LP Cli
LP Cli
DI RUANG DAHLIA
RSUD DORYS SILVANUS PALANGKA RAYA
NIM : PO.62.20.1.23.810
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2023
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Critical limb ischemia (CLI) merupakan kondisi penyakit arteri perifer (PAP)
tungkai bawah yang paling berat dimana didapatkan nyeri iskemik saat istirahat, dan
ulserasi akibat insufisiensi arteri atau gangren.
Chronic Limb Ischemia (CLI) atau iskemia tungkai kronik merupakan penyakit
arteri perifer atau peripheral arterial disease (PAD) yang terjadi akibat inadekuat perfusi
pada jaringan perifer yang disebabkan sumbatan (trombus atau emboli) atau stenosis pada
pembuluh darah perifer, dan memiliki gejala lebih dari 2 minggu, seperti nyeri tungkai
bawah saat aktivitas atau istirahat, muncul perlukaan seperti ulkus atau gangren pada
tungkai bawah. Predileksi tersering adalah pembuluh darah distal, seperti pembuluh darah
tungkai bawah dan tangan (Beard; Slovut & Sullivan, 2008).
Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada
pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan aorta, meliputi arteri karotis, arteri
renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah melewati aorta iliaka termasuk
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. PAD lebih sering terjadi pada ektremitas bawah
daripada ektremitas atas, penyebab utama dari penyakit ini adalah aterosklerosis (Antono
& Hamonangani, 2014).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan ICL merupakan penyakit arteri
perifer yang terjadi pada tungkai bawah yang disebabkan adanya sumbatan oleh thrombus
atau emboli.
B. Etiologi
Rangkuti (2014) dan Al-Thani et al (2015) mengatakan bahwa ada beberapa faktor resiko
untuk penyakit arteri perifer, antara lain :
Faktor resiko tradisional (Tidak dapat diubah)
a. Usia
Pada Framingham Heart Study didapati usia > 65 tahun meningkat resiko PAD.
Hubungan yang kuat bertambahnya usia (>70 tahun)
b. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor resiko yang sangat penting terjadi PAD dan
komplikasinya : internitten claudicatio dan critical limb ischemia
c. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus akan meningkatkan resiko PAD asimptomatik atau simptomatik PAD
sebesar 1.5 – 4 kali lipat dan berhubungan dengan kejadian kardiovaskuler dan mortalitas
pada individu dengan PAD. Penyakit ini sangat berhubungan dengan penyakit oklusi
pada arteri tibialis. Pasien dengan PAD lebih sering mendapat mikroangiopati atau
neuropati dan terjadi gangguan penyembuhan luka. Pasien DM juga mempunyai resiko
lebih tinggi terjadi ulkus iskemik dan gangren
d.Hiperlipidemia
e. Hipertensi
Pasien dengan hipertensi dan PAD peningkatannya lebih besar terjadi
CLI adalah fase lanjut dari PAD yang merupakan hasil progresif dari penebalan arteri
yang disebabkan oleh penimbunan plak aterom atau proses aterokslerosis. Faktor risiko
terjadinya CLI sama dengan risiko terjadinya aterosklerosis, antara lain:
a. Usia. Pada Framingham Heart Study didapati usia > 65 tahun meningkat resiko PAD.
Hubungan yang kuat bertambahnya usia (>70 tahun)
b. Merokok, merupakan salah satu factor resiko yang sangat penting terjadi PAD dan
komplikasinya : intermitten claudicatio dan critical limb ischemia
c. Diabetes, Diabetes mellitus akan meningkatkan resiko PAD asimptomatik atau
simptomatik PAD sebesar 1.5 – 4 kali lipat dan berhubungan dengan kejadian
kardiovaskuler dan mortalitas pada individu dengan PAD. Penyakit ini sangat
berhubungan dengan penyakit oklusi pada arteri tibialis. Pasien dengan PAD lebih sering
mendapat mikroangiopati atau neuropati dan terjadi gangguan penyembuhan luka. Pasien
DM juga mempunyai resiko lebih tinggi terjadi ulkus iskemik dan gangren.
d.Obesitas
e. Gaya hidup minim aktivitas (pekerjaan dibalik meja,tidak rutin berolahraga),
f. Kolesterol tinggi.
g. Hipertensi. Pasien dengan hipertensi dan PAD peningkatannya lebih besar terjadi
stroke dan miokard infark.
h. Hiperkoagulasi
i. Penyakit Kelainan vaskuler. Tromboangitis obliterans (Buerger’s disease) merupakan
salah satu penyebab terjadinya iskemia tungkai bawah pada pasien muda.
j. Gagal ginjal
k. Riwayat keluarga atherosklerosis atau penyakit jantung koroner dan stroke
(Santili & Santili; VC, 2013).
Tanda dan gejala serta patognomonik CLI (Critical Limb Ischemia) diantaranya :
pain (nyeri), parastesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas), paralysis
(kehilangan fungsi motorik), pallor (pucat), pulseless (menurunatau tidak adanya denyut
nadi pada ekstremitas), poikilothermia (ekstremitas teraba dingin).(Fauzan et al., 2019)
(Levin, 2020)
D. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit arteri perifer terdiri atas Fontaine dan Rutherford.
Klasifikasi Fontaine dibagi menjadi lima yaitu:
(I) asimtomatik;
(IIa) klaudikasio ringan;
(IIb) klaudikasio sedang hingga berat;
(III) nyeri saat istirahat; dan
F. Komplikasi
1. Tromboemboli, merupakan penyebab kematian tersering pada CLI.
2. Gangren
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menilai anatomi pembuluh darah antara lain duplex ultrasound, computed tomographic
angio- graphy (CTA), dan magnetic resonance angiography (MRA). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi
dan derajat obstruksi arteri di ekstremitas bawah.
a) Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan pembuluh darah menggunakan zat pewarna khusus (kontras) dan bantuan radiologi.
Hasil angiografi akan disebut normal jika aliran darah lancar dan tidak ada penyumbatan.
b) Doppler vaskuler
Doppler vaskuler adalah pemeriksaan untuk melihat kondisi arteri yang tersumbat pada tungkai, menggunakan media
gelombang suara.
c) MSCT
MSCT adalah generasi terbaru dari CT Scan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi dan
memberikan gambaran dignostik yang lebih baik, terutama untuk pemeriksaan organ bergerak termasuk jantung, dengan
kecepatan pemeriksaan yang cukup singkat dan menghasilkan gambar dengan resolusi yang baik dan lebih akurat.
d) Echokardiografi
Echokardiografi (USG jantung) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
untuk menangkap gambaran struktur organ jantung. Echokardiografi biasanya dibantu dengan teknologi Doppler yang dapat
mengukur kecepatan dan arah aliran darah.
e) Ekg
Ekg (Elektrokardiogram) adalah pemeriksaan jantung untuk mendeteksi kelainan dengan mengukur aktivitas listrik
yang dihasilkan oleh jantung, sebagaimana jantung berkontraksi.
f) Ankle – Brachial Index (ABI)
Merupakan prosedur diagnostik dalam menentukan kemampuan vaskuler berdasarkan tekanan yang dibandingkan
antara brakhialis (siku) dengan angkle (pergelangan kaki) sehingga diperoleh nilai (index) tertentu untuk menentukan
kualitas gejala pada kasus CLI. (Limpijankit, 2013)
I. Nursing Pathway
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN FOKUS
Menurut Price & Wilson 2012, hal-hal yang perlu dikaji pada klien yang menggalami
pemenuhan kebutuhan keamanan yaitu :
1) Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan tanggan masuk rumah sakit
Meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
3) Riwayat penyakit
Untuk menngetahui apakah gejala yang timbul adalah CLI atau bukan, megetahui onsen
waktu terjadinya dan termasuk severitas CLI dan penyebabnya. Serta pengkajian riwayat
penyakit dan pengkajiannya berfokus kepada tanda dan gejala CLI yaitu “6 P” : pain
(nyeri), parastesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas), paralysis
(kehilangan fungsi motorik), pallor (pucat), pulseless (menurunatau tidak adanya denyut
nadi pada ekstremitas), poikilothermia (ekstremitas teraba dingin).
4) Keluhan utama
Alasan pasien masuk atau datang kepelayanan kesehatan (difokuskan dalam tanda dan
gejala CLI, 6 P : pain (nyeri), parastesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada
ekstremitas), paralysis (kehilangan fungsi motorik), pallor (pucat), pulseless
(menurunatau tidak adanya denyut nadi pada ekstremitas), poikilothermia (ekstremitas
teraba dingin).
Pegkajian hanya berfokus dalam penyakit yang diderita sekarang, mulai dari kapan mulai
terjadi, lokasi, tanda dan gejala, penyebab dan apakah pasien rujukan dari rumah sakit
lain ?
Pengkajian penyakit dahulu juga berfokus kepada tanda dan gejala CLI, contoh :
menanyakan apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki sebelumnya (riwayat
klaudikasio).
7) Pemeriksaan fisik
Berfokus mengkaji pulsasi, lokasi, warna, temperatur, fungsi sensori dan fungsi motorik.
a) Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi radialis,
dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah pada
disrupsi (penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.
b) Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri femoralis,
namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
Harus dilakukan pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan temperatur. Warna pucat
dapat terlihat, khususnya pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya waktu,
sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang dingin khususnya ekstremitas sebelahnya
tidak demikian, merupakan penemuan yang penting.
d) Fungsi sensori
Pasien dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya mengeluh kebas atau parestesia,
namun tidak pada semua kasus. Perlu diketahui pada pasien DM dapat mempunyai defisit
sensoris sebelumnya dimana hal ini dapat membuat kerancuan dalam membuat hasil
pemeriksaan.
e) Fungsi motorik
Defisit motorik merupakan indikasi untuk tindakan yang lebih lanjut, limb-thtreatening
ischemia. Bagian ini berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan pada ekstremitas
lebih banyak dipengaruhi oleh otot proximal.
8) Pemeriksaan diagnostik
a) Angiografi
b) Doppler vaskuler
Doppler vaskuler adalah pemeriksaan untuk melihat kondisi arteri yang tersumbat pada
tungkai, menggunakan media gelombang suara.
c) MSCT
MSCT adalah generasi terbaru dari CT Scan yang memiliki kemampuan untuk
menghasilkan informasi dan memberikan gambaran dignostik yang lebih baik, terutama
untuk pemeriksaan organ bergerak termasuk jantung, dengan kecepatan pemeriksaan
yang cukup singkat dan menghasilkan gambar dengan resolusi yang baik dan lebih
akurat.
d) Echokardiografi
e) Ekg
sehingga diperoleh nilai (index) tertentu untuk menentukan kualitas gejala pada kasus
CLI.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017),
dapat disimpulan bahwa diagnosa keperawatan yang sering mungkin muncul pada kasus CLI
diantaranya:
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan
II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Edisi 1 Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj/article/download/26625/26246
https://id.scribd.com/document/612815839/LP-Chronic-Limb-Ischemic-CLI
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/2881/1/KTI%20ILUH%20ARIANI%20new.pdf
https://poltekkespalu.ac.id/jurnal/index.php/MNJ/article/download/2116/755