UAS HK Int GANJIL
UAS HK Int GANJIL
FAKULTAS HUKUM
Hukum Internasional ialah aturan atau prinsip yang disepakati oleh negara-
negara serta dijadikan acuan dalam pelaksanaan hubungan antarnegara. Dalam
perkembangannya, international law atau hukum internasional juga mengatur
hubungan antarnegara dan aktor non-negara seperti organisasi internasional dan
individu.
Dualisme Eksponen-eksponen utama dari teori dualisme adalah para penulis positivis,
Triepel dan Anzilotti. Bagi para positivis itu, konsepsi teori kehendak (consensual)
mereka tentang hukum internasional, merupakan hal yang wajar apabila menganggap
hukum nasional sebagai suatu sistem yang terpisah. Dengan demikian, menurut
Triepel, terdapat dua perbedaan fundamental di antara kedua sistem hukum tersebut,
yaitu:
Akibatnya, hukum internasional dan hukum nasional bisa jadi memiliki hubungan
hierarki. Karena kedua hukum ini memiliki sumber yang sama akan tetapi memiliki
lingkup berlaku yang berbeda. Dari sini, lahirlah dua pemahaman dari “Monisme”,
yaitu Monisme dengan Primat Hukum Nasional dan Monisme dengan Primat Hukum
Internasional.
2.
Menurut Kelsen telah menganalisis ide suatu negara, dan mengakui bahwa Negara
semata-mata adalah suatu konsep hukum teknis yang dimaksudkan untuk mencakup
keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku terhadap sekelompok orang di
dalam suatu wilayah teritorial tertentu; negara dan hukum hampir dapat dikatakan
sebagai suatu sinonim.
Dalam hal ini, menurut Kelsen, tidak ada perbedaan nyata antara hukum suatu negara
dan hukum internasional. Kedua sistem hukum tersebut mengikat individu-individu,
walaupun hukum internasional secara teknis mengikat negara-negara, itu hanyalah
bersifat perantara (mediately) dan karena konsep negara.
3.
Yurisdiksi Teritorial Prinsip tersebut telah dikemukakan dengan tepat oleh
Lord Mac Millan:
"Adalah suatu ciri pokok dari kedaulatan dalam batas-batas ini, seperti semua negara
merdeka yang berdaulat, bahwa negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua
orang dan benda di dalam batas-batas teritorialnya dan dalam semua perkara perdata
dan pidana yang timbul di dalam batas-batas teritorial ini".
Yurisdiksi Teritorial :
Setiap negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan di
dalam wilayah teritorialnya. Menurut Starke, yurisdiksi ini dapat diartikan sebagai
hak, kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh suatu negara untuk membuat
peraturanperaturan hukum, melaksanakan dan memaksakan berlakunya peraturan-
peraturan tersebut dalam hubungannya dengan orang, benda, hal atau masalah yang
berada dan atau terjadi di dalam batas-batas wilayah dari negara yang bersangkutan.
Dalam hukum internasional, dikenal adanya perluasan yurisdiksi teritorial (the
extention of territorial jurisdiction) yang timbul akibat kemajuan iptek, khususnya
teknologi transportasi, komunikasi dan informasi serta hasil-hasilnya. Kemajuan iptek
ini ditampung dan diakomodasi oleh masyarakat dan hukum internasional, guna
mengantisipasi pemanfaatan dan penyalahgunaan hasil-hasil iptek ini oleh orang-
orang yang terlibat dalam pelanggaran hukum maupun tindak pidana di dalam
wilayah suatu negara.