
AS, Injil yang diturunkan kepada nabi Isa AS dan yang terakhir Alquran
yang diturunkan kepada Nabi SAW

C. FUNGSI KITAB SUCI


1. Q.S Al-Baqarah Ayat 2

9
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan oleh Allah dengan
perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah sebagai petunjuk bagi
manusia dan sebagai sarana pendekatan bagi seorang hamba kepada
Tuhannya.
Surah al-baqarah ini merupakan surah yang memiliki ayat terbanyak
dalam kitab suci Al-Qur'an. Surah ini dinamakan al-Baqarah yang memiliki
arti atau makna Sapi Betina karena di dalam surah ini terkandung kisah
penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada kaum Bani
Israil.
Penjelasan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 2 memiliki makna dan
fungsi bahwa Al-Qur`ān yang agung itu tidak ada keraguan di dalamnya,
baik dari segi proses turunya al-Qu’ran maupun lafal dan maknanya.
Fungsinya adalah bahwa Al-Qur`ān ialah firman Allah Ta’ala yang
membimbing orang-orang bertakwa ke jalan lurus yang menghantarkan
mereka kepada surga-Nya.
Surat Al Baqarah merupakan surat terpanjang di dalam Al Quran
yang terdiri dari 286 ayat. Surat ini termasuk surat Madaniyah. Al Baqarah
memiliki arti sapi betina, berisi kisah penyembelihan sapi betina yang
diperintahkan Allah Swt kepada Bani Israil.
Surat Al Baqarah juga disebut Fustatul Quran (puncak Al Quran)
sebab memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang
lain. Selain itu surat Al Baqarah juga disebut dengan surat Alif lam mim
seperti pada ayat pertama.
Kitab suci Al Quran merupakan penyempurna kitab-kitab terdahulu.
Sehingga ia menjadi pedoman dan petunjuk bagii manusia untuk
menemukan jalan yang benar. Al Quran merupakan petunjuk bagi orang-
orang yang bertakwa. Hal ini tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 2.
Berikut penjelasan surat Al Baqarah ayat 2 arab, latin, arti, dan isi
kandungan di alamnya.
Al Baqarah Ayat 2

10
Dikutip dari NU Online, berikut bacaan surat Al Baqarah ayat 2
lengkap arab, latin dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia:
َ ‫َٰذلِكَ ْال ِك َٰتبُ َۡل َري‬
َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬
"Itu kitab tiada terdapat keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi
orang yang bertakwa.
Menurut Imam Baidhawi dalam Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut
Ta’wil menyebutkan “ Dzalikal kitab” yang berarti itu kitab, merupakan
kata untuk menunjuk sesuatu yang jauh. Kata ini ditafsirkan sebagai surat
Al Baqarah, al Quran, kitab atau kitab suci terdahulu.
Sementara itu, makna asal kitab adalah kumpulan, himpunan,
gabungan. Sedangkan Al Qurthubi mengutip al Jundi, kitab itu gabungan
dari huruf-huruf. Tafsir Al Baqarah Ayat 2
yaitu, pengertian “ tiada terdapat keraguan” menjelaskan kitab itu
demikian jelas dan gamblang, sehingga orang dengan akal sehat tidak
emragukannya sebagai wahyu yang mengandung mukjizat setelah
menganalisanya. Tiada seorang pun meragukan kemukjizatan al Quran. (Al
Baidhawi). Apabila diperhatikan ayat “ jika kalian meragukan sebagian dari
wahyu yang Kami turunkan kepada hamba Kami…(dan seterusnya)”, Al
Quran tidak menjauhkan mereka dari keraguan itu. Akan tetapi memberikan
jalan alternatif yang menyenangkan yati mempersilahkan mereka berusaha
untuk menenang kejelasan Al Quran.
Di saat mereka tak berdaya, maka jelas bagi mereka bahwa di dalam Al
Quran tiada ruang kesamaran dan pintu masuk keraguan.
Ulama lain menafsirkan kalimat “ tiada keraguan di dalamnya bagi
orang yang bertakwa”. Keaguan adalah bentuk mashdar dari “ sesuatu
membuatku ragu” kemudian timbul keraguan dalam dirimu. Keraguan
merupakan kegelisahan jiwa dan keguncangan batin. Ia disebut juga “ syak”
karena membuat jiwa resah dan menghilangkan ketenangan hati.
Kemudian kata Al Muttaqi merupakan bentuk tunggal dari al Muttaqiin
yang berasal dari kata al wiqayah atau sangat menjaga. Definisi syariat

