Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS HUKUM

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2021/2022


MATA KULIAH : HUKUM INTERNASIONAL
HARI/TANGGAL : SENIN /10 Januari 2022
WAKTU : 09.40-11.00 WITA
SEMESTER :3
PESERTA :
KELAS/RUANGAN : C3
DOSEN : Dr. I G A A Gita Pritayanti Dinar, SH. MH.

1. Jelaskan hubungan antara hukum nasional dengan hukum internasional.


2. Jelaskan konsepsi Kelsen mengenai negara berkaitan dengan hakikat negara
dalam hukum internasional.
3. Jelaskan yang saudara ketahui tentang prinsip yurisdiksi teritorial
menurut Lord Mac Millan
4. Jelaskan yang saudara ketahui mengenai pemberian pengakuan terhadap
lahirnya negara baru demi kepentingan politik.

Terimakasih dan selamat bekerja


1.

Hukum Internasional ialah aturan atau prinsip yang disepakati oleh negara-
negara serta dijadikan acuan dalam pelaksanaan hubungan antarnegara. Dalam
perkembangannya, international law atau hukum internasional juga mengatur
hubungan antarnegara dan aktor non-negara seperti organisasi internasional dan
individu.

Dualisme Eksponen-eksponen utama dari teori dualisme adalah para penulis positivis,
Triepel dan Anzilotti. Bagi para positivis itu, konsepsi teori kehendak (consensual)
mereka tentang hukum internasional, merupakan hal yang wajar apabila menganggap
hukum nasional sebagai suatu sistem yang terpisah. Dengan demikian, menurut
Triepel, terdapat dua perbedaan fundamental di antara kedua sistem hukum tersebut,
yaitu:

1. Subyek-subyek hukum nasional adalah individu-individu, sedangkan subyek-


subyek hukum internasional adalah semata-mata dan secara eksklusif hanya negara-
negara.

2. Sumber-sumber hukum keduanya berbeda: sumber hukum nasional adalah


kehendak negara itu sendiri, sumber hukum internasional adalah kehendak bersama
(gemeinwille) dari negara-negara

“Objektivisme” menyatakan bahwa hukum internasional tercipta dengan terlepas dari


kemauan suatu negara. Dari sini, lahirlah paham “Monisme” yang melihat hukum
internasional dan hukum nasional merupakan dua bagian dari satu kesatuan yang
lebih besar yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia. Monisme ini mengkritik
paham dualisme yang mana menganggap hukum nasional dan hukum internasional itu
terpisah.

Akibatnya, hukum internasional dan hukum nasional bisa jadi memiliki hubungan
hierarki. Karena kedua hukum ini memiliki sumber yang sama akan tetapi memiliki
lingkup berlaku yang berbeda. Dari sini, lahirlah dua pemahaman dari “Monisme”,
yaitu Monisme dengan Primat Hukum Nasional dan Monisme dengan Primat Hukum
Internasional.
2.
Menurut Kelsen telah menganalisis ide suatu negara, dan mengakui bahwa Negara
semata-mata adalah suatu konsep hukum teknis yang dimaksudkan untuk mencakup
keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku terhadap sekelompok orang di
dalam suatu wilayah teritorial tertentu; negara dan hukum hampir dapat dikatakan
sebagai suatu sinonim.

Dalam hal ini, menurut Kelsen, tidak ada perbedaan nyata antara hukum suatu negara
dan hukum internasional. Kedua sistem hukum tersebut mengikat individu-individu,
walaupun hukum internasional secara teknis mengikat negara-negara, itu hanyalah
bersifat perantara (mediately) dan karena konsep negara.

3.
Yurisdiksi Teritorial Prinsip tersebut telah dikemukakan dengan tepat oleh
Lord Mac Millan:
"Adalah suatu ciri pokok dari kedaulatan dalam batas-batas ini, seperti semua negara
merdeka yang berdaulat, bahwa negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua
orang dan benda di dalam batas-batas teritorialnya dan dalam semua perkara perdata
dan pidana yang timbul di dalam batas-batas teritorial ini".

Yurisdiksi Teritorial :
Setiap negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan di
dalam wilayah teritorialnya. Menurut Starke, yurisdiksi ini dapat diartikan sebagai
hak, kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh suatu negara untuk membuat
peraturanperaturan hukum, melaksanakan dan memaksakan berlakunya peraturan-
peraturan tersebut dalam hubungannya dengan orang, benda, hal atau masalah yang
berada dan atau terjadi di dalam batas-batas wilayah dari negara yang bersangkutan.
Dalam hukum internasional, dikenal adanya perluasan yurisdiksi teritorial (the
extention of territorial jurisdiction) yang timbul akibat kemajuan iptek, khususnya
teknologi transportasi, komunikasi dan informasi serta hasil-hasilnya. Kemajuan iptek
ini ditampung dan diakomodasi oleh masyarakat dan hukum internasional, guna
mengantisipasi pemanfaatan dan penyalahgunaan hasil-hasil iptek ini oleh orang-
orang yang terlibat dalam pelanggaran hukum maupun tindak pidana di dalam
wilayah suatu negara.

Yurisdiksi Teritorial terhadap Penjahat


Inggris (karena tradisi yang telah berlangsung lama), Amerika Serikat dan beberapa
negara lainnya, menganut teori kompetensi kriminal territorial. Memang, teori Inggris
yang telah mengalami modifikasi sebagai akibat dua konvensi internasional yang
disebut di atas, sejauh ini menyangkut hak negara-negara memiliki suatu yurisdiksi
kriminal terhadap bukan warga negara yang sifatnya bukan yurisdiksi territorial.
Tetapi praktek negara-negara lain telah meninggalkan suatu teori territorial yang
eksklusif.
Contoh Kasus:
- Seorang bernama Reynhard Sinaga asal Indonesia melakukan pemerkosaan dan
tindakan seksual lainnya seperti perekaman video dengan ratusan kasus dan puluhan
korban pria di Inggis. Akibat dari perbuatannya banyak korban mengalami trauma.
Hingga akhirnya mulai dari tahun 2018 kasusnya disidangkan di pengadilan
Manchester. Kepolisian Inggris menyebutkan bahwa ini adalah kejahatan perkosaan
terbesar selama sejarah hukum Inggris. Atas kasusnya, Reynhard mendapatkan vonis
hukuman tiga puluh tahun penjara yang juga diancam tidak mendapatkan kebebasan
bersyarat setelahnya (penjara seumur hidup) oleh pengadilan Inggris.
- Kasus Kapal Ikan (KII/KIA) yang menggunakan alat tangkap trawl di Maritime
Unresolved Area Selat Malaka dapat menjadi yurisdiksi Negara Indonesia maupun
Malaysia

Anda mungkin juga menyukai