Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

DIAGNOSIS, TATALAKSANA, DAN EVALUASI TERAPI KASUS


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DERAJAT BERAT DENGAN
DEHIDRASI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dalam
Menjalani Program Internsip Dokter Indonesia

Disusun Oleh :
dr. Devi Elora Gugun Siahaan

Supervisor :
dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.Ked (PD), Sp.PD

Pembimbing:
dr. Luh Putu Suartini Kusumawati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RST Tk.IV SINGARAJA
SINGARAJA, BULELENG, BALI
NOVEMBER 2022 – MEI 2023
PROGRAM INTERSNHIP DOKTER UMUM
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
RUMAH SAKIT TK IV SINGARAJA
2023

HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

“DIAGNOSIS, TATALAKSANA, DAN EVALUASI TERAPI KASUS HIPEREMESIS


GRAVIDARUM DERAJAT BERAT DENGAN DEHIDRASI”

Diterima dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan tim penguji


Mei 2023

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.PD, Sp.PD dr. Luh Putu Suartini Kusumawati

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunia-Nya maka laporan kasus berjudul “Diagnosis, Tatalaksana, dan Evaluasi Terapi
kasus Hiperemesis Gravidarum Derajat Berat dengan Dehidrasi” ini dapat selesai.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Program Dokter Internsip Indonesia di Rumkit Tk. IV Singaraja.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. dr. Ni Nyoman Tri Premani, M.Biomed, Sp.S, selaku Kepala Rumah Sakit Tk. IV
Singaraja yang telah memberikan kesempatan untuk penulis melaksanakan internship
di rumah sakit ini
2. dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.Ked(PD), Sp.PD, selaku pembimbing dan penguji
yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis dalam pembuatan
laporan kasus ini
3. dr. Luh Putu Suartini Kusumawati, selaku pembimbing internship yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan laporan kasus ini
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus ini

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian laporan
kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dan
pendamping sekaligus untuk menyempurnakan laporan kasus ini kedepannya.

Singaraja, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Laporan ................................................................................................... 1
1.3. Manfaat Laporan ................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................. 2
2.1 Definisi, Karakteristik dan Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum ................... 2
2.2 Etiopatogenesis Hiperemesis Gravidarum ............................................................. 2
2.3 Fisiologi Emesis Gravidarum .................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum ................................................................... 3
2.5 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum ..................................................................... 4
2.6 Diagnosis Hiperemesis Gravidarum ....................................................................... 5
2.7 Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum ................................................................... 5
A. Tatalaksana Awal Hiperemesis Gravidarum ............................................................. 5
B. Tatalaksana Farmakologis .......................................................................................... 5
C. Tatalaksana Non Medika Mentosa ............................................................................. 6
2.8 Evaluasi Keberhasilan Terapi ................................................................................. 7
LAPORAN KASUS............................................................................................................. 8
FOLLOW UP PASIEN ..................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 15
KESIMPULAN ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu di
Indonesia tergolong masih tinggi yaitu mencapai 100/100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2013
target yang akan dicapai adalah 102 per tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen
kesehatan (Depkes) mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program
perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). 1
Di Indonesia berdasarkan total kasus program Jamkesda tahun 2008 mengenai kasus
hiperemesis gravidarum mencapai sebesar 1,13%. Berdasarakan data dari Dinas Kesehatan
Kota Jambi diketahui jumlah hiperemesis gravidarum pada tahun 2011 sebanyak 384 orang
dan dari kota 20 puskesmas paal X tertinggi jumlah dalam kasus hiperemesis gravidarum, pada
tahun 2009 pada kasus hiperemsis gravidarum sebanyak 64 orang, dan pada tahun 2010
mencapai sebanyak 162 orang, sedangkan pada tahun 2011 mencapai sebanyak 200 orang dari
jumlah kunjungan ibu hamil mencapai sebanyak 459 orang ibu dengan kejadian hiperemesis
gravidarum.1
Tingginya angka kejadian hiperemesis gravidarum ini menunjukkan pentingnya
pemahaman mengenai diagnosis dan tatalaksana yang tepat pada kejadian hiperemesis
gravidarum, agar dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, baik pada ibu maupun
perkembangan janin.

1.2. Tujuan Laporan


1. Penulis dan pembaca diharapkan dapat memahami tentang Hiperemesis Gravidarum.
2. Penulis dan pembaca diharapkan dapat menerapkan teori-teori mengenai diagnosis, tata
laksana, dan evaluasi pengobatan Hiperemesis Gravidarum.
1.3. Manfaat Laporan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca
terutama yang terlibat di bidang medis dan juga memberikan wawasan kepada masyarakat
umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang Hiperemesis Gravidarum.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi, Karakteristik dan Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi muntah hebat pada masa kehamilan


dengan karakteristik berdampak negatif pada Kesehatan ibu dan mengganggu aktivitas sehari-
hari. Hiperemesis gravidarum berdampak pada terjadinya dehidrasi, asidosis metabolik akibat
penurunan nafsu makan, alkalosis akibat hilangnya asam hialuronat, ketidakseimbangan
elektrolit, dan penurunan BB > 3kg atau setara dengan 5% dari BB awal. 1

Hiperemesis gravidarum Sebagian besar terjadi di trimester pertama, lebih sering terjadi
pada kehamilan pertama. Ibu dengan riwayat hiperemesis gravidarum sebelumnya memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya. Faktor risiko hiperemesis
gravidarum lainnya adalah BMI rendah, obesitas, usia muda, riwayat motion sickness/
migraine, kehamilan ganda dan mola hidatidosa, kehamilan tidak direncanakan, penyakit
trofoblastik, merokok, dan nuliparitas. 2,3