11
menyebutkan al muttaqi sebagai sebutan orang yang menjaga dirinya dari
hal yang kelak membahayakannya di akhirat.
Takwa dalam Al Baqarah ayat 2 ini memiliki tiga tingkatan:
1. Orang yang menjaga diri dari azab yang kekal dengan
melepaskan diri dari kemusyrikan seperti firman Allah “ wa
alzamahum kalimatat taqwa”.
2. Orang yang menjauhkan diri dari tindakan pengabaian yang
dianggap dosa menurut syariat, termasuk dosa kecil menurut
kaum tertentu. Al muttaqi disebut al muta’arif, tingkatan ini
sesuai dengan firman Allah Swt “ wa law anna ahlal quraa
aamanuu wat taqwa.”
3. Orang yang menjauhkan diri dari segala hal yang bisa
memalingkan hatinya dari Allah serta menekan hasrat dan
nafsunya demi ibadah kepada Allah Swt. Ini merupakan jenis
takwa yang hakiki seperti firman Allah “ yaa ayyuhalladziina
aamanut taqullaha haqqa tuqaatih.”
Dengan demikian, menurut pendapat Al Baidhawi, kata hudan lil
muttaqiin pada Al Baqarah ayat 2 dapat ditafsirkan dengan tiga jenis takwa
tersebut.
Sayyidina Umar dalam Tafsir Ma’alimut Tanzil karya Imam Al
Baghowi, pernah bertanya kepada Ka’ab bin Abhar tentang takwa. Ia
bertanya, “ pernahkah kamu melewati jalan berduri?” Pernah.” “ Apa yang
kamu lakukan?” “ Aku berhati-hati dan waspada.” “ Itulah takwa,” jawab
Ka’ab.
Selain itu, Abdullah bin Umar mengatakan, “ takwa itu kau tidak
melihat dirimu lebih baik dari orang lain.” Umar bin Abdul Aziz
mengatakan, “ takwa itu pengabaian atas larangan Allah dan pelaksanaan
atas perintah-Nya. Sedangkan anugerah-Nya setelah takwa itu merupakan
sebuah kebaikan yang berlipat ganda.”
Menurut Syarh bin Hausyab, orang bertakwa itu meninggalkan apa
yang sebenarnya boleh karena khawatir terjatuh pada larangan Allah. Al

