Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN PENGANTAR PERPAJAKAN

“KEADILAN DALAM PERPAJAKAN”


&
”KEPATUHAN PERPAJAKAN”

Kelompok 7 :
- Steffi Shefila (102206100012)
- Febby

UNIVERSITAS BOROBUDUR

FAKULTAS EKONOMI

Jakarta, Oktober 2023

1
DAFTAR ISI

A. Keadilan dalam perpajakan.........................................................................................3

B. Kepatuhan perpajakan (tax compliance)....................................................................4

C. Pengertian dan macam kepatuhan...............................................................................5

D. Tingkat kepatuhan pajak..............................................................................................6

E. Pendekatan kepatuhan..................................................................................................7

F. Indikator tingkat kepatuhan wajib pajak...................................................................7

G. Persyaratan wajib pajak dengan kriteria tertentu (wajib pajak patuh)..................8

H. Manfaat sebagai wajib pajak patuh.............................................................................8

I. Tata cara mendapatkan status wajib pajak patuh.....................................................8

2
BAB 16

Keadilan Dalam Perpajakan

Keadilan (equity) dan pemerataan (equality) adalah sepasang perangkat

yang senantiasa setia mengawal masyarakat agar tidak dirugikan oleh pelaksana

hukum atau aturan yang dibuat secara semena-mena oleh penguasa. Secara

universal, hukum pajak bertujuan menciptakan keadilan dalam pungutan pajak,

dan siapa pun yang berada dalam lingkup penegakan hukum (law enforcement)

tersebut asas ini harus dipegang teguh dalam prinsip perundang-undangan.

Menurut Adam Smith, prinsip utama pemungutan pajak adalah keadilan

dalam perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa warga negara

hendaknya berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah, yaitu dengan caara

membandingkan penghasilan yang diperolehnya dengan perlindungan yang

dinikmatinya. Asas keadilan disebut oleh Adam Smith sebagai "The Equity

Principle" yaitu bahwa pemungutan pajak harus dibebankan secara adil.

Dalam perpajakan dikenal 2 (dua) macam keadilan, yaitu :

1. Keadilan Horizontal (Horizontal Equity) dimaksud bahwa penyelenggaraan

pajak harus secara umum dan merata

2. Keadilan Vertikal (Vertical Equity) yaitu semakin besar kemampuannya untuk

membayar pajak harus semakin besar tarif pajak yang dikenakan.

3
Dari kedua pengertian tersebut tersebut menurut Prof. Mansury, bahwa

pemungutan pajak adalah adil, apabila orang-orang yag berada dalam keadaan

ekonomis yang sama dikenakan pajak yang sama, sedangkan orang-orang yang

keadaan ekonomisnya tidak sama harus diperlakukan tidak sama setara dengan

ketidaksamaannya. Prof Dr Mansury mengemukakan syarat keadilan horizontal

dan vertikal sebagai berikut :

1. Syarat keadilan Horizontal (Horizontal Equity)

*Globality: Semua tambahan kemampuan merupakan ukuran dari

keseluruh kemampuan membayar

*Equal treatment for the equals: Jumlah seluruh penghasilan yang

memenuhi definis penghasilan,

2. Syarat keadilan Vertical (Vertical Equity)

* Unequal treatment for the unequals. Yang membedakan besarnya tarif

pajak adalah jumlah seluruh penghasilan atau jumlah seluruh tambahan

kemampuan ekonomis bukan karena perbedaan sumber penghasilan atau

perbedaan jenis penghasilan.

*Progression: Bila jumlah penghasilan seorang Wajib Pajak lebih besar,

dia harus membayar pajak lebih besar dengan menerapkan tarif pajak yang

persentasenya lebih besar.

BAB 17

Kepatuhan Perpajakan (Tax Compliance)

4
Wajib Pajak yang patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan berarti

Wajib Pajak tersebut disiplin memenuhi aturan perpajakan yang telah ditetapkan.

Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kewajiban membayar

pajak bukan karena masalah kepuasan pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak

tetapi salah satunya disebabkan karena masalah keteladanan yang memburuk

terutama bila keteladanan kurang terpuji tersebut yang datang dari jajaran

pemerintah sendiri sebagai pengelola pajak

Misi utama dari instansi pajak adalah menciptakan dan mengembangkan iklim

perpajakan (tax climate) yang bercirikan:

1) Wajib Pajak paham untuk memahami semua ketentuan peraturan perpajakan.

2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

3) Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4) Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Zain faktor dominan yang berpengaruh atas perkembangan iklim

perpajakan adalah faktor "state of mind" yang mempengaruhi kemauan

(willingness) Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

PENGERTIAN DAN MACAM KEPATUHAN

1.Kepatuhan Formal

Yang dimaksud dengan kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib

pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal dengan ketentuan dalam

undang undang perpajakan.

5
2.Kepatuhan Material

Yang dimaksud dengan kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana Wajib

Pajak era substantif atau hakikat memenuhi semua ketentuan material perpajakan,

yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Pajak sebagai Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

TINGKAT KEPATUHAN PAJAK

Terdapat 4 macam alternated strategi kepatuhan yang merupakan produk

dari kebijakan perpajakan, sebagai berikut :

1. Willing to do right things

Strategi kepatuhan: melaksanakan komitmennya secara konsisten dan

memberikan kemudahan dalam pelayanan yang terbaik.

2. Try to but do not always succeed

Strategi kepatuhan: memberikan bantuan pelayanan dan pencerahan

bagaimana memahami aturan pajak dan yang menyertainya dengan benar.

3. Don’t want to comply

Strategi kepatuhan: Melakukan upaya pencegahan penghindaran pajak dengan

menemukan fakta dan mengirimkan surat peringatan kepada wajib pajak yang

bersangkutan.

4. Have decided not to comply

6
Strategi kepatuhan: Penegak hukum harus dilakukan mulai dari pemeriksaan

sampai dengan penyidikan bilamana ditemukan bukti permulaan indikasi

adanya tindak pidana perpajakan.

PENDEKATAN KEPATUHAN

Masalah kepatuhan dapat ditelusuri melalui dua pendekatan, sebagaimana

dikemukakan oleh OECD (2004), yakni:

1. Faktor Ekonomi

Beban Keuangan, Apabila Wajib Pajak memiliki kewajiban pajak yang

dapat diselesaikan dengan kondisi keuangannya, maka Wajib Pajak tersebut

akan bersedia patuh. Sebaliknya jika kewajiban pajaknya terlalu besar dan

mengganggu likuiditas Wajib Pajak, maka Wajib Pajak akan enggan

membayar atau merubah data yang seharusnya agar kewajiban pajaknya

menjadi lebih kecil.

2. Faktor Perilaku

Perbedaan individu. Adanya fakta di mana ada wajib pajak yag patuh

terhadap ketentuan dan peraturan perpajakan, sementara yang lainnya

tidak faktor individual mempengaruhi perilaku termasuk jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, moralserta kepribadian.

INDIKATOR TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK

a. Keadilan (Equity)

b. Kesempatan untuk Tidak Patuh ( Opportunity of non compliance)

c. Perbedaan Individual (Individual difference)

7
d. Norma-norma Sosial ( Social norm)

e. Ketidakpuasan terhadap instansi pemerintah (Dissastisfaction with

revenue authorities)

PERSYARATAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU

(WAJIB PAJAK PATUH)

Persyaratan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu menurut Pasal 17C ayat

(2) Undang-Undang KUP dan Per-Menkeu No. 74/PMK.03/2012, meliputi:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawas, dan

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

MANFAAT SEBAGAI WAJIB PAJAK PATUH

Sebagai Wajib Pajak Patuh, mendapatkan manfaat ganda yaitu

memperoleh pengembalian restitusi pendahuluan lebih cepat dari yang biasanya

tanpa dilakukan pemeriksaan pajak terlebih dahulu dan prestise bagi manajemen.

TATA CARA MENDAPATKAN STATUS WAJIB PAJAK PATUH

1. Ditetapkan oleh KPP di mana WP terdaftar

8
2. Wajin Pajak mengajukan sendiri untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Patuh,

surat permohonan diajukan paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku

berakhir ke KPP tempat Wajib Pajak mendaftar.

Setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, DJP dapat

melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Patuh.

Anda mungkin juga menyukai