Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI JURNAL

PENATALAKSANAAN DEMAM PADA BAYI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 3


Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja, Pranikah, dan Prakonsepsi

Oleh:

NAMA : Intan Novita Reza S.Tr. Keb


NPM : 19220300210

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


DEPARTEMEN KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi Jurnal dengan judul:

KONSELING GIZI PADA REMAJA DENGAN ANEMIA

Oleh:
NAMA : Intan Novita Reza S.Tr. Keb
NPM : 19220300210

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


dihadapan tim penguji.

Tanggal, 2023

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

(Nama Dosen)

1
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi Jurnal dengan judul:

KONSELING GIZI PADA REMAJA DENGAN ANEMIA

Oleh:
NAMA : Intan Novita Reza S.Tr. Keb
NPM : 19220300210

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan Agustus tahun 2023 di hadapan tim
penguji Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Tangga, 2023

Menyetujui,
KBK Dosen Komunitas danIlmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi
Dini

Agus Santi Br. G., S.ST, M. Kes. Fanni Hanifa S.ST, M.


NIDN. 0317088406 Keb
NIDN. 0307039201

Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab Stase

(Nama Dosen)
NIDN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Presentasi Jurnal yang berjudul
“KONSELING GIZI PADA REMAJA DENGAN ANEMIA”

Dalam penyelesaian Laporan Presentasi Jurnal ini penulis mendapatkan


bimbingan, arahan dan masukan oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Indonesia Maju

2. Dr. H. M. Hafizurracman, Mph, selaku Pembina Yayasan Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM selaku Ketua Kepala Departemen


Kebidanan Sekolah Tinggi Indonesia Kesehatan Maju

4. Susaldi, S.ST., M. Biomed selaku Wakil Ketua I Bid. Akademik &


Inovasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

5. Dr. Rindu, SKM., M. Kes Selaku Wakil Ketua II Bid. Sumber Daya &
Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

6. Nur Rizky Ramdhani, SKM., M. Epid selaku Wakil Ketua III Bid.
Kemahasiswaan & Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Maju

7. Hidayani, Am. Keb, SKM, MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonsia Maju

8. Retno Sugesti, S.ST.,M.Kes sebagai dosen pembimbing stase 3

9. Magdalena Tri Putri, M.Tr.Keb sebagai dosen Responsi stase 3

3
10. Lina Sukiyanti, S.Tr.Keb seabagai CI Responsi stase 3

11. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Departemen Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses
Pendidikan.

Penulis menyadari bahwaLaporan Presentasi Jurnal ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik, saran atau masukan dari semua pihak sangat
diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini
memberikan manfaat bagi pembacanya.

Pandeglang, Juli 2023

Penulis

4
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAGIAN I: JURNAL

Jurnal 1 1

Jurnal 2 2

Jurnal 3 2

BAGIAN II: TINJAUAN KASUS

Tinjauan Kasus 4

BAGIAN III: PEMBAHASAN

Pembahasan 11

BAGIAN IV: PENUTUP

Kesimpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 21

5
I. JURNAL

1. Jurnal 1

Judul : Hubungan Pemberian Kompres Hangat Dan Paracetamol


Pada Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Penurunan Demam Di Desa Larikrejo
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus

Penulis : Noor Sofikah, Lailatul Mustaghfiroh, Irfana Tri Wijayanti

Tahun : 2021

Link :

https://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/jks/article/download/81/69

Abstrak

Demam terjadi jika suhu tubuh diatas kisaran normal 37º C (100º C), rektal
38,8º C (101ºC) yang ditandai dengan kulit terasa hangat, dan kulit
kemerahan (Asmadi, 2012). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan pemberian kompres hangat dan paracetamol pada anak usia 12-24
bulan dengan penurunan demam di Desa Larikrejo Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik


korelasional dengan rancangan cross sectional. Berdasarkan teknik total
sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 responden. Uji statistik
menggunakan uji Chi square.

