ALAT BUKTI 1. Alat bukti dalam perkara pidana ada dalam Pasal 184 KUHAP, antara lain :
1) Keterangan saksi
2) Keterangan ahli
3) Surat
4) Petunjuk
5) Keterangan terdakwa
Sistem yang digunakan hakim adalah sistem pembuktian menurut undang-
undang secara negatif (negative wetelijk). Apabila untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah atau tidak, maka hakim harus memeriksa sekurang-kurangnya dua alat bukti (Pasal 183 KUHAP).
Tersangka adalah orang yang diduga melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulan yang cukup yaitu 2 alat bukti. Terdakwa adalah tersangka yang didakwa di persidangan. Terpidana adalah terdakwa yang sudah dijatuhi putusan pidana (di eksekusi/ hakim sudah menjatuhkan putusan). Yang membedakan ketiga hal diatas adalah tingkat pemeriksaannya Contoh kasus : Ada suatu tindak pidana pemerkosaan ayah terhadap anaknya yang masih dibawah umur, pada saat kejadian ada adek si korban. Maka dalam hal ini hakim harus membuktikan sekurang-kurangnya 2 alat bukti yaitu Keterangan saksi (Adik korban), akan tetapi harus diketahui juga bahwa berdasarkan Pasal 171 KUHAP anak dibawah umur tidak bisa menjadi saksi serta apabila Maka alat buktinya adalah : Keterangan terdakwa (pelaku/ayah korban). Alat bukti surat (visum et repertum dari dokter). Keterangan ahli, untuk mendatangkan seorang ahli tentu (uang) yang harus dikeluarkan, yang membayar adalah dari mana ahli dimintai untuk memberi keterangan. Alat bukti petunjuk (Pasal 188 KUHAP), dimana hakim harus sudah memeriksa terlebih dahulu alat bukti yang lainnya yaitu keterengan tedakwa, alat bukti surat dan keterangan ahli.