Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

Imu Ukur Kayu

PENGUKURAN LOG

DISUSUN OLEH :
NAMA : DEVI DAMAYANTI
NIM : M011221129
KELAS/KELOMPOK : ILMU UKUR KAYU B/9
ASISTEN : OLIVIANTRY SA’PANG M

LABORATORIUM KETEKNIKAN DAN


PENGEMBANGAN WILAYAAN PEMANENAN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ilmu Ukur .............................................................................................3
2.2 Pengukuran dan Alat-alat Ukur Log .....................................................5
2.3 Rumus Pendugaan Volume log .............................................................13
2.4 Standar Deviasi ....................................................................................14
2.5 Angka Bentuk ......................................................................................15
2.6 Angka Bentuk ......................................................................................17
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ...............................................................................19
3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................19
3.3 Prosedur praktikum ..............................................................................19
3.4 Analisis Data ........................................................................................20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .....................................................................................................22
4.2 Pembahasan .........................................................................................24
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................25
5.2 Saran ....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................26
LAMPIRAN .....................................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tally Sheet ..........................................................................................22


Tabel 2. Analisis Data ......................................................................................22
Tabel 3. Volume ...............................................................................................23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Phi Band .........................................................................................11


Gambar 2. Roll Meter .......................................................................................12
Gambar 3. Pita Meter .......................................................................................12
Gambar 4. Diagram Pendugaan Volume Log ....................................................23

iv
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya penghasil kayu adalah hutan. Kayu merupakan bahan baku yang
digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya untuk bahan bangunan
(rumah), parabot rumah tangga, tiang pagar, alat musik, kertas, kayu bakar, bantalan
rel kereta dan tiang listrik. Kayu sampai saat ini masih merupakan produk penting
dalam kegiatan pengusahaan hutan, karena itu dalam melakukan pendugaan volume
pohon, pengukuran dimensi pohon harus dilakukan secara cermat agar dapat
diperoleh tafsiran volume pohon yaitu taksiran volume yang mendekati nilai
volume yang sebenarnya. Kualitas volume pendugaan volume ini tergantung dari
beberapa faktor, di antaranya tingkat akurasi yang diinginkan dan kondisi saat
pengukuran dimensi pohon, persamaan volume yang digunakan, dan lain-lain
(Riskawati, 2019).
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu.
Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan
faktor penentu utama yang mempengaruh data yang diperoleh. Semakin bagus alat
yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat.
Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin
baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan
(Fahmi, 2017).
Salah satu pengukuran pada pohon adalah pengukuran volume suatu pohon
yang merupakan parameter pohon. Volume suatu pohon ini yang mempengaruhi
sebuah pohon tersebut untuk perlakuan yang akan dilakukan selanjutnya. Volume
merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam inventore secara
objektif. Sayangnya terlalu banyak dokumen inventore dimana itu tidak ditetapkan
secara jelas beberapa diameter setinggi dada minimum, beberapa bagian dari pohon
yang diperhitungkan, apakah volume dengan kulit atau tanpa kulit, apakah volume
bruto atau tidak memasukkan bagian-bagian yang cacat, yang kriteriannya adalah
untuk tidak menyertakan bagian-bagian yang cacat. Kegunaan lain dari hasil
pengukuran volume kayu yaitu sebagai dasar perhitungan/harga jual/penjualan,

1
laba rugi perusahaan, upah buruh, penyusunan statistik dan lain sebagainya (Fahmi,
2017).
Dari penjelasan diatas, dilakukannya praktikum ini agar para praktikan
mampu dalam pengaplikasian pengukuran log pada kehidupan sehari-hari dan
mampu melakukan pengukuran dengan baik dan benar.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan
Praktikum Pengukuran Log Kayu ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui mekanisme kerja pengukuran diameter dan tinggi log.
2. Mengetahui cara pendugaan volume log.
1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah
1. Untuk Mengetahui mekanisme kerja pengukuran diameter dan tinggi log.
2. Untuk Mengetahui cara pendugaan volume log.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu ukur

Ilmu ukur adalah penggambaran muka bumi dalam bentuk pelan ataupun
muka keratan tegak yang berskala untuk tujuan menentukan dimensi, bentuk dan
keluasan kawasan yang diukur. Ilmu ukur boleh ditakrifkan sebagai cara atau
kesenian membuat ukuran terhadap kedudukan relatif bagi titik-titik yang berada di
atas permukaan bumi untuk menghasilkan keadaan sebenar perihal
kawasan tersebut (Mardiatmoko, 2014).
Ilmu Ukur Kayu adalah pengetahuan tentang pengukuran dimensi pohon
yaitu diameter, tinggi atau volume pohon berdiri maupun rebah, pengukuran
pertumbuhan pohon (riap) serta pengukuran hasil pengolahan yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Pengukuran pohon berdiri yaitu pohon atau tegakan hutan
yang belum ditebang, sedangkan pertumbuhan pohon (riap) adalah pertambahan
riap dari pohon baik tinggi maupun diameter dalam jangka waktu tertentu. Dimensi
kayu seperti diameter, tinggi dan volume kayu lazimnya ditentukan melalui
pengukuran secara langsung di lapangan maupun dengan menggunakan alat ukur
(Thamrin, 2020).
Kayu sebagai hasil hutan sekaligus sumber kekayaan alam merupakan bahan
dasar yang dimanfaatkan perusahaan manufaktur untuk pembuatan barang rumah
tangga seperti: bufet, almari, kursi, meja dan masih banyak lagi kegunaan kayu
untuk kebutuhan manusia. Secara umum, kayu merupakan bahan organik yang
diproduksi sebagai xylem sekunder yang berasal dari dalam hutan tanaman,
terutama pohon-pohon dan tanaman lainnya (Arifin, 2013).
Volume sortimen dan pohon dapat ditentukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penentuan volume secara langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat xylometer yang menggunakan prinsip perpindahan zat cair. Pada
cara ini, volume sortimen ataupun log sama dengan volume air yang terpindahkan
ketika sortimen atau log tersebut dimasukkan ke dalam alat. Namun tentunya cara
ini tidaklah praktis walaupun memberikan hasil yang cukup teliti. Penentuan
volume secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara pendekatan rumus-
rumus empiris, tabel volume dan metode grafis. Tujuan dari pengukuran dan

3
penetapan volume tegakan, volume kayu bulat (logs) maupun sortimen hasil
pengolahan pada industri pengolahan kayu, pertumbuhan riap adalah untuk dapat
dipergunakan dalam berbagai keperluan, antara lain (Aldafiana, 2021):
1. Penentuan volume suatu tegakan hutan dalam rangka pelaksanaan
perencanaan pengelolaan hutan tersebut.
2. Perhitungan harga jual/penjualan.
3. Perhitungan laba rugi dari suatu perusahaan.
4. Perhitungan upah buruh.
5. Perhitungan pungutan-pungutan pemerintah.
6. Penyusunan rencana operasional (pelaksanaan produksi).
7. Penyusunan statistik hasil hutan dan sebagainya.
Secara umum tujuan dari Ilmu Ukur Kayu dibidang kehutanan adalah sebagai
alat bantu utama dalam kegiatan-kegiatan dibidang kehutanan terutama untuk
memperoleh data kuantitatif. Informasi dapat terjamin keakuratannya jika sesuai
dengan data lapangan sebenarnya. Melalui ilmu ukur kayu, yang di dalamnya
menerapkan prinsip-prinsip pengukuran kayu, dapat diperoleh informasi secara
kuantitatif mengenai potensi kayu dalam hutan yang selanjutnya dapat berguna
dalam pengambilan keputusan tingkat manajerial. Dalam pengukuran kayu,
terdapat beberapa kesalahan yang berpengaruh terhadap ketelitian hasil
pengukuran, antara lain (Aldafiana, 2021):
1. Kesalahan pengukuran,
2. Kesalahan karena hubungan yang kurang tepat diantara pengukuran dan hasil
yang diperoleh,
3. Kesalahan sampling (kesalahan ini biasanya terjadi dalam proporsi yang
kecil).
Dari bentuk-bentuk kesalahan di atas, biasanya disebabkan oleh alat ukur
yang digunakan sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan. Misalnya, alat telah
tua sehingga skala yang ada tidak dapat dibaca dengan jelas dan sebagainya, tempat
pengukuran yang tidak tepat, misalnya pada daerah yang berlereng cara pengukuran
tidak sesuai dengan ketentuan yang diharuskan oleh masing-masing alat ukur dan
sebagainya. Ilmu Ukur Kayu selalu berhubungan dengan kesalahan pengukuran.
Kesalahan ini tidak dapat dihindari tetapi dapat diusahakan agar kesalahan yang

4
terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. Beberapa bentuk kesalahan yang sering
ditemui dalam kegiatan pengukuran yaitu (Mardiatmoko, 2014):
1. Kesalahan acak; kesalahan ini selalu hadir dalam setiap pembacaan.
Kesalahan ini berupa deviasi alami yang berkisar di antara nilai rata-rata dan
saling menutupi (kesalahan plus-minus).
2. Kesalahan sistematik; kesalahan ini sedapat mungkin harus dihindari, bila
kesalahan ini diketahui maka segera dilakukan koreksi dan penyesuaian
karena kesalahan ini tidak saling menutupi.
3. Kesalahan karena kekeliruan; kesalahan ini disebabkan karena kurang
pengalaman atau kurang teliti dalam bekerja, mencari jawaban yang tidak
mungkin, salah meletakkan desimal, kurang atau kelebihan nol, dan
sebagainya.

2.2 Pengukuran dan Alat-alat Ukur Log

Pengukuran, kegiatan menentukan nilai kuantitas tertentu. Definisi


pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan ukur. Selain itu, pengukuran juga dapat diartikan sebagai
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas
dan disepakati. Metode Pengukuran, Teknik yang di gunakan dalam pengukuran
sesuai dengan prinsip yang diberikan. Metode pengukuran dapat dikualifikasikan
lebih lanjut dengan beberapa cara di antaranya metode substitusi, metode
diferensial, dan metode Null. Pengukuran langsung yaitu membandingkan nilai
besaran yang diukur dengan besaran standar yang diterima sebagai satuan.
Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran untuk mengukur suatu besaran
dengan cara mengukur besaran lain. Sebagai contoh pengukuran yaitu ketika
membeli beras dan penjual mengukur massa dari beras, yang artinya penjual
membandingkan nilai besaran massa dengan satuan massa yang sudah ditentukan.
Seperti satuan. Massa kilogram (kg), gram (g) dan satuan massa lainnya (Daniel,
2018).

5
Pengukuran adalah penentuan entitas, ukuran atau kapasitas, umumnya
terkait dengan standar atau unit pengukuran. Selanjutnya, pengukuran juga dapat
diartikan sebagai penomoran atribut atau karakteristik tertentu dari orang, benda
atau benda menurut aturan atau kata-kata yang jelas atau disepakati. Pengukuran
dapat menggunakan alat ukur standar dan hasil pengukurannya muncul dalam
bentuk sistem kuantitatif atau numerik. Anda dapat mengukur apa pun yang dapat
dibayangkan, tetapi dengan berbagai tingkat kerumitan. Pengukuran yaitu untuk
menentukan besaran, ukuran, atau kapasitas, dan umumnya digunakan dalam
standar atau ukuran atau satuan ukuran. Pengertian pengukuran juga dapat diartikan
sebagai pemberian suatu angka kepada suatu benda atau sesuatu untuk memperoleh
suatu istilah atau rumusan yang jelas dan disepakati (Arifin, 2013).
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses menetapkan atribut standar ke
angka atau label atau menggunakan aturan yang disepakati untuk mewakili atribut
pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan atau usaha pemberian angka untuk gejala
atau kejadian atau objek sehingga hasil pengukuran tampak dalam bentuk angka.
Dalam mengukur besaran dalam fisika, ada beberapa jenis pengukuran, yaitu
(Arifin, 2013):
1. Berdasarkan metode pengukuran Berdasarkan metode pengukuran, jenis
pengukuran dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung adalah metode pengukuran yang menggunakan
alat ukur langsung dimana hasil pengukuran dibaca langsung dari alat
ukur. Misalnya, jika kita mengukur panjang buku dengan penggaris,
berarti kita mengukur secara langsung karena hasil pengukuran panjang
buku dibaca langsung dari skala penggaris.
2) Pengukuran tidak langsung
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran satu besaran dengan
mengukur besaran lain. Dalam pengukuran tidak langsung digunakan
berbagai jenis alat ukur, dan hasil pengukuran merupakan hasil operasi
(dapat dibagi/dikalikan) atas hasil pengukuran alat ukur tersebut.
Misalnya, untuk mengukur kecepatan gerak suatu benda, kita perlu
mengukur panjang dan waktu (v = s/t). Alat ukur yang digunakan oleh

6
karena itu alat ukur panjang seperti penggaris/pisau putar dan alat
pengatur waktu seperti AND hasil pengukuran adalah hasil pengukuran
penggaris/pisau putar dibagi hasil pengukuran stopwatch.
2. Berdasarkan jumlah pengukuran
1) Pengukuran tunggal Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya
dilakukan satu kali. Pengukuran individual dilakukan jika:
a) Besaran yang diukur tidak berubah, sehingga hasil pengukuran
dianggap cukup akurat hanya dengan satu kali pengukuran
b) Kemungkinan hanya dilakukan satu kali pengukuran.
2) Pengukuran Ulang Pengukuran berulang adalah pengukuran yang
dilakukan berkali-kali. Pengukuran tunggal dilakukan karena:
a) Pengukuran tunggal memberikan hasil yang kurang tepat -Hasil
pengukuran tunggal lebih mendekati nilai sebenarnya
b) Ketidakpastian pengukuran berulang lebih rendah daripada
ketidakpastian pengukuran tunggal. Untuk mempelajari lebih lanjut
tentang ketidakpastian pengukuran.
Dalam hal ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus dipastikan bahwa
kondisi alat sudah dalam keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang buruk
akan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran yaitu hasil pengukuran yang tidak
tepat dengan hasil yang sebenarnya sebesar kesalahan dalam kalibrasi tersebut.
Sedangkan sebuah alat ukur dikatakan presisi jika untuk pengukuran besaran fisis
tertentu yang diulang maka alat ukur tersebut mampu menghasilkan hasil ukur yang
sama seperti sebelumnya. Kepresisian eksperimen diukur dari seberapa baik hasil
yang ditetapkan, tanpa referensi yang sesuai dengan nilai sebenarnya. Secara
sederhana sebenarnya kegiatan pengukuran yang kita lakukan itu berfungsi sebagai
alat komunikasi. Komunikasi disini bisa juga diartikan secara luas, contohnya
komunikasi antara penjual dengan pembeli. Di dalam suatu perusahaan manufaktur,
pengukuran sangatlah penting, karena segala sesuatu yang menjadi parameter dari
suatu produk yang kita hasilkan tidak lepas dari angka angka yang hanya bisa di
dapatkan melalui proses pengukuran (Diah, 2018).
Geometris obyek ukur mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Oleh
karena itu cara mengukur pun bisa bermacam-macam. Agar hasil pengukurannya

7
mendapatkan hasil yang paling baik menurut standar yang berlaku maka diperlukan
cara pengukuran yang tepat dan benar. Untuk itu perlu diketahui klasifikasi dari
pengukuran. Ada beberapa pengukuran berdasarkan cara pengukuran yang bisa
dilakukan untuk mengukur geometris obyek ukur, yaitu proses pengukuran yang
hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur yang digunakan disebut
dengan pengukuran langsung. Contohnya mengukur diameter poros dengan jangka
sorong atau mikrometer. Pengukuran Tak Langsung Bila dalam proses pengukuran
tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak bisa dibaca langsung dari hasil
pengukurannya, maka pengukuran yang demikian ini disebut pengukuran tak
langsung. Kadang-kadang untuk mengukur satu benda ukur diperlukan dua atau
tiga buah alat ukur standar, alat ukur pembanding dan alat ukur pembantu.
Contohnya pengukuran ketirusan poros dengan menggunakan senter sinus (sine
center) yang harus dibantu dengan jam ukur (dial indicator) dan blok ukur (Daniel,
2018).
Pengukuran dengan Kaliber Batas kadang-kadang dalam proses pengukuran
kita tidak perlu melihat beberapa besar ukuran benda yang dibuat melainkan hanya
untuk melihat apakah benda yang dibuat masih dalam batas-batas toleransi tertentu.
Contohnya mengukur diameter lubang. Dengan menggunakan alat ukur jenis
kaliber batas dapat ditentukan apakah benda yang dibuat masuk ke dalam kategori
diterima (GO) atau masuk dalam kategori dibuang atau ditolak (No Go). Dengan
demikian sudah tentu alat yang digunakan untuk pengecekannya adalah kaliber
batas Go dan No Go. Pengukuran seperti ini disebut pengukuran dengan kaliber
batas. Keputusan yang diambil adalah dimensi yang masih dalam batas toleransi
dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak di luar batas toleransi
dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk pengukuran dalam jumlah
banyak dan membutuhkan waktu yang cepat. (Diah,2018).
Pengukuran dengan Perbandingan Bentuk Standar. Pengukuran di sini
sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat dengan bentuk standar
yang memang digunakan untuk alat pembanding. Contohnya kita akan mengecek
sudut ulir atau roda gigi , mengecek sudut tirus dari poros konis, mengecek radius
dan sebagainya. Pengukuran di lakukan dengan alat proyeksi. Jadi di sini sifatnya

8
tidak membaca besarnya ukuran tatapi mencocokkan bentuk saja. Misalnya sudut
ulir dicek dengan mal ulir atau pengecek ulir lainnya (Hanif, 2020).
Ada beberapa pengukuran berdasarkan cara mengukur yaitu (Hanif, 2020):
1. Pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja.
Dalam pengukuran tunggal, nilai benar (x0) adalah nilai pengukuran itu sendiri.
Jika diperhatikan, setiap alat ukur atau instrumen mempunyai skala yang
berdekatan yang disebut skala terkecil. Nilai ketidakpastian (Δx) pada pengukuran
tunggal diperhitungkan dari skala terkecil alat ukur yang dipakai. Nilai dari
ketidakpastian pada pengukuran tunggal adalah setengah dari skala terkecil pada
alat ukur. Pengukuran tunggal yaitu suatu pengukuran yang hanya dilakukan
sekali saja. Pada umumnya pengukuran tunggal jika besaran yang diukur tidak
berubah-ubah sehingga hasilnya dapat diukur dengan akurat. Akan tetapi,
pengukuran ini memiliki kekurangan yaitu dalam pengukuran tunggal
memberikan hasil yang kurang teliti karena pengukurannya hanya dilakukan
sekali saja. Contoh dari pengukuran tunggal yaitu pengukuran yang dilakukan
pada objek pensil. Pengukuran tunggal biasanya dilakukan ketika kesempatan
untuk melakukan pengukuran hanya datang sekali saja sehingga tidak
memungkinkan untuk mengukur berulang.
2. Pengukuran Berulang
Sedangkan pengukuran berulang merupakan pengukuran yang dapat
dilakukan dengan berulang-ulang. Pada umumnya pengukuran berulang
digunakan untuk mengukur sesuatu yang sering kali hasilnya terdapat perbedaan
jika diukur pada bagian yang berbeda. Kelebihan dari pengukuran berulang yaitu
apabila dibandingkan dengan pengukuran tunggal maka pengukuran berulang
lebih mendekati nilai sebenarnya. Karena ketidakpastian pada pengukuran
berulang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ketidakpastian pengukuran
tunggal. Pada pengukuran berulang ini nilai x dapat ditentukan dari nilai sampel.
Misalnya dari suatu besaran fisis yang diukur dengan N kali pada kondisi yang
sama, serta diperoleh hasil pengukuran X1, X2, X3, Xn. Sedangkan
ketidakpastian ∆x dapat dinyatakan dengan simpangan baku nilai rata-rata sampel.
Selain dari pengukuran tunggal, pengukuran besaran juga dilakukan secara

9
berulang kali (2 atau 3 kali saja) dan pengulangan lebih dari 3 kali. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai terbaik dari pengukuran tersebut. Dengan
demikian, pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan beberapa kali
atau berulang-ulang (2 atau 3 kali dan lebih dari 3 kali). Dalam pengukuran
berulang, pengganti nilai benar adalah nilai rata-rata dari hasil pengukuran. Jika
suatu besaran fisis diukur sebanyak N kali, maka nilai rata-rata dari pengukuran
tersebut dihitung (Diah, 2018).
Kayu bulat atau logs adalah bagian batang/cabang dari suatu jenis kayu
selain jenis kayu jati, terdiri dari kayu bulat asal hutan alam, kayu bulat asal hutan
tanaman dan kayu bulat mewah. Berdasarkan ketentuan maka kayu bulat dapat
digolongkan atas tiga golongan: Kayu Bulat Besar (KBB) yaitu kayu bulat yang
berdiameter 30 cm atau lebih; Kayu Bulat Sedang (KBS) adalah kayu bulat yang
berdiameter antara 20 – 29 cm dan Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah kayu bulat yang
berdiameter kurang dari 20 cm (Mardiatmoko, 2014).
Maksud dilakukannya pengukuran kayu bulat rimba adalah untuk
menentukan ukuran panjang dan diameter kayu bulat rimba sehingga dapat
ditentukan besarnya volume kayu bulat tersebut. Tujuan dilakukan pengukuran
kayu bulat rimba adalah agar diperoleh keseragaman dari berbagai pihak yang
berkepentingan dalam menentukan ukuran panjang dan diameter serta
menentapkan isi (volume) kayu bulat rimba yang dimanfaatkan antara lain sebagai
dasar untuk menentukan harga jual, perhitungan laba rugi perusahaan, perhitungan
upah dan statistik hasil hutan kayu bulat. Alat ukur yang digunakan untuk
pengukuran kayu bulat dapat berupa tongkat ukur (Scale stick) untuk mengukur
garis tengah /diameter kayu bulat dan Pita ukur yang terbuat dari bahan yang tidak
mudah memuai dan menyusut, serta tidak mudah patah atau putus dan mudah
dipergunakan untuk mengukur panjang kayu bulat. Peralatan pengukuran kayu
bulat rimba Indonesia sebagai mana tersebut di atas harus dilapor dan diregister
oleh Balai Sertifikasi Pengujian Hasil Hutan dan untuk menjamin ketepatan ukuran,
maka secara priodik harus dikalibrasi oleh instansi yang berwenang (Daniel, 2018).
Prosedur pengukuran, langkah yang digunakan dalam pengukuran sesuai
dengan metode yang diberikan. Hasil Pengukuran, nilai yang diperoleh setelah
melakukan pengukuran. Pengukuran merupakan proses untuk mendapatkan

10
informasi besaran fisis yang diukur. Dalam percobaan di laboratorium seorang
praktikan harus bisa menyimpulkan suatu percobaan berdasarkan data yang
diperoleh. Oleh karena itu praktikan harus memiliki data yang benar-benar valid.
Untuk memperoleh data yang valid atau benar praktikan harus melakukan
eksperimen tidak hanya sekali agar memperoleh data yang akurat dan presisi.
Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu perbedaan antara akurasi dan
presisi. Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai akurasi yang baik, yaitu
hasil ukur menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Keakuratan sebuah eksperimen
diukur dari seberapa dekat hasil ukur dengan nilai sebenarnya (Daniel, 2018).
Adapun alat ukur log kayu menurut adalah sebagai berikut (Mardiatmoko,
2014):
1. Phi Band
Pita diameter biasa disebut juga phi band atau dapat pula dikenal dengan
nama pita keliling dengan fungsinya sebagai alat untuk mengukur diameter
ataupun keliling pohon. Alat ini terbuat dari bahan kain, baja atau plastik dengan
ukuran lebar kurang lebih 12 mm. Skala pada alat ukur ini di buat berdasarkan
sistim metrik maupun sistem Inggris. Untuk menentukan diameter dengan
pengukuran keliling ini didasarkan pada asumsi bahwa penampang lintang dari
batang kayu berbentuk lingkaran dan dihitung dengan menggunakan rumus :

Gambar 1. Phi Band


Kelebihan dari alat ini yaitu :
1) Alatnya mudah dan ringan dibawa.
2) Harganya murah.
3) Ketelitian pengukuran cukup baik.
4) Dapat dipakai untuk kayu yang kotor maupun basah.
5) Pengukurannya cukup dilakukan satu kali
Kekurangan dari alat ini, yaitu :
1) Pengukuran lebih sulit bila dibandingkan dengan alat ukur apiitan pohon.

11
2) Hasil volumenya biasa lebih besar karena pohon yang diukur tidak
silindris.
Dalam pengukuran dengan alat pita ukur ini harus diletakan benar-benar
(melingkari pohon dan benar – benar harus tegak lurus dengan batang pohon),
karena apabila letak alat ukur ini tidak benar-benar tegak lurus maka
pengukurannya akan terjadi bias/kesalahan dalam penentuan diameter pohon.
2. Roll Meter
Meteran roll adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang
suatu objek atau benda dengan hasil satuan panjang. Selain itu meteran juga
berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat
digunakan untuk membuat lingkaran.

Gambar 2. Roll Meter


3. Pita meter
Alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur segala lingkar atau
lengkung (busur). Pita ini berskala dengan ketepatan 1 mm karena pada ukuran
kecil ukuran milimeter itu sangat penting. Bentuk fisik pita ukur berupa pita yang
mempunyai skala (satuan ukur). Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan
satuan ukur terkecil dalam mm. Pita ukur dapat berupa pita keliling atau pita
diameter.

Gambar 3. Pita meter

12
2.3 Rumus Pendugaan Volume Log

Volume pendugaan dihitung dengan menggunakan berbagai rumus, yaitu


rumus Newton, Huber, Smalian, Brereton,. Adapun bentuk dari rumus-rumus
tersebut adalah (Mardiatmoko, 2014):
1. Rumus Huber
V = D2 .p
Dengan :
D = rata-rata diameter kayu bulat (logs)
p = panjang kayu bulat

2. Rumus Smallian
V =  (Lpp + Lpu) p
Dengan:
Lpp = Luas penampang pangkal
Lpu = Luas penampang ujung
p = panjang kayu bulat
Dari rumus dasar tersebut di atas maka diturunkan menjadi
V =  (Dp2 + Du2). p
Dengan :
Dp = Rata-rata diameter pangkal
Du = Rata-rata diameter ujung
p = panjang kayu bulat
3. Rumus Brereton
V = 0,7854 D2. p
Dengan :
D = diameter rata-rata
p = panjang kayu bulat
4. Rumus Newton
V = ((B+4M+S)/6)L
Dengan :
B = lbds pangkal log
L = Panjang log

13
Dari keempat macam rumus di atas tidak terdapat perbedaan yang berarti
maka rumus umum yang dipakai untuk mengukur volume logs adalah sebagai
berikut (Mardiatmoko, 2014):
1
𝑉 = 𝜋𝐷2 𝑝
4

Dalam pengelolaan hutan dan industri kayu, pemahaman yang mendalam


tentang rumus-rumus ini sangat penting untuk memastikan pengukuran volume log
yang akurat dan efisien. Hal ini membantu dalam perencanaan penebangan yang
berkelanjutan dan berkontribusi pada pelestarian sumber daya hutan (Mardiatmoko,
2014).

2.4 Standar Deviasi

Standar deviasi adalah salah satu istilah dalam ilmu statistika yang merujuk
pada suatu nilai yang digunakan dalam menentukan persebaran data pada suatu
sampel dan melihat seberapa dekat data-data tersebut dengan nilai mean. Standar
deviasi disebut juga dengan istilah simpangan baku. Standar deviasi adalah ukuran
penyebaran yang paling baik, karena menggambarkan besarnya penyebaran tiap-
tiap unit observasi. Adapun fungsi standar deviasi adalah untuk menentukan
seberapa dekat data dari sampel statistik dengan data rata-rata data tersebut.
Semakin rendah nilai standar deviasi, maka semakin mendekati rata-rata,
sedangkan jika nilai standar deviasi semakin tinggi, artinya semakin lebar rentang
variasi datanya. Tidak hanya itu, fungsi standar deviasi adalah memberikan
gambaran nilai ketidakpastian saat melakukan pengukuran berulang. Dengan kata
lain, standar deviasi adalah metode pengukuran yang sangat penting dalam
pengolahan data (Reza, 2019).
Standar deviasi atau simpangan baku adalah nilai statistik yang dimanfaatkan
untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, serta seberapa dekat titik
data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel. Sebuah standar deviasi dari
kumpulan data sama dengan nol menandakan bahwa semua nilai dalam himpunan
tersebut adalah sama, sedangkan nilai deviasi yang lebih besar menunjukkan bahwa
titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Varian dan simpangan baku merupakan
ukuran-ukuran variasi yang sering dipakai oleh semua orang. Dasar penghitungan

14
varian dan simpangan baku merupakan tujuan untuk mengetahui variasi dari
kelompok data (Reza, 2019).
Deviasi standar (Standard Deviation) merupakan ukuran sebaran yang paling
banyak digunakan. Apabila penyebaran sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka
nilai x akan besar, akan tetapi jika penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-
rata maka nilai x akan kecil pula. Simpangan baku atau standar deviasi adalah nilai
statistik yang dimanfaatkan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam
sampel, serta seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel.
Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menandakan bahwa
semua nilai dalam himpunan tersebut adalah sama, sedangkan nilai deviasi yang
lebih besar menunjukkan bahwa titik data individu jauh dari nilai rata-rata. Varian
dan simpangan baku merupakan ukuran-ukuran variasi yang sering dipakai oleh
semua orang. Dasar penghitungan varian dan simpangan baku merupakan tujuan
untuk mengetahui variasi dari kelompok data (Reza, 2019).

2.5 Angka Bentuk

Penaksiran volume tegakan pada dasarnya merupakan penjumlahan volume


seluruh pohon yang meyusun tegakan yang bersangkutan. Dengan kata lain,
penaksiran volume tegakan selalu melibatkan penaksiran volume individu pohon.
Volume pohon bisa dihitung dengan menggunakan rumus volume silinder. Akan
tetapi, karena bentuk pohon tidak sepenuhnya silindris, melainkan mengecil dari
pangkal ke ujung (berbentuk taper), maka rumus silinder tersebut perlu dikoreksi
dengan apa yang disebut dengan angka bentuk (form factor) (Vontolo, dkk., 2014).
Angka bentuk batang tidak lain adalah perbandingan antara volume batang
aktual dengan volume silinder yang memiliki diameter dan tinggi sama dengan
diameter dan tinggi batang pohon tersebut. Diameter pohon yang dijadikan standar
perbandingan ini dapat bermacam-macam. Akan tetapi yang paling umum
digunakan adalah diameter setinggi dada (1,3 m dari 1,1 m). Sebagai bilangan rasio,
angka bentuk batang tidak mungkin lebih besar dari satu. Angka bentuk mendekati
satu berarti pohon yang bersangkutan bentuknya sangat, menyerupai silinder.
Sebaliknya angka bentuk yang jauh lebih kecil dari satu menunjukkan bentuk
batang yang sangat taper (Vontolo, dkk., 2014).

15
Angka bentuk mutlak adalah angka bentuk di mana volume silindernya
menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal. Angka bentuk buatan
adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan
diameter setinggi dada. Sedangkan angka bentuk normal adalah angka bentuk di
mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian
1/10 tinggi pohon. Oleh karena itu dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon,
maka angka bentuk sering digunakan pun adalah angka bentuk buatan (Juliantari,
2013).
Berdasarkan diameter yang digunakan untuk menghitung volume silindernya,
angka bentuk dibedakan atas : angka bentuk mutlak, angka bentuk buatan, angka
bentuk normal. Angka bentuk mutlak (absolute form factor) adalah angka bentuk
di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada pangkal
batang. Angka bentuk buatan (artificial form factor) adalah angka bentuk di mana
volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan dbh. Sedangkan angka bentuk
normal (true form factor/hohenadl form factor) adalah angka bentuk di mana
volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10
tinggi pohon. Oleh karena dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon, maka
angka bentuk yang sering digunakan pun adalah angka bentuk buatan pohon rebah
digunakan istilah panjang pohon (Juliantari, 2013).
Dalam kenyataannya tidak ada pohon yang memiliki bentuk geometris
sempurna seperti umsur-unsur tersebut. Oleh karena itu, bentuk batang harus
dipergunakan bentuk koreksi dalam menentukan volume. Volume pohon/batang
adalah hasil penggandaan dua ukuran (dimensi) yaitu diameter/keliling dan
tinggi/panjang. Untuk menerangkan bentuk batang dapat digunakan: angka bentuk,
kusen bentuk, dan fungsi taper (Juliantari, 2013).
Angka bentuk dibedakan menjadi (Juliantari, 2013):
1. Angka bentuk normal/ nyata yaitu perbandingan antara volume total pohon
dengan volume silinder yang mempunyai bidang dasar pada ketinggian
sepersepuluh dari tinggi total pohon yang diukur pada pangkal pohon.
2. Angka bentuk umum yaitu perbandingan antara volume komersil yaitu
volume kayu tebal atau bebas cabang dengan volume silinder yang
mempunyai bidang dasar pada diameter setinggi dada (dbh)

16
Angka bentuk dapat bervariasi karena jenis pohon dan faktor genetik, umur,
ukuran tajuk, dan faktor tempat tumbuh (khususnya pengaruh angin). Bentuk pohon
berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi pengukuran.
Karena perbedaan diameter pada berbagai ketinggian maka secara umum ada tiga
bentuk batang yaitu (Juliantari, 2013):
1) pada pangkal bentuk neloid
2) pada bagian tengah, bentuk silindris atau parabolid
3) pada ujung pohon, konus.
Karena bentuk batang yang berbeda-beda, maka volume tiap pohon dapat
ditafsir atau dihitung dengan rumus berbeda-beda pula. Dalam kenyataannya, tidak
ada pohon yang memiliki bentuk geometris yang sempurna seperti frustum-frustum
tertentu. Oleh karena itu bentuk batang harus digunakan faktor koreksi dalam
menentukan volume. Untuk menerangkan bentuk batang dapat digunakan angka
bentuk, kusen bentuk dan taper (Juliantari, 2013).

2.6 Faktor Koreksi

Faktor koreksi adalah angka pecahan yang menghubungkan volume (m3)


realisasi hasil tebangan dengan volume taksasi (m3). Faktor Koreksi (Fk) adalah
rata-rata variasi keragaman atau variasi yang disebabkan oleh sipeneliti, materi, dan
lingkungan percobaan yang tidak terkendalikan pada waktu percobaan. Keberadaan
faktor koreksi sangat penting untuk mengakomodir hal-hal yang mungkin
menimbulkan error di lapangan dan mengimbangi adanya kesalahan yang mungkin
terjadi dalam perhitungan volume tegakan (Santosa, dkk., 2014).
Faktor koreksi DHIA sangat berguna di negara tempat dikembangkannya
faktor koreksi tersebut yaitu di Amerika, tetapi tidak dapat diterapkan pada kondisi
di Indonesia atau negara Asia Tenggara yang lain. Untuk mengembangkan faktor
koreksi yang sesuai dengan keadaan lingkungan diperlukan data nyata yang diambil
secara langsung dari populasi tersebut (Santosa, dkk., 2014).
Penggunaan faktor koreksi penting dilakukan karena akan memperkecil
kesalahan dalam penaksiran mutu genetik ternak. Agar kesalahan yang terjadi
sekecil mungkin maka pengkoreksian diusahakan menggunakan faktor koreksi
yang sesuai dengan kondisi daerah setempat. Penelitian ini dilakukan untuk

17
mendapatkan faktor koreksi yang disusun lebih cermat bila dibandingkan dengan
faktor koreksi dari DHIA. Faktor koreksi adalah angka pecahan yang
menghubungkan volume (m3) realisasi hasil tebangan dengan volume taksasi (m3).
Keberadaan faktor koreksi sangat penting untuk mengakomodir hal-hal yang
mungkin menimbulkan error di lapangan dan mengimbangi adanya kesalahan yang
mungkin terjadi dalam perhitungan volume tegakan (Santosa, dkk,. 2014).

18
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Pengukuran Pohon dilakasanakan pada hari Minggu, 22 Oktober 2023


pukul 10.00 WITA-selesai bertempatkan di Kampung Rimba, Fakultas Kehutanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:


1. Pita diameter, digunakan untuk mengukur diameter batang kayu bulat.
2. Roll meter, digunakan untuk mengukur diameter batang kayu bulat.
3. ATM, digunakan untuk menulis hasil pengukuran batang kayu bulat.
4. Kamera atau ponsel, digunakan untuk mengambil gambar dokumentasi selama
praktikum.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:


1. Log kayu, digunakan sebagai objek untuk pengukuran.
2. Tally sheet, digunakan untuk mencatat hasil pengukuran.

3.3 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang dilakukan pada saat melakukan praktikumdalam


melakukan pengukuran keliling, diameter, dan tinggi log kayu adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan log kayu dan alat yang akan digunakan.
2. Ukur diameter pangkal, tengah dan ujung, dan tinggi log kayu dengan
menggunakan alat ukur Penggaris atau pita diameter ataupun menggunakan
penggaris.
3. Lakukan pengukuran pada ketiga log kayu, khusus untuk pengunaan penggaris
dalam pengukuran diameter log dilakukan di setiap bagian sebanyak 3 kali.
4. Setelah melakukan pengukuran kemudian catat hasil data yang didapatkan kedalam
tally sheet.

19
3.4 Analisis Data

Ada beberapa rumus yang disusun berdasarkan pemahaman beberapa ahli namun
secara umum prinsip-prinsip tersebut tidak jauh berbeda, hanya sudut pandang yang
berbeda. Rumus yang digunakan untuk menentukan volume kayu bulat antara lain
rumus Hubber, Smallian, Newton, dan Brereton.
Beberapa rumus pendugaan volume yang digunakan antara lain sebagaiberikut:
1. Hubber
1
vh = π × dt 2 × t
4

Keterangan :
Vh : Volume Hubber
π : 3,14
dt : Diameter Tengah
t : Tinggi
2. Smallian

1 1
(4 𝜋 ⅆ𝑃2 + 4 𝜋 ⅆ𝑢2 )
𝑉𝑠 = ×𝑡
2

Keterangan :
Vh : Volume Hubber
π : 3,14
dt : Diameter Tengah
t : Tinggi
3. Newton
1 1 1
(4 π dP 2 + 4 π dt 2 + 4 π du2 )
vn = ×t
6

Keterangan :
Vh : Volume Hubber
π : 3,14
dt : Diameter Tengah
t : Tinggi

20
4. Brereton

vb

Keterangan:
dt : Diameter tengah
du : Diameter ujung
dp : Diameter pangkal
π : 3,14
t : Panjang batang/sortimen
5. Angka bentuk

AB

Keterangan:
AB : Angka bentuk
Vn : Volume newton
Vs : Volume smailin
Vh : Volume hubber
Vb : Volume brereton
T : Tinggi
π : 3,14
dp : Diameter pangkal
6. Standar deviasi

SD

= ∑𝑦2 = (vh)2 + (vs)2 + (vn)2 + (vb)2

= (∑𝑦)2= (vh + vs + vn + vb)2


Keterangan:
y = Volume
n = Banyaknya rumus

21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Tally Sheet

Nomor Keliling (cm)


No. Panjang (cm)
Log P T U
1. Log 1 65 65 65 62 66 64 62 64 64 217
2. Log 2 69 68 68 58 59 58 53 55 52 165
3. Log 3 57 56 56 56 57 57 44 46 46 184
4. Log 4 82 81 82 82 80 83 81 87 80 165
5. Log 5 60 61 61 53 54 53 50 51 51 425
6. Log 6 54 54 54 48 48 48 46 46 47 195
7. Log 7 56 56 56 50 51 50 49 49 50 320
8. Log 8 48 48 47 42 42 41 40 40 40 292
9. Log 9 64 64 63 55 55 55 50 50 51 252
10. Log 10 60 60 60 58 59 58 52 52 52 207

Tabel 2. Analisis Data

Nama Rata - rata keliling (m) Rata - rata diameter (m)


No. Panjang (m)
log P T U P T U
1. Log 1 0.65 0.64 0.63 0.21 0.20 0.20 2.17
2. Log 2 0.68 0.58 0.53 0.22 0.21 0.20 1.65
3. Log 3 0.56 0.57 0.45 0.18 0.18 0.18 1.84
4. Log 4 0.82 0.82 0.83 0.26 0.26 0.26 1.65
5. Log 5 0.61 0.53 0.51 0.19 0.19 0.18 4.25
6. Log 6 0.54 0.48 0.46 0.17 0.17 0.16 1.95
7. Log 7 0.56 0.50 0.49 0.18 0.17 0.17 3.2
8. Log 8 0.48 0.42 0.40 0.15 0.15 0.14 2.92
9. Log 9 0.64 0.55 0.50 0.20 0.19 0.18 2.52
10. Log 10 0.60 0.58 0.52 0.19 0.19 0.19 2.07

22
Tabel 3. Volume

Nama Vh Vs Vb Vn AB SD
No.
log

1. Log 1 0.07 0.07 0.17 0.04 0.19409268 0.103054583

2. Log 2 0.05 0.06 0.13 0.03 0.144618088 0.064718472

3. Log 3 0.05 0.05 0.12 0.02 0.1314273 0.043235946

4. Log 4 0.09 0.09 0.17 0.04 0.201740058 0.135991828

5. Log 5 0.12 0.12 0.30 0.06 0.314137155 0.29083413

6. Log 6 0.04 0.04 0.12 0.02 0.13325913 0.041164517

7. Log 7 0.07 0.07 0.21 0.04 0.225382227 0.12691835

8. Log 8 0.05 0.05 0.16 0.02 0.169179523 0.059441432

9. Log 9 0.07 0.07 0.18 0.04 0.19997527 0.118542027

10. Log 10 0.06 0.06 0.14 0.03 0.162132794 0.068916967

Pendugaan Volume Log


0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vh Vs Vb Vn

Gambar 4. Diagram Pendugaan Volume Log

23
4.2 Pembahasan

Pengukuran log kayu dilaksanakan di Kampung Rimba, Universitas Hasanuddin


Makassar. Pengukuran log kayu dilakukan menggunakan pita meter dengan cara
melingkarkan pita meter pada log kayu yang diukur. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali pada setiap log kayu dengan pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah, dan
ujung log kayu. Dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh keliling log kayu yang
selanjutnya akan diolah menjadi nilai diameter dengan rumus keliling lingkaran. Selain
melakukan pengukuran diameter pada log kayu, dilakukan pula pengukuran panjang log
kayu dengan menggunakan pita meter. Pengukuran panjang dilakukan dengan
meletakkan satu ujung pita meter pada pangkal log dan ujung lainnya pada bagian ujung
log kayu.
Dari hasil praktikum pengukuran log kayu (diameter, keliling, dan tinggi) yang
telah dilakukan, kemudian dilakukan pendugaan volume menggunakan rumus Huber,
Smalian, Newton, dan Brereton. Dari pendugaan volume log yang telah didapatkan dari
keempat rumus tersebut didapatkan hasil yang berbeda-beda meskipun perbedaannya
tidak terlalu signifikan. Pada tabel 1 di dapatkan hasil berupa keliling dan diameter log
yang dimana pada pengukuran ini digunakan alat pengukuran berupa pita meter, roll
meter serta phi band, kemudian menggunakan diolah dengan analisis data sehingga hasil
yang didapatkan tertera pada tabel 2 yang menunjukkan hasil rata-rata keliling log dan
rata-rata diameter log yang paling besar dan paling kecil. Rata-rata keliling log paling
besar terdapat pada log 4 bagian ujung yaitu 0,83 m, sedangkan rata-rata keliling log
paling kecil terdapat pada log 8 bagian ujung yaitu 0,40 m. Untuk rata-rata diameter
paling besar terdapat pada log 4 yaitu 0,26 m dibagian ujung dan rata-rata diameter
terkecil terdapat pada log 8 yaitu 0,16 m dibagian ujung log.
Pada tabel 3 didapatkan hasil dari rumus pendugaan volume log yakni volume
hubber, volume smalian, volume newton dan volume brereton, dimana pada tabel ini
didapatkan volume terbesar pada log 5 dengan volume 0.30 menggunakan rumus volume
brereton dan volume terkecil pada log 3, 6 dan 8 dengan volume 0,2 menggunakan rumus
volume newton. Lalu pada grafik terlihat volume singnifikan perubahannya dengan
volume lainnya, seperti volume newton, volume smalian, volume hubber dan volume
Brereton lalu dapat dilihat bahwa perubahan yang ada pada volume singnifikan naik pada
log 3, 4 dan 5 lalu turum lagi pada log 6 dengan perubahannya searah.

24
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum yang sudah dilakukan mengenai pengukuran Log kayu
yaitu sebagai berikut:
1. Mekanisme pengukuran keliling dan diameter log kayu menggunakan pita meter,
roll meter serta phi band, untuk pengukuran keliling log dilakukan sebanyak 3 kali
menggunakan pita meter, sedangkan untuk pengukuran diameter bisa dilakukan
secara langsung ataupun bisa didapat dengan menggunakan rumus yakni k/π.
2. Dari hasil praktikum pengukuran log kayu (diameter, keliling, dan tinggi) yang
telah dilakukan, kemudian dilakukan pendugaan volume menggunakan rumus
Huber, Smalian, Newton, dan Brereton. Dari pendugaan volume log yang telah
didapatkan dari keempat rumus tersebut didapatkan hasil yang berbeda-beda
meskipun perbedannya tidak terlalu signifikan.

5.2 Saran

5.2.1 Laboratorium

Laboratorium seharusnya memberi dukungan dalam hal kelengkapan alat–alat


laboratorium dan juga menyiapkan buku penuntun praktikum agar memudahkan
praktikan dalam menyiapkan alat dan memudahkan dalam prosedur kerja praktikum.

5.2.2 Asisten

Asisten sudah sangat baik membimbing kami dalam praktikum dan pengolahan
data, juga sangat pengertian kepada praktikan dan semoga kedepannya tetap seperti itu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aldafiana, serli & Murniyati, Agustina. 2021. Pertumbuhan tinggi dan diameter serta
volume tanaman sengon (Paraserianthes Falcataria) umur 10 tahun di desa
perdana, kecamatan kembang janggut, Kutai Kartanegara. Jurnal Eboni,
Vol.3, No.2, 73-78.

Arifin, J., Melita, Y. (2013). Klasifikasi Jenis Kayu dengan Gray-Level Co-Occurrence
Matrices (Glcms) dan K-Nearest Neighbor. Jurnal Ilmiah Teknologi dan
Informasi ASIA. 7(1), 22-23.

Daniel, J. T., Samin, B., dan Sedek, K. 2018. Perubahan Komposisi Tegakan Hutan Pada
Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air
Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Studi Kasus Inventarisasi Tahun 2013 dan
2018). Jurnal Agrohut. No. 02, Vol. 09, Hal. 127-140.

Diah, R., dan Ariyanto. 2018. Analisis Waktu Kerja Pengukuran Tinggi Pohon
Menggunakan Klinometer dan Hagameter. Jurnal Hutan Tropis. No. 02, Vol.
02, Hal. 79-84

Fahmi . 2017. Pengelolaan Barang Inventaris Pemerintah Daerah Kabupaten Poso. Jurnal
Untad. Vol 5. No 5.

Hanif, F. N., Kustanta, B. P., dan Belinda, A. M. 2020. Status Hutan dan Kehutanan
Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Juliantari. 2013. Angka Bentuk Dan Model Volume Puspa ( Schima Wailichii (Dc)
Korth) Di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Suka Bumi, Jawa. Bogor :
Skripsi Sarjana Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.

Mardiatmoko, G , J.H. Pietersz & A. Boreel. 2014. Ilmu Ukur Kyu dan Inventaris Hutan.
Jakarta. ATA JAYA-Ambon.

Riskawati. 2019. Alat ukur dan pengukuran. Makassar: Lpp UNISMUH Makassar.

Reza, N. 2019. Analisis Desain Jaring GNSS Berdasarkan Fungsi Presisi ( Studi Kasus:
Titik Geoid Geometri Kota Semarang). Journal Geodesi Undip. Vol 8. No 1.

Santosa, S. A., Sudewo, A. T. A., & Susanto, A. (2014). Penyusunan faktor koreksi
produksi susu sapi perah. Jurnal Agripet, 14(1), 1-5.

26

Anda mungkin juga menyukai