DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
MAHJAYANI (2207201036)
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Dasar Pemberian Obat" dengan tepat
waktu. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aulia Rahmi selaku dosen Mata Pelajaran
Keterampilan Dasar Keperawatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1. Tujuan
2. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Hukum dan Etik Keperawatan, UU, dan Standar Obat
a. Pengartian Hukum, dan Hukum Keperawatan
b. Etik Keperawatan
BAB III
PENUTUP
Saran
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi pada organ tubuh
manusia (Batubara, 2008). Definisi lain menjelaskan obat merupakan sejenis subtansi
yang digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan
maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi
primer yang memiliki hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit. Jadi,
definisi obat merupakan sebuah terapi primer tersusun atas substansi zat kimia yang
digunakan dalam proses diagnosis, penyembuhan atau perbaikan dan pencegahan
terhadap proses penyakit serta berpengaruh terhadap organ tubuh secara biologis. Dokter
merupakan penanggung jawab utama dalam pemberian resep obat bagi masing-masing
pasien yang dirawat di rumah sakit. Kemudian apoteker memberikan obat yang sesuai
dengan resep dokter. Sedangkan cara dalam pemberian obat harus sesuai dengan prosedur
dan tergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat,
dan tempat kerja obat yang diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan sesuai
dengan SOP rumah sakit yang bersangkutan.
1. Rumusan Masalah
o Bagaimana konsep dasar pemberian obat.
o Bagaimana Aspek hukum dan etik keperawatan.
o Apa saja Undang-undang dan standar obat.
o Apa yang dimaksud dengan nomenplatur dan bentuk obat.
o Bagaimana sifat kerja obat secara fisiologi.
o Bagaimana berat dan komposisi obat.
o Apa yang dimaksud sengan dinamika sirkulasi.
o Apa saja faktor yang mempengaruhi kerja obat.
2. Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep dasar pemberian obat.
2) Agar memahami Aspek hukum dan etik keperawatan.
3) Mengetahui Undang-undang dan standar obat.
4) Memahami nomenplatur dan bentuk obat.
5) Mengetahui sifat kerja obat secara fisiologi.
6) Agar memahami berat dan komposisi obat.
7) Memahami dinamika sirkulasi.
8) Mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Kapsul.
Kapsul merupakan sediaan obat padat dikemas ke dalam sebuah cangkang
berbentuk tabung keras maupun lunak yang dapat larut. Tabung kapsul in biasanya
terbuat dari gelatin, pati, dan lain-lain. Contoh: kapsida, incidal, dan lain-lain.
c. Kaplet.
Bentuk sediaan obat kaplet (kapsul tablet) merupakan sediaan berbentuk tablet
yang dibungkus dengan lapisan gula dan pewarna menarik. Lapisan warna dan
gula ini bertujuan untuk menjaga kelembaban dan menjaga agar tidak
tekontaminas dengan HCL di lambung.
d. Pil.
Sediaan obat berbentuk bundar dengan ukuran yang kecil. Ada beberapa variasi
dari pil, antara lain: granulae, pilulae, dan boli.
e. Serbuk.
Sediaan obat yang berbentuk remahan yang merupakan campuran kering obat
dan zat kimia yang dihaluskan. Serbuk terbagi menjadi serbuk granulae dan
serbuk effervescent. Sama seperti tablet effervescent, serbuk effervescent juga
akan mengeluarkan buih ketika bercampur dengan air. Contoh: adem sari,
jesscool, dan lain-lain
f. Supositoria.
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu: Penggunaan lokal bertujuan untuk
memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena
hemoroid. Penggunaan sistemik seperti: aminofilin dan teofilin untuk asma,
chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydariat untuk sedatif dan hipnotif,
aspirin untuk analgenik antipiretik.
b. Elixir.
Elixir adalah suatu larutan yang mengandung alkohol dan diberi pemanis,
mengandung obat dan diberi bahan
pembau.
c. Sirup.
Sirup merupakan larutan zat kimia obat yang dikombinasikan dengan larutan
gula sebagai perasa manis. Biasa digunakan untuk obat dan suplemen anak-anak.
e. Emulsi.
Emulsi merupakan campuran dari zat kimia yang
larut dalam minyak dan larut dalam air. Untuk membuat obat dengan sediaan
emulsi dibutuhkan zat pengemulsi atau yang biasa disebut dengan emulgator agar
salah satu zat cair dapat terdispersi dalam zat cair yang lain.
f. Suspensi.
Merupakan campuran obat berupa zat padat yang kemudian terdispersi dalam
cairan. Biasanya pada petunjuk penggunaan obat terdapat keterangan: "dikocok
dahulu".Suspensi terbagi ke dalam berbagai jenis berdasarkan cara pemakaiannya;
suspensi oral, suspensi topikal, suspensi, optalmik, dan lain-lain.
g. Injeksi.
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilaruntukan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
h. Guttae.
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes beku yang disebuntukan Farmacope Indonesia. Sediaan obat
tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut),
h. Guttae Auriculares.
Obat dengan bentuk sediaan gas/uap biasanya digunakan untuk
pengobatan penyakit pernapasan dan cara pemakaiannya dengan inhalasi. Bentuk
sediaan gas/uap dibuat agar partikel obat menjadi kecil sehingga lebih mudah dan
cepat diabsorbsi melalui alveoli dalam paru-paru dan membran mukus dalam
saluran pernapasan. Obat dengan sediaan bentuk gas biasanya. dibungkus dengan
alat khusus seperti vaporizer dan nebulizer.
Mekanisme Kerja
1. Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membrane sel atau
dengan berinteraksi dengan tempat reseptor.
2. Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya
dengan menetralisir kadar asam lambung). Obat-obatan misalnya gas anastesi
umum, berinteraksi dengan membrane sel, setelah sifat sel berubah, obat
mengeluarkan pengaruhnya.
3. Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel.
4. Reseptor melokalisasi efek obat
5. Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang
sama.
6. Obat dan reseptor saling berikatan kuat, ketika ikatan terjadi maka efek terapeutik
dirasakan.
D. Berat dan Komposisi Obat
Komposisi kimia yang terkandung dalam ekstrak obat bahan alam merupakan suatu
komposisi yang kompleks, dengan demikian pengujian keotentikannya tidak dapat
dilakukan melalui pedekatan tunggal. Salah satu teknik analisis yang dapat
menggambarkan secara menyeluruh karakteristik kimia suatu bahan adalah teknik
spektroskopi FTIR. Spektra FTIR dihasilkan dari interaksi antara energi sinar inframerah
dan komponen kimia penyusun campuran bahan, sehingga suatu spektra FTIR
merupakan indentitas khas campuran tersebut. Keotentikan komposisi suatu obat bahan
alam pada studi ini ditentukan berdasarkan pada analisis komponen utama spektra
inframerahnya. Studi dilakukan pada obat bahan alam/fitofarmaka penurun tekanan darah
(Tensigard®: terdiri dari ekstrak seledri dan ekstrak daun kumis kucing). Pengukuran
spektra inframerah dilakukan terhadap formula obat yang persentase komposisinya
ditentukan melalui simplex lattice design. Selain itu pengukuran spektra inframerah juga
dilakukan terhadap formula obat dengan mengganti (adulterasi) ekstrak kumis kucing
dengan obat sintetis (reserpin) dan ekstrak sambiloto. Berdasarkan plot antara skor
komponen utama pertama dan skor komponen utama kedua menunjukkan plot tersebut
dapat digunakan untuk mendeteksi komposisi obat, tetapi tidak dapat mendeteksi adanya
adulterasi komposisi oleh bahan lain.
Telah dilakukan studi identifikasi komposisi obat dan limbah balur BQ dengan tujuan
untuk mengamati morfologi permukaan dan komposisi unsur dengan menggunakan
SEM-EDX. Hasil penelitian dengan SEM menunjukkan morfologi permukaan obat balur
BQ terdiri dari aglomerasi partikel dengan ukuran yang tidak seragam sedangkan pada
limbah balur menunjukkan seperti jaringan (tissue) kulit yang mengindikasikan gabungan
antara obat dan kulit. Selanjutnya pada hasil EDX, komposisi unsur obat balur terdiri dari
48% karbon (C), 52% oksigen (O), 0, 23% natrium (Na), 0, 35% magnesium (Mg) dan 0,
28% kalsium (Ca). Selain itu, komposisi unsur karbon pada limbah balur BQ bertambah
menjadi 71%. Persentase unsur karbon dalam limbah balur BQ bertambah karena obat
balur BQ dapat menyerap unsur karbon di dalam tubuh saat proses pembaluran. Unsur
karbon yang meningkat di dalam tubuh akan menggantikan oksigen dalam berikatan
dengan hemoglobin (Hb). Fungsi hemoglobin untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
menjadi terganggu sehingga akan menghambat metabolisme dalam tubuh.
E. Didamika Sirkulasi
Dinamika sirkulasi afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, berat dan
komposisi badan,dan efek pengikatan dengan protein. Dinamika sirkulasi obat lebih
mudah keluar dari ruang interstisial ke dalam ruang intravaskuler daripada di antara
kompartemen tubuh.Pembuluh darah dapat ditembus oleh kebanyakan zat yang dapat
larut, kecuali oleh partikel obat yang besar atau berikatan dengan protein
serum.Konsentrasi sebuah obat pada sebuah tempat tertentu bergantung pada jumlah
pembuluh darah dalam jaringan, tingkat vasodilatasi atau vasokonstriksi lokal, dan
kecepatan aliran darah ke sebuah jaringan. Latihan fisik, udara yang hangat, dan badan
yang menggigil mengubah sirkulasi lokal. Contoh, jika klien melakukan kompres hangat
pada tempat suntikan intramuskular, akan terjadi vasodilatasi yang meningkatkan
distribusi obat.
Membran biologis berfungsi sebagai barier terhadap perjalanan obat. Barier darah otak
hanya dapat ditembus oleh obat larut lemak yang masuk ke dalam otak dan cairan
serebrospinal. Infeksi sistem saraf pusat perlu ditangani dengan antibiotik yang langsung
disuntikkan ke ruang subaraknoid di medula spinalis. Klien lansia dapat menderita efek
samping (misalnya konfusi) akibat perubahan permeabilitas barier darah- otak karena
masuknya obat larut lemak ke dalam otak lebih mudah. Membran plasenta merupakan
barier yang tidak selektif terhadap obat. Agens yang larut dalam lemak dan tidak larut
dalam lemak dapat menembus plasenta dan membuat janin mengalami deformitas
(kelainan bentuk), depresi pernafasan, dan pada kasus penyalahgunaan narkotik, gejala
putus zat. Wanita perlu mengetahui bahaya penggunaan obat selama masa hamil, Berat
dan Komposisi Badan Ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan
jumlah jaringan tubuh tempat obat didistribusikan. Kebanyakan obat diberikan
berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa.Perubahan komposisi tubuh dapat
mempengaruhi distribusi obat secara bermakna.
Sistem sirkuasi dibangun oleh darah, sebagai medium transportasi tempat bahan
bahan yg akan disalurkan dilarutkan atau diendapkan, pembuluh darah yangberfungsi
sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh
tubuh dan mengembalikannya ke jantung, dan jantung yangberfungsi memompa darah
agar mengalir ke seluruh jaringan.
Sistem sirkulasi berperan dalam homeostatis dengan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh dengan mengangkut oksigen, karbondioksida, zat-zat sisa, elektrolit,
nutrisi dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain.
2. Kesimpulan
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk
suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara benar
agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Obat pada dasarnya merupakan
bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat
dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau
memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus
diketahui sifat dan cara pemakaian obat agar penggunaannya tepat dan aman.
Selain itu harus diperhatikan pula tentang beberapa penggolongan obat,
penggunaan obat, kapan waktu minum obat yang tepat, bagaimana interval
pemberiannya, apa efek samping dari obat yang digunakan, bagaimana
menyimpan obat yang baik, dan bagaimana cara memusnahkan obat yang benar.
Pengetahuan masyarakat tentang obat secara umum diatas belum memadai, oleh
karena itu diperlukan suatu metode pendidikan untuk mengubah pengetahuan
masyarakat tentang informasi obat tersebut. Upaya untuk meningkatkan
pengetahuan adalah dengan penyuluhan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Florence. 2022 . Farmakologi Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan
Dunia Kesehatan: Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Haryono, Rudi. 2013 . Etika Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Perwito, Dewi Sari. 2022 . Penggolongan Obat. Tanggerang: Balai Pustaka