Disusun Oleh :
dr. Devi Elora Gugun Siahaan
Supervisor :
dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.Ked (PD), Sp.PD
Pembimbing:
dr. Luh Putu Suartini Kusumawati
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.PD, Sp.PD dr. Luh Putu Suartini Kusumawati
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunia-Nya maka laporan kasus berjudul “Diagnosis, Tatalaksana, dan Evaluasi Terapi
kasus Hiperemesis Gravidarum Derajat Berat dengan Dehidrasi” ini dapat selesai.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Program Dokter Internsip Indonesia di Rumkit Tk. IV Singaraja.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. dr. Ni Nyoman Tri Premani, M.Biomed, Sp.S, selaku Kepala Rumah Sakit Tk. IV
Singaraja yang telah memberikan kesempatan untuk penulis melaksanakan internship
di rumah sakit ini
2. dr. Sahat Ericson Tampubolon, M.Ked(PD), Sp.PD, selaku pembimbing dan penguji
yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis dalam pembuatan
laporan kasus ini
3. dr. Luh Putu Suartini Kusumawati, selaku pembimbing internship yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan laporan kasus ini
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus ini
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian laporan
kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Maka dengan kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dan
pendamping sekaligus untuk menyempurnakan laporan kasus ini kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Laporan ................................................................................................... 1
1.3. Manfaat Laporan ................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................. 2
2.1 Definisi, Karakteristik dan Faktor Risiko Hiperemesis Gravidarum ................... 2
2.2 Etiopatogenesis Hiperemesis Gravidarum ............................................................. 2
2.3 Fisiologi Emesis Gravidarum .................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum ................................................................... 3
2.5 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum ..................................................................... 4
2.6 Diagnosis Hiperemesis Gravidarum ....................................................................... 5
2.7 Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum ................................................................... 5
A. Tatalaksana Awal Hiperemesis Gravidarum ............................................................. 5
B. Tatalaksana Farmakologis .......................................................................................... 5
C. Tatalaksana Non Medika Mentosa ............................................................................. 6
2.8 Evaluasi Keberhasilan Terapi ................................................................................. 7
LAPORAN KASUS............................................................................................................. 8
FOLLOW UP PASIEN ..................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 15
KESIMPULAN ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperemesis gravidarum Sebagian besar terjadi di trimester pertama, lebih sering terjadi
pada kehamilan pertama. Ibu dengan riwayat hiperemesis gravidarum sebelumnya memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya. Faktor risiko hiperemesis
gravidarum lainnya adalah BMI rendah, obesitas, usia muda, riwayat motion sickness/
migraine, kehamilan ganda dan mola hidatidosa, kehamilan tidak direncanakan, penyakit
trofoblastik, merokok, dan nuliparitas. 2,3
Etiologi hiperemesis gravidarum tergolong belum jelas, namun terdapat beberapa teori
yang menyebutkan bahwa yang mendasari terjadinya Hiperemesis Gravidarum adalah faktor
hormonal, adaptasi evolusi, predisposisi psikologis, infeksi H. Pylori, dan faktor genetik. 4
Hormon yang dapat mempengaruhi terjadinya Hiperemesis Gravidarum antara lain adalah
Human Chorionic Gonadotropin dan Estrogen. hCG dipercaya tidak menunjukkan korelasi
langsung terhadap hiperemesis gravidarum, namun peningkatan kadar hCG di trimester
pertama berbanding lurus dengan meningkatnya kejadia mual dan muntah pada ibu hamil.
Mekanisme yang dipercaya adalah hormon ini dapat menstimulasi tiroid, menyebabkan
hipertiroidisme transien, hingga terjadilah mual dan muntah. Hormon lainnya yang
berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum adalah estrogen. Peningkatan kadar
estrogen juga berbanding lurus dengan peningkatan kejadian mual dan muntah. Selain itu, level
estradiol juga meningkat pada kehamilan tahap awal (trimester pertama). Obat yang
mengandung estrogen juga biasanya memiliki efek samping mual dan muntah.4,5
Hiperemesis Gravidarum juga dapat terjadi karena adanya adaptasi evolusi sebagai bentuk
adaptasi untuk proteksi dari makanan yang mungkin berbahaya bagi ibu dan janin. Pendukung
2
teori ini menganggap bahwa mual dan muntah merupakan hal yang sehat, sebagai proteksi ibu
dan janin. Kekurangannya, teori ini dapat menyebabkan undertreatment pada ibu yang Quality
of Life nya sangat terganggu akibat mual muntah. Terdapat juga teori bahwa hiperemesis
gravidarum diduga berhubungan dengan infeksi H. pylori. Selain itu, karena salah satu faktor
risiko hiperemesis gravidarum adalah Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan serupa, maka
dilakukan penelitian untuk mencari gen yang berpotensi menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Terdapat dua gen yang berpotensi berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum, yaitu GDF15 dan IGFBP7. 4,5
Perubahan hormonal pada ibu hamil menyebabkan peningkatan hCG dan estrogen,
yang menyebabkan stimulasi pada reseptor CTZ (5-HT3, D2) di area postrema di Medulla,
kemudian menstimulasi nukleus traktus solitarius di Medulla, dan akhirnya menstimulasi
vomiting center di Medulla. Setelah itu, nervus vagus dan sistem saraf enterik pun terstimulasi
sehingga menyebabkan relaksasi gastrik menurun (tonus pylorus, terjadi retrograde duodenal
peristalsis), kontraksi diafragma menurun, kontraksi otot perut dan dada hingga menyebabkan
peningkatan tekanan intra gastrik dan relaksasi sphincter esofagus atas dan bawah serta
penutupan glottis sehingga terjadilah refleks muntah (pengeluaran paksa material dari dalam
lambung dan usus).6,7
3
2.5 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum Derajat III ditandai dengan adanya gangguan kesadaran berupa
delirium hingga koma, muntah sudah berkurang, ikterus, sianosis, nystagmus, gangguan
jantung, dan dari pemeriksaan penunjang dapat ditemui proteinuria.3
Derajat keparahan Hiperemesis Gravidarum juga dapat dinilai melalui skoring PUQE. Skor
PUQE (Pregnancy-Unique Quantification of Emesis) adalah skoring untuk mengukur tingkat
keparahan mual dan muntah pada kehamilan dalam 12 jam. Dalam skor PUQE, terdapat 3
paertanyaan, dimana jawaban dari masing-masing pertanyaan akan mengarah ke skor PUQE
seseorang. Pertanyaan pertama adalah “Dalam satu hari, berapa lama kamu merasa mual atau
sakit perut?” jika ≤1 jam maka mendapatkan 2 poin, jika 2-3 jam makan mendapatkan 3 poin,
jika 4-6 jam makan mendapatkan 4 poin, jika >6 jam maka mendapatkan 5 poin. Pertanyaan
kedua adalah, “Dalam satu hari seberapa sering anda muntah yang terdapat pengeluaran dalam
muntahnya?” jika 1-2 kali maka mendapatkan 2 poin, jika 3-4 kali maka mendapatkan 3 poin,
jika 5-6 kali maka mendapatkan 4 poin, jika ≥7 kali maka mendapatkan 5 poin. Pertanyaan
ketiga adalah “Dalam sehari, seberapa sering anda muntah namun tidak mengeluarkan apa-
apa?” Jika 1-2 kali maka mendapatkan 2 poin, 3-4 kali mendapatkan 3 poin, 5-6 kali
mendapatkan 4 poin, ≥7 kali mendapatkan 5 poin. Jika total skor ≤6 maka derajat keparahan
Hiperemesis Gravidarum ringan, 7-12 sedang, ≥13 berat. Klasifikasi derajat keparahan
Hiperemesis Gravidarum ini penting dilakukan untuk menentukan tata laksana yang tepat.5
4
2.6 Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum ditujukkan untuk mengekslusi kemungkinan penyebab
mual muntah yang lain. Dari anamnesis, dapat ditanyakan onset dan durasi mual dan muntah,
faktor pemicu dan faktor yang meringankan gejala, frekuensi, karakteristik muntah (isi muntah,
konsistensi, warna muntah), dan review system organ lain. 3
Dari pemeriksaan fisik, yang penting diperhatikan adalah tanda-tanda vital (tanda dehidrasi
seperti takikardia, tekanan darah), CRT, akral, mata cekung, turgor menurun. Penting juga
untuk melakukan pemeriksaan obstetrik untuk menentukan usia kehamilan.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah darah perifer lengkap, analisa gas darah,
elektrolit, gula darah sewaktu, fungsi ginjal, fungsi tiroid, urinalisis urin midstream dan urine
output, USG pelvis, dan EKG. 3
B. Tatalaksana Farmakologis
Tatalaksana farmakologis dibagi menjadi 4 langkah. Langkah pertama, Inisiasi
tatalaksana diberikan 10 mg vitamin B6 yang dikombinasikan dengan 10 mg
doxylamine hingga 4 tablet per hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi,
1 tablet saat siang). Langkah kedua, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg PO atau supp,
4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/ hari bila minum 4 tablet doksilamin/ piridoksin) atau
bisa diganti menggunakan prometazin 5-10 mg sebanyak 3-4 kali sehari PO atau supp.
Langkah 3 adalah tata laksana untuk kasus HG tanpa dehidrasi, dapat berikan 1 diantara
5 pilihan obat ini, yaitu klorpromazin 10-25 mg PO/ 50-100 mg IM tiap 4-6 jam,
5
proklorperazin 5-10 mg PO atau IM atau supp tiap 6-8 jam, prometazin 12,5-25 mg PO
atau IM tiap 4-6 jam, Metoklopramid 5-10 mg PO atau IM tiap 8 jam, atau ondansetron
8 mg PO tiap 12 jam.8
Selanjutnya, Langkah keempat, merupakan pilihan tatalaksana untuk kasus HG
dengan dehidrasi. Pertama, pasang kanul IV dan berikan cairan sesuai dengan derajat
hidrasi ibu dan kebtuhan cairannya. Lalu, berikan suplemen multivitamin IV, berikan
dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0.9% IV selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali.
Bila perlu, tambahkan salah satu obat ini, klorpromazin, proklorperazin prometazin,
atau metoklopramid. Selain itu, bila perlu juga, tambahkan metilprednisolone 15-20 mg
IV tiap 8 jam atau ondansentron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jam
terus-menerus selama 24 jam.8
7
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EWK
Tanggal lahir : 29 April 2003
Usia : 20 tahun
Alamat : Ds. Penanganan, Singaraja
Tanggal MRS : 31 Januari 2023
2. ANAMNESIS
a. KELUHAN UTAMA
Mual muntah sejak 2 minggu yang lalu, memberat hari ini.
8
BAB, nyeri pada perut bagian bawah dan keturunan kembar di keluarga
disangkal. Belum pernah menggunakan KB dari setelah menikah.
3. PEMERIKSAAN FISIS
a. TANDA VITAL
Keadaan umum : sakit ringan, tidak ada nyeri
Kesadaran : CM, E4V5M6
TD : 80/50 mmHg
FN : 104x/ menit
RR : 20x/ menit
Tax : 36’C
SpO2 : 98% room air
b. STATUS GENERALIS
9
Abdomen ● Inspeksi: Tidak tampak distensi, tidak tampak venektasi,
spider nevi, caput medusa, benjolan, tidak ada tanda-tanda
inflamasi
● Palpasi: tidak ada nyeri tekan epigastrik, tidak ada
hepatosplenomegali
● Perkusi: shifting dullness negatif
● Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (5 Maret 2023)
Hematologi
Hematokrit 42 % 41.3 - 57
Lymphosit 15 % 15 - 50
Granulosit 70 % 35 - 80
10
Trombosit 173 ribu/mikroL 167 - 390
Glukosa
Elektrolit
Urinalisis
6. DIAGNOSIS KERJA
Hiperemesis Gravidarum Berat (PUQE 13) + Syok Hipovolemik + Dehidrasi +
G1P0A0 uk 9 minggu
11
diberikan bersamaan dengan makanan
iii. Setelah ada perbaikan skor PUQE menjadi kurang dari sama dengan 6,
maka pasien boleh pulang dan KIE bahwa sudah bisa makan seperti
biasa dengan gizi lengkap, hindari makanan yang memiliki rasa atau
aroma kuat yang dapat memicu timbulnya rasa mual. Pasien juga sudah
boleh minum bersamaan dengan makanan masuk.
12
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
S Mual (+) masih dirasakan namun sudah membaik. Dalam 24 jam terakhir, mual
dirasakan +/- selama 6 jam. Dalam 24 jam terakhir, pasien masih muntah
sebanyak 2x. Muntah berisi cairan pahit dan sedikit karena pasien tidak banyak
makan, hanya makan biscuit sesuai anjuran dokter. Retching (refleks muntah
namun tidak keluar apa-apa) dalam 24 jam terakhir sebanyak 5 kali. Lemas (-),
demam (-), BAB dan BAK normal.
13
TANGGAL 02/01/2023 ; Pukul 09.00 WITA
S Mual (+) masih dirasakan namun sudah membaik. Dalam 24 jam terakhir, mual
yang bdirasakan hanya berlangsung < 2 jam. Dalam 24 jam terakhir, pasien
sudah tidak muntah sama sekali. Retching dalam 24 jam terakhir sebanyak 2-3
kali. Lemas (-), demam (-), BAB dan BAK normal. Nafsu makan sudah
membaik, pasien sudah mulai lapar dan ingin makan normal Kembali.
14
BAB V
PEMBAHASAN
TEORI PASIEN
15
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
16
Pemeriksaan penunjang yang bisa Dari pemeriksaan lab, tidak ditemukan
dilakukan adalah darah perifer adanya komplikasi hiperemesis yang
lengkap, analisa gas darah, elektrolit, dialaminya, yaitu ketonuria. Urinalisis
gula darah sewaktu, fungsi ginjal, masih dalam batas normal. Namun
fungsi tiroid, urinalisis urin terdapat hipokalemia yang bisa menjadi
midstream dan urine output, USG penyebab lemas yang dialaminya.
pelvis, dan EKG. Hal utama yang Gangguan elektrolit yang terjadi ini
harus dicari dari pemeriksaan disebabkan karena adanya muntah
penunjang adalah apakah ditemukan berulang dalam beberapa hari sebelum
komplikasi hiperemesis, seperti masuk rumah sakit.
gangguan elektrolit dan ketonuria.
17
dan pantau tanda perbaikan yang 1600 ml untuk rehidrasi awal. Untuk
ditandai dengan TD Sistolik >100 pemantauan yang lebih maksimal, sebaiknya
mmHg, denyut nadi <90 kali/ menit, pasang kateter foller agar urine output dapat
produksi urin 30 ml/ jam dan status tercatat dengan baik. Namun, karena faktor
mental membaik kenyamanan pasien menolak untuk dipasang
Tatalaksana farmakologis dibagi kateter, dengan catatan pasien mau
menjadi 4 langkah. Langkah pertama, melakukan penampungan urin. Untuk cairan
Inisiasi tatalaksana diberikan 10 mg maintenance, diberikan RL yang dicampur
vitamin B6 yang dikombinasikan dengan Dextrose 10 dengan tujuan untuk
dengan 10 mg doxylamine hingga 4 meningkatkan kadar gula yang banyak hilang
tablet per hari (misalnya 2 tablet saat akibat hiperemesis gravidarum. Cairan
akan tidur, 1 tablet saat pagi, 1 tablet maintenance ini sudah tepat diberikan,
saat siang). Langkah kedua, dengan tetesan agak cepat yaitu 28 tete per
tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg menit. Setelah dilakukan manajemen syok,
PO atau supp, 4-6 kali sehari sebaiknya dapat ditambahkan untuk
(maksimal 200 mg/ hari bila minum 4 memantau tanda vital dan kondisi ibu setiap
tablet doksilamin/ piridoksin) atau bisa 15 menit dan pantau keseimbangan cairan.
diganti menggunakan prometazin 5-10 Tanda perbaikan kondisi sudah stabil adalah
mg sebanyak 3-4 kali sehari PO atau apabila TD Sistolik >100 mmHg, denyut nadi
supp. Langkah 3 adalah tata laksana <90x/ menit, produksi urin >30 ml/ jam, dan
untuk kasus HG tanpa dehidrasi, dapat status mental membaik.
berikan 1 diantara 5 pilihan obat ini, Tata laksana farmakologi awal juga sudah
yaitu klorpromazin 10-25 mg PO/ 50- tepat, yaitu pemberian neurobion yang
100 mg IM tiap 4-6 jam, merupakan vitamin B kompleks, dimana di
proklorperazin 5-10 mg PO atau IM dalamnya terdapat tiamin atau vitamin B6
atau supp tiap 6-8 jam, prometazin yang merupakan Langkah pertama dalam
12,5-25 mg PO atau IM tiap 4-6 jam, tatalaksana hiperemesis gravidarum. Selain
Metoklopramid 5-10 mg PO atau IM itu, antiemetik juga sudah tepat diberikan,
tiap 8 jam, atau ondSelanjutnya, yaitu ondansetron dan ranitidine.
Langkah keempat, merupakan pilihan Untuk tata laksana non farmakologis, karena
tatalaksana untuk kasus HG dengan pasien termasuk ke dalam derajat berat, maka
dehidrasi. diet kering sudah tepat untuk dianjurkan pada
pasien pada hari pertama pasien masuk rawat
18
Untuk diet hiperemesis gravidarum, inap. Pada hari kedua rawat inap, sudah
terdapat 3 jenis diet, yaitu diet terdapat perbaikan klinis dari pasien dan skor
hiperemesis I, II, dan III. Diet PUQE hari kedua sebesar 7 (derajat sedang)
hiperemesis I ditujukan untuk HG sehingga pasien dapat memulai diet gizi
berat. Diet ini disebut juga dengan diet lengkap dengan tekstur lunak, dengan catatat
kering, dimana pasien hanya boleh pemberian minuman tidak boleh bersamaan
makan makanan berupa biscuit. Cairan dengan makanan. Pada hari kedua ini, semua
dapat diberikan 1-2 jam setelah makan. obat farmakologis dan cairan maintenance
Diet tipe I ini hanya boleh diberikan tetap masuk, dan tanda-tanda vital serja gejala
beberapa hari sembari menunggu tetap dipantau. Pada hari ketiga rawat inap,
perbaikan klinis pasien, karena kurang pasien ini semakin mengalami perbaikan
mengandung zat gizi. Diet hiperemesis klinis sehingga skor PUQE sebesar 5 (derajat
II diberikan jika rasa mual dan muntah ringan). Oleh karena itu, pasien sudah boleh
sudah berkurang dan skor PUQE sudah pulang rawat inap, sudah dapat memulai diet
menunjukkan HG derajat sedang. Diet dengan tekstur biasa namun tetap
ini memberbolehkan pemberian menghindari makanan yang terlalu beraroma
makanan bergizi dengan tekstur yang kuat atau makanan yang memicu timbulnya
bertahap. Minuman, tidak disarankan rasa mual. Selain itu, pasien juga dianjurkan
diberikan bersama makanan. untuk istirahat dan jaga kecukupan nutrisi.
Selanjutnya adalah diet hiperemesis III Dapat disesukasi juga bahwa kondisi ini
untuk pasien yang memiliki skor biasanya akan hilang dengan sendirinya jika
PUQE kurang dari 7. Diet hiperemesis sudah memasuki usia kehamilan >20 minggu.
III berupa pemberian makanan bergizi
dengan tekstur normal, dan minuman
sudah dapat diberikan bersama
makanan.
19
BAB VI
KESIMPULAN
Pasien perempuan usia 22 tahun, G1P0A0 uk 9 minggu, datang dengan keluhan mual
muntah sejak 2 minggu yang lalu. Terdapat Riwayat pingsan 1x hari ini. Riwayat penurunan
berat badan disangkal. Dari anamnesis, didapatkan skor PUQE sebesar 13, menggambarkan
pasien mengalami hiperemesis gravidarum derajat berat. Dari pemeriksaan fisis didapatkan
adanya hipotensi, takikardia, akral dingin, CRT memanjang dan tanda dehidrasi, menunjukkan
bahwa pasien mengalami syok hipovolemik dan dehidrasi akibat hiperemesis, yang
memerlukan penanganan gawat darurat segera di IGD. Dari pemeriksaan lab, terdapat
hipokalemia, tidak ditemukan adanya ketonuria maupun asidosis metabolik. Pasien kemudian
diberikan tata laksana gawat darurat hingga syok teratasi dan dirawat inapkan di bangsal RS
hingga keadaan umumnya membaik. Tata laksana sudah diberikan secara komprehensif, mulai
dari koreksi syok dan dehidrasi, tata laksana farmakologis untuk menekan gejala mual dan
muntah yang sangat mengganggu, hingga tata laksana non farmakologis berupa modifikasi
diet. Pasien dirawat inapkan di bangsal RS hingga keadaan umumnya membaik, terutama
sampai keluhan lemas, mual, dan muntah sudah membaik hingga pasien bisa makan kembali.
.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Erick M, Cox JT, Mogensen KM. ACOG Practice Bulletin 189: Nausea and Vomiting of
Pregnancy. Obstet Gynecol. 2018 May;131(5):935
2. Fejzo MS, Ingles SA, Wilson M, Wang W, MacGibbon K, Romero R, Goodwin TM.
High prevalence of severe nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis
gravidarum among relatives of affected individuals. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Biol. 2008 Nov;141(1):13-7.
3. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan sarwono
prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. p815.
4. Ogunyemi DA. Hyperemesis gravidarum [Internet]. Medscape; 2017 [cited 2023 April
17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a1
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffmn BL, et al.
Williams obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2014. p1071.
6. Silverthorn DU. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson;
2013. P730.
7. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong's review of medical
physiology. 25th ed. New York: McGraw-Hill; 2016. P501.
8. Kemenkes. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
Jakarta: kemenkes: 2013
9. Bailit JL. Hyperemesis gravidarum: epidemiologic fin dings from a large cohort. Am J
Obstet Gynecol 20 05;193:811.
10. Myagerimath, dr. David Owens. September 2017. R egional guideline for Management
of hyperemesis gravidarum. Maternity Cildren and young people. • WHO 2013
21