Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MODUL 1.2.A.

3 MULAI DARI DIRI


IMAM TARMIJI
CGP ANGKATAN 8
KABUPATEN BOGOR
PERISTIWA YANG KURANG BERKENAN DI SEKOLAH

Peristiwa ini terjadi ketika saya baru Kelas 1 SMP, dimana semua lingkungan serba
baru karena masa peralihan masa usia SD ke SMP. Dimana pada saat itu, saya belum
percaya diri dalam hal belajar, baik ketika dikelas maupun ketika Ulangan Catur
Wulan, karena pada saat itu belum berubah kurikulum dalam penilaian dari CAWU ke
SEMESTER. Pada Catur Wulan Pertama, hal yang sangat memalukan terjadi, ketika
dalam pelaksaan Test dimulai dimana saya mengerjakan soal tersebut dengan
Mencontek ke salahsatu teman saya. Dan hasil yang didapatpun tidak sesuai harapan,
setelah pembagian Raport Cawu Satu di Kelas 1 SMP saya mendapatkan Ranking Ke 11
dari 33 Peserta Didik. Itu yang sangat memalukan, karena Keluarga saya dipandang
sebagai keluarga terdidik, masa anakanya peringkat 11.
PERISTIWA BAIK YANG MENGESANKAN DI SEKOLAH

PBerawal dari kegagalan dalam memperoleh Hasil di Catur wulan satu di


Kelas 1 SMP, disitulah mulai Pembenahan pola fikir, sehingga dengan
sangat drastis pada saat Cawu selanjutnya saya mendapatkan hasil yang
baik, kelas 1 selalu masuk 3 besar. Dan Puncaknya pada saat dikelas 9
terakhir saya mampu mendapatkan nilai yang sangat memuaskan pada
saat itu yakni Ranking Terbaik dalam satu Angkatan tersebut. Semua ini
bisa terjadi dengan cara kegigihan dalam melaksanakan proses belajar,
sehingga ketika masuk SMA pun selalu berlanjut dalam berprestasi
dikelas.
MENGAPA MOMEN YANG TEJADI DI MASA SEKOLAH MASIH DAPAT SAYA
RASAKAN DAN MASIH MEMPENGARUHI DIRI SAYA DI MASA SEKARANG?

Masa sekolah bagi saya adalah masa yang harusnya menggembirakan dan
menyenangkan untuk diingat. Meskipun ada beberapa hal yang membuat
saya enggan untuk mengingat masa SMP. Masa sekolah merupakan masa
bermain dan belajar dengan gembira bersama teman. Masa di mana kita
selalu ingin mencari dan berburu untuk mendapatkan hal-hal baru yang
belum pernah kita rasakan sebelumnya. Kita belajar bersama, belajar
mengenal pelajaran sekolah maupun pelajaran kehidupan.

Tentu saya pun mengingat ketika di sekolah dasar, saat usia ini adalah
waktu emas untuk pembentukan karakter, itulah mengapa pendidikan
emosi dan karakter sangat penting bagi anak-anak. Apa yang kita pelajari
akan terus melekat dalam ingatan, apa yang kita lakukan agar terus
menjadi panutan nyata dan apa yang kita tinggalkan akan menjadi
pegangan dan menata masa depan.
PELAJARAN APA YANG SAYA PEROLEH DARI KEGIATAN TRAPESIAUM USIA DAN RODA EMOSI,
TERKAIT PERAN SERTA SEBAGAI GURU TERHADAP PESERTA DIDIK SAYA?

Pelajaran yang saya pernah peroleh kegiatan trapesium usia dan roda
emosi memberikan saya gambaran tentang apa yang sudah saya lalui
melalui beberapa momen penting dalam hidup saya. Kilasan moment
dalam rentang usia yang didapat setelah kegiatan ini, membangun
pemahaman jika sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga yang
sangat berperan terhadap perkembangan anak secara pikiran maupun
mental dan tempat penting pembentukan karakter siswa. Bahkan di
sekolah siswa tidak hanya akan mendapatkan kemampuan secara
akademik saja namun pembentukan jati diri yang akan melekat dan
menjadi bagian dari masa depannya. Peran guru dalam trapesium usia dan
roda emosi adalah guru mampu untuk memberikan pengaruh dalam
pembentukan emosi dan karakter siswa serta memberikan pengaruh
dalam pembentukan emosi adalah dan karakter siswa serta menemukenali
potensi diri siswa.
Nilai dan peran guru penggerak menurut saya adalah
1) apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya
menggerakan murid, rekan guru dan komunitas
sekolah saya? 2) apa peran yang selama ini saya
mainkan dalam menggerakan murid, rekan guru dan
komunitas sekolah saya?

Nilai yang saya miliki adalah mandiri. Menurut saya


adalah kesiapan diri untuk berdiri sendiri dan
mengambil inisiatif.
Profil Pelajar Pancasila adalah karakter yang diharapkan muncul
pada segenap murid di Indonesia. 1) Beriman, bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3)
Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5 Bernalar kritis; 6)
Kreatif. Keenam karakter tersebut tercermin melalui perilaku
sehari-hari yang akhirnya menjadi kebiasaan murid tersebut.

Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya


perlu peran kita pendidik untuk menuntun anak serta
menumbuhkan berbagai karakter/nilai-nilai tersebut. Peran
pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini
adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu.
Keteladanan seorang guru dalam menjalankan ini pastinya akan
dilihat dan kemudian dipelajari oleh murid.
Sebagai pendidik, untuk bisa mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila tersebut, dibutuhkan pendidik yang
terampil dan berkompeten sehingga mampu
berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan profil
tersebut. Terdapat 4 kompetensi yang dibutuhkan,
yaitu mengembangkan diri dan orang lain, memimpin
pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta
memimpin pengembang sekolah. Secara terperinci
dapat rekan-rekan guru.

Bertekad, Senantiasa ingin memberikan manfaat bagi


orang lain. Tergerak, bergerak dan menggerakan.
SALAM DAN BAHAGIA

Anda mungkin juga menyukai