2.2 Etiopatogenesis Hiperemesis Gravidarum

Etiologi hiperemesis gravidarum tergolong belum jelas, namun terdapat beberapa teori
yang menyebutkan bahwa yang mendasari terjadinya Hiperemesis Gravidarum adalah faktor
hormonal, adaptasi evolusi, predisposisi psikologis, infeksi H. Pylori, dan faktor genetik. 4

Hormon yang dapat mempengaruhi terjadinya Hiperemesis Gravidarum antara lain adalah
Human Chorionic Gonadotropin dan Estrogen. hCG dipercaya tidak menunjukkan korelasi
langsung terhadap hiperemesis gravidarum, namun peningkatan kadar hCG di trimester
pertama berbanding lurus dengan meningkatnya kejadia mual dan muntah pada ibu hamil.
Mekanisme yang dipercaya adalah hormon ini dapat menstimulasi tiroid, menyebabkan
hipertiroidisme transien, hingga terjadilah mual dan muntah. Hormon lainnya yang
berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Peningkatan kadar
estrogen juga berbanding lurus dengan peningkatan kejadian mual dan muntah. Selain itu, level
estradiol juga meningkat pada kehamilan tahap awal (trimester pertama). Obat yang
mengandung estrogen juga biasanya memiliki efek samping mual dan muntah.4,5

Hiperemesis Gravidarum juga dapat terjadi karena adanya adaptasi evolusi sebagai bentuk
adaptasi untuk proteksi dari makanan yang mungkin berbahaya bagi ibu dan janin. Pendukung

2
teori ini menganggap bahwa mual dan muntah merupakan hal yang sehat, sebagai proteksi ibu
dan janin. Kekurangannya, teori ini dapat menyebabkan undertreatment pada ibu yang Quality
of Life nya sangat terganggu akibat mual muntah. Terdapat juga teori bahwa hiperemesis
gravidarum diduga berhubungan dengan infeksi H. pylori. Selain itu, karena salah satu faktor
risiko hiperemesis gravidarum adalah Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa, maka
dilakukan penelitian untuk mencari gen yang berpotensi menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Terdapat dua gen yang berpotensi berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum, yaitu GDF15 dan IGFBP7. 4,5

2.3 Fisiologi Emesis Gravidarum

Perubahan hormonal pada ibu hamil menyebabkan peningkatan hCG dan estrogen,
yang menyebabkan stimulasi pada reseptor CTZ (5-HT3, D2) di area postrema di Medulla,
kemudian menstimulasi nukleus traktus solitarius di Medulla, dan akhirnya menstimulasi
vomiting center di Medulla. Setelah itu, nervus vagus dan sistem saraf enterik pun terstimulasi
sehingga menyebabkan relaksasi gastrik menurun (tonus pylorus, terjadi retrograde duodenal
peristalsis), kontraksi diafragma menurun, kontraksi otot perut dan dada hingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra gastrik dan relaksasi sphincter esofagus atas dan bawah serta
penutupan glottis sehingga terjadilah refleks muntah (pengeluaran paksa material dari dalam
lambung dan usus).6,7

2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Kombinasi perubahan hormonal dan etiologi lain menyebabkan terjadinya emesis


gravidarum (morning sickness). Emesis gravidarum berat dan berlebihan menyebabkan
hiperemesis, dan pada akhirnya dapat menyebabkan dehidrasi dan kelaparan. Dehidrasi
menyebabkan penurunan volume darah, penurunan aliran darah ginjal, sehingga eGFR
menurun, dan dapat menyebabkan pre-renal acute kidney injury. Dehidrasi dapat dipantau
melalui pemeriksaan darah dan urin. Jika terjadi dehidrasi, pemeriksaan darah menunjukkan
adanya hemokonsentrasi dan peningkatan urea, sedangkan pemeriksaan urin menunjukkan
adanya oliguria, urin pekat, Cl rendah, dan proteinuria. Kelaparan akibat Hiperemesis
Gravidarum menyebabkan ketosis dan ketonuria, hepatitis, wernickle’s encephalopathy
(terdapat gejala ataxia, nystagmus, confusion), dan perawakan kurus. Selain itu, Hiperemesis
Gravidarum juga dapat menyebabkan alkalosis metabolik akibat hilangnya H+ dan
peningkatan absorpsi HCO3.6,7

3
2.5 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum

Menurut buku Ilmu Kebidadan Sarwono, derajat keparahan Hiperemesis Gravidarum


dibagi menjadi tiga, yaitu derajat 1, 2, dan 3. 3

Hiperemesis Gravidarum Derajat 1 ditandai dengan adanya muntah yang terus-menerus,


intoleransi terhadap makanan/minuman, penurunan BB, dan nyeri epigastrium. Untuk
karakteristik muntahnya, muntah pertama awalnya adalah muntah makanan, kemudian yang
dimuntahkan selanjutnya adalah lendir dan cairan empedu, dan yang terakhir adalah muntah
daarah. Derajat 1 juga ditandai dengan HR 100x/ menit dan TD sistolik menurun. Dapat
ditemui juga mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan produksi urin sedikit. 3

Hiperemesis Gravidarum Derajat II ditandai dengan gejala-gejala pada Derajat I namun


lebih berat, rasa haus yang hebat, demam subfebris, HR 100-140x/ menit, TD sistolik <80
mmHg, kesadaran apatis, kulit pucat dan lidah kotor, serta ikterus. Dari pemeriksaan penunjang
dapat ditemukan aseton dan bilirubin dalam urin. 3

Hiperemesis Gravidarum Derajat III ditandai dengan adanya gangguan kesadaran berupa
delirium hingga koma, muntah sudah berkurang, ikterus, sianosis, nystagmus, gangguan
jantung, dan dari pemeriksaan penunjang dapat ditemui proteinuria.3

