Di Sebuah rumah hidup seorang ayah dan seorang anak
perempuan yang telah di tinggal mati sosok ibu. Rere namanya, Hubungan Rere dan ayahnya tidaklah terlalu baik, bahkan buruk. Ayah membentak Rere dan kadang Rere membentak Ayah. Mereka sebenernya saling sayang, hanya saja mereka saling tidak menyadari Anak perempuan semata wayang, yang larut dalam kesedihan karena telah kehilangan sosok panutanya, juga ayah yang sangat sedih karena kehilangan cinta sejatinya. Hari demi hari suasana rumah semakin tidak menyenangkan, kecekcokan sering terjadi, terlebih lagi ayahnya yang cenderung melarang Rere memainkan gitar peninggalan ibunya, sedangkan itu adalah hobinya. Hal ini membuat Rere merasa bahwa rumah bukanlah tempat yang tepat. “dulu ada ibu, aku bahagia dirumah. Sekarang, aku selalu tidak betah” sambil keluar rumah. Saat sedang berjalan keluar tanpa tujuan, Rere melihat sekumpulan orang dipinggir jalan yang sedang bernyanyi-nyanyi dan berbincang-bincang sangat bahagia, disana terlihat ada gitar yang tergeletak tanpa ada yang memainkan “wah.. seru nih” sambil melangkah ke arah sekumpulan tersebut. “kak, saya bisa gitarin” semua orang melihat kedatangan Rere dengan muka datar. “bisa lagu apa aja lu?” Rere langsung mencoba memainkan gitarnya sambil bernyanyi 1-2 lagu, akhirnya semua orang mulai menikmati permainan Rere. Salah satu dari mereka menghampiri Rere dan melihat penampilan Rere dari atas sampai bawah, “ayo dek, ikut sama Bang Jajad, kebisaan kamu bisa jadi duit loh” sambil menepuk bahu Rere. “mantep nih, kita bisa cari duit pake gitar! Selama ini kan Cuma nyanyi aja” seraya anak lainnya. Rere tersenyum “kenalin bang, saya Rere,” Hari semakin sore, waktunya Rere pulang. Rere pulang dengan langkah yang gembira dan ingat kata si bang jajad “besok-besok kalo pulang sekolah kesini aja, kita kumpulin duit buat kamu nabung” Esok harinya Rere berangkat sekolah seperti biasa, tapi pulang dengan rutinitas yang tidak biasa, rutinitas yang baru. Iya.. ke tongkrongan bang jajad. Lusanya masih sama seperti kemarin, ayah Rere mulai menanyakan kegiatan Rere ketika pulang kerumah lewat dari batas waktu biasanya “Rere, kamu dari mana aja? 2 harian ini pulang sore terus? Ga inget rumah?” Tanya ayahnya. “ngerjain tugas yah” jawab Rere dengan singkat. Hingga akhirnya hari ketiga Rere mendatangi tongkrongan bang jajad, Rere semakin merasa nyaman dan hobinya tersalurkan. Bang jajad mulai menghasut Rere untuk menginap “Re, kamu disini aja, kan bisa sama temen-temen disini terus, lagian juga dirumah ngapain sih, Cuma berdua kan? Sepi kan? Mending disini rame”. Hati kecil Rere pun menyetujui omongan bang jajad. “besok deh bang Rere mau coba nginep” Esoknya Rere berangkat sekolah dengan membawa tas yang berisi buku pelajaran dan beberapa baju seragamnya. Dan mulai hari itu rere tidak lagi pulang kerumah. Hari pertama Rere tidak pulang kerumah, sang ayah merasa cemas, dan mulai mencari keberadaan Rere. Namun ayah merasa bingung, bahkan untuk menanyakan ke temannya Rere pun ayahnya tak bisa karena selama ini ayah tak pernah banyak tahu tentang Rere. Hari kedua Rere tidak pulang, sepulang ayah dari kantor ia langsung menuju sekolah Rere untuk menanyakan keberadaan Rere. Namun kegiatan sekolah sudah selesai, hanya tersisa guru rere. “Rere setiap hari sekolah kok pak, memang ada apa?” begitu jawaban guru Rere. “Rere sudah 2 hari tidak pulang kerumah”. Jelas ayah rere “waduh.. tapi Rere akhir-akhir ini terlihat baik-baik saja, apa ada masalah dengan Rere pak?” “ah, tidak ada apa-apa bu..baik kalau begitu terimakasih banyak ya bu saya akan kembali besok” Esoknya ayah Rere sengaja datang ke sekolah pagi-pagi demi bertemu Rere, namun ayah tidak menemukan Rere disana. Iya.. Rere tidak masuk sekolah. Rere larut dalam hidup bebas dijalanan bersama bang jajad dan teman-teman jalanannya. Sampai suatu ketika.. Rere sedang ngamen lalu ia melihat dipojok sana salah satu temannya, Rina sedang dibentak bang jajad dan menerima kekerasan juga ancaman akibat kurangnya setoran yang diberikan. Sontak rere terkaget-kaget dan berusaha untuk tidak banyak bertemu dengan bang jajad. Hari-hari selanjutnya Rere semakin melihat banyak kekerasan terjadi dan kekhawatiran Rere timbul, ia khawatir hal itu terjadi pada dirinya. Suatu ketika Rere sedang mengamen lalu melihat seseorang sepantarannya yang sedang bercanda ria dengan ayahnya. Saat itu juga Rere teringat ayahnya yang sudah beberapa waktu ia tinggalkan. “ayah.. aku rindu ayah, aku ingin bisa bercanda tawa dengan ayah” Rere tersadarkan bahwa hal yang sedang ia lakukan ini tidak membawa kebaikan bagi dirinya. “disini aku merasa bahaya, aku jadi takut dengan bang jajad, hal kekerasan itu bisa saja menimpaku. Mengapa aku tidak pulang saja? Temui ayah dan sampaikan apa yang sebenarnya aku inginkan selama ini : kasih sayang darinya, dan boleh memainkan gitar ibu. Hanya itu. Rere ingin sekali keluar dari lingkaran tersebut setelah menyadari apa yang dilakukannya saat ini membahayakan dirinya sendiri, dan ia sadar salah satu jalan memperbaiki hubungan dengan ayahnya adalah dengan membicarakan apa yang ia rasakan. Namun ia bingung karena jika ia pergi pasti ia akan kena ancaman dari bang jajad. Pada suatu malam.. ayah sedang dalam perjalanan pulang dari kantor dengan sangat kusut dan putus asa “Rere.. kamu dimana nak? Ayah khawatir (sambil melihat foto keluarga yang ada dalam mobil, di foto tersebut terlihat rere sedang memainkan gitar bersama ibunya)Rere!*ayah teringat akan hobinya yg ia batasi* Maafkan ayah.. andai saja kamu pulang, ayah akan menuruti hobimu dan mengizinkanmu memainkan gitar ibumu. Maafkan ayah yang sudah egois. Sungguh aku ayah yang egois”. Lalu ada yg mengetuk kaca mobil ayah sambil menyanyikan sebuah lagu. Ayah hanya membuka kaca lalu menyodorkan uang tanpa melihat si pengamen. “terimakasih p……. a……. ayah?!” kaget Rere. “Rere?! Ya ampun nak kamu sedang apa disini? Kamu ngamen?! Segera masuklah dan ikut ayah, selama ini ayah mencari kamu” (sambil memegang tangan dan wajah rere). “tapi yah.. disini ada bang jajad” sambil menunjuk ke tempat bang jajad yang sedang tidur “meskipun tidur, teman-temanku pasti melihat dan melaporkannya” rere melanjutkan. Lampu rambu lalu lintas pun berubah menjadi kuning lalu hijau. “ah.. rere lanjutkanlah ngamenmu nak, perhatikan arah mobil ayah ya. Ayah akan membawamu” Lalu ayah berhenti di sebuah halte setelah lampu merah dan turun dengan membawa beberapa makanan. “anak-anak, kalian ingin makanan? Ini om bawakan, ayo makan!” kata ayah kepada para anak jalanan yang juga teman-teman rere. “wahh asiikk makasih ya om.. rere! Sinii! Ada makanan banyaak” ajak teman-teman rere. “iyaa kalian duluan saja. Aku melanjutkan sebentar, nanti kita gantian yah” Rere pun berjalan menuju mobil ayahnya ketika teman-temannya sedang makan. Ayah berhasil membawa pulang rere. Sesampai dirumah.. “Rere.. maafkan ayah nak, ayah tidak pernah mendengarkan kamu, tidak mengerti kamu, ayah terlalu memikirkan diri sendiri, ayah terlalu larut dalam keterpurukkan perginya ibumu sampai melupakanmu, ampuni ayah nak” sambil menangis memeluk Rere. Rere pun ikut menangis dan meminta maaf “maafkan Rere juga yah, Rere hanya memendam apa yang rere rasa, ini bukan sepenuhnya salah ayah. Rere saja yang enggan bicara dengan ayah. Maafkan rere yah sudah membuat ayah khawatir”. “Rere.. mulai sekarang rere janji ya sama ayah untuk selalu cerita tentang apa yang rere rasa, yang rere harapkan, yang rere keluhkan. Mulai hari ini juga rere boleh kok mainin gitar ibu, dan besok kita cari club music ya untuk asah skill kamu?” jawab ayah. “waah beneran yahh? Iya! Rere janji! Rere janji bakal selalu cerita sama ayah. Ayah juga janji yaa jangan tinggalin rere” jawab rere dengan semangat. “iyaa ayah janji” balas ayah. Esoknya.. "Rere, ayo kita pergi. Ayah sudah menemukan tempat les gitar untuk kamu" -ayah "Yang bener yaaah? Yeey ayoo!" - Rere (Suasana di tempat les gitar "belajar gitar" namanya.) Ayah sm rere keluar dari tempat les "makasih ya ayah.." ayah membalas dengan senyum dan ngangguk Dalam hati rere "aku tidak akan kembali lagi ke jalan, aku bisa menyalurkan hobiku disini. Kalaupun nanti aku tidak lagi bisa les disini, aku bisa bermain gitar untuk teman teman di sekolah ku"
Waktunya makan malam, Ayah mengambilkan makanan untuk Rere
dan sejenak Rere terdiam "ada apa nak?" Tanya ayah. "Ah engga yah, Rere kepikiran temen-temen Rere yang disana. Ternyata mereka ga sepenuhnya bahagia yah, mereka terjebak dengan keadaan, belum lagi perlakuan bang jajad" jawab rere dengan sedih. "Hmm yaudah rere yang penting sekarang makan dulu yaa yang banyak, kita omongin lagi nanti" Esoknya ayah mengajak Rere ke suatu tempat "mau kemana yah?" Tanya Rere. "Nih kita sudah sampai" sambil menunjuk di hadapan Panti Rehabilitas. (Keadaan ayah sedang berbincang dengan pihak panti). "Begitu bu kirakira keadaannya. Semoga bisa ada yg dilakukan untuk anak- anak dijalanan ini agar mereka jadi memiliki wadah yang membawa pada hal positif". Begitu kata ayah. "Baik pak terimakasih atas informasinya, kami pastikan kami akan upayakan bersama pihak pihak kami" jawaban pihak panti. "Rere.. nanti sering-sering ya main kesini, mereka senang kalau ada teman baru" pihak panti menyapa Rere. "Ah iya bu! Pasti! Rere juga senang! Nanti rere kesini bawa gitar ibu sekalian, boleh kan yah?" Jawab Rere, sambil bertanya ke ayah. "Boleh dong sayang, kalau kamu libur kita kesini lagi ya" jawab ayah. "Asiiiikk makasih ayaah" rere sambil memeluk ayah. Suasana panti rehab yang semakin ramai karena anak jalanan sudah diadopsi untuk tinggal di panti rehab, termasuk bang jajad yang turut ikut didalamnya di berdayakan untuk memberi edukasi soal bermain musik kepada anak-anak panti. "Bang jajaaad!" Rere datang ke panti tersebut dan terkejut ada bang jajad yang sedang mengajarkan anakanak bermain musik. "Rere? Kok kamu disini?" Bang jajad kaget. "Hehe iya bang.. maaf ya rere pergi ga bilang-bilang" jawab rere. "Rere.. abang yang minta maaf, abang belum jadi orang yang baik waktu ketemu Rere. Tapi sekarang abang senang disini, Kita bisa terus ketemu kan kalo Rere main kesini?" Jawab bang jajad. "Iya bang! Rere ngerti.. rere sekarang sadar, bahwa bagaimanapun jalanan itu akan selalu bahaya untuk kita ya bang. Dan pada akhirnya, bicarain apa yang kita rasain ke keluarga adalah jalan terbaik. Rere bersyukur bisa menyadari ini" tambah rere. "Iyaa rere, abang juga sadar kalo apa yg abang lakuin selama ini salah, dan abang juga bersyukur ternyata ada panti yang bisa jadi wadah untuk kita semua" tambah bang jajad. "Waaah seru banget nih anak ayah lagi ngobrol" ayah datang dan bergabung."ayaah, ini bang jajad. Bang jajad, ini ayah" "Pak terimakasih banyak yaa dan maafkan saya" kata bang jajad. "Untuk apa bang jajad?" Kata ayah. "Untuk semuanya" bang jajad tersenyum.