Anda di halaman 1dari 8

Millennium Development Goals (MDGs) adalah serangkaian delapan tujuan

pembangunan internasional yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa


pada tahun 2000 untuk dicapai pada tahun 2015 . Tujuan-tujuan tersebut
dirancang untuk mengatasi tantangan global utama seperti kemiskinan,
kelaparan, pendidikan, kesetaraan gender, kematian anak, kesehatan ibu,
HIV/AIDS, dan keberlanjutan lingkungan .

MDGs telah menjadi kerangka penting bagi upaya pembangunan global,


mengarahkan kebijakan dan tindakan pemerintah, organisasi internasional, dan
masyarakat sipil. Mereka memberikan agenda bersama dan menggerakkan
sumber daya untuk mengatasi masalah yang mendesak dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia .

Namun, kemajuan dalam mencapai MDGs telah tidak merata di antara negara-
negara dan tujuan-tujuan. Sementara beberapa negara telah membuat kemajuan
signifikan dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesehatan dan
pendidikan, negara lain menghadapi kesulitan dalam mencapai kemajuan yang
signifikan . Sebagai contoh, tinjauan terhadap kemajuan Afrika Selatan dalam
mencapai MDGs menunjukkan bahwa negara tersebut kemungkinan tidak akan
mencapai MDG 4 (mengurangi kematian anak) dan MDG 5 (mengurangi
kematian ibu) .

MDGs juga mendapat kritik karena fokusnya yang sempit dan kurang
memperhatikan beberapa isu. Misalnya, tujuan-tujuan tersebut tidak secara
eksplisit mengatasi isu ketimpangan, hak asasi manusia, dan tata kelola yang
baik, yang merupakan hal penting bagi pembangunan yang berkelanjutan . Selain
itu, MDGs tidak sepenuhnya mencakup kompleksitas dan keterkaitan tantangan
pembangunan, sehingga kemajuan terbatas terjadi di beberapa bidang .

Meskipun memiliki keterbatasan tersebut, MDGs memiliki dampak positif dalam


upaya pembangunan global. Mereka telah meningkatkan kesadaran tentang isu-
isu penting, menggerakkan sumber daya, dan membangun kemitraan untuk
pembangunan. Tujuan-tujuan tersebut juga menjadi dasar bagi Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang lebih
komprehensif dan ambisius .

Secara keseluruhan, Millennium Development Goals adalah serangkaian tujuan


pembangunan internasional yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk mengatasi tantangan global. Meskipun kemajuannya tidak merata, tujuan-
tujuan tersebut memainkan peran penting dalam mengarahkan upaya
pembangunan global dan menggerakkan sumber daya. MDGs juga membuka
jalan bagi SDGs yang lebih komprehensif dan ambisius.

Implementasi MDG's di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan,


meskipun masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Indonesia telah mencapai
beberapa target MDG's, terutama dalam mengurangi angka kematian anak di
bawah usia lima tahun dan meningkatkan akses terhadap pendidikan dasar.

Dalam sebuah tinjauan sistematis terhadap literatur, disebutkan bahwa


Indonesia berada di jalur untuk mencapai target MDG 4 dalam mengurangi
angka kematian anak di bawah usia lima tahun (Schröders et al., 2015). Namun,
kemajuan tersebut tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Terdapat
ketimpangan kesehatan yang persisten di dalam negeri, dengan beberapa daerah
masih menghadapi tantangan dalam mencapai target MDG's (Schröders et al.,
2015).

Selain itu, Indonesia juga telah mencapai kemajuan dalam meningkatkan akses
terhadap pendidikan dasar. Program wajib belajar sembilan tahun telah
diterapkan untuk memastikan bahwa semua anak di Indonesia mendapatkan
akses pendidikan yang layak (Schröders et al., 2015). Namun, masih terdapat
tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi
kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Selain itu, implementasi MDG's di Indonesia juga menghadapi tantangan dalam


hal pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan. Meskipun ada upaya untuk
meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi, masih terdapat daerah di
Indonesia yang menghadapi masalah akses terhadap fasilitas sanitasi yang
memadai (Schröders et al., 2015). Selain itu, tantangan lainnya adalah perlunya
mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan, seperti
deforestasi dan polusi.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-


langkah untuk meningkatkan implementasi MDG's. Misalnya, pemerintah telah
meluncurkan program-program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk
meningkatkan akses pendidikan dan program-program pengembangan
infrastruktur untuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi
(Schröders et al., 2015). Selain itu, pemerintah juga telah berkomitmen untuk
mengintegrasikan SDG's ke dalam rencana pembangunan nasional untuk periode
2020-2024.