12
muttaqin secara khusus disebut pada Al Baqarah ayat 2 ini sebagai bentuk
penghormatan bagi mereka karena telah jelas mengambil manfaat atas
petunjuk Allah. (Al Baghowi).
2. Q.S Al-Anbiya ayat 48
ِ ‫س َٰى َو َٰ َه ُرونَ ٱ ْلفُ ْرقَانَ َو‬
َ‫ض َيا ٰٓ ًء َو ِذ ْك ًرا ل ِْل ُمتَّقِين‬ َ ‫َولَقَدْ َءاتَ ْينَا ُمو‬
“ Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab
Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
Menurut tafsir Kemenag, Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah
menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa dan Harun. Kitab Taurat
tersebut adalah merupakan penerangan dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa kepada Allah.
Kitab Taurat juga disebut Al-Furqaan, sebagaimana halnya Alquran,
karena Kitab Taurat tersebut juga berisi syariat, yaitu hukum-hukum dan
peraturanperaturan yang membedakan antara hak dan batil, antara baik dan
buruk secara hukum, sehingga setiap tingkah laku dan perbuatan manusia,
baik atau buruk, dijelaskan akibat hukum atau sangsinya. Tidak demikian
halnya kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa `alaihis salam Ia tidak
membawa syariat.
Pada akhir ayat tersebut ditegaskan bahwa kitab Taurat yang
berfungsi sebagai pembawa syariat, dan sebagai sinar petunjuk dan
peringatan, hanyalah berguna bagi orang-orang yang bertakwa.
Ini berarti kitab Taurat bagi orang-orang yang tidak bertakwa, yaitu
yang tidak bersedia melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi
larangan-larangan-Nya, maka Taurat itu tidaklah menjadi petunjuk.
Untuk itu mereka disediakan azab yang dahsyat, karena mengingkari
petunjuk Allah.
Menurut Muhammad Quraish Shihab, Kami sungguh telah
memberikan Taurat kepada Musa dan Harun, sebuah kitab suci yang
membedakan antara yang benar dan yang salah, dan antara yang halal dan
yang haram.

13
Lebih dari itu, Taurat merupakan cahaya yang menerangi jalan
kebaikan dan kecemerlangan, di samping merupakan peringatan yang
berguna bagi orang-orang yang bertakwa.
Tafsir Muyassar: Oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-
Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh: Sesungguhnya telah
Kami berikan kepada Musa dan Harun hujah dan pertolongan menghadapi
musuh keduanya, dan sebuah kitab (yaitu Taurat) yang dengannya Kami
membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan cahaya yang menuntun
orang-orang yang bertakwa.

Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi: (Dan


sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat)
kitab yang memisahkan antara perkara yang hak dan perkara yang batil dan
antara perkara yang halal dan perkara yang haram (dan penerangan) sebagai
penerang (serta pengajaran) sebagai pengajaran (bagi semua orang yang
bertakwa).
Tafsir Ibnu Katsir: Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-
Bashri Ad-Dimasyqi: Dalam pembahasan yang terdahulu telah kami
peringatkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sering membarengkan
sebutan Musa dengan Muhammad ‫ ﷺ‬beserta kitabnya masing-masing.
Maka dalam ayat ini pun disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat. Mujahid
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqdn dalam ayat ini ialah
Kitab. Abu Saleh mengatakan, makna yang dimaksud ialah kitab Taurat.
Menurut Qatadah yaitu kitab Taurat yang di dalamnya diterangkan halal dan
haram, serta dibedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil. Ibnu
Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pertolongan.
Kesimpulan dari semua pendapat mengenai hal ini ialah bahwa semua Kitab
samawi di dalamnya terkandung pemisah antara perkara yang hak dan
perkara yang batil, jalan hidayah dan jalan sesat, kekeliruan dan kebenaran,
halal dan haram. Sebagaimana kitab samawi pun mengandung cahaya

14
penerang bagi hati, hidayah, membangkitkan rasa takut, dan berserah diri
kepada Allah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: kitab Taurat dan
penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Yakni
sebagai peringatan dan pengajaran buat mereka.
Unsur Pokok Surah Al Anbiyaa (‫ )األنبياء‬:
Surat Al Anbiyaa’ yang terdiri atas 112 ayat, termasuk golongan
surat-surat Makkiyyah. Dinamai surat ini dengan "Al Anbiyaa" (nabi-nabi),
karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang nabi. Permulaan surat
Al Anbiyaa’ menegaskan bahwa manusia lalai dalam menghadapi hari
berhisab, kemudian berhubung adanya pengingkaran kaum musyrik Mekah
terhadap wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬maka ditegaskan
Allah, kendatipun nabi-nabi itu manusia biasa, akan tetapi masing-masing
mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya
adalah tauhid, dan keharusan manusia menyembah Allah Tuhan sang
Pencipta.
Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari
ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi itu, akan diazab Allah di dunia dan di
akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi dengan
umatnya. Akhirnya surat itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik
Mekah percaya kepada ajaran yang dibawa Muhammad ‫ ﷺ‬supaya tidak
mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat yang dahulu. Selain yang
tersebut di atas pokok-pokok isi surat ini ialah:
1. Para nabi dan para rasul itu selamanya diangkat Allah dari jenis
manusia.
2. Langit dan bumi akan binasa kalau ada tuhan selain Allah.
3. Semua rasul membawa ajaran tauhid dan keharusan manusia
menyembah Allah.
4. Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati.
5. Cobaan Allah kepada manusia ada yang berupa kebaikan dan ada
yang berupa keburukan.
6. Hari kiamat datangnya dengan tiba-tiba.

15
7. Kisah Ibrahim `alaihis salam (ajakan Ibrahim `alaihis salam kepada
bapaknya untuk menyembah Allah.
8. Bantahan Ibrahim terhadap kaurnnya yang menyembah berhala–
berhala.
9. Bantahan Ibrahim `alaihis salam terhadap Namrudz yang
bersimaharajalela dan menganggap dirinya Tuhan).
10. Kisah Nuh `alaihis salam, kisah Daud `alaihis salam dan Sulairnan
`alaihis salam.
11. Kisah Ayyub `alaihis salam.
12. Kisah Yunus `alaihis salam.
13. Kisah Zakaria `alaihis salam.
14. Karunia Alquran.
15. Tuntutan kaum musyrikin kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬untuk
mendatangkan mukjizat yang lain dari Alquran.
16. Kehancuran suatu umat adalah karena kezalimannya.
17. Allah menciptakan langit dan bumi beserta hikmatnya.
18. Soal jawab antara berhala dan penyembahnya dalam neraka.
19. Timbulnya Ya’juj dan Ma’juj sebagai tanda-tanda kedatangan hari
kiamat.
20. Bumi akan diwariskan kepada hamba Allah yang dapat
memakmurkannya.
21. Kejadian alam semesta.
22. Sesuatu yang hidup itu berasal dari air.

D. HUBUNGAN AL-QUR’AN DENGAN KITAB-KITAB


SEBELUMYA
Kitab suci samawi adalah kitab suci yang diturunkan dari langit, dari tuhan,
bukan ciptaan manusia. Yang diturunkan melalui perantara malaikat jibril kepada
para nabi. Kemudian mereka mengajarkan isi wahyu itu kepada umatnya. Wahyu
itu berisi aturan-aturan atau hukum-hukum, yang di dalamnya membahas tentang

16
halal dan haram, kabar gembira dan peringatan. Adapun kitab suci dikenal dengan
kitab samawi berasal dari kata samawi yang berarti langit- oleh karena berasal dari
Allah yang Maha Tinggi.
Setelah memahami pengertian kitab-kitab suci, nama-nama kitab suci, dan
fungsi dari kitab suci, kini uraian selanjutnya mengenai hubungan Al-Qur’an
dengan kitab-kitab sebelumnya. Allah SWT. berfirman dalam Q.S Al-Maidah ayat
48 yang berbunyi :
‫ّللاُ َو َۡل تَتَّبِ ْع‬ ٰ ‫علَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم بِ َما ٰٓ اَ ْنزَ َل‬ ِ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْال ِك َٰت‬
َ ‫ب َو ُم َهيْمِ نًا‬ َ ‫ق ُم‬ ِ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫َوا َ ْنزَ ْلنَا ٰٓ اِلَيْكَ ْال ِك َٰت‬
‫ّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم ا ُ َّمةً َّواحِ دَة ً َّو َٰلك ِْن‬
ٰ ‫عةً َّومِ ْن َها ًجا َولَ ْو شَا َء‬ َ ‫ق ِل ُكل َج َع ْلنَا مِ ْن ُك ْم ش ِْر‬ ِ ‫ع َّما َجا َءكَ مِ نَ ْال َح‬ َ ‫ا َ ْه َوا َءهُ ْم‬
ِ ‫ِليَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َما ٰٓ َٰا َٰتى ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي َْٰر‬
ِ ٰ ‫ت اِلَى‬
َ‫ّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َجمِ ْيعًا فَيُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم فِ ْي ِه ِلفُ ْون‬
“ Dan Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) dengan kebenaran, kebenaran
dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah Anda mengikuti
keinginan mereka untuk meninggalkannya kebenaran yang telah datang. Untuk
setiap umat di antara kamu, Kami memberikan aturan dan jalan yang terang. Jika
Allah menghendaki, niscaya kamu akan dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya, maka
berlomba-lombalah berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua, lalu
diberitahukan-Nya terhadap apa yang terlebih dahulu kamu perselisihkan,”
Di dalam tafsir Al-Lubab karya Quraish Shihab, ayat 48 ini menjelaskan
bahwa Al-Qur’an berfungsi membenarkan kandungan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya dan juga menjadi saksi dan tolok ukur kebenaran kitab-kitab yang
terdahulu. Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW. diperintahkan untuk menetapkan
putusan berdasar apa yang Allah SWT. turunkan, baik melalui wahyu yang
terhimpun dalam al-Qur'an maupun yang diturunkan-Nya kepada nabi-nabi yang
lain selama belum ada pembatalannya, sambil mengingatkan beliau jangan sampai
mengikuti hawa nafsu orang-orang Yahudi dan semua pihak yang bermaksud
mengalihkan dan mengantar kepada meninggalkan kebenaran yang telah beliau
terima.
Lebih jauh ayat itu mengingatkan bahwa Allah swt. telah memberi masing-
masing umat aturan yang dapat mengantar menuju kebahagiaan abadi. "Sekiranya

17
Allah swt. menghendaki. niscaya semua manusia dijadikan-Nya satu umat saja,
yaitu dengan jalan menyatukan pendapat mereka secara naluriah serta tidak
menganugerahi mereka kemampuan memilih. Tetapi. Allah swt. tidak
menghendaki hal tersebut. karena Dia hendak memperlakukan manusia dengan
perlakuan orang yang hendak menguji berkenaan dengan pemberian-Nya kepada
mereka. Karena itu, hendaklah semua berlomba-lomba berbuat aneka kebajikan,
apalagi pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah swt., lalu Dia akan
memberi putusan atas apa yang mereka perselisihkan, antara lain menyangkut
kebenaran keyakinan dan praktik-praktik agama masing-masing."
Setelah berbicara tentang kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
AS dan kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. kini ayat 48 pada surat
almaidah ini berbicara tentang al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Dan Kami telah turunkan kepadamu wahai Muhammad al-Kitáb yakni al-
Qur'ân dengan hak, yakni hak dalam kandungannya, cara turunnya maupun yang
menurunkan, yang mengantarnya turun dan yang diturunkan kepadanya. Kitab itu
berfungsi membenarkan apa yang diturunkan sebelumnya, yakni kandungan dari
kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya, dan juga menjadi batu
ujian yakni tolok ukur kebenaran terhadapnya, yakni kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya itu, maka putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang
Allah turunkan baik melalui wahyu yang terhimpun dalam al-Qur'an, dan juga
wahyu lain yang engkau terima seperti hadits Qudsi, maupun yang diturunkan-Nya
kepada para nabi yang lain selama belum ada pembatalannya, dan janganlah engkau
mengikuti hawa nafsu mereka yakni orang-orang Yahudi, dan semua pihak yang
bermaksud mengalihkan engkau dari menetapkan hukum yang bertentangan
dengan hukum Allah, yaitu dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu.
Bagi masing-masing umat, yakni kelompok yang memiliki persamaan
dalam waktu, atau ras atau persamaan lainnya di antara kamu, hai umat umat
manusia, Kami berikan aturan yang merupakan sumber menuju kebahagiaan abadi
dan jalan yang terang menuju sumber itu. Wahai Muhammad, Kami telah
menjadikan syariat yang Kami anugerahkan kepadamu membatalkan semua syariat

18
yang lalu. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu, hai umat
Músá dan Iså, umat Muhammad saw dan umat-umat lain sebelum itu, satu umat
saja, yaitu dengan jalan menyatukan secara naluriah pendapat kamu serta tidak
menganugerahkan kamu kemampuan memilih, tetapi Dia, Allah tidak menghendaki
itu. Karena, Dia hendak menguji kamu yakni memperlakukan kamu perlakuan
orang yang hendak menguji terhadap yang telah diberikan-Nya kepadamu, baik
menyangkut syariat, maupun potensi-potensi lain, sejalan dengan perbedaan
potensi dan anugerah-Nya kepada masing-masing. Maka karena itu, Kami
menetapkan yg dibawa buat kamu semua sejak kini hingga akhir zaman, satu
syariat, yakni syari'at yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Melalui tuntunan
syariat itu, kamu semua berlomba-lombalah dengan sungguh-sungguh berbuat
aneka kebajikan dan jangan menghabiskan waktu atau tenaga untuk
memperdebatkan perbedaan dan perselisihan yang terjadi antara kamu, karena pada
akhirnya, hanya kepada Allah-lah tidak kepada siapa pun selain-Nya kembali kamu
semuanya wahai manusia, lalu Dia memberitahukan kepada kamu pemberitahuan
yang jelas serta pasti apa yang kamu telah terus-menerus berselisih dalam
menghadapinya, apapun perselisihan itu, termasuk perselelisihan menyangkut
kebenaran keyakinan dan praktek-praktek agama masing-masing.
Dari penjelasan diatas kiranya dipahami juga bahwa ayat ini bukannya
menafikan kehendak Allah menjadikan manusia satu, dalam arti satu keturunan,
atau asal-usul. Karena manusia dalam hal kesatuan asal-usul adalah satu. Yang
demikian itu menjadi kehendak Allah, karena seperti sabda Rasulullah SAW.,
“Kamu semua dari adam, dan Adam dari tanah. Tidak ada keutamaan orang Arab
atas orang Non Arab, tidak juga Non Arab atas Orang Arab kecuali atas dasar
takwa”.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Q.S Al Ma’idah ayat 48 ini adalah bahwa
Al-Qur'an adalah bukti dan saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang terdahulu
jika apa yang terdapat dalam kitab-kitab itu sejalan dengan yang tercantum dalam
Al-Qur'an, sebaliknya pun demikian al-Qur'an menjadi saksi kesalahannya jika
bertentangan

19
20
BAB III
PENUTUP
Yang dimaksud dengan kitab-kitab Allah adalah kitab-kitab dan shuhuf
(lembaran-lembaran wahyu) yang di dalamnya tertulis firman Allah Ta’ala yang
diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya, yaitu Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur’an

Adapun beriman kepada kitab-kitab Allah Ta’ala maksudnya adalah


membenarkan dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah Ta’ala memiliki kitab-
kitab yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya yang berisi kalamullah (firman
Allah) dengan kebenaran yang nyata dan cahaya petunjuk yang jelas untuk
disampaikan kepada hamba-hamba-Nya

Di antara kitab-kitab Allah yang wajib kita imani secara khusus adalah
kitab-kitab yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah.

21
DAFTAR PUSTAKA
Taufik Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, Cet 1, 2013.
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim, Jakarta: Darul
Falah, 2020.
Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Akidah, Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2017.
M. Quraish Shihab, Al-Lubab jilid I, Jakarta: Lentera Hati, 2012.
Al-Asyqâr, Muhammad Sulaimân `Abdullâh. Zubdatut Tafsîr min Fathil Qadîr.
az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Wajiz.
Sayyaf As-Sariih, Tafsir Ash-Shaghir.
Kementerian Agama, Tafsir Kemenag.
Shihab, Quraish, Tafsir al-Lubab

22

Anda mungkin juga menyukai