Derajat keparahan Hiperemesis Gravidarum juga dapat dinilai melalui skoring PUQE. Skor
PUQE (Pregnancy-Unique Quantification of Emesis) adalah skoring untuk mengukur tingkat
keparahan mual dan muntah pada kehamilan dalam 12 jam. Dalam skor PUQE, terdapat 3
paertanyaan, dimana jawaban dari masing-masing pertanyaan akan mengarah ke skor PUQE
seseorang. Pertanyaan pertama adalah “Dalam satu hari, berapa lama kamu merasa mual atau
sakit perut?” jika ≤1 jam maka mendapatkan 2 poin, jika 2-3 jam makan mendapatkan 3 poin,
jika 4-6 jam makan mendapatkan 4 poin, jika >6 jam maka mendapatkan 5 poin. Pertanyaan
kedua adalah, “Dalam satu hari seberapa sering anda muntah yang terdapat pengeluaran dalam
muntahnya?” jika 1-2 kali maka mendapatkan 2 poin, jika 3-4 kali maka mendapatkan 3 poin,
jika 5-6 kali maka mendapatkan 4 poin, jika ≥7 kali maka mendapatkan 5 poin. Pertanyaan
ketiga adalah “Dalam sehari, seberapa sering anda muntah namun tidak mengeluarkan apa-
apa?” Jika 1-2 kali maka mendapatkan 2 poin, 3-4 kali mendapatkan 3 poin, 5-6 kali
mendapatkan 4 poin, ≥7 kali mendapatkan 5 poin. Jika total skor ≤6 maka derajat keparahan
Hiperemesis Gravidarum ringan, 7-12 sedang, ≥13 berat. Klasifikasi derajat keparahan
Hiperemesis Gravidarum ini penting dilakukan untuk menentukan tata laksana yang tepat.5

4
2.6 Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum ditujukkan untuk mengekslusi kemungkinan penyebab
mual muntah yang lain. Dari anamnesis, dapat ditanyakan onset dan durasi mual dan muntah,
faktor pemicu dan faktor yang meringankan gejala, frekuensi, karakteristik muntah (isi muntah,
konsistensi, warna muntah), dan review system organ lain. 3
Dari pemeriksaan fisik, yang penting diperhatikan adalah tanda-tanda vital (tanda dehidrasi
seperti takikardia, tekanan darah), CRT, akral, mata cekung, turgor menurun. Penting juga
untuk melakukan pemeriksaan obstetrik untuk menentukan usia kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah darah perifer lengkap, analisa gas darah,
elektrolit, gula darah sewaktu, fungsi ginjal, fungsi tiroid, urinalisis urin midstream dan urine
output, USG pelvis, dan EKG. 3

2.7 Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum


Tujuan tatalaksana adalah untuk mengurangi gejala, melakukan rehidrasi jika terjadi
dehidrasi, dan mencegah komplikasi serius seperti gangguan eletrolit, defisiensi vitamin,
kehilangan BB ekstrem, dan meminimalisasi efek pada fetal. Tata laksana umum hiperemesis
gravidarum adalah pertahankan kecukupan nutrisi ibu serta istirahat yang cukup dan hindari
kelelahan, serta manajemen stress. 8

A. Tatalaksana Awal Hiperemesis Gravidarum


Tata laksana awal hiperemesis gravidarum bertujuan untuk rehidrasi
kondisidehidrasi atau jika terdapat syok hipovolemik. Jika terjadi kondisi ini, maka
disarankan rawat inap. Rehidrasi menggunakan cairan kristaloid, dan penambahan
cairan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, tiamin melalui intravena. Selain
itu, diberikan antiemetic, vitamin tiamin 100 mg. 5,8

B. Tatalaksana Farmakologis
Tatalaksana farmakologis dibagi menjadi 4 langkah. Langkah pertama, Inisiasi
tatalaksana diberikan 10 mg vitamin B6 yang dikombinasikan dengan 10 mg
doxylamine hingga 4 tablet per hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi,
1 tablet saat siang). Langkah kedua, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg PO atau supp,
4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/ hari bila minum 4 tablet doksilamin/ piridoksin) atau
bisa diganti menggunakan prometazin 5-10 mg sebanyak 3-4 kali sehari PO atau supp.
Langkah 3 adalah tata laksana untuk kasus HG tanpa dehidrasi, dapat berikan 1 diantara
5 pilihan obat ini, yaitu klorpromazin 10-25 mg PO/ 50-100 mg IM tiap 4-6 jam,

5
proklorperazin 5-10 mg PO atau IM atau supp tiap 6-8 jam, prometazin 12,5-25 mg PO
atau IM tiap 4-6 jam, Metoklopramid 5-10 mg PO atau IM tiap 8 jam, atau ondansetron
8 mg PO tiap 12 jam.8
Selanjutnya, Langkah keempat, merupakan pilihan tatalaksana untuk kasus HG
dengan dehidrasi. Pertama, pasang kanul IV dan berikan cairan sesuai dengan derajat
hidrasi ibu dan kebtuhan cairannya. Lalu, berikan suplemen multivitamin IV, berikan
dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0.9% IV selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali.
Bila perlu, tambahkan salah satu obat ini, klorpromazin, proklorperazin prometazin,
atau metoklopramid. Selain itu, bila perlu juga, tambahkan metilprednisolone 15-20 mg
IV tiap 8 jam atau ondansentron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jam
terus-menerus selama 24 jam.8

C. Tatalaksana Non Medika Mentosa


Secara umum, tatalaksana nonmedikamentosa HG bertujuan untuk
mempertahankan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplementasi dan asam folat di awal
kehamilan. Ibu juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan hindari kelelahan serta
melakukan manajemen stress. Prinsip diet pada hiperemesis gravidarum adalah beri
makan dalam jumlah sedikit namun frekuensi sering, makan Ketika lapar tanpa peduli
waktu makan normal, hindari makanan pedas, asam, dan berlemak, boleh memakan
biscuit di pagi hari serrta banyak makan makanan kering atau hambar rasa, dan minum
cairan dalam jumlah adekuat. 3,8
Untuk diet hiperemesis gravidarum, terdapat 3 jenis diet, yaitu diet hiperemesis
I, II, dan III. Diet hiperemesis I ditujukan untuk HG berat. Diet ini disebut juga dengan
diet kering, dimana pasien hanya boleh makan makanan berupa biskuit atau roti kering
dan buah-buahan. Cairan dapat diberikan 1-2 jam setelah makan. Diet tipe I ini hanya
boleh diberikan beberapa hari sembari menunggu perbaikan klinis pasien, karena
kurang mengandung zat gizi. Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah
sudah berkurang dan skor PUQE sudah menunjukkan HG derajat sedang. Diet
hiperemesis II memberbolehkan pemberian makanan bergizi dengan tekstur yang
bertahap, awalnya tekstur bubur terlebih dahulu. Untuk minuman, tidak disarankan
diberikan bersama makanan. Selanjutnya adalah diet hiperemesis III untuk pasien yang
memiliki skor PUQE <=6 atau derajat ringan. Diet hiperemesis III berupa pemberian
makanan bergizi dengan tekstur normal, dan minuman sudah dapat diberikan bersama
makanan.3,8
6
2.8 Evaluasi Keberhasilan Terapi
Pemantauan keberhasilan terapi dapat dilakukan dengan cara memastikan perbaikan gejala
klinis. Dapat dilakukan assessment ulang skoring PUQE, sehingga tervevaluasi apakah sudah
ada perbaikan derajat keparahan hiperemesis gravidarum atau belum. Dari klinis, secara umum
yang dilihat adalah adanya penurunan frekuensi mual dan muntah serta adanya perbaikan
tanda-tanda vital dan dehidrasi. Dari laboratoris, terdapat perbaikan keseimbangan asam-basa
dan elektrolit.8

2.9 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu ibu akan kekurangan nutrisi
dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan
gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan
memberika pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin
berkurang. Hiperemesis gravidarum juga akan berdampak pada janin seperti abortus, kelahiran
prematur, BBLR, serta malformasi pada bayi baru lahir, serta dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat atau Intrauterine Growth Retardation (IUGR). 9.10

7
BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EWK
Tanggal lahir : 29 April 2003
Usia : 20 tahun
Alamat : Ds. Penanganan, Singaraja
Tanggal MRS : 31 Januari 2023

2. ANAMNESIS
a. KELUHAN UTAMA
Mual muntah sejak 2 minggu yang lalu, memberat hari ini.

b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu,
memberat pada hari ini. Pada 15 menit yang lalu, setelah muntah dan sedang
berjalan di pasar, pasien tiba-tiba pingsan akibat merasa sangat lemas. Setelah
itu pasien dibawa ke IGD RS oleh keluarga. Mual dan muntah yang dirasakan
hampir setiap saat sepanjang hari, namun sangat berat terjadi setiap habis makan
dan minum. Dalam sehari bisa muntah berisi makanan sebanyak 3-4x. Pasien
juga sering merasa ingin muntah namun tidak bisa mengeluarkan apa-apa dari
dalam mulutnya, kira-kira sebanyak >7 kali dalam sehari. Pasien saat ini sedang
hamil. Nafsu makan menurun (+).

c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat penyakit paru, jantung, hepar (-) disangkal. Riwayat penyakit kulit dan
infeksi menular seksual (-) disangkal.

d. RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT


Pasien belum mengonsumsi obat apapun untuk mengatasi keluhan ini.

e. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Pasien saat ini sedang hamil. Ini merupakan kehamilan pertama dengan usia
kehamilan kira-kira 9 minggu (HPHT bulan Oktober 2022), tidak pernah
keguguran. Riwayat memiliki penyakit hipertensi, diabetes, nyeri saat BAK dan

8
BAB, nyeri pada perut bagian bawah dan keturunan kembar di keluarga
disangkal. Belum pernah menggunakan KB dari setelah menikah.

3. PEMERIKSAAN FISIS
a. TANDA VITAL
Keadaan umum : sakit ringan, tidak ada nyeri
Kesadaran : CM, E4V5M6
TD : 80/50 mmHg
FN : 104x/ menit
RR : 20x/ menit
Tax : 36’C
SpO2 : 98% room air

b. STATUS GENERALIS

Kepala Normosefali, rambut tidak mudah rontok

Mata Mata cowong (+/+), Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+),


sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+)

Leher JVP 5 + 1 cmH2O, tidak ada limfadenopati atau pembesaran tiroid

Jantung  Inspeksi: tidak tampak iktus kordis


 Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 6, garis aksilaris
anterior, teraba heaving (-), thrilling (-), lifting (-)
 Perkusi :
 batas jantung kanan : sela iga 7 garis midklavikula
kanan
 batas pinggang jantung : sela iga 4 garis parasternal
kiri
 batas jantung kiri : sela iga 7 garis aksilaris anterior
 Auskultasi: Bunyi S1-S2 normal, tidak ada murmur, tidak
ada gallop

Paru ● Inspeksi: dada bergerak simetris, tidak tampak penggunaan


otot bantu napas, tidak tampak pelebaran sela iga
● Palpasi: ekspansi dada kanan dan kiri simetris, fremitus
dada kanan dan kiri sama kuat
● Auskultasi: suara napas vesikuler sama di kedua lapang
paru, terdengar ronki kasar di seluruh lapang paru
kanan dan kiri (+/+), wheezing (-/-)

9
Abdomen ● Inspeksi: Tidak tampak distensi, tidak tampak venektasi,
spider nevi, caput medusa, benjolan, tidak ada tanda-tanda
inflamasi
● Palpasi: tidak ada nyeri tekan epigastrik, tidak ada
hepatosplenomegali
● Perkusi: shifting dullness negatif
● Auskultasi: Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas CRT 3 detik, akral hangat (+/+/-/-), pitting edema (-/-/-/-),


kelemahan tubuh (-/-/-/-), turgor kulit baik

Obstetri ● Inspeksi: luka bekas operasi (-), linea alba (-)


● Palpasi: TFU belum teraba, Taksiran berat janin belum
dapat ditentukan, Puka Puki (+), Presentasi janin belum
dapat ditentukan
● Kontraksi Uterus: (-) Tidak ada

4. DAFTAR MASALAH SEMENTARA


1. Syok Hipovolemik
2. Dehidrasi ec. susp Hiperemesis Gravidarum

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (5 Maret 2023)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 12.2 g/dL 13.0 - 16.6

Hematokrit 42 % 41.3 - 57

Eritrosit 4.39 juta/mikroL 3.72 - 5.06

MCV 88,3 fl 87.1 - 102.4

MCH 28,2 pg 25.8 - 32.4

MCHC 30.5 % 29.6 - 32.5

Leukosit 5.300 /mikroL 3170 - 8400

Lymphosit 15 % 15 - 50

Granulosit 70 % 35 - 80

10
Trombosit 173 ribu/mikroL 167 - 390

Glukosa

GD Sewaktu 88 mg/dL 74 - 99: normal


100 - 199: increased risk for diabetes
≥200: diabetes mellitus

Elektrolit

Natrium 136 mmol/L 133 – 145

Kalium 2.1 (L) mmol/L 3.8- 5.50

Klorida 99.7 mmol/L 96-109

Kalsium 1.18 Mg/dL 1.17-1.29

Urinalisis

Keton (-) negatif - negatif

6. DIAGNOSIS KERJA
Hiperemesis Gravidarum Berat (PUQE 13) + Syok Hipovolemik + Dehidrasi +
G1P0A0 uk 9 minggu

7. TATA LAKSANA AWAL (IGD)


1. Loading RL 1600 ml – lanjut RL:D10 1:3 28 tpm
2. Drip Neurobion 1 amp dalam RL 500 ml/ hr
3. Ondansentron 3x 8 mg (IV)
4. Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
5. Diet biskuit kering /24 jam

8. RENCANA DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA


a. Rencana Pemeriksaan
i. Cek USG
ii. Pantau tanda vital, tanda dehidrasi, dan tanda syok

b. RENCANA TATA LAKSANA NON MEDIKAMENTOSA


i. Diet biskuit kering/ 24 jam
ii. Setelah ada perbaikan skor PUQE (6-12), maka pasien boleh memulai
diet bubur dan tekstur lunak, dengan catatan minuman tidak boleh

11
diberikan bersamaan dengan makanan
iii. Setelah ada perbaikan skor PUQE menjadi kurang dari sama dengan 6,
maka pasien boleh pulang dan KIE bahwa sudah bisa makan seperti
biasa dengan gizi lengkap, hindari makanan yang memiliki rasa atau
aroma kuat yang dapat memicu timbulnya rasa mual. Pasien juga sudah
boleh minum bersamaan dengan makanan masuk.

c. RENCANA TALAKS MEDIKAMENTOSA (Instruksi DPJP dr. Sp.OG)


i. IVFD RL loading 1000 ml -> RL:D10 1:3 28 tpm
ii. Drip Neurobion 1 amp dalam RL 500 ml/ hari
iii. Ondansentron 3x8 mg (IV)
iv. Ranitidine 2x50 mg (IV)

12
BAB IV

FOLLOW UP PASIEN

TANGGAL 01/01/2023 ; Pukul 09.00 WITA

S Mual (+) masih dirasakan namun sudah membaik. Dalam 24 jam terakhir, mual
dirasakan +/- selama 6 jam. Dalam 24 jam terakhir, pasien masih muntah
sebanyak 2x. Muntah berisi cairan pahit dan sedikit karena pasien tidak banyak
makan, hanya makan biscuit sesuai anjuran dokter. Retching (refleks muntah
namun tidak keluar apa-apa) dalam 24 jam terakhir sebanyak 5 kali. Lemas (-),
demam (-), BAB dan BAK normal.

O Kesadaran : CM, E4V5M6


Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36°C
SpO2 : 97% room air
Kepala: Nyeri kepala (-), hematoma (-),
Mata: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Leher: limfadenopati (-), JVP meningkat (-), pembesaran
KGB dan tiroid (-)
THT: Faring hiperemis (-/-), Tonsil T1-T1, deformitas (-)
Thorax : Simetris, penggunaan otot bantu napas (-)
Cor: S1 S2 tunggal (+) reguler (+), murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Distensi (-), Nyeri tekan (-). BU (+) Normal
Ekstremitas: Turgor kulit baik, Akral hangat (+/+/+/+),
edema (-/-/-/-), CRT 2s
A - Hiperemesis Gravidarum Derajat Sedang PUQE 10
- G1P0A0 uk 9 minggu
- Syok Hipovolemik (perbaikan)
- Dehidrasi (perbaikan)
P  Terapi lanjut
i. IVFD RL loading 1000 ml -> RL:D10 1:3 28 tpm
ii. Drip Neurobion 1 amp dalam RL 500 ml/ hari
iii. Ondansentron 3x8 mg (IV)
iv. Ranitidine 2x50 mg (IV)
R Ubah diet menjadi diet hiperemesis II (Sudah boleh makan makanan lunak
seperti bubur, namun minuman tidak boleh diberikan Bersama makanan)

13
TANGGAL 02/01/2023 ; Pukul 09.00 WITA

S Mual (+) masih dirasakan namun sudah membaik. Dalam 24 jam terakhir, mual
yang bdirasakan hanya berlangsung < 2 jam. Dalam 24 jam terakhir, pasien
sudah tidak muntah sama sekali. Retching dalam 24 jam terakhir sebanyak 2-3
kali. Lemas (-), demam (-), BAB dan BAK normal. Nafsu makan sudah
membaik, pasien sudah mulai lapar dan ingin makan normal Kembali.

O Kesadaran : CM, E4V5M6


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36°C
SpO2 : 99% room air
Kepala: Nyeri kepala (-), hematoma (-),
Mata: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Leher: limfadenopati (-), JVP meningkat (-), pembesaran
KGB dan tiroid (-)
THT: Faring hiperemis (-/-), Tonsil T1-T1, deformitas (-)
Thorax : Simetris, penggunaan otot bantu napas (-)
Cor: S1 S2 tunggal (+) reguler (+), murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Distensi (-), Nyeri tekan (-). BU (+) Normal
Ekstremitas: Turgor kulit baik, Akral hangat (+/+/+/+),
edema (-/-/-/-), CRT 2s

A - Hiperemesis Gravidarum Derajat Ringan PUQE 5


- G1P0A0 uk 9 minggu
- Syok Hipovolemik (perbaikan)
- Dehidrasi (perbaikan)
P  Boleh Pulang
 Terapi Oral lanjut
1. Ranitidine 2x150 mg (PO)
2. Vit B Complex 2x1 tab (PO)
3. Domperidone 3x1 tab (PO)
 Untuk sementar waktu, diet yang dianjurkan masih diet hiperemesis II
 Kontrol ke poli Obgyn 1 minggu lagi
R  Jika dalam 3 hari mual muntah sudah benar-benar hilang, atau mual
hanya terjadi < 3x sehari, maka sudah boleh melakukan diet
hiperemesis III

14
BAB V

PEMBAHASAN

TEORI PASIEN

Definisi Emesis dan Hiperemesis Gravidarum


 Emesis gravidarum adalah mual dan Pasien datang dengan keluhan mual muntah
muntah yang terjadi pada ibu hamil di sejak 2 minggu, memberat hari ini. Riwayat
awal kehamilan (trimester pertama), pingsan (+) 15 menit SMRS. Mual dan
disebut juga sebagai simple vomiting muntah yang dirasakan hampir setiap saat
atau morning sickness (namun dapat sepanjang hari, memberat setiap habis makan
terjadi di waktu kapan saja sepanjang dan minum. Muntah sebanyak 3-4x sehari.
hari) . Emesis gravidarum dapat Retching sebanyak >7 kali dalam sehari.
ditemukan pada sekitar 70-80% ibu Pasien saat ini sedang hamil, dengan usia
hamil Hal ini umumnya tidak kehamilan 9 minggu (HPHT bulan Oktober
mengganggu aktivitas dan kesehatan 2022). Riwayat hipertensi, diabetes, nyeri
ibu dan akan menghilang tanpa saat BAK dan BAB, nyeri pada perut bagian
tatalaksana di usia kehamilan minggu bawah dan keturunan kembar di keluarga
ke-12 sampai 14. disangkal. Nafsu makan pasien menurun (+).
 Hiperemesis Gravidarum adalah
Gejala yang dialami pasien lebih khas ke arah
mual dan muntah hebat yang
hiperemesis gravidarum dibandingkan emesis
mengganggu aktivitas sehari-hari dan
biasa, karena mual muntah yang dialaminya
mempengaruhi kesehatan ibu, dapat
sudah mengganggu aktivitas sehari-hari
disertai dengan Berat badan turun
hingga pasien sempat pingsan. Selain itu, saat
>5% dari berat badan sebelum hamil,
ini usia kehamilan pasien adalah 9 minggu
Ketonuria, Dehidrasi, ataupun
dan mual sudah dirasakan sejak 2 minggu
Ketidakseimbangan elektrolit. Gejala
yang lalu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
muncul biasanya di usia kehamilan
hiperemesis gravidarum paling sering terjadi
minggu ke-4 atau 5. Hiperemesis
pada trimester pertama kehamilan. Pada
gravidarum adalah salah satu
pasien ini perlu dievaluasi lagi apakah
penyebab tersering seorang ibu hamil
terdapat tanda-tanda dehidrasi, syok, ataupun
dirawat di trimester pertama.
gangguan elektrolit.

15
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

 Penegakkan diagnosis Hiperemesis  Dari anamnesis, didapatkan bahwa mual


Gravidarum dapat dilakukan melalui dan muntah yang dirasakan pasien terjadi
anamnesis, pemeriksaan fisik, dna hampir setiap saat sepanjang hari, namun
pemeriksaan penunjang. sangat berat terjadi setiap habis makan dan
 Dari anamnesis, dapat dinilai derajat minum. Karena dirasakan >5 jam sehari,
keparahan Hiperemesis Gravidarum maka mendapatkan 5 poin untuk
melalui skoring PUQE. Skor PUQE pertanyaan pertama. Dalam sehari pasien
(Pregnancy-Unique Quantification of bisa muntah berisi makanan sebanyak 3-
Emesis) adalah skoring untuk 4x, maka mendapatkan 3 poin untuk
mengukur tingkat keparahan mual pertanyaan kedua. Pasien juga sering
dan muntah pada kehamilan dalam merasa ingin muntah namun tidak bisa
12 jam. Dalam skor PUQE, terdapat mengeluarkan apa-apa dari dalam
3 paertanyaan, dimana jawaban dari mulutnya, kira-kira sebanyak >7 kali
masing-masing pertanyaan akan dalam sehari, maka mendapatkan 5 poin
mengarah ke skor PUQE seseorang. untuk pertanyaan ketiga. Oleh karena itu,
Ketiga pertanyaan itu menanyakan total skop PUQE pasien saat datang ke
seberapa sering pasien merasakan IGD adalah 13, dimana hiperemesis
mual dan muntah, seberapa sering gravidarum yang dialaminya termasuk ke
muntah dengan pengelauran terjadi, dalam kategori berat.
dan seberapa sering retching (muntah  Dari pemeriksaan fisis, didapatkan
tanpa ada pengeluaran) terjadi dalam adanya hipotensi, sedikit takikardia, akral
sehari. dingin, CRT meanjang (3s) dan tanda
 Dari pemeriksaan fisik, yang penting dehidrasi, yaitu mata cowong. Dilakukan
diperhatikan adalah tanda-tanda vital juga pemeriksaan obstetric untuk
(tanda dehidrasi seperti takikardia, memastikan usia kehamilan pasien dan
tekanan darah), CRT, akral, mata tidak terjadi komplikasi pada janin. Dari
cekung, turgor menurun. Penting pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa
juga untuk melakukan pemeriksaan pasien mengalami syok hipovolemik dan
obstetrik untuk menentukan usia dehidrasi yang memerlukan penanganan
kehamilan. gawat darurat segera di IGD.

16
 Pemeriksaan penunjang yang bisa  Dari pemeriksaan lab, tidak ditemukan
dilakukan adalah darah perifer adanya komplikasi hiperemesis yang
lengkap, analisa gas darah, elektrolit, dialaminya, yaitu ketonuria. Urinalisis
gula darah sewaktu, fungsi ginjal, masih dalam batas normal. Namun
fungsi tiroid, urinalisis urin terdapat hipokalemia yang bisa menjadi
midstream dan urine output, USG penyebab lemas yang dialaminya.
pelvis, dan EKG. Hal utama yang Gangguan elektrolit yang terjadi ini
harus dicari dari pemeriksaan disebabkan karena adanya muntah
penunjang adalah apakah ditemukan berulang dalam beberapa hari sebelum
komplikasi hiperemesis, seperti masuk rumah sakit.
gangguan elektrolit dan ketonuria.

Tata Laksana Hiperemesis Gravidarum


 Tata laksana awal hiperemesis Pada kasus ini, Tatalaksana awal di IGD yang
gravidarum bertujuan untuk rehidrasi diberikan adalah sebagai berikut
kondisidehidrasi atau jika terdapat - Loading RL 1600 ml
syok hipovolemik. Jika terjadi kondisi - lanjut cairan maintenance RL:D10 dengan
ini, maka disarankan rawat inap. perbandingan 1:3, dalam 28 tpm makro
Rehidrasi menggunakan cairan - Drip Neurobion 1 amp dalam RL 500 ml/ hr
kristaloid, dan penambahan cairan - Ondansentron 3x 8 mg (IV)
glukosa, multivitamin, magnesium, - Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
pyridoxine, tiamin melalui intravena. - Diet biskuit kering /24 jam
Selain itu, diberikan antiemetic, Tata laksana ini sudah tepat, sesuai dengan
vitamin tiamin 100 mg. teori, namun ada beberapa tambahan yang
 Untuk tatalaksana dehidrasi, awalnya perlu diperhatikan agar perbaikan klinis lebih
dapat diberikan cairan kristaloid 500 optimal.
ml dengan cepat dalam 15 menit Karena pasien mengalami syok dan dehidrasi,
pertama. Setelah itu, pasang kateter maka hal pertama yang dilakukan adalah
folley untuk memantau urine output. manajemen syok dengan cara loading
Setelah itu, lanjutkan pemberian cairan minimal 1 liter cairan kristaloid dengan cepat
sampai 2L dalam 1 jam pertama. (dalam 15-20 menit) menggunakan 2 jalur
Pantau TTV dan kondisi ibu setiap 15 intravena bila memungkinkan. Pada pasien
menit, pantau keseimbangan cairan, ini, sudah diberikan loading RL sebanyak

17
dan pantau tanda perbaikan yang 1600 ml untuk rehidrasi awal. Untuk
ditandai dengan TD Sistolik >100 pemantauan yang lebih maksimal, sebaiknya
mmHg, denyut nadi <90 kali/ menit, pasang kateter foller agar urine output dapat
produksi urin 30 ml/ jam dan status tercatat dengan baik. Namun, karena faktor
mental membaik kenyamanan pasien menolak untuk dipasang
 Tatalaksana farmakologis dibagi kateter, dengan catatan pasien mau
menjadi 4 langkah. Langkah pertama, melakukan penampungan urin. Untuk cairan
Inisiasi tatalaksana diberikan 10 mg maintenance, diberikan RL yang dicampur
vitamin B6 yang dikombinasikan dengan Dextrose 10 dengan tujuan untuk
dengan 10 mg doxylamine hingga 4 meningkatkan kadar gula yang banyak hilang
tablet per hari (misalnya 2 tablet saat akibat hiperemesis gravidarum. Cairan
akan tidur, 1 tablet saat pagi, 1 tablet maintenance ini sudah tepat diberikan,
saat siang). Langkah kedua, dengan tetesan agak cepat yaitu 28 tete per
tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg menit. Setelah dilakukan manajemen syok,
PO atau supp, 4-6 kali sehari sebaiknya dapat ditambahkan untuk
(maksimal 200 mg/ hari bila minum 4 memantau tanda vital dan kondisi ibu setiap
tablet doksilamin/ piridoksin) atau bisa 15 menit dan pantau keseimbangan cairan.
diganti menggunakan prometazin 5-10 Tanda perbaikan kondisi sudah stabil adalah
mg sebanyak 3-4 kali sehari PO atau apabila TD Sistolik >100 mmHg, denyut nadi
supp. Langkah 3 adalah tata laksana <90x/ menit, produksi urin >30 ml/ jam, dan
untuk kasus HG tanpa dehidrasi, dapat status mental membaik.
berikan 1 diantara 5 pilihan obat ini, Tata laksana farmakologi awal juga sudah
yaitu klorpromazin 10-25 mg PO/ 50- tepat, yaitu pemberian neurobion yang
100 mg IM tiap 4-6 jam, merupakan vitamin B kompleks, dimana di
proklorperazin 5-10 mg PO atau IM dalamnya terdapat tiamin atau vitamin B6
atau supp tiap 6-8 jam, prometazin yang merupakan Langkah pertama dalam
12,5-25 mg PO atau IM tiap 4-6 jam, tatalaksana hiperemesis gravidarum. Selain
Metoklopramid 5-10 mg PO atau IM itu, antiemetik juga sudah tepat diberikan,
tiap 8 jam, atau ondSelanjutnya, yaitu ondansetron dan ranitidine.
Langkah keempat, merupakan pilihan Untuk tata laksana non farmakologis, karena
tatalaksana untuk kasus HG dengan pasien termasuk ke dalam derajat berat, maka
dehidrasi. diet kering sudah tepat untuk dianjurkan pada
pasien pada hari pertama pasien masuk rawat

18
 Untuk diet hiperemesis gravidarum, inap. Pada hari kedua rawat inap, sudah
terdapat 3 jenis diet, yaitu diet terdapat perbaikan klinis dari pasien dan skor
hiperemesis I, II, dan III. Diet PUQE hari kedua sebesar 7 (derajat sedang)
hiperemesis I ditujukan untuk HG sehingga pasien dapat memulai diet gizi
berat. Diet ini disebut juga dengan diet lengkap dengan tekstur lunak, dengan catatat
kering, dimana pasien hanya boleh pemberian minuman tidak boleh bersamaan
makan makanan berupa biscuit. Cairan dengan makanan. Pada hari kedua ini, semua
dapat diberikan 1-2 jam setelah makan. obat farmakologis dan cairan maintenance
Diet tipe I ini hanya boleh diberikan tetap masuk, dan tanda-tanda vital serja gejala
beberapa hari sembari menunggu tetap dipantau. Pada hari ketiga rawat inap,
perbaikan klinis pasien, karena kurang pasien ini semakin mengalami perbaikan
mengandung zat gizi. Diet hiperemesis klinis sehingga skor PUQE sebesar 5 (derajat
II diberikan jika rasa mual dan muntah ringan). Oleh karena itu, pasien sudah boleh
sudah berkurang dan skor PUQE sudah pulang rawat inap, sudah dapat memulai diet
menunjukkan HG derajat sedang. Diet dengan tekstur biasa namun tetap
ini memberbolehkan pemberian menghindari makanan yang terlalu beraroma
makanan bergizi dengan tekstur yang kuat atau makanan yang memicu timbulnya
bertahap. Minuman, tidak disarankan rasa mual. Selain itu, pasien juga dianjurkan
diberikan bersama makanan. untuk istirahat dan jaga kecukupan nutrisi.
Selanjutnya adalah diet hiperemesis III Dapat disesukasi juga bahwa kondisi ini
untuk pasien yang memiliki skor biasanya akan hilang dengan sendirinya jika
PUQE kurang dari 7. Diet hiperemesis sudah memasuki usia kehamilan >20 minggu.
III berupa pemberian makanan bergizi
dengan tekstur normal, dan minuman
sudah dapat diberikan bersama
makanan.

19
BAB VI

KESIMPULAN

Pasien perempuan usia 22 tahun, G1P0A0 uk 9 minggu, datang dengan keluhan mual
muntah sejak 2 minggu yang lalu. Terdapat Riwayat pingsan 1x hari ini. Riwayat penurunan
berat badan disangkal. Dari anamnesis, didapatkan skor PUQE sebesar 13, menggambarkan
pasien mengalami hiperemesis gravidarum derajat berat. Dari pemeriksaan fisis didapatkan
adanya hipotensi, takikardia, akral dingin, CRT memanjang dan tanda dehidrasi, menunjukkan
bahwa pasien mengalami syok hipovolemik dan dehidrasi akibat hiperemesis, yang
memerlukan penanganan gawat darurat segera di IGD. Dari pemeriksaan lab, terdapat
hipokalemia, tidak ditemukan adanya ketonuria maupun asidosis metabolik. Pasien kemudian
diberikan tata laksana gawat darurat hingga syok teratasi dan dirawat inapkan di bangsal RS
hingga keadaan umumnya membaik. Tata laksana sudah diberikan secara komprehensif, mulai
dari koreksi syok dan dehidrasi, tata laksana farmakologis untuk menekan gejala mual dan
muntah yang sangat mengganggu, hingga tata laksana non farmakologis berupa modifikasi
diet. Pasien dirawat inapkan di bangsal RS hingga keadaan umumnya membaik, terutama
sampai keluhan lemas, mual, dan muntah sudah membaik hingga pasien bisa makan kembali.
.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Erick M, Cox JT, Mogensen KM. ACOG Practice Bulletin 189: Nausea and Vomiting of
Pregnancy. Obstet Gynecol. 2018 May;131(5):935
2. Fejzo MS, Ingles SA, Wilson M, Wang W, MacGibbon K, Romero R, Goodwin TM.
High prevalence of severe nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis
gravidarum among relatives of affected individuals. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Biol. 2008 Nov;141(1):13-7.
3. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p815.
4. Ogunyemi DA. Hyperemesis gravidarum [Internet]. Medscape; 2017 [cited 2023 April
17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a1
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffmn BL, et al.
Williams obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2014. p1071.
6. Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson;
2013. P730.
7. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong's review of medical
physiology. 25th ed. New York: McGraw-Hill; 2016. P501.
8. Kemenkes. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
Jakarta: kemenkes: 2013
9. Bailit JL. Hyperemesis gravidarum: epidemiologic fin dings from a large cohort. Am J
Obstet Gynecol 20 05;193:811.
10. Myagerimath, dr. David Owens. September 2017. R egional guideline for Management
of hyperemesis gravidarum. Maternity Cildren and young people. • WHO 2013

21

Anda mungkin juga menyukai