Meskipun telah ada kemajuan, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
Diperlukan upaya yang lebih besar dalam mengatasi ketimpangan kesehatan,
meningkatkan kualitas pendidikan, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta juga penting
untuk mencapai tujuan ini.

------

Implementasi Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) di Indonesia menghadapi


beberapa kendala. Salah satu tantangan utamanya adalah perlunya tata kelola
kolaboratif dalam implementasi kebijakan, seperti kebijakan PSBB di masa
pandemi COVID-19 (Khasanah & Purwaningsih, 2021).

Tata kelola kolaboratif melibatkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan,


termasuk pemerintah, dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi
kebijakan. Pendekatan ini dapat membantu mengatasi keterbatasan yang
dihadapi pemerintah dalam hal sumber daya dan keahlian teknis (Khasanah &
Purwaningsih, 2021).

Faktor lain yang menghambat implementasi MDGs di Indonesia adalah kebijakan


pemangkasan birokrasi. Kebijakan ini bertujuan untuk mengefektifkan dan
meningkatkan efisiensi birokrasi pemerintahan. Namun implementasi kebijakan
tersebut di Kota Bukittinggi menghadapi kendala seperti adanya resistensi dari
para birokrat dan kurangnya koordinasi (Nalien, 2021). Tantangan-tantangan ini
menyoroti perlunya koordinasi dan kerja sama yang efektif antar lembaga
pemerintah untuk memastikan keberhasilan implementasi kebijakan.

Kendala keuangan dan terbatasnya pendanaan juga menimbulkan hambatan


yang signifikan terhadap implementasi MDGs di Indonesia. Proses peninjauan
belanja, yang bertujuan untuk menilai dan mengoptimalkan belanja pemerintah,
ternyata tidak efektif karena terbatasnya keterlibatan lembaga pemerintah dan
pendekatan top-down dalam pengambilan keputusan penganggaran (Parhusip,
2017). Hal ini menyoroti pentingnya pendanaan yang memadai dan pendekatan
komprehensif terhadap penganggaran dan alokasi sumber daya.

Selain itu, penerapan praktik konstruksi ramah lingkungan di Indonesia


terhambat oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya kesadaran dan pemahaman
di antara para pemangku kepentingan industri, terbatasnya sumber daya
keuangan, dan kurangnya koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan
(Podungge et al., 2019). Tantangan-tantangan ini menyoroti perlunya
peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai praktik konstruksi ramah
lingkungan, serta peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan.

Kesimpulannya, implementasi MDGs di Indonesia menghadapi beberapa


kendala, antara lain: (1) perlunya tata kelola yang kolaboratif; (2) tantangan
birokrasi; (3) kendala finansial; dan (4) hambatan penerapan praktik konstruksi
ramah lingkungan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan
keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, koordinasi dan kerja sama yang
efektif antar lembaga pemerintah, pendanaan yang memadai, dan peningkatan
kesadaran dan pendidikan mengenai praktik-praktik berkelanjutan.

------------

Kelemahan implementasi MDG's di Indonesia dapat mencakup beberapa hal


berikut:

1. Ketimpangan regional: Implementasi MDG's di Indonesia tidak merata


di seluruh wilayah. Terdapat perbedaan signifikan antara daerah
perkotaan dan pedesaan, serta antara pulau-pulau yang berbeda. Beberapa
daerah masih menghadapi kesulitan dalam mencapai target-target MDG's.
2. Kurangnya koordinasi: Implementasi MDG's melibatkan berbagai pihak,
termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi internasional,
dan masyarakat sipil. Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak ini dapat
menghambat kemajuan dalam mencapai tujuan-tujuan MDG's.
3. Kurangnya sumber daya: Implementasi MDG's membutuhkan sumber
daya yang cukup, baik dalam hal anggaran, tenaga kerja, infrastruktur,
maupun kapasitas institusi. Kurangnya sumber daya ini dapat menjadi
hambatan dalam mencapai target-target MDG's.
4. Tantangan lingkungan: Beberapa target MDG's terkait dengan
lingkungan, seperti akses terhadap air bersih dan sanitasi, serta
keberlanjutan lingkungan. Tantangan lingkungan, seperti deforestasi dan
polusi, dapat menghambat kemajuan dalam mencapai target-target ini.
5. Kurangnya pemantauan dan evaluasi: Pemantauan dan evaluasi yang
efektif sangat penting dalam implementasi MDG's. Kurangnya sistem
pemantauan dan evaluasi yang kuat dapat menghambat pemahaman
tentang kemajuan yang telah dicapai dan mengidentifikasi area yang
memerlukan perbaikan.
6. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat: Kesadaran dan
partisipasi masyarakat sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan
MDG's. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dapat
menghambat implementasi MDG's di tingkat lokal.

Dalam mengatasi kelemahan-kelemahan ini, perlu adanya upaya yang lebih besar
dalam meningkatkan koordinasi antara pihak-pihak terkait, alokasi sumber daya
yang memadai, pemantauan dan evaluasi yang efektif, serta peningkatan
kesadaran dan partisipasi masyarakat.

Pendahuluan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) 4 menyerukan


pengurangan angka kematian anak di bawah usia lima tahun sebesar dua
pertiganya pada tahun 2015. Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk secara
resmi memenuhi target MDG 4 pada tahun 2015, namun kemajuannya masih jauh
dari harapan universal. Ada pendapat bahwa statistik tingkat nasional, yang
menjadi sandaran MDG 4, mengaburkan kesenjangan kesehatan yang terus
terjadi di negara tersebut. Ketimpangan dalam bidang kesehatan anak khususnya
merupakan tantangan kesehatan masyarakat global yang besar baik dalam upaya
mencapai MDG 4 pada tahun 2015 maupun setelahnya. Tinjauan ini bertujuan
untuk memetakan situasi MDG 4 terkait kelompok masyarakat kurang beruntung
di Indonesia dengan menerapkan kerangka Social Definants of Health (SDH).
Tujuan spesifiknya adalah untuk menjawab: Siapakah kelompok masyarakat yang
kurang beruntung? Di mana mereka tinggal? Dan mengapa dan bagaimana
distribusi kesehatan yang tidak adil dijelaskan dalam kerangka SDH?
Metode dan Temuan Kami mengambil penelitian melalui tinjauan sistematis
terhadap literatur yang ditinjau oleh rekan sejawat dan literatur abu-abu yang
diterbitkan pada tahun 1995-2014.

Pernyataan PRISMA-Ekuitas 2012 diadaptasi untuk memandu metode tinjauan


ini. Variabel terikatnya adalah indikator terkait MDG 4; variabel independen
“populasi yang kurang beruntung” didefinisikan oleh berbagai kategori
diferensiasi sosial menggunakan PROGRESS.

Teks yang disertakan dianalisis mengikuti pedoman analisis isi deduktif yang
dioperasionalkan berdasarkan kerangka SDH. Kami mengidentifikasi 83
penelitian yang membuktikan lebih dari 40 faktor penentu yang menghambat
pemerataan kesehatan anak di Indonesia.

Faktor penentu yang paling menonjol muncul dari (1) kekurangan dalam sistem
layanan kesehatan pedesaan; (2) dampak dari kemiskinan pangan ditambah
dengan rendahnya tingkat literasi kesehatan di kalangan orang tua; (3) dampak
dari rendahnya kemampuan ibu dalam mengambil keputusan dalam rumah
tangga; dan (4) konsekuensi dari tingginya penggunaan alat persalinan
tradisional. penolong di kalangan etnis minoritas.

Kesimpulan Tinjauan ini memerlukan peningkatan pemahaman tentang faktor-


faktor penentu dan cara-cara yang menciptakan, menahan, dan mengatasi
kesenjangan dalam kesehatan anak di negara-negara dengan keterbatasan
sumber daya seperti di Indonesia dan mendorong rekomendasi kebijakan
kesehatan yang dapat ditindaklanjuti serta investasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan.

Asmara, A., Irwantoro, I., Rozikin, M., & Sayyidati, A. (2021). evaluasi
implementasi program keluarga harapan di indonesia: quick evaluation
analysis. Cakrawala, 15(1), 24-42. https://doi.org/10.32781/cakrawala.v15i1.367

----------------------------------------------------------------
“…Evaluasi implementasi kebijakan dapat memberikan informasi penting
tentang batas-batas dan fasilitatorfasilitator dari suatu implementasi dan suatu
perbandingan diantara beberapa komponen atau intensitas implementasi.
Evaluasi implementasi kebijakan penting bagi negara sedang berkembang,
sebagaimana Makinde (2005), mengemukakan bahwa implementasi kebijakan
masih sering terkendala di negara-negara sedang berkembang sehingga tujuan
kebijakan sering tidak tercapai, misalnya karena faktor komunikasi, struktur
birokrasi, perilaku, dan sumber daya (Gambar 1). Gambar 1 Evaluasi
Implementasi Kebijakan pada analisis fenomena di lapangan.…”

JISA 2019

DOI: 10.30742/jisa.v19i1.686

ANALISIS PERMASALAHAN, ISU STRATEGIS DAN KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN SDGs KABUPATEN MOJOKERTO

Markus Patiung
1

Abstract: Judul Penelitian ini Analisis Permasalahan, Isu Strategis Dan Kebijakan
Pembangunan SDGs Kabupaten Mojokerto yang merupakan program
pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169
target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk untuk melakukan identifikasi dan mengintegrasikan target dan
indikator SDGs ke dalam dokumen perencanaan pembangunan.Hasil penelitian
ini berupa penentuan arah kebijakan selama 5 tahun dan pelaksanaan
pemantauan/evaluasi pembangunan SDGs Kabupaten Mojokerto, kebijakan
tersebut antara lain: Meningkatkan pembangunan infrastruktur dan penguatan
perekonomian masyarakat untuk menciptakan Kabupaten Mojokerto yang
mandiri dan bermartabat (2017), Peningkatan kualitas masyarakat Kabupaten
Mojokerto melalui pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang mandiri dan bermartabat (2018),
Pemerataan pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing (2019), Pengembangan kapasitas
SDM dalam rangka peningkatan pelayanan publik kemudahan usaha dan
stimulasi penguatan sektor potensial untuk pertumbuhan berkualitas dan
berdaya saing (2020), Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan (2021). Pemantauan dan evaluasi merupakan tahapan yang sangat
penting untuk memastikan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)
dari waktu ke waktu. Sebagai bagian integral dari siklus pelaksanaan pencapaian
yang dimulai dari penyusunan Rencana Aksi pada tingkat nasional maupun
daerah, pemantauan dan evaluasi program dan kegiatan dilaksanakan untuk
setiap pemangku kepentingan yang melaksanakan SDGs. Kata kunci : Kebijakan,
SDGs, Infrastuktur, SDM

KESIMPULAN UMUM IMPLEMENTASI MDG INDONESIA

Saat ini, Indonesia telah mencapai beberapa target dalam MDG, namun masih
ada beberapa tujuan yang memerlukan kerja keras dari pemerintah Indonesia 1.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, Indonesia membutuhkan bantuan. Bantuan
tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan kerjasama internasional tidak
hanya dengan negara maju, tetapi juga dengan negara berkembang. Namun,
menurut sebuah artikel yang saya temukan, Indonesia telah berhasil mencapai 49
dari 67 target indikator yang ditetapkan dalam MDG 2. Capaian tersebut
menghasilkan perbaikan dan peningkatan taraf hidup yang signifikan di berbagai
bidang pembangunan nasional


“Pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia Melalui Kerjasama
Internasional” oleh Lisbet Sihombing 1. Artikel ini membahas pencapaian MDG di
Indonesia dan menyarankan peningkatan kerjasama internasional untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
 “Indonesia dan SDGs” oleh Yulius 2. Artikel ini membahas pencapaian Indonesia
dalam mencapai target indikator MDG dan SDG.
 “Rapat Evaluasi Pencapaian MDGs Tahun 2015 dan Sosialisasi SDGs di Provinsi
Jawa Timur” oleh Bappenas 3. Artikel ini membahas evaluasi pencapaian MDG di Jawa
Timur dan sosialisasi SDG.
 “Implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) Sebagai Strategi Pencapaian Tujuan
Pembangunan Millennium Di Indonesia” oleh Diah Kusumawati 4. Artikel ini
membahas implementasi pengarusutamaan gender sebagai strategi pencapaian tujuan
pembangunan millennium di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai