Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
Notulen : dr. Dea Selvia
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Ester Krisdayanti
dr. Pegi Milawati
Pembahasan :
O/
KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
BB: 50 kg
TTV
TD: 110/70 mmHg, RR: 22 x/menit, Nadi: 84 x/menit, Suhu: 38,4℃. (saat pertama kali
datang ke IGD)
Head-to-toe
Kepala: dbn
Mata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Injeksi konjungtiva -/-
Hidung: Secret (-/-), konka edema (-/-), epistaksis (-/-)
Faring: hiperemis (-)
Tonsil: T1-T1 hiperemis (-/-), detritus (-/-), kriptus (-/-)
Telinga: dbn
Mulut: mukosa bibir kering (+)
Pulmo: Simetris, sonor +/+, nyeri palpasi -/-, fremitus taktil dbn, suara dasar vesikuler +/+,
rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: Ictus cordis tidak tampak, Bunyi Jantung S1-S2 reguler, S3-, gallop -
Abdomen: Supel, bising usus (+) 4x/menit, nyeri tekan abdomen di regio epigastrium (+),
timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas: Simetris, akral teraba dingin, CRT <2 detik. Ptekie pada extremitas (-)
P/
R/ IVFD RL no. I
S pro infus
Edukasi: cara konsumsi obat dan edukasi mengenai DBD/dengue haemorrhagic fever
yaitu harus istirahat cukup dan menjaga suhu tubuh di bawah 39°C, asupan cairan yang
cukup dapat berupa air putih, susu, jus, cairan isotonik, maupun oralit, awasi
munculnya warning sign, melakukan pemeriksaan jumlah trombosit, hematokrit dan
leukosit berkala setiap 24 jam, keluarga pasien harus membersihkan lingkungan sekitar
rumah agar penyebaran penyakit dapat terkontrol.
Pertanyaan:
dr. Ester Krisdayanti
Bagaimana pembagian derajat Demam Berdarah Dengue menurut WHO?
WHO membagi tingkat keparahan DBD menjadi empat derajat. Kehadiran
trombositopenia yang terjadi bersamaan dengan hemokonsentrasi membedakan DBD
derajat I dan II dengan demam dengue. Di bawah ini adalah tabel klasifikasi derajat
penyakit DBD menurut WHO tahun 2011.
a. DF: Demam disertai dua atau lebih gejala berikut
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia
- Atralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Tidak ada tanda kebocoran plasma
b. DHF Grade I: Demam dan randa perdarahan (tes torniquet positif) dan bukti kebocoran
plasma
c. DHF Garde II: Sama dengan derajat I, disertai perdarahan spontan
d. DHF Grade III: Sama dengan derajat I dan II, disertai kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
tekanan darah ≤20 mmHg, hipotensi, gelisah)
e. DHF Grade IV: Sama seperti derajat III, disertai syok dan tekanan darah serta nadi
yang tidak terdeteksi.
Feedback:
dr. Andrie
- Pengobatan untuk penderita DBD pada umumnya dengan cara :
a. Mengganti cairan dengan minum yang banyak penambah cairan tubuh melalui infus
(intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan homokonsentrasi yang
berlebihan.
b. Memberikan obat-obatan
c. Bila suhu > 40°C berikan antiseptik, sebaiknya memberikan parasetamol daripada
aspirin.
d. Bila terjadi syok berikan antibiotik.
Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang jika 2 hari panas tidak turun atau
timbul gejala lanjut seperti pendarahan dikulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-
muntah, gelisah, mimisan, dinjurkan segera dibawa berobat.
Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS
Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Dea Selvia
Notulen : dr. Ester Krisdayati
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
Kepala UKM KIA
dr. Arsyka Hunjri Ar- Rahmah
dr. Pegi Milawati
Pembahasan :
1. dr Pegi
pada pasien ini kondisi apa yang menyebabkan terjadinya perdarahan post partum?
PPH umumnya disebabkan oleh atoni uteri yang disertai dengan kegagalan dalam
kontraksi dan retraksi miometrium dapat menyebabkan perdarahan yang cepat dan berat
hingga terjadi syok hipovolemik. Hingga kini, atoni uteri menjadi penyebab paling sering
postpartum hemorrhage dengan prevalensi kasus sekitar 80%. Adanya distensi berlebih
pada uterus menjadi penyebab utama terjadinya atoni uteri yang bisa terjadi akibat
kehamilan multifetal, makrosomia janin, polihidramnion, atau kelainan janin seperti
hidrosefalus berat, kelainan struktural uterus, maupun kegagalan untuk mengeluarkan
plasenta atau distensi dengan darah sebelum atau setelah pengeluaran
plasenta
2. dr Arsyka
Faktor risiko apa saja yang terjadi pada pasien ini yang menyebbakan PPH ?
Pada pasien ini faktor risiko nya diantarana adalah usia tua yaitu usia 38 thn. karena pada
ibu usia tua kontraksi uterus menjadi kurang baik . selain itu proses degenaratif yang
terjadi juga bisa menyebabkan terjadnya perlekatan plasenta terhadap uterus yang menjadi
faktor risiko terjadinya perdarahan post partum
3. dr Andrie, Febriansyah
pencegahan apa yang dapat kita lakukan dalam pencegahan post partum? Untuk
melakukan pencegahan terhadap perdarahan pasca persalinan, dapat dilakukan manajemen
aktif kala tiga.
-Management aktif
kala tiga sendiri secara garis besar terbagi menjadi beberapa proses yaitu: pemeberian
uterotonika, melakukan peregangan teli pusat terkendali, atau massase uterus setelah lahir.
-Pemberian Uterotonika Setelah bayi lahir dalam waktu satu menit, periksa kembali
fundus uteri untuk memastikan tidak adanya janin kedua. Lalu suntikkan oxytocin
sebanyak 10 IU secara IM.
Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS
Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Ester Krisdayanti
Notulen : dr. Pegi Milawati
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
dr. Dea Selvia
Pembahasan :
Laporan Kasus berjudul Wanita hamil G2P1A0 hamil UK 20 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum grade 1 JTH ini membahas Mengenai kasus Hiperemesis Gravidarum grade
1.
KU : Pasien datang dengan gatal dan terdapat gelembung yang pecah sejak 3 hari lalu.
RPS : Pasien datang ke IGD Puskesmas Pardasuka dengan keluhan utama yang dirasakan
pasien adalah mual muntah berulang kali sejak 3 hari yang lalu, sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingaan. Keluhan
tambahan lemas, pusing, lidah terasa kering, nafsu makan berkurang, susah menelan, terasa
haus, belum buang air kecil dan bab dan nyeri ulu hati.
Riwayat menstruasi pasien normal, siklus menstruasi setiap 28 hari sekali, menstruasi
terjadi selama 6 hari dengan volume yang cukup. Status kehamilan pasien adalah G2P1A0.
Anak pertama dilahirkan secara oprasi sesar di rumah sakit karena panggulnya sempit.
Hari pertama menstruasi terakhir adalah tanggal 28 Oktober 2022, sehingga usia
kehamilannya adalah 20 minggu.
Riwayat keluhan serupa diakui ketika kehamilan pertama.
Riwayat penyakit dahulu seperti diabetes melitus (DM), diare, penyakit jantung, alergi
obat dan makanan, Tekanan darah tinggi, keguguran, kehamilan sungsang disangkal dan
maagh, dan panggul sempit diakui pasien.
RPD : Pasien mengaku pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
RPK : keluhan serupa pada keluarga disangkal
Riwayat Sosial : Untuk riwayat alergi disangkal oleh pasien. Pola makan tidak teratur.
Antropometri:
BB : 63 kg
TB : 156 cm dan 63 kg.
Indeks masa tubuh pasien adalah 25,88 kg/m2.
Status Generalis
Status generalis pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis E4V5M6, dan
kesan gizi cukup. Pemeriksaan tanda vital pasien adalah: tekanan darah (TD) 100/73
mmHg, suhu tubuh (T) 36.60C, nadi (HR) 96x/menit, frekuensi nafas (RR) 20x/menit, dan
saturasi oksigen (SpO2) 98%. Pemeriksaan status kepala tampak normocephal,
pemeriksaann mata menunjukkan konjungtiva anemis (-/- ), sclera ikterik (-/-).
Pemeriksaan lidah tampak kering dan kotor. Tampak lemas dan apatis. Pemeriksaan mata,
pupil bulat isokor dan reflex pupil (+/+). Pada pemeriksaan leher tidak ada deviasi trakea
maupun pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.
Lab (2/2/2023)
Hb : 10,3 g/dl
Ht : 26,3 %
Leukosit : 15.400/ul
Trombosit : 187.000/ul
Eritrosit : 3.38 juta/ul
MCV : 77.6 fi
MCH : 30,4 pg
MCHC : 39,2 g/dl
Medikamentosa
⁃ Neurobion drip RL 20 tpm,
⁃ Inj. Ondansetron/8j,
⁃ Inj. Ranitidin /12 jam
⁃ Sucralfat syr 3x1,
⁃ Promavit tab 1x1.
⁃ SF 1x1
⁃ Asam folat 1x1
1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun,
lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan
nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus.
Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita.
3. Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan
hati.
dr. Andrie
Bagaimana prognosis pasien Wanita hamil dengan HEG?
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan
awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30% pada
kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada
kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan
hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan
jiwa ibu dan janin.
Daftar Hadir:
NOTULEN LAPORAN KASUS
Pimpinan Sidang
Ketua : dr. Andrie Febriansyah
Penyaji : dr. Pegi Milawati
Notulen : dr. Ester Krisdayanti
Peserta : Kepala UPT PKM Pardasuka
UKM Bidang Penyakit Tidak Menular
dr. Arsyka Hunjri Ar-Rahmah
dr. Dea Selvia
Pembahasan :
KU : Pasien datang dengan keluhan adanya bintil kemerahan disertai gatal-gatal di dada,
punggung, paha kiri, perut sela jari kaki kanan,dan area kelamin sejak ± 1 bulan yang
lalu
Keluhan Tambahan
Rasa gatal semakin memberat di malam hari
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat ke dokter
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, debu ,makanan dan cuaca
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Ringan
Kesadaran : E4M6V5 Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Suhu : 36,4oC
- Laju Nadi : 86 kali/menit
- Berat Badan : 20 kg
- Panjang Badan : 126 cm
Status generalis
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), reflek
pupil (+/+) pupil bulat isokor (+/+)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-), massa (-/-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir lembab (+), sianosis (-)
Thoraks
- Inspeksi : Dinding dada simetris kiri & kanan, retraksi dinding
dada (-/-), otot bantu napas (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar, tidak ada massa, peradangan (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT <2 detik
- Motorik : 5/5/5/5
Status Dermatologikus
Efloresensi
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan multipel.
- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, dan multipel
Efloresensi
Efloresensi:
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan multipel.
- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar
eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, multipel
4. Regio : Skrotalis
Efloresensi:
5. Regio : Dorsum Manus Sinistra, Interdigitaslis II dan III dan Proksimal phalanges IV
Efloresensi
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan
multipel.
- Krusta berwarna kehitaman dengan dasar eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat,
sirkumskrip, diskret, dan multipel
6. Regio : Dorsum Manus Dekstra, Interdigitaslis IV dan V
Efloresensi
- Papul eritematosa, ukuran miliar, bentuk bulat, sirkumskrip, diskret, dan
multipel.
Medikamentosa
⁃ Salep pemetrin 5% 8-12 jam di ulang seminggu sekali
⁃ Cetirizine 1x10 mg
⁃ Gentamicin salep 2x1