Hasil penelitian menunjukkan; 1).Balita diberikan kompres hangat sebanyak


15 orang (50,0%), sedangkan balita yang diberikan paracetamol sebanyak
15 orang (50,0%). 2). Sebagian besar suhu anak usia 12-24 bulan di Desa
Lurikrejo Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus setelah dilakukan tindakan
turun sebanyak 18 anak (60,0%), sedangkan suhu anak yang tidak
mengalami penutunan sebanyak 12 orang (40,0%). 3). Berdasarkan hasil uji
chi square didapatkan nila p value = 0,025 yang artinya Ada hubungan
pemberian kompres hangat dan paracetamol pada anak usia 12-24 bulan
6
dengan penurunan demam di Desa Larikrejo Kecamatan Undaan Kabupaten
Kudus.

Diharapkan tenaga kesehatan untuk mengenalkan konsep bagaimana cara


penanganan demam pada anak dan balita secara farmakologis dan non
farmakologis dengan cara memberikan penyuluhan bagi masayarakat.

Kata kunci : Demam, Suhu, Kompres Hangat, Paracetamol dan Demam

2. Jurnal 2

Judul : Penanganan Pertama Pada Bayi Kejang Demam Di


Posyandu Desa Patemon

Penulis : Luluk Fauziyah Januarti.,S.Kep., Ns., M.Kes, Khofifatus


Zahroh, Kurnia Rosiyana Dewi, Ranita Salsabila Aqila, Urip Hidayatullah

Tahun : 2019

1. Link :

https://stikes-nhm.ejournal.id/PGM/article/download/477/425

Abstrak

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh

(suhu rektal diatas 38°C) akibat suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi
intrakranial atau penyebab lain . Kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun karena pada balita kekebalan tubuh masih rendah (Wilson, 2016).
Kejadian kejang demam diperkirakan di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam yang kompleks (Manjoer, dkk, 2000). Menurut Profil
Kesehatan Kabupaten Bangkalan (2017) salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
kematian pada balita adalah pneumonia. Peneumonia merupakan penyakit yang dapat
disebabkan oleh virus dan bermanifestasi dengan adanya demam. Berdasarkan survey
melaui wawancara dengan orang tua bayi di Desa Patemon yang telah dilakukan

7
didapatkan informasi bahwa orang tua bayi di Desa Patemon masih banyak yang belum
mengetahui cara penanganan yang tepat kejang demam.

Metode yang digunakan untuk melakukan pengabdian masyarakat yaitu dengan


pendataan jumlah orang tua yang memiliki bayi di Desa Patemon Bangkalan, kemudian
melakukan wawancara kepada orang tua permasalahan yang berkaitan dengan
kesadaran dan pengetahuan tentang penanganan kejang demam, kemudian membuat
kontrak waktu dengan ibu. Kegiatan dilanjutkan dengan pre test, penyuluhan berbasis
audiovisiual, dan pelatihan penanganan kejang demam pada bayi, kegiatan dilaksanakan
di posyandu Desa Patemon.

Peserta kegiatan sebanyak 20 peserta dari Desa Patemon yang mengikuti kegiatan
penyuluhan.

Peserta diberikan pre test dan pos test menggunakan instrument berdasarkan materi yang
diberikan. Secara keseluruhan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta.
Hasil kegiatan didapatkan bahwa sebelum diberikan pelatihan pengetahuan ibu sama
antara kategori cukup dan kurang yaitu 40% dan setelah diberikan pelatihan meningkat
menjadi kategori baik yaitu sebesar 50%.

Kata kunci: Bayi, kejang demam, pelatihan, penanganan kejang demam

3. Jurnal 3

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan


Penanganan Demam Pada Bayi 0-12 Bulan Di Desa Datarajan Wilayah Kerja
Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus Tahun 2018

Penulis : Ani Kristianingsih, Yona Desni Sagita, Imas Suryaningsih

Tahun : 2018

Link Jurnal : https://doi.org/10.31764/mj.v4i1.510

Abstrak

Demam adalah suatu tanda bahwa tubuh sedang melawan infeksi atau
bakteri yang berada di dalam tubuh. Apabila demam tidak ditangani maka
8
dapat mengakibatkan kerusakan rangkaian khususnya sistem saraf pusat dan
otot, sehingga mengakibatkan kematian. Penanganan pertama demam dapat
berupa terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
demam dengan penanganan demam pada bayi 0-12 bulan di Datarajan
Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus tahun 2018. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Waktu
pelaksanaannya pada tanggal 11-13 Februari 2018 tempatnya di Desa
Datarajan Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus.
Populasi yaitu ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan berjumlah 60 orang.
Pengambilan sampel dengan menggunakan total population dengan jumlah
60 ibu. Hasil analisis menunjukan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan penanganan demam dengan P-value 0,000 (<0.05)
dengan odds Ratio sebesar 25.375 (6.357-101.287). Diharapkan hasil
penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi ibu dengan pengetahuan
kurang baik. Ibu dapat mengikuti sosialisasi kesehatan. Sehingga ibu dapat
melakukan penanganan demam yang baik didorong dengan adanya
informasi kesehatan baik dari tenaga kesehatan ataupun orang tua dan
saudara ibu dalam penanganan demam.

9
II. Tinjauan Kasus

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN
ANAK USIA PRASEKOLAH

No. Registrasi : 145837


Tanggal Pengkajian : 11-08-2023
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : BLUD UPT
Puskesmas Labuan

Pengkaji : Intan Novita Reza, S.TR.Keb

PENGKAJIAN

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : By. G
Tanggal lahir : 23-01-2022
Umur : 12 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- : 2

2. Identitas Orangtua
Nama Ibu : Ny. D Nama Ayah : Tn. K
Umur : 32 Tahun Umur : 40 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Betawi
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : K. Swasta

Alamat : Kp. Teluk - Labuan

3. Alasan datang

10
Ibu ingin memeriksakan kondisi bayinya.

4. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya demam sejak kemari sore.

5. Riwayat kesehatan
a. Tanggal lahir : 11-08-2023
b. Tempat : PMB
c. Penolong : Bidan
d. Jenis persalinan : Normal, Spontan

6. Riwayat pertumbuhan
Sesuai dengan
usianya.

7. Riwayat perkembangan
Tidak dilakukan pemantauan perkembangannya.

8. Riwayat imunisasi
HB0 : 23/08/22
BCG : 20/09/22
POLIO : 20/08/22,20/09/22,20/10/22,20/11/22
PENTABIO : 20/08/22,20/09/22,20/10/22
IPV : 20/12/22
CAMPAK : 20/03/23

9. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat
Siang : 2 Jam
Malam : 6 Jam
b) Pola aktivitas
Melakukan aktifitas seperti bermain, makan dan tidur.
c) Pola eliminasi
11
BAK : 4x Sehari

BAB : 1x Sehari
d) Pola nutrisi
Pola makan : 3x menu utama, 2x menu selingan (sayur dan
buah, lauk pauk)
Minum : ± 600ml (ASI, jus, air putih)
e) Pola personal hygiene
Bayi Ketika BAK/BAB di lap kering dengan handuk dan di
cebokan dari arah depan ke belakang.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis

2. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 110 kali/menit
Frekuensi nafas : 30 kali/menit
Suhu tubuh : 36.8 0C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 82 cm
IMT : 14,87
z-score : Median

Status gizi

a. BB/U : [ ] Gizi buruk; [ ] Gizi kurang;


[ √ ] Gizi baik; [ ] Gizi lebih
b. PB atau TB/U : [ ] Sangat pendek; [ ] Pendek;
[ √ ] Normal; [ ] Tinggi

12
c. BB/PB atau TB : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus;
[√ ] Normal; [ ] Gemuk

d. IMT/U : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus;


[ √ ] Normal; [ ] Gemuk; [ ] Obesitas
e. Lingkar kepala : 45 cm; [√ ] Normal; [ ] Mikrosefali;
[ ] Makrosefali

4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Normal, tidak ada odema, tidak ada kelainan
Mata : Seklera tidak pucat, bulu mata tidak ada
kelainan.
Telinga : Posisi sejajar, tidak ada kelainan
Hidung : Terdapat pengeluaran lender ingus berwarna
putih
Mulut : Bentuk normal, tidak ada kelainan
Leher : Pembesaran vena/kelenjar tidak ada
Dada : Posisi simetri, mamae simetris ada, normal,
suara nafas normal, tidak ada bunyi ronkhi
Abdomen : Bentuk normal
Ekstremitas Atas : Jari tangan lengkap dan tidak ada kelainan
Ekstremitas Bawah : Jari kaki lengkap, posisi dan bentuk normal,
pergerakan aktif, tidak ada kelainan

5. Skrining Perkembangan Anak (Tidak Dilakukan)


a. KPSP : Formulir usia ; Skor

Perkembangan anak

❑ Sesuai
❑ Meragukan:
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
❑ Penyimpangan

13
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
b. TDD : Formulir usia ; Jumlah jawaban TIDAK

Daya dengar

❑ Normal
❑ Curiga ada gangguan
c. TDL : Baris E terkecil yang masih terlihat mata kanan
; mata kiri

Daya lihat

❑ Normal
❑ Curiga ada gangguan
d. KMME : Jumlah jawaban YA

Mental emosional

❑ Normal
❑ Curiga ada gangguan

6. Pemeriksaan atas indikasi


a. M-CHAT :
❑ Risiko tinggi autis
❑ Risiko rendah autis
❑ Gangguan lain
b. GPPH :
❑ Kemungkinan GPPH
❑ Bukan GPPH

7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak Dilakukan dilakukan
C. Analisis Data
By. G Usia 12 bulan dengan Febris

14
D. Penatalaksanaan
1. Memakai APD dan cuci tangan sebelum Tindakan.
Evaluasi :Bidan sudah menggunakan APD dan mencuci tangan
2. Melakukan infrom consent kepada orang tua.

Evaluasi : inform consent sudah dilakukan


3. Melakukan Pemeriksaan dan memberitahu ibu hasil pemeriksaan
suhu : 36,8oC, nadi : 110×/menit, respiraasi : 30×/menit, badan bayi
panas, bunyi dada normal tidak ada kelainan bayi mengalami batuk
pilek.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
4. Memberitahukan pada ibu demam yang di alami bisa saja karena
kondisi cuaca, menggunakan AC terlalu dingin atau faktor lainnya
seperti bayi akan tumbuh gigi.
Evaluasi : Ibu mengerti informasi yang telah diberikan
5. Memberitahukan pada ibu untuk menjaga asupan gizi yang baik
selama kondisi bayi kurang fit, seperti membuat sup, mengkonsumsi
buat/jus yang mengandung vit.c ( jeruk ), tetap memberikan ASI dan
minum cukup air putih dan istirahat yang cukup ±11-14 jam.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
6. Memberitahukan pada ibu bahwa dalam menangani anak yang baru
demam bisa dengan beberapa cara tanpa menggunakan obat –
obatan terlebih dahulu, seperti memberikan kompres dengan air
hangat, terus berikan ASI agar tidah dehidrasi, pakaikan bayi pakaian
yang hangat, pastikan suhu ruangan sejuk dan biarkan bayi cukup
istirahat.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
penjelasan tentang cara kompres bayi dengan air hangat yaitu dengan
kain waslap yang dicelup ke air hangat suam kuku. Peras dulu kainnya
agar air tidak menetes-netes di badan bayi. Ketika si Kecil tidur, letakkan
kain kompres di dahi, lipatan ketiak, leher, dan lipatan pahanya agar
suhu tubuh si Kecil cepat turun. Hindari menggunakan kompres air

15
dingin atau es, karena bisa menyebabkan si Kecil menggigil dan suhu
tubuhnya semakin meningkat.Hindari pula mengompres tubuh bayi
dengan menggunakan cairan alkohol. Ini karena alkohol dapat
mengiritasi atau melukai saluran pernapasan dan kulit bayi
Evaluasi : Ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
7. Mengajarkan Teknik akupresure pada ibu untuk mengurangi batuk
pileknya, seperti titik LI 20 (lokasi dekat samping cuping hidung
kanan dan kiri), LU 7 (lokasi letaknya 2 jari atas pergelangan tangan
segaris ibu jari tangan), ST 40 ( lokasi letaknya pada pertengahan
antara tempurung lutut dan mata kaki luar, 2 jari ke sisi luar dari
tulang kering), ST 36 ( terletak 4 jari di bawah tempurung lutut di tepi
luar tulang kering ), LI4 ( terletak di punggung tangan pada tonjolan
tertinggi Ketika ibu jari dan telunjuk dirapatkan.
Evaluasi : Ibu bersedia mempraktekan dan melakukannya pada
bayinya
8. Memberitahukan pada ibu tanda – tanda bahaya apabila bayi demam
tinggi, ada kejang dan ada sesak nafas segera kembali ke tenaga
Kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan informasi yang telah diberikan
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol Kembali 3hari apabila keluhan masih
berlanjut.
Evaluasi : Ibu bersedia kembali bila tidak ada perbaikan
10. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan.

Pengkaji,

(Intan Novita Reza S.Tr. Keb)

16
III. PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus dan jurnal didapatkan hasil sebagai berikut:

Jurnal 1 “Hubungan Pemberian Kompres Hangat Dan Paracetamol Pada


Anak Usia 12-24 Bulan Dengan Penurunan Demam Di Desa Larikrejo
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus”

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk


yang telah dicelupkan pada air hangat yang ditempel pada bagian tertentu.
Adapun tehnik pemberian kompres air hangat yaitu menggunakan kain /
handuk yang telah di celupkan pada air hangat (suhu 30°C), yang ditempelkan
pada kening dan aksila selama 15 menit. Manfaat kompres hangat ini adalah
menurunkan suhu tubuh dan memberi rasa nyaman. Pemberian kompres hangat
pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan
pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat
yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan meransang area preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan
menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat
(Potter & Perr (Corwin, 2011).

Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada
penelitian ini peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Sebagian besar tindakan penatalaksanaan demam dengan kompres yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang mengalami demam berdasarkan
kebiasaan dan bersifat turun temurun (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden


mempunyai suhu tubuh sebelum diberikan kompres hangat antara 37,4oC-
17
37,9oC, sehingga untuk menurunkan demam masih dapat diatasi dengan
memberikan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi
hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup
panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya
tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan
membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas,
sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Hasan Akmal (2018) dengan judul “ Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris” hasil uji analisis univariat
didapatkan nilai rata-rata sebelum intervensi yaitu hasil mean 38,14 standar
deviasi 0,61 dengan nilai min 37,3 nilai max 39,5. Dari hasil penelitian dengan
uji Kolmogorov-Smirnov Z didapat nilai pre p=0,62 dan untuk post p=0,54.
Dengan tingkat kemaknaan p >α (0,05) Yang dimana p >α (0,05) berarti uji
normalitas data berdistribusi normal maka dari itu dilakukan uji Paired T test,
dengan hasil p=0,0001 dengan tingkat kemaknaan p <α (0,05) yang dimana
0,0001<0,05 maka dari itu dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres
hangat terhadap perubahan suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat
darurat puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Hasil penelitian ini dapat
di pergunakan sebagai bahan masukan bagi institusi kesehatan dan penanganan
peningkatan suhu tubuh pada pasien febris.

Paracetamol merupakan derifat asetanilida yang digunakan sebagai


analgetik antipiretik. Parasetamol sebagai obat golongan analgetik-antipiretik
yang pada saat ini banyak digunakan oleh masyarakat. Kelebihan dari
Parasetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman dan umumnya
obat dalam bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena mudahnya
menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah
untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman dan juga mudah
diatur penyesuaian dosis untuk anak. Sirup parasetamol sering digunakan
sebagai antipiretik buat anak-anak, bahkan sebagian orang menyediakannya

18
sebagai stok dirumah untuk menjaga jika anak mereka demam. Penggunaan
sirup parasetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak diminum hingga
habis. Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat aktif yang dapat
mencapai tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit
penyembuhan penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang
kurang atau karena terjadinya penurunan kualitas obat selama penyimpanan.
Dengan demikian kontrol kualitas dan penetapan waktu kadaluwarsa obat
sangat diperlukan (Arisandi, 2014).

Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bulan karena


alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau
gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayi baru lahir yang bugar
(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau
kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain: muntah, nyeri perut,
reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit
karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan) saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit). Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak
pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis

sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun
untuk menurunkan suhu tubuh (Nurarif, 2015).

Pengkaji menyarankan kepada ibu bayi untuk melakukan megkompres


bayi dengan air hangat menggunakan lap bersih serta bila demamnya tidak
turun saja untuk memberikan obat paracetamol sirup 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol
dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya

19
Jurnal 2 “Penanganan Pertama Pada Bayi Kejang Demam Di
Posyandu Desa Patemon”

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar usia ibu adalah
26-40 tahun yaitu sebanyak 10 ibu (50%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu memiliki
usia yang ideal untuk menjadi ibu sehingga bisa mengikuti kegiatan pelatihan dengan
baik dan mampu mengimplementasikan hasil pelatihan untuk pengalaman pribadi
maupun disampaikan kepada orang lain yang memilii anak usia Bayi. Demikian juga
dengan status pendidikan sebagian besar tingkat pendidikan ibu adalah menengah
(SMA) yaitu sebesar 9 ibu (45%) dan pendidikan tinggi yaitu 6 ibu 30%. Berdasarkan
hasil pengamatan mayoritas ibu antusias dan fokus mengikuti kegiatan pelatihan dari
awal sampai akhir. Kondisi ini juga didukung oleh pekerjaan ibu terbanyak adalah Ibu
Rumah Tangga sehingga bisa meluangkan waktu dan tidak terganggu dengan
aktivitas lain.
Berdasarkan hasil pengisian Kuesioner Pre test (sebelum) dilakukan kegiatan
pelatihan didapatkan bahwa sebagian ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar
40% dan mmeiliki pengetahuan kurang sebesar 40. Ibu dengan pengetahuan cukup
berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa ibu banyak mendapatkan membaca dari
internet, tabloid dan lain sebagainya yang menambah pemahaman ibu tentang
penanganan kejang demam. Sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang dikarenakan ibu
tidak pernah membaca, mendengar atau mendapatkan edukasi tentang penanganan
kejang demam.
Hasil pengisian kuesioner Post Test (Setelah) diberikan Pelatihan didapatkan
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu setelah diberikan materi. Hasil analisa data
didapatkan sebagian besar ibu memilki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebesar
50%, pengetahuan cukup sebesar 40% dan pengetahuan kurang 10%.
Hal ini menunjukkan ada peningkatan pemahaman ibu tentang penanganan
kejang demam. Hal ini dikarenakan, penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan pada orang tua bayi. Menurut penelitian Udin (2014)
penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan dari orang tua dengan nilai p<0,05. Ada 2
orang dengan pengetahuan kurang hal ini dikarenakan ibu tidak mengikuti kegiatan
sampai selesai sehingga ada materi yang belum diketahui ibu.

20
Pengkaji ini membuktikan bahwa ada peningkatan pemahaman ibu
tentang penanganan kejang demam. Hal ini dikarenakan pengkaji melakukan
penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
pada orang tua bayi tentang kejang demam pada bayi.

Jurnal 3 “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan


Penanganan Demam Pada Bayi 0-12 Bulan Di Desa Datarajan Wilayah
Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus Tahun 2018”
Berdasarkan pada penelitian ini didapatkan hasil 33 (55%) ibu
melakukan penanganan demam baik dan 27 (45%) ibu melakukan
penanganan demam tidak baik. Dapat disimpulkan bahwa penanganan
demam yang dilakukan ibu sebagian besar adalah baik. Sejalan
dengan teori yang menyatakan demam adalah baiknya temperature
tubuh, demam merupakan gejala bukanlah penyakit.
Demam menunjukan adanya infeksi, luka, atau peradangan pada
tubuh. Seorang bayi dinyatakan demam bila hasil pengukuran suhu
secara oral melebihi 36,7˚C, seorang bayi dinyatakan demam
bila hasil pengukuran suhu melalui ketiak melebihi 37˚C, suhu tubuh
yang naik turun merupakan hal yang wajar terjadi pada bayi atau anak
sehat. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil tidak
memerlukan perhatian medis, apabila suhu mencapai 38˚C atau lebih
maka perlu mendapat perhatian terutama pada bayi dibawah usia 3
bulan (Dinarti, 2010).
Penanganan demam adalah tindakan yang dilakukan ibu dalam
mengatasi demam bayi seperti kompres air hangat, berikan ASI
sesering mungkin, menggunakan baju yang menyerap keringat,
kondisikan agar ruangan tidak panas. Kemudian secara farmakologi
dapat dengan memberikan paracetamol (Handy, 2015). Obat dapat
menolong anak menjadi lebih baik tetapi mungkin tidak dapat

1
menghentikan demamnya setiap 4 jam, berikan dosis obat sesuai
dengan berat badan anak (Dinarti, 2010).
Sejalan dengan penelitian Ery Khusnul (2012) dengan judul
penelitian gambaran prilaku ibu dalam penanganan demam pada anak
di Desa Seren Kecamatan Gebang Purworejo. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa 62,1% prilaku ibu dengan prilaku penanganan
demam baik.
Menurut asumsi peneliti ibu dengan penanganan demam yang
baik dikarenakan sudah memiliki pengalaman sebelumnya tentang
penanganan demam anak seperti melakukan kompres, pemberian ASI
secara terus-menerus, melakukan pengobtan jika demam tidak kunjung
turun. Kemudian didorong dengan informasi dari orang tua dan
saudara ibu. Sedangkan penanganan demam yang tidak baik
dikarenakan ibu belum memiliki informasi yang banyak tentang
penanganan demam.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu
tentang penanganan demam yaitu dengan dilakukan sosialisasi oleh
bidan, kader, dan tenaga kesehatan lainnya. Diupayakan agar dapat
menjangkau tempat pemukiman yang jauh, sehingga para ibu tidak
kekurangan informasi.
Pengkaji memberikan informasi kepada ibu untuk penanganan
demam adalah tindakan yang dilakukan ibu dalam mengatasi demam
bayi seperti kompres air hangat, berikan ASI sesering mungkin,
menggunakan baju yang menyerap keringat, kondisikan agar ruangan
tidak panas.

2
PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara jurnal 1 dengan teori dan sesuai


dengan kasus yang dikaji oleh pengkaji yaitu menganjurkan ibu
bila bayi demam dengan mengkompres bayi dengan air hangat
dan bila demam nya tidak turun memberikan obat paracetamol
sirup pada bayi dengan dosis 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak
pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali
dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya
2. Terdapat hubungan antara jurnal 2 dengan teori dan sesuai
dengan kasus yang dikaji oleh pengkaji yaitu memberikan
penyuluhan informasi tentang cara penanganan kejang demam
pada bayi.
3. Terdapat hubungan antara jurnal 3 dengan teori dan sesuai
dengan kasus yang dikaji oleh pengkaji yaitu memberikan
informasi kepada ibu untuk penanganan demam adalah
tindakan yang dilakukan ibu dalam mengatasi demam bayi
seperti kompres air hangat, berikan ASI sesering mungkin,
menggunakan baju yang menyerap keringat, kondisikan agar
ruangan tidak panas.

Anemia adalah keadaan ditandai dengan berkurangnya

2. Saran

a. Bagi Ibu

Memberikan pengetahuan pada ibu penyebab dan cara


menangani demam secara non farmakologis seperti
pemberian aromaterapi, pijat common cold dan pijat
akupresure untuk menangani demam pada bayi.
b. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan edukasi kepada pasien dan

3
memberikan pelayanan non farmakolgis dan farmakologis
c. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat menambah wawasan tentang pelayanan


komplementer dan mengikuti pelatihannya, sehingga dapat
memberikan pelayanan non farmakolgis, terutama pada
bayi demam.

4
DAFTAR PUSTAKA

4. 1. Noor Sofikah, Lailatul Mustaghfiroh, Irfana Tri Wijayanti . Hubungan


Pemberian Kompres Hangat Dan Paracetamol Pada Anak Usia 12-24
Bulan Dengan Penurunan Demam Di Desa Larikrejo Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus. Jurnal ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kesehatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti UtamaPati.

5. https://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/jks/article/download/81/69

2. 2. Luluk Fauziyah Januarti.,S.Kep., Ns., M.Kes, Khofifatus Zahroh, Kurnia Rosiyana


Dewi, Ranita Salsabila Aqila, Urip Hidayatullah. Penanganan Pertama Pada
Bayi Kejang Demam Di Posyandu Desa Patemon. Jurnal Paradigma.

https://stikes-nhm.ejournal.id/PGM/article/download/477/425

3. Ani Kristianingsih, Yona Desni Sagita, Imas Suryaningsih.


Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Penanganan Demam Pada Bayi 0-12
Bulan Di Desa Datarajan Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten
Tanggamus Tahun 2018. Midwifery Journal.
https://doi.org/10.31764/mj.v4i1.510

5
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai