Anda di halaman 1dari 24

NOTULEN LAPORAN KASUS

Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Februari 2023


Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Aula PKM Pardasuka
Acara : Pemaparan Laporan Kasus

Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
Notulen : dr. Dea Selvia
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Ester Krisdayanti
dr. Pegi Milawati

Pembahasan :

Laporan Kasus berjudul Penatalaksanaan Tn. DS Usia 29 Tahun dengan Dengue


Haemorrhagic Fever Grade II

KU: Pasien datang dengan demam.


Data Penatalaksanaan:
S/ Tn. DS, warga Pekon Pardasuka Timur datang ke IGD Puskesmas diantar keluarganya
pada tanggal 31 Desember 2022 dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu (Demam
hari ke-3). Demam yang dirasakan terus menerus sepanjang waktu. Awalnya demam
mendadak tinggi. Keluhan lain yang dirasakan lemas, mual, nyeri kepala, nyeri di sekitar
belakang bola mata, nyeri perut, dan nafsu makan turun. Keluhan muntah, mimisan, bitnik-
bintik merah pada lengan depan/tubuh, perdarahan gusi, BAB hitam (-). BAB (+) 1x, BAK
(+) lancar. Keluhan yang sama pada anggota keluarga (-). Pasien mengatakan bahwa
beberapa minggu yang lalu, terdapat tetangga dekat dengan rumah pasien yang mengalami
demam berdarah dengue (DBD) yang juga dirawat inap. Keluarga pasien mengatakan
bahwa daerah tempat tinggalnya tersebut sering mengalami kasus DBD hampir setiap
bulan.

Riwayat Perawatan Pasien di IGD Puskesmas Pardasuka:


(31/12/2022): Keluhan demam (-) lemas (+), nyeri kepala (+). Keluhan mual, muntah,
mimisan, bintik merah pada kulit, BAB hitam (-). Nafsu makan masih sedikit.
(1/1/2023): Keluhan demam (-), lemas (+), nyeri kepala berkurang. Keluhan mual, muntah,
mimisan, bintik merah pada kulit, BAB hitam (-). Nafsu makan masih sedikit.
(2/1/2023): Obs Febris day-5. Keluhan demam (-), lemas (-), nyeri kepala(-), mual,
muntah, mimisan, bintik merah pada kulit, BAB hitam (-). Nafsu makan baik. BAB (+) 1x
dengan ampas, BAK (+) lancar. Perut terasa tegang (+).
(3/1/2023): Keluhan demam (-), lemas (-), nyeri kepala(-), mual, muntah, bintik merah
pada kulit, BAB hitam (-). Nafsu makan baik. BAB (+) 1x dengan ampas, BAK (+) lancar.
Perut terasa tegang/kurang nyaman (+). Mimisan (+) sebanyak < ¼ tissue.
(4/1/2023): Keluhan demam (-), lemas (-), nyeri kepala(-), mual, muntah, mimisan, bintik
merah pada kulit, BAB hitam (-). Nafsu makan baik. BAB (+) 1x dengan ampas, BAK (+)
lancar. Perut terasa tegang (-).

O/
KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
BB: 50 kg
TTV
TD: 110/70 mmHg, RR: 22 x/menit, Nadi: 84 x/menit, Suhu: 38,4℃. (saat pertama kali
datang ke IGD)

Head-to-toe
Kepala: dbn
Mata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Injeksi konjungtiva -/-
Hidung: Secret (-/-), konka edema (-/-), epistaksis (-/-)
Faring: hiperemis (-)
Tonsil: T1-T1 hiperemis (-/-), detritus (-/-), kriptus (-/-)
Telinga: dbn
Mulut: mukosa bibir kering (+)
Pulmo: Simetris, sonor +/+, nyeri palpasi -/-, fremitus taktil dbn, suara dasar vesikuler +/+,
rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: Ictus cordis tidak tampak, Bunyi Jantung S1-S2 reguler, S3-, gallop -
Abdomen: Supel, bising usus (+) 4x/menit, nyeri tekan abdomen di regio epigastrium (+),
timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: Simetris, akral teraba dingin, CRT <2 detik. Ptekie pada extremitas (-)

Pemeriksaan Lab Darah:


(2/1/2023)
- Leukosit: 7.700/µl
- Trombosit: 20.000/µl (↓)
- Hb: 16,6 g/dL
- Hematokrit: 45,2 %
- MCV: 73,8
- Dengue NS1: Non Reaktif
- Dengue IgG/IgM: R/NR
(3/1/2023)
- Leukosit: 6.200/µl
- Trombosit: 59.000/µl (↓)
- Hb: 14,5 g/dL
- Hematokrit: 40,2 %
- MCV: 73,9
(4/1/2022)
- Trombosit: 126.000/µl

A/ Dengue Haemorrhagic Fever Grade II

P/
R/ IVFD RL no. I
S pro infus

R/ Infus set no. I


S pro infus

R/ Abocath 20G no. I


S pro infus

R/ Inj. Ranitidine 25 mg/ ml amp no. I


S i.m.m

R/ Ondansentrone 2mg/ml amp no. I


S i.m.m

R/ Paracetamol 500 mg tab no. XV


S 3dd tab 1 pc

R/ Anatasida doen 30 mg tab no. XV


S 3dd tab 1 ac

R/ Trolit sach no. VI


S 4dd sach 1 pc

R/ Imboost force tab no. X


S 1dd tab 1 pc

Edukasi: cara konsumsi obat dan edukasi mengenai DBD/dengue haemorrhagic fever
yaitu harus istirahat cukup dan menjaga suhu tubuh di bawah 39°C, asupan cairan yang
cukup dapat berupa air putih, susu, jus, cairan isotonik, maupun oralit, awasi
munculnya warning sign, melakukan pemeriksaan jumlah trombosit, hematokrit dan
leukosit berkala setiap 24 jam, keluarga pasien harus membersihkan lingkungan sekitar
rumah agar penyebaran penyakit dapat terkontrol.

Pertanyaan:
dr. Ester Krisdayanti
Bagaimana pembagian derajat Demam Berdarah Dengue menurut WHO?
WHO membagi tingkat keparahan DBD menjadi empat derajat. Kehadiran
trombositopenia yang terjadi bersamaan dengan hemokonsentrasi membedakan DBD
derajat I dan II dengan demam dengue. Di bawah ini adalah tabel klasifikasi derajat
penyakit DBD menurut WHO tahun 2011.
a. DF: Demam disertai dua atau lebih gejala berikut
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia
- Atralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Tidak ada tanda kebocoran plasma
b. DHF Grade I: Demam dan randa perdarahan (tes torniquet positif) dan bukti kebocoran
plasma
c. DHF Garde II: Sama dengan derajat I, disertai perdarahan spontan
d. DHF Grade III: Sama dengan derajat I dan II, disertai kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
tekanan darah ≤20 mmHg, hipotensi, gelisah)
e. DHF Grade IV: Sama seperti derajat III, disertai syok dan tekanan darah serta nadi
yang tidak terdeteksi.

Feedback:
dr. Andrie
- Pengobatan untuk penderita DBD pada umumnya dengan cara :
a. Mengganti cairan dengan minum yang banyak penambah cairan tubuh melalui infus
(intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan homokonsentrasi yang
berlebihan.
b. Memberikan obat-obatan
c. Bila suhu > 40°C berikan antiseptik, sebaiknya memberikan parasetamol daripada
aspirin.
d. Bila terjadi syok berikan antibiotik.

- Perawatan pertama penderita DBD oleh keluarga :


a. Tirah baring selama demam.
b. Parasetamol 3 kali 1 tablet untuk dewasa 10-15 mg/kg untuk anak anak asetosal,
salsilat, ibuprofen jangan digunakan karena dapat menyebabkan gastritis atau
pendarahan.
c. Kompres hangat.
d. Minum banyak (1-2 liter/hari) semua cairan diperbolehkan.
e. Bila terjadi kejang:
1. Jaga lidah agar tidak tergigit.
2. Kosongkan mulut.
3. Longgarkan pakaian.

Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang jika 2 hari panas tidak turun atau
timbul gejala lanjut seperti pendarahan dikulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-
muntah, gelisah, mimisan, dinjurkan segera dibawa berobat.
Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS

Hari/ Tanggal : Rabu, 22 Maret 2023


Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Aula PKM Pardasuka
Acara : Pemaparan Laporan Kasus

Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Dea Selvia
Notulen : dr. Ester Krisdayati
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
Kepala UKM KIA
dr. Arsyka Hunjri Ar- Rahmah
dr. Pegi Milawati

Pembahasan :

NOTULENSI LAPORAN KASUS PKM DEA SELVIA yang berjudul


“LAPORAN KASUS PERDARAHAN POST PARTUM EARLY ONSET DAN
ANEMIA”

1. dr Pegi
pada pasien ini kondisi apa yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum?
PPH umumnya disebabkan oleh atoni uteri yang disertai dengan kegagalan dalam
kontraksi dan retraksi miometrium dapat menyebabkan perdarahan yang cepat dan berat
hingga terjadi syok hipovolemik. Hingga kini, atoni uteri menjadi penyebab paling sering
postpartum hemorrhage dengan prevalensi kasus sekitar 80%. Adanya distensi berlebih
pada uterus menjadi penyebab utama terjadinya atoni uteri yang bisa terjadi akibat
kehamilan multifetal, makrosomia janin, polihidramnion, atau kelainan janin seperti
hidrosefalus berat, kelainan struktural uterus, maupun kegagalan untuk mengeluarkan
plasenta atau distensi dengan darah sebelum atau setelah pengeluaran
plasenta

2. dr Arsyka
Faktor risiko apa saja yang terjadi pada pasien ini yang menyebbakan PPH ?
Pada pasien ini faktor risiko nya diantarana adalah usia tua yaitu usia 38 thn. karena pada
ibu usia tua kontraksi uterus menjadi kurang baik . selain itu proses degenaratif yang
terjadi juga bisa menyebabkan terjadnya perlekatan plasenta terhadap uterus yang menjadi
faktor risiko terjadinya perdarahan post partum

3. dr Andrie, Febriansyah
pencegahan apa yang dapat kita lakukan dalam pencegahan post partum? Untuk
melakukan pencegahan terhadap perdarahan pasca persalinan, dapat dilakukan manajemen
aktif kala tiga.

-Management aktif
kala tiga sendiri secara garis besar terbagi menjadi beberapa proses yaitu: pemeberian
uterotonika, melakukan peregangan teli pusat terkendali, atau massase uterus setelah lahir.

-Pemberian Uterotonika Setelah bayi lahir dalam waktu satu menit, periksa kembali
fundus uteri untuk memastikan tidak adanya janin kedua. Lalu suntikkan oxytocin
sebanyak 10 IU secara IM.

Massase Uterus Setelah Plasenta Lahir


Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mencegah perdarahan paska salin adalah
dengan melakukan massase uterus. Setelah plasenta lahir, lakukan massase uterus hingga
uterus berkontraksi dengan baik, serta periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama dua
jam pertama dan lakukan massase bila uterus terasa lembek

Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS

Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Maret 2023


Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Aula PKM Pardasuka
Acara : Pemaparan Laporan Kasus

Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Ester Krisdayanti
Notulen : dr. Pegi Milawati
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
dr. Dea Selvia

Pembahasan :

Laporan Kasus berjudul Wanita hamil G2P1A0 hamil UK 20 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum grade 1 JTH ini membahas Mengenai kasus Hiperemesis Gravidarum grade
1.

KU : Pasien datang dengan gatal dan terdapat gelembung yang pecah sejak 3 hari lalu.
RPS : Pasien datang ke IGD Puskesmas Pardasuka dengan keluhan utama yang dirasakan
pasien adalah mual muntah berulang kali sejak 3 hari yang lalu, sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingaan. Keluhan
tambahan lemas, pusing, lidah terasa kering, nafsu makan berkurang, susah menelan, terasa
haus, belum buang air kecil dan bab dan nyeri ulu hati.
Riwayat menstruasi pasien normal, siklus menstruasi setiap 28 hari sekali, menstruasi
terjadi selama 6 hari dengan volume yang cukup. Status kehamilan pasien adalah G2P1A0.
Anak pertama dilahirkan secara oprasi sesar di rumah sakit karena panggulnya sempit.
Hari pertama menstruasi terakhir adalah tanggal 28 Oktober 2022, sehingga usia
kehamilannya adalah 20 minggu.
Riwayat keluhan serupa diakui ketika kehamilan pertama.
Riwayat penyakit dahulu seperti diabetes melitus (DM), diare, penyakit jantung, alergi
obat dan makanan, Tekanan darah tinggi, keguguran, kehamilan sungsang disangkal dan
maagh, dan panggul sempit diakui pasien.
RPD : Pasien mengaku pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
RPK : keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat Sosial : Untuk riwayat alergi disangkal oleh pasien. Pola makan tidak teratur.

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

KU: tampak sakit ringan


Kesadaran : compos mentis
HR: 78x/menit
RR: 20x/menit
Suhu : 35,6 C

Antropometri:
BB : 63 kg
TB : 156 cm dan 63 kg.
Indeks masa tubuh pasien adalah 25,88 kg/m2.

Status Generalis

Status generalis pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis E4V5M6, dan
kesan gizi cukup. Pemeriksaan tanda vital pasien adalah: tekanan darah (TD) 100/73
mmHg, suhu tubuh (T) 36.60C, nadi (HR) 96x/menit, frekuensi nafas (RR) 20x/menit, dan
saturasi oksigen (SpO2) 98%. Pemeriksaan status kepala tampak normocephal,
pemeriksaann mata menunjukkan konjungtiva anemis (-/- ), sclera ikterik (-/-).
Pemeriksaan lidah tampak kering dan kotor. Tampak lemas dan apatis. Pemeriksaan mata,
pupil bulat isokor dan reflex pupil (+/+). Pada pemeriksaan leher tidak ada deviasi trakea
maupun pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.

Lab (2/2/2023)
Hb : 10,3 g/dl
Ht : 26,3 %
Leukosit : 15.400/ul
Trombosit : 187.000/ul
Eritrosit : 3.38 juta/ul

MCV : 77.6 fi
MCH : 30,4 pg
MCHC : 39,2 g/dl

Medikamentosa
⁃ Neurobion drip RL 20 tpm,
⁃ Inj. Ondansetron/8j,
⁃ Inj. Ranitidin /12 jam
⁃ Sucralfat syr 3x1,
⁃ Promavit tab 1x1.
⁃ SF 1x1
⁃ Asam folat 1x1

dr. Pegi Milawati


Bagaimana menentukan grade dari hyperemesis gravidarum?
Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis gravidarum
belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut sampai
mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah
dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun,
lidah mengering dan mata cekung.

2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan
nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus.
Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita.

3. Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan
hati.

dr. Andrie
Bagaimana prognosis pasien Wanita hamil dengan HEG?
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan
awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30% pada
kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada
kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan
hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan
jiwa ibu dan janin.

Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS

Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Maret 2023


Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Aula PKM Pardasuka
Acara : Pemaparan Laporan Kasus

Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Pegi Milawati
Notulen : dr. Ester Krisdayanti
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
dr. Dea Selvia

Pembahasan :

Laporan Kasus berjudul Skabies

KU : Pasien datang dengan keluhan adanya bintil kemerahan disertai gatal-gatal di dada,
punggung, paha kiri, perut sela jari kaki kanan,dan area kelamin sejak ± 1 bulan yang
lalu

Keluhan Tambahan
Rasa gatal semakin memberat di malam hari

Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluhan bintil-bintil kemerahan disertai gatal pada perut,
punggung belakang, paha kiri, kedua punggung tangan, sela jari kaki kanan,dan area
kelamin sejak 1 bulan yang lalu. Munculnya bintil-bintil merah pertama kali di area perut
dan meluas ke punggung belakang, paha kiri, kedua punggung tangan, sela jari kaki
kanan,dan area kelamin namun ibu pasien menyangka bahwa keluhan tersebut dapat
sembuh sendiri dan tidak diberikan pengobatan. Pasien juga mengeluhkan gatal yang
dirasakan sepanjang hari dan memberat saat malam hari sehingga pasien menggaruk terus
menerus dan menyebabkan luka pada area yang di garuk. Keluhan serupa dialami perama
kali oleh ayah dan menularkan kepada ibu pasien dan ketiga saudara pasien dengan
keluhan yaitu bintil disertai gatal pada kedua tangan dan badan. Menurut ibu pasien, saat
ini ayah dan kedua saudara pasien telah membaik tanpa berobat ke dokter. Namun kakak
pasien yang pertama masih mengeluhkan yang sama hingga saat ini sejak 1 bulan yang
lalu namun belum diberikan pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa. Riwayat asma, hipertensi, jantung
dan DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Anak kedua dan anak ketiga pasien mengalami keluhan yang serupa

Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat ke dokter

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, debu ,makanan dan cuaca

PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Ringan
 Kesadaran : E4M6V5 Compos Mentis
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Suhu : 36,4oC
- Laju Nadi : 86 kali/menit

- Laju Pernafasan : 20 kali/menit


- SpO2 : 98%
 Gizi

- Berat Badan : 20 kg
- Panjang Badan : 126 cm

 Status Gizi (Interpretasi menggunakan Kurva CDC)


- BB/U = 20/26 x 100% = 76% → Berat Badan Kurang
- TB/U = 120/126 x 100% = 96% → Perawakan baik
- BB/TB = 20/25 x 100% = 80% → Gizi kurang

Kesan: status gizi kurang

 Status generalis
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), reflek
pupil (+/+) pupil bulat isokor (+/+)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-), massa (-/-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir lembab (+), sianosis (-)
Thoraks
- Inspeksi : Dinding dada simetris kiri & kanan, retraksi dinding
dada (-/-), otot bantu napas (-)

- Palpasi : Vokal fremitus simetris


- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar, tidak ada massa, peradangan (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
- Motorik : 5/5/5/5
 Status Dermatologikus

1. Regio : Thorakalis anterior hingga Abdominalis Anterior

Efloresensi

- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan multipel.

- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, dan multipel

2. Regio : Thorakalis Posterior

Efloresensi

- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk

bulat, sirkumskrip, diskret, disertai

skuama halus berwarna putih dan multipel.


3. Regio : Femoralis Medialis Sinistra

Efloresensi:

- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan multipel.
- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar
eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, multipel
4. Regio : Skrotalis

Efloresensi:

- Papul , ukuran miliar, bentuk


bulat, sirkumskrip,
dan soliter.

5. Regio : Dorsum Manus Sinistra, Interdigitaslis II dan III dan Proksimal phalanges IV

Efloresensi
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan

multipel.

- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, dan multipel
6. Regio : Dorsum Manus Dekstra, Interdigitaslis IV dan V

Efloresensi
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan
multipel.
Medikamentosa
⁃ Salep pemetrin 5% 8-12 jam di ulang seminggu sekali
⁃ Cetirizine 1x10 mg
⁃ Gentamicin salep 2x1

dr. Estrer Krisdayanti


Bagaimana alur diagnosis dari scabies ?
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut:
1. Pruritus noktuma, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga,
sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama, atau pondoka, lingkungan
dengan padat penduduk. Anggota keluarga yang mengalai investasi tungau, tidak
memberikan gejala. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier)
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwama putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Kunikulus bisa sukar terlihat
karena rusak akibat garukan. Predileksinya terjadi pasa stratum korneumyang
tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (lakilaki), dan perut bagian belakang. Pada bayi, dapat
menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan
telur dan kotoran (skibala)
 Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang tertihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah objek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewamaan hematoksilin eosin
(H.E).
Beberapa cara untuk menemukan terowongan:
 Burrow ink test
 Uji tetrasiklin
 Dermoskopi

dr. Andrie Febriansyah


Bagaimana tatalaksana yang efeksif pada kasus scabies?
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewamai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah. Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga
harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi).
Non Medikamentosa
1. Menjaga higiene individu dan lingkungan.
2. Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60°C atau disimpan
dalam kantung plastik tertutup selama beberapa hari. Karpet, kasur, bantal, tempat
duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di bawah terik matahari
setelah dilakukan penyedotan debu
Medikamentosa1,2
Jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan
dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan
mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1 % dalam krim atau
losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan
ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian .
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektivitas sama, aplikasi hanya sekali, dan
dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
6. Lindane 1% lotion Terapkan selama 8 jam, ulangi dalam 7 hari
Sistemik3
 Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
 Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.
 Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal, 2-3 dosis
setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat kurang dari 15 kg, wanita
hamil dan menyusui
Daftar Hadir:

Anda mungkin juga